Oleh :
K1A1 15 123
Pembimbing :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik pada Bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan referat yang berjudul “Gambaran Radiologi Pada Pasian
Gastritis” dapat dirampungkan dengan baik. Shalawat dan salam juga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan laporan ini disusun untuk
melengkapi tugas kepaniteraan klinik bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo. Melalui kesempatan ini secara khusus penulis persembahkan
ucapan terima kasih kepada dr. Ruslan Duppa, M.Kes, Sp.Rad(K) sebagai
pembimbing referat saya. Dengan segala kerendahan hati penulis sadar bahwa dalam
penulisan tugas ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan.Penulis
mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan
dan penyempurnaan tugas ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Halaman
I. PENDAHULUAN
Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengenai
pentingnya menjaga kesehatan lambung, padahal gastritis atau sakit maag akan
sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang
.
dewasa. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi
lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga
menyebabkan kematian. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa keluhan sakit
pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis fungsional,
yaitu mencapai 70- 80% dari seluruh kasus. Gastritis fungsional merupakan sakit
yang bukan disebabkan oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih
sering dipicu oleh pola makan yang kurang sesuai, faktor psikis dan kecemasan.
(1,2)
1
sekitar 583,635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya, prevalensi gastritits
dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar
17,2% yang secara substansial lebih tinggi daripada populasi di barat yang
berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. (3) Berdasarkan uraian diatas, mahasiswa
melakukan pembahasan referat mengenai gastritis.
III. EPIDEMIOLOGI
Di Negara berkembang prevalensi infeksi HP pada orang dewasa
mendekati 90 %. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi HP lebih tinggi
lagi. Hal ini menjukkan pentingnya infeksi pada masa balita. Di Indonesia,
prevalensi infeksi kuman HP yang dinilai dengan urea breath test pada pasien
dispepsia dewasa, menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju, prevalensi
infeksi kuman HP pada anak sangat rendah. Diantara orang dewasa prevalensi
infeksi kuman HP lebih tinggi daripada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada
di Negara Berkembang yakni sekitar 30 %.(3)
Pada populasi negara barat, terdapat bukti penurunan insidensi gastritis
infeksius yang disebabkan oleh H. pylori dan peningkatan prevalensi gastritis
autoimun.Gastritis autoimun paling sering terjadi pada perempuan dan lanjut
usia. Prevalensinya diperkirakan hampir 2-5%. Namun, data yang ada belum
cukup reliabel.(5,6)
Gastritis kronik masih menjadi penyakit yang relatif umum terjadi di
negara berkembang. Prevalensi infeksi H. pylori pada anak-anak di negara barat
hampir mencapai 10% tetapi 50% di negara berkembang. Pada negara
berkembang, keseluruhan prevalensi H. pylori bervariasi tergantung pada kondisi
geografis dan sosial ekonomi. Sosial ekonomi dan higienitas lingkungan
merupakan faktor terpenting transmisi infeksi H. pylori di dunia. Faktor ini
termasuk higienitas keluarga, kepadatan rumah tangga, dan kebiasaan memasak.
Infeksi H. pylori yang berasal dari anak-anak saat ini dipertimbangkan menjadi
determinan utama gastritis terkait H. pylori di dalam suatu komunitas.(7,8,9)
IV. ETIOLOGI
Penyebab umum gastritis termasuk infeksi dengan bakteri Helicobacter
pylori dan menggunakan obat penghilang rasa sakit anti-inflamasi yang dikenal
sebagai NSAID.(10)
a. Bakteri Helicobacter pylori
Bakteri Helicobacter pylori mengganggu keseimbangan produksi asam
lambung. Akibatnya, terlalu banyak asam dibuat. Ini bisa merusak lapisan dan
dinding perut. Tetapi infeksi Helicobacter pilory jarang menyebabkan
gastritis: Meskipun diperkirakan 40 dari 100 orang di Jerman memiliki
Helicobacter pylori di perut mereka, hanya sekitar 4 sampai 8 di antaranya
yang mengalami gastritis atau tukak peptik (lambung atau duodenum). Bakteri
dapat menyebar melalui air liur (ludah), muntah, tinja, air minum atau
makanan. Diperkirakan bahwa sebagian besar orang sudah terinfeksi di masa
kecil, melalui kontak dekat dengan anggota keluarga.
b. Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)
Kelompok obat ini termasuk asam asetilsalisilat (obat dalam obat-obatan
seperti aspirin), diklofenak, ibuprofen, dan naproxen. Efek samping jarang
terjadi ketika obat penghilang rasa sakit ini diambil hanya untuk waktu
singkat untuk mengobati rasa sakit akut. Tetapi jika mereka digunakan untuk
waktu yang lebih lama - seperti beberapa minggu atau bulan - mereka dapat
mempengaruhi fungsi perlindungan dari lapisan perut karena mereka
memblokir produksi hormon prostaglandin. Salah satu hal yang dilakukan
prostaglandin adalah mengatur produksi lendir (lambung) lambung dan zat
yang menetralkan asam lambung. Jika prostaglandin tidak cukup, dinding
lambung tidak lagi memiliki perlindungan yang cukup terhadap asam
lambung. Menggabungkan obat penghilang rasa sakit dengan steroid dapat
membuat efek merusak ini lebih buruk.
c. Penyebab lainnya
Merokok, stres jangka panjang, dan jenis makanan tertentu (seperti
makanan berlemak, manis atau pedas) juga dapat menyebabkan masalah
perut. Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan gastritis akut juga.
Penyebab lain yang kurang umum dari gastritis adalah suatu kondisi yang
disebut empedu refluks. Di sinilah empedu mengalir ke atas dari usus kecil
dan ke perut, di mana empedu merusak lapisan.Infeksi kuman Helycobacter
pylori (HP) merupakan kausa gastritis yang amat penting.
Namun selain infeksi kuman HP, beberapa literatur juga menjelasakan
mengenai penyebab gastritis yaitu penggunaan antibiotika, terutama untuk
infeksi paru, autoimun (autoantibodi terhadap sel parietal/faktor intrinsik),
infeksi virus misalnya enteric rotavirus, calcivirus, dan cytomegalovirus serta
infeksi jamur candida, Histoplasma capsulatum, dan Mukonaceae pada pasien
immunocompromised. (3)
V. KLASIFIKASI
Tabel 1. Klasifikasi gastritis (4)
Chronic Atrophic Uncommon forms of
Acute Gastritis
Gastritis Gastritis
A. Acute H.pilory A. Type A : autoimmune, A. Lymphocytic
infection body-predominant B. Eosinophilic
B. Other acute B. Type B : H.pylori- C. Chron’s Disease
infectious gastrides related, antral- D. Sarcoidosis
1. Bacterial (other predominant E. Isolated
than H.pilory) C. indeterminant granulomatous
2. H.Helmanni gastritis
3. Phlegmonous
4. Mycobacterial
5. Syphilitic
6. Viral
7. Parasitic
8. Fungal
a. Gastritis Akut
Penyebab gastritis secara umum adalah infeksi. Infeksi akut oleh bakteri
HP dapat memicu gastritis. Selain infeksi HP, infeksi lain seperti
Helicobacter helmanni, flegmonosa, streptokokus, stafilokokus, Escherichia
coli, Proteus, Haemophilus sp., sifilis, virus, parasit, dan jamur juga dapat
memicu gastritis. Orang berusia lanjut, peminum alkohol, dan AIDS
(terutama gastritis herpetik (Herpes simpleks) atau CMV oleh karena
gangguan imunitas) beresiko terkena gastritis akut. Sedangkan kausa
iatrogenik yang mungkin adalah polipektomi.(4)
Gastritis ini dilaporkan bermanifestasi sebagai nyeri epigastrium
mendadak, mual, dan muntah. Berdasarkan hasil histologik mukosa
menunjukan adanya sebukan mencolok neutrofil disertai edema dan
hiperemia.(4)
b. Gastritis Kronik
Sejak dikembangkan gastroskop, maka para gastroenterolog membuat
klasifikasi yang secara histologis ditandai oleh infiltrat sel radang yang
terutama terdiri dari sel limfosit dan sel plasma sebagai berikut : (4)
1) Gastritis superfisialis : Peradangan terbatas pada lamina propria mukosa
permukaan, dengan edema dan sebukan sel memisahkan kelenjar-kelenjar
lambung yang utuh. Temuan lainnya berkurangnya mukus di sel mukus
dan berkurangnya gambaran mitotic di sel-sel kelenjar.
