Anda di halaman 1dari 22

KKR FORENSIK DAY 1 - PENGANTAR TEHNIK PEMERIKSAAN JENAZAH

dr. Ida Bagus Putu Alit, Sp.F, DFM


Bag/SMF/Instalasi Kedokteran Forensik FK UNUD/RSUP Sanglah

Di bagian forensik dibagi menjadi dua kelompok bagian yang harus dijalani:
1. Forensik patologi  adalah ilmu forensik untuk meninggal
2. Forensik klinik (clinical forensic medicine)  kasus-kasus korban hidup / saksi / tersangka.
sebagian besar yang akan ditangani adalah korban.
Forensik patologi dan klinik akan didukung oleh laboratorium forensik dan forensik molekuler.
Sekilas tentang forensik :
Kata forensik berasal dari kata quorum  tempat di Yunani untuk tempat berkumpulnya ahli pikir, filsuf,
untuk membicarakan sesuatu sehingga kalau kita mendengar kata forensik, forensik itu banyak jenisnya
ada forensik kedokteran, suara, ekonomi, prinsip biologi, dsb. Yang paling pertama kali berkembang
adalah kedokteran forensik.
Pada intinya, Kedokteran forensik adalah aplikasi daripada ilmu dan tehnologi kedokteran untuk
kepentingan hukum dan peradilan (membantu penegakan hukum). Dalam artian bahwa memberikan
pembuktian hukum secara ilmiah.
Karena pada awalnya perkembangannya dulu pembuktian yang sebelum ilmiah sangat tidak manusiawi,
misalnya dulu ada orang yang dianggap bersalah diserahkan ke dewa-dewa. Contoh dewa racun, jadi
orang tersebut dipaksa minum racun, kalau tidak mati berarti tidak bersalah, ada juga dewa api, dsb.
Mulai berkembangnya ilmu kedokteran forensik itulah terjadi pembuktian secara ilmiah. Tonggak
daripada perkembangan ilmiah kedokteran forensik adalah pada saat kematian Julius Caesar yang
dibacok dan ditubuhnya ada 21 luka dan ada dr antisius menyatakan luka nomor 4 yang menjadi sebab
kematian karena luka tsb mengenai jantung.

SKDI pemeriksaan jenazah kompetensinya 4 ditambah dengan pembuatan laporan.


Pada prinsipnya untuk pemeriksaan jenazah ada 3 yaitu;
1. Pemeriksaan luar (PL) jenazah apa yang ada di sana. Pemeriksaan luar tidak bisa menentukan
sebab kematian / Cause of Death (CoD)
2. Pemeriksaan dalam (Otopsi)/ internal examination membuka 3 rongga tubuh lalu dilihat organ-
organ apa ada kelainan, baru tentukan CoD.
3. Pemeriksaan penunjang diperlukan sesuai indikasi
- Toksikologi Keracunan / adanya substrat-substrat tertentu
- Histopatologi  Ditingkat jaringan, untuk menyingkirkan ada tidaknya penyakit
- Laboratorium lainnya
Kultur untuk menentukan ada infeksi / sepsis atau tidak.
Pemeriksaan cairan bola mata, contoh meninggal akibat hipoglikemi DM atau penentuan waktu
kematian dilihat dari vitreous humour dinilai kadar kaliumnya.
Semua hasil pemeriksaan akan ditungkan dalam form yang dinamakan laporan obduksi.

1
Untuk patologi forensik harus mengenal:
Cause of Death (CoD) adalah penyakit atau usia ketuaan atau trauma yang secara langsung
menyebabkan kematian (direct cause), cth penyakit, trauma, keracunan, usia ketuaan dll.
Mekanisme kematian (MoD) adalah perubahan patofisiologi dan atau biokimiawi yang disebabkan
langsung oleh CoD.
Agar manusia bisa hidup harus ada 3 sistem vital tubuh: sistem kardio, respirasi, saraf.
MoD muncul dari ketiga atau salahsatu sistem yang irreversible misalnya jantung ( mekanisme kematian
adalah sinkop/syok), respi (kegagalan respirasi, maka mekanismenya disebut asphyxia), saraf
(mekanismenya koma).
Cara Kematian (Mode / Manner of death) adalah kondisi bagaimana kematian itu terjadi.
Kematian bersifat alamiah (natural death / mati wajar)  kematian karena penyakit atau usia ketuaan.
Sedangkan kematian tidak alamiah / tidak wajar (unnatural death) adalah kematian yang ada unsur
trauma + penyakit/racun (penyakit ditambah dengan trauma atau trauma murni). Kematian tidak wajar bisa
terjadi karena kecelakaan, bunuh diri (suicide), dilakukan oleh orang lain (homicide), atau tidak bisa
ditentukan (undetermined).
CoD bisa disimpulkan melalui otopsi. Pemeriksaan luar hanya bisa memperkirakan CoD bukan
menentukan. Otopsi merupakan standar pembuktian di forensik, beyond viserable doubt (sampai tidak
terbantahkan/ sampai tidak ada keragu-raguan).

PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM PEMERIKSAAN


Prosedur Medikolegal
 SPV
 Label
 Surat pernyataan
INGAT :
 Saat pemeriksaan jenazah harus telanjang
 Temuan objektif, bukan opini

Untuk Kasus-kasus di forensik;


- Kasus berhubungan dengan hukum (Litigasi)  jenazah
- Kasus non-litigasi yang tidak berhubungan dengan hukum (di forensik klinik)
Karena banyak kasus berhubungan dengan hukum maka harus tahu prosedur medikolegal.
Prosedur medikolegal adalah prosedur atau tata cara bagaimana mengaplikasikan ilmu dan tehnologi
kedokteran untuk kepentingan hukum.
1. Permintaan tertuis dari penyidik atau polisi yang disebut Surat permintaan visum (SPV)
2. Label  untuk menentukan identitas jenazah, jadi label akan diikat pada ibu jari kaki kanan
jenazah
3. Surat pernyataan (dari keluarga tapi untuk Pem Luar, inform consentnya bisa tidak tertulis)
Untuk pemeriksaan dalam memerlukan persetujuan dari pihak keluarga, tetapi jika dilihat secara hukum
persetujuan keluarga tidak mutlak karena memang penyidik berhak untuk memberikan daya paksa
untuk melakukan otopsi.

2
Ingat!!
Pemeriksaan dari ujung rambut sampai kaki dalam keadaan telanjang. Semua yang ditemukan harus
ditulis pada laporan obduksi.
Waktu koas hari pertama di forensik cari laporan otopsi, apa yang ditemukan harus tertulis disana, tidak
boleh ada opini / pendapat. Opini /pendapat dibuat di kesimpulan saja berdasarkan fakta atau temuan
yang ada, tapi temuan harus objektif.
Jika laporan tidak lengkap (lupa menulis) karena lupa atau menambah sesuatu dianggap sebagai
pemalsuan barang bukti. Jika lukanya ada banyak, maka harus ditulis sekecil apapun luka tsb, karena
kalau tidak bisa dituntut karena menghilangkan barnag bukti.
Pelanggaran hukum ada dua; perdata (superior extrodart  supervisinya yang memberi wewenang
membuat laporan yang akan bertanggungjawab) dan pidana (yang membuat laporan yang dipenjara +/-
7 tahun).
Dokumentasi ada dua bukti-bukti yaitu dokumentasi naratif dan fotografi dengan tata cara tertentu.

PEMERIKSAAN LUAR
• Penentuan kematian
• Identifikasi
• Jenis perlukaan
• Jenis kekerasan
• Perkiraan waktu kematian
• Perkiraan mekanisme kematian
• Perkiraan penyebab kematian
• Perkiraan cara kematian

PEMERIKSAAN LUAR Bertujuan untuk :


1. Identifikasi harus diperiksa karena jenazah tidak bisa dianamnesis
Ada standar internasional yang dikeluarkan oleh Interpol, untuk identifikasi ada dua
identifier/alat identifikasi;
a. Identifier Primer/ prinsip, terdiri atas DNA, sidik jari/finger print dan data gigi / dental record
b. Identifier Sekunder; properti, data medis (medical record) dan fotografi
Seseorang dapat teridentifikasi apabila ditemukan 1 saja identifier primer atau jika tidak ada
identifier primer maka harus ada 2 identifier sekunder untuk bisa teridentifikasi.
Jadi untuk mengidentifikasi ini adalah membandingkan data orang yang meninggal (postmortem)
dengan data orang yang hilang  jika kita mendapatkan jenazah yang belum teridentifikasi yang
tidak ada namanya. Saat periksa lihat labelnya, biasanya polisi sudah mengisi labelnya, kalau belum
tahu namanya berarti belum teridentifikasi.
2. Pemeriksaan tanda-tanda kematian
a. Tanda segera
b. Perubahan awal
c. Perubahan lanjut