2) Gastritis atrofikans : Infiltrat peradangan meluas ke lapisan mukosa
yang lebih dalam, disertai distorsi dan kerusakan progresif kelenjar.
3) Atrofi Lambung : Struktur kelenjar hilang, dan infiltrat peradangan
minimal. Secara endoskopi mukosa mungkin sangat tipis sehingga
pembuluh darah di bawahnya dapat terlihat jelas.
Gastritis kronik juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat
keterlibatan predominan. (1) tipe A merujuk kepada bentuk predominan
korpus (autoimun), (2) tipe B bentuk predominan antrum (terkait H. pylori).
(4)
Suplai darah gaster berasal dari lima arteri memasok darah ke lambung. Arteri
gastrik kiri berasal dari aksis celiac dan memasok bagian kardia. Arteri gastrik kanan
(yang memasok kurvatura minor) dan arteri gastro epiploika kanan (yang memasok
kurvatura mayor) berasal dari arteri hepatika. Arteri gastroepiploika kiri dan arteri
gastrik pendek berasal dari arteri splenika dan juga mensuplai kurvatura mayor.
Semua pembuluh darah ini beranastomosis dengan bebas, baik dilapisan subserosal
lambung maupun muskularis propria, dengan pembentukan pleksus yang luas pada
submukosa. Banyaknya suplai darah ini menjelaskan mengapa infark gaster tidak
biasa ditemui. Arteri mucosal berasal dari pleksus submukosa tetapi merupakan ujung
arteri dan mensuplai daerah mukosa yang sebagian besar tidak tergantung pada arteri
mucosal yang berdekatan.(13)
Gambar 2. Dinding perut: A) Pandangan anterior daerah perut dan lapisan otot.
B) Epitel transisi antara kerongkongan dan perut. Stratified
squamous epithelium (SSE) di kerongkongan menjadi simple
columnar ephitelium (SCE) di perut proksimal. Lamina propria
(LP) mendasari epitel dan mukosa muskularis (MM) jauh ke dalam
LP dengan esophageal cardiac gland (EKG) dalam gambar.
(Wilson PL dkk, 2016)
Gambar 3.(C) simple columnar ephitelium (SCE) dari mukosa lambung
mengandung lubang lambung yang mengarah ke kelenjar
lambung dengan berbagai jenis sel. Lapisan tambahan
dinding perut diilustrasikan. (D) Bagian histologis mukosa
lambung yang menggambarkan hubungan gastric pits (P)
yang mengarah ke gastric gland (GG) inferior berbatasan
dengan muscularis mukosa (MM). ((Wilson PL dkk, 2016)
Gambar 4. Gastric gland (GG): A) GG yang panjang dan melingkar
menembus seluruh ketebalan mukosa, dari gastric pits (GP)
ke muscularis mucosae (MM). B) Di leher kelenjar
lambung, di bawah permukaan sel mukosa (SM) yang
melapisi lubang lambung, mucosa necks cells (NM) yang
kecil, tersebar secara individual atau berkerumun di antara
sel-sel parietal (P) dan stem sel yang berkembang menjadi
semua sel epitel dari kelenjar. Sel-sel parietal yang banyak
adalah sel-sel khas besar yang sering menonjol dari tubulus,
dengan inti pusat dikelilingi oleh sitoplasma yang sangat
eosinofilik dengan ultrastruktur yang tidak biasa. Chief cells
(C) mulai muncul di daerah leher. Di sekitar kelanjar tubular
ini berbagai sel dan mikrovaskulatur dalam jaringan ikat. C)
Di dekat MM, basis kelenjar ini mengandung lebih sedikit
parietal sel (P) tetapi lebih banyak zymogenik chief cells (C).