3
Pemeriksaan tanda-tanda kematian ini berfungsi untuk menentukan kematian dan perkiraan
waktu kematian ( postmortem interval/ PMI ), memperkirakan mekanisme dan penyebab
kematian.
3. Periksa luka-luka (perlukaan)/keracunan (toksikologi)/trauma
Bisa tahu jenis luka dan jenis kekerasan.
Penentuan kematian di masing-masing negara berbeda penentuannya. Di Amerika yang tehnologinya
sudah maju, kematian neokortex dianggap sebagai penentu kematian karena sudah tidak ada fungsi
kortex cerebri.(karena tehnologi bisa mendeteksi) brain death is death. Ada juga negara yang
penentunya Whole brain is death jadi seluruh otak mati baru dikatakan meninggal.
Di Indonesia menuliskan di UU kesehatan, kematian adalah mati batang otak. Alasannya mengapa mati
batang otak sebagai kematian, karena batang otak berisi pusat-pusat vital tubuh ada di brain stem baik
pusat respirasi, termoregulator, kardio dll. Di bagian otak sendiri, batang otak merupakan bagian yang
paling resisten terhadap kekurangan okigen. Jadi apabila batang otak yang paling resisten saja sudah
tidak berfungsi maka bagian otak yang lain juga tidak berfungsi.
Setelah mati batang otak (mati klinis/mati sistemik), belum semua jaringan mengalami kematian.
Rata-rata 2 – 4 jam setelah kematian klinis, baru jaringan tubuh semua akan mengalami kematian yang
dinamakan kematian seluler/ mati molekuler  mati sesungguhnya.
Oleh sebab itu di puskesmas jangan langsung diserahkan jenazah pada keluarga, tunggu 2-4 jam baru
diserahkan (mati molekuler). Seorang dokter penting mengetahui ini karena ada window period antara
kematian somatik dengan kematian seluler antara 2-4 jam  untuk kepentingan transplan organ (donor
organ). Ginjal masih bisa berfungsi 45 menit setelah mati batang otak; kornea 6 jam, atau darah yang
langka seperti O bombai (tanpa aglutinogen sama sekali baik aglutinogen A atau B) akan hemolisis
setelah 6 jam.

PENENTUAN KEMATIAN
• Tidak ada denyut jantung • Lebam mayat
• Tidak ada pernafasan • Kaku mayat
• Kulit pucat • Penurunan suhu
• Otot lemas • Pembusukan
• Tidak ada aktifitas otak  tanda pasti kematian
 tanda awal

IDENTIFIKASI
• Gigi-geligi
• Label
• Jenis Kelamin
• Bungkus Jenazah
• Lubang pelepasan
• Benda samping Jenazah
• Tinggi badan
• Pakaian
• Berat badan
• Perhiasan
• Ras
• Rambut
• Tatto
• Hidung
• Cacat
• Mata
• telinga

4
LABEL JENAZAH
• Identitas jenazah tidak tertukar
• Diskripsi : catat seperti yang tercantum dalam label tsb

PEMBUNGKUS/PENUTUP JENAZAH
• Diskripsi : Jenis, Bahan, Motif/corak, Warna, Merek atau tulisan
PERHIASAN  Identifikasi perhiasan, biasanya dicincin kawin ada nama pasangannya.
• Diskripsi :
• Jenis
• Bahan
• Warna
• Lokasi temuan
• Merek
• Tulisan/grafir
• Lepas dan simpan dalam kantong plastik serta beri label (identitas, tgl px)
• Catat di buku serah terima BB

PAKAIAN
• Jenis, Bahan, Warna, Corak, Merek, Ukuran, Robekan, Pengotoran
* Kalau seandainya ada robekan pada pakaian akibat luka tusuk / luka tembak, harus
dideskripsikan juga pakaiannya dicari dari jahitan terdekat itu yang dipergunakan.

BENDA SAMPING JENAZAH


• Sebatas brangkar/keranda
• Dalam kantong jenazah
• Patokan truncus
• Termasuk tempayak/belatung  warna, panjang terbesar
# Benda samping jenazah untuk mengetahui adanya attach (menempel ditubuh jenazah) dan effect (di
sekitar tubuh jenazah).
Contoh: ada hp di sekitar jenazah  benda disamping jenazah. Yang dipakai sebagai patokan di forensik
ada brangkar/kerandanya jadi antara brangkar dan jenazah itu adalah benda disamping jenazah.
Belatung untuk pembuktian waktu kematian. Cari ukuran terbesar (parasitologi) lalu diukur dulu 
mengenal dulu spesiesnya apa.
Bisa untuk identifikasi kalau seandainya orang tidak dikenal, ada belatung yang makan jaringan, itu
belatung dibunuh dan diperiksa DNA nya.