Chief cells ditemukan dalam berkelompok, dengan nukleus
basal dan sitoplasma basofilik. Dari ujung apikal chief cells
mengeluarkan pepsinogen, prekursor zymogen untuk
protease pepsin utama. Granul zymogen sering hilang atau
pewarnaan yang kurang pada preparat rutin. (Keduanya
x200; Pewarnaan H&E) D) Diagram menunjukkan
morfologi umum dan fungsi-fungsi utama sel kelenjar
lambung (Wilson PL dkk, 2016).
VII. PATOFISIOLOGI
Gatritis yang disebabkan oleh infeksi H .pylori menular secara feko-oral.
H. pylori mempunyai beberapa faktor virulensi yang memfasilitasi adhesi sel
yang dikenal sebagai BabA/B, sabA, OipA, kerusakan sel dan gangguan taut
erat yaitu Ure A/B, dan menghindari respon imun yaitu LPS. Secara khusus,
gen yang terkait cytotoxin A (CagA) merupakan penginduksi terjadinya
inflamasi dan berkorelasi dengan perkembangan Ca gaster (15)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap efek patogenik H. pylori adalah
faktor host. Faktor host yang rentan seperti gen polimorfisme yang mengkode
seluruh reseptor atau sitokin spesifik. Infeksi H. pylori memicu IL-8 yang
menarik neutrofil dan melepaskan oxiradikal dan mengakibatkan kerusakan sel.
Infiltrasi limfosit juga terlihat pada infeksi H. pylori. Gastritis kronik sebagian
besar berasal dari infeksi H. pylori dan muncul dalam bentuk nonatrofi atau
atrofi. (16)
Perkembangan dari gastritis akut menjadi gastritis kronik dimulai dari
masa kanak-kanak sebagai inflamasi mononuclear superfisial kronik dari
mukosa gaster yang berkembang dalam kurun tahunan atau dekade hingga
menjadi gastritis atrofik yang ditandai dengan hilangnya kelenjar mukosa
(17)
normal antrum, corpus, fundus atau keduanya. Dispekulasikan bahwa di
masa lalu, karena kekurangan gizi, vitamin C dan zat besi rendah, seringnya
terjadi infeksi pada anak, kondisi hidup yang buruk dan faktor lainnya, episode
dari hipoklorhidria terjadi. Ini memungkinkan Hp berulang mendapatkan akses
ke corpus lambung, menyebabkan peradangan, kerusakan kelenjar dan atrofi
korpus yang cepat di usia dewasa muda. (18)
Faktor-faktor yang menentukan progresifitas menjadi gastritis atrofik dan
gejala sisa (sequel) seperti ulkus peptik atau Ca gaster belum dimengerti secara
jelas tidak dapat diprediksi. Namun, Epstein-Barr virus (EBV) dan human
cytomegalovirus (HCMV) telah diidentifikasi pada tumor gaster. DNA dari H.
pylori, EBV, dan HMCV ditentukan melalui PCR pada hasil biopsi dari pasien
dengan Ca gaster komplikasi dari gastritis kronik. Beberapa peneliti telah
mengkonfirmasi keterlibatan EBV dan H. pylori di dalam pembentukan kanker
gaster pada pasien dengan gastritis kronik. Dan tidak ditemukan peran human
papillomavirus (HPV) pada tumorigenesis gaster. (16,19)
OAINS menyebabkan gastritis melalui inhbisi sintesis prostaglandin.
Prostaglandin bertanggung jawab dalam mempertahankan mekanisme protektif
mukosa gaster dari trauma yang disebabkan oleh asam klorida. (17)
Patogenesis gastritis autoimun berfokus pada 2 teori. Berdasarkan teori
pertama, suatu respon imun melawan antigen H. pylori menjadi terpicu, reaksi
silang antigen dengan antigen di dalam protein pompa proton atau faktor
intrinsik menyebabkan perubahan kaskade selular dan kerusakan sel parietal
dan menghentikan sekresi asam klorida oleh karenanya sel secara bertahap
menjadi atrofi dan tidak berfungsi. (17)
Teori kedua mengasumsikan bahwa gangguan autoimun membentuk
infeksi tetiba H. pylori, dan menyebabkan dirinya melawan protein pompa
proton. Sebagaimana kedua teori ini, gastritis autoimun merupakan hasil
interaksi kompleks antara kerentanan genetik dan faktor lingkungan yang
menghasilkan disregulasi imonologik yang melibatkan limfosit T tersensitisasi
dan autoantibodi yang peka terhadap sel parietal dan faktor intrinsik. (20)
VIII. DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis
Gejala gastritis akut meliputi sakit perut, merasa penuh, mulas, mual dan
terkadang muntah, bersendawa, kurang nafsu makan dan perut kembung.
Beberapa gejala ini mungkin juga merupakan tanda-tanda kondisi lain seperti
penyakit refluks gastro-esofagus (GERD), irritable stomach atau bowel
syndrom, dan gastroenteritis. Orang dengan gastritis kronis seringkali hanya
memiliki gejala ringan, atau tidak ada sama sekali. Tetapi mereka mungkin
memiliki gejala seperti yang berhubungan dengan gastritis akut.(10)
2. Endoskopi dan Histopatologi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan
histopatologi. Sebaiknya biopsi dilakukan dengan sistematis sesuai dengan
updated sydney system yang mengharuskan mencantumkan topografi.
Gambaran endoskopi yang dijumpai adalah eritema, eksudatif, flat-erosion,
raised-erosion, perdarahan, dan edematosa yang dapat diamati pada Gambar 5
dan Gambar 6.(3)
Secara histopatologi selain menggambarkan perubahan morfologi sering
juga dapat menggambarkan proses yang mendasari, misalnya proses autoimun
atau respon adaptif mukosa lambung. Perubahan-perubahan yang terjadi berupa
degradasi epitel, hyperplasia foveolar, infiltrasi neutrophil, inflamasi sel
mononuclear, folikel limfoid, atropi, intestinal metaplasia, hyperplasia sel
endokrin, kerusakan sel parietal (Gambar 7, 8 & 9). Pemeriksaan histopatologi
sebaiknya juga menyertakan pemeriksaan kuman HP.(3)
3. Gambaran Radiologi
a. Oesophagus Maag Duodenum (OMD)
Upper Gastro Intestinal Tract terdiri dari esofagus, gaster/maag dan
duodenum (OMD). Untuk mendapatkan gambaran OMD, kita tidak dapat
menggunakan foto polos karena akan terlihat hitam semua sehingga
diperlukan bahan kontras. Esofagografi (barium swallow) merupakan suatu
teknik radiografis untuk pemeriksaan esophagus dengan menggunakan
media kontras (biasanya adalah barium sulfat). (23)
Pemeriksaan bisa dilakukan dengan single kontras (hanya barium
sulfat saja) serta bisa juga double kontras dengan barium dan udara di mana
pasien diberi kristal baking-soda (mirip dengan Alka-Seltzer) untuk lebih
meningkatkan kualitas gambar. Barium sulfat merupakan senyawa metalik
yang muncul pada sinar-X dan digunakan untuk membantu melihat kelainan
pada esofagus dan lambung. Sinar-X diperlukan untuk melihat jalur dari
sistem pencernaan yang sudah dipenuhi oleh kontras.(23)
Gambaran radiologis pada pasien dengan gastritis akut, setidaknya
terdapat 4 tanda radiologis yang bermakna pada penyakit ini yaitu: lipatan