5
Bisa dipergunakan untuk menentukan dimana luka-lukanya  kalau lalat bertelor itu akan mencari
tempat yang ada lukanya. Contoh di kelamin lebih banyak belatung maka ada kejahatan seksual .
Bisa juga untuk toksikologi  mengukur racun di ulat tersebut.

IDENTIFIKASI UMUM
• Jenis kelamin
• Ras  kebangsaan
• Umur
• Warna kulit
• Status gizi
• Panjang badan
• Berat badan
• Zakar disunat/tidak

CIRI KHUSUS
• Tatto
• Jaringan parut/bekas luka/operasi
• Kelainan kongenital
• Cacat didapat

MATA
• Terbuka/tertutup
• Selaput bening
• Teleng
• Tirai mata
• Selaput bola mata
• Selaput kelopak mata

HIDUNG & TELINGA


• Bentuk
• Kelainan tertentu :
• Tindik

Gigi-geligi

6
1.1 : gigi seri pertama rahang atas samping kanan
2.3 : gigi taring rahang atas samping kiri
3.5 : gigi geraham depan kedua rahang bawah samping kiri
4.8 : gigi geraham belakang ketiga rahang bawah samping kanan

GIGI YANG KHAS

PERUBAHAN POSTMORTEM
• Lebam mayat.
• Kaku mayat.
• Tanda pembusukan
• Penurunan suhu
• Segmentasi a. Retinalis
• Kekeruhan kornea

LEBAM MAYAT
• Yang dinilai :
• Distribusi: tubuh di bagian paling bawah
• Warna : merah kebiruan/keunguan
• Bila lebih gelap (asfiksia), merah terang (keracunan CO,CN), coklat
(methemoglobinemia)
• Luas: meluas (asfiksia, jantung, stroke, narkoba), minim (perdarahan)
• Hilang/tidak hilang pada penekanan
• (Tidak hilang 8-12 jam)

7
KAKU MAYAT
Yang dinilai :
• Masih lemas: kurang dari 2 jam
• Kaku tidak sempurna, mudah dilawan:
sudah meninggal 2-12 jam
• Kaku sempurna, sukar dilawan:
sudah meninggal 12-24 jam
• Kaku tidak sempurna, perut kanan bawah hijau, bau: lebih dari 24 jam
Cara periksa :
persendian digerakkan

CADAVERIC SPASME

TANDA PEMBUSUKAN

Mumifikasi Saponifikasi

8
PEMERIKSAAN LUBANG TUBUH
• Mulut
Kornea (pakai istilah yang dimengerti oleh orang non medis  selaput bening mata),
konjungtiva bulbi (selaput lendir bola mata)
• Hidung
• Telinga
• Kemaluan
• Lubang Pelepasan
 DARAH, CAIRAN, KOTORAN

TANDA KEKERASAN
• Luka
• Patah Tulang

KESIMPULAN PL
• Identitas
• Jenis perlukaan
• Jenis kekerasan penyebab perlukaan
• Sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam
• Tambahan : PMI

# PENJELASAN dr Alit
Pemeriksaan tanda kematian :
1. Tanda segera adalah tanda segera setelah kematian yaitu tanda-tanda mati batang otak : tidak
ada denyut jantung (sirkulasi), respirasi, tonus otot dan tidak ada aktivitas otak (EEG flat).
CNS; periksa sensorik  tidak ada sensibilitas ( yang paling sensitif Telunjuk, nipple pada laki-
laki), motorik ( yang paling sensitif lidah )  Ingat Homonculus!
Pada sensorik dan motorik tidak ada gerakan/respon, periksa juga reflex pupil (konsensual,
vestibulococchlear  nistagmus)

2. Tanda perubahan awal; perubahan kematian sampai 24 jam pertama (didaerah tropis), kalau di
negara kondisi dingin beda lagi perubahan awal. (perubahan awal : <24 jam sampai 24 jam)
a. Lebam mayat (Livor mortis)
b. Kaku mayat (Rigor mortis)
c. Tanda Pembusukan awal (dekomposisi awal)
d. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) di negara-negara lain paling dipergunakan untuk
mengestimasi waktu kematian, tapi di bagian kita belum ada alatnya
Penurunan suhu tubuh yang diukur adalah suhu core/suhu internal (di rectal), pada
kematian metabolisme terhenti maka produk panas berhenti tapi pelepasan terus ada,
pelepasan panas dari tubuh tidak akan terjadi seketika karena tubuh dilapisi viscera, lemak,
otot kulit terjadi secara gradual, evaporasi, radiasi dll.

9
Sehingga pada awal belum ada penurunan, suhu