tebal (thick folds), nodul inflamasi (inflammatory nodules), erosi (erosions),
dan area gastrika yang kasar (coarse areae gastricae).(24)
Gambar 10. Gaster normal. Doubble contrast spot image dari lambung
dengan posisi supine menujukkan dstal gaster (B), dan antrum
(A), curvatura mayor (panah putih) dan curvatura minor (panah
hitam) dilapisi oleh barium. Lipatan rugae pada dinding posterior
gaster digambarkan sebagai tubular, sedikit bergelombang,
radiolusen filling defect (Panah hitam) pada genangan barium
yang diminum. Barium yang padat Pada outline kontur (panah
putih) dari fundus lambung (F). Permukaan mukosa dan lipatan
fundus tampak kabur oleh karena barium pool, dan antrum tidak
memiliki lipatan rugae. (Rubesin SE, dkk, 2008)
Gambar 11. Double contrast spot image dari fundus lambung dengan
pasien dalam right-side-down postion menunjukkan kardia
lambung normal dengan lipatan halus yang menyebar ke titik
pusat (panah putih) di persimpangan gastroesophageal yang
tertutup, juga dikenal sebagai Cardiac rosette. Lipatan panjang,
lurus (panah) membentang dibagian inferior dari kardia
sepanjang curvatura minor. Panah hitam menunjukkan kesan
ekstrinsik normal oleh limpa yang berdekatan. (Rubesin SE, dkk,
2008)
Gambar 12. Doubble contrast spot dari lambung, dengan pasien dalam
posterior oblique position menunjukkan pola gaster normal di
antrum dengan rumbai-rumbai mukosa yang tampak radiolusent
berbentuk poligonal ukuran 2–3-mm yang diuraikan oleh
barium. Area gastricae sedikit lebih besar di corpus lambung
distal daripada di antrum. (Rubesin SE, dkk, 2008)
Thick folds didefinisikan sebagai lipatan gaster lebih dari 5 mm yang
diukur pada ambilan radiografik dengan lambung moderately distended.
Lipatan dapat berlokasi pada area tertentu lambung atau seluruh lambung.
Meskipun lipatan tebal dapat terlihat pada gastritis dengan berbagai
penyebab, pada pasien yang datang dengan gejala paling sering berkaitan
dengan infeksi H. pylori. (24)
A. B.
Gambar 17. Struktur lima lapis dinding lambung normal dicitrakan dengan
7,5 MHz (a) dan 12 MHz (b). Lapisan 1 dan 2 yang
menghubungakan antara water dan mukosa dan mukosa,
lapisan 3 terutama untuk submukosa, lapisan 4 ke muscularis
propria, dan lapisan 5 ke serosa dan lemak subserosal.
Transduser (U), water in lumen (W). (Odegaard, S. 1990)
a) b).
X. PENGOBATAN
Jika pasien merasa bahwa makanan tertentu, stres, alkohol atau nikotin
memperburuk masalah perut, pasien harus mengubah pola makan, menghindari
alkohol, berhenti merokok dan atau mengurangi stres dalam kehidupan sehari-
hari Anda. Jika perubahan gaya hidup ini tidak cukup untuk meringankan gejala,
pengobatan dipertimbangkan. Gastritis biasanya diobati dengan obat penurun
asam. Tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gejalanya, obat-obatan
berikut dapat digunakan: (10)
Proton Pump Inhibitor (PPI) seperti omeprazole atau pantoprazole
mengurangi produksi asam lambung.
H2 blocker seperti ranitidine dan famotidine juga mengurangi produksi asam.
Antasida seperti aluminium hidroksida atau magnesium hidroksida
menetralkan asam yang sudah ada dalam perut Anda.
Jika gastritis disebabkan oleh infeksi Helicobacter, inhibitor pompa
proton dikombinasikan dengan dua atau tiga antibiotik. Jika itu disebabkan oleh
obat penghilang rasa sakit, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter Anda tentang
beralih ke obat lain atau menggabungkan obat penghilang rasa sakit dengan obat
penurun asam. Jika NSAID harus diminum secara teratur, mungkin diminum
bersamaan dengan obat penurun asam sejak awal, sebagai tindakan pencegahan.
(10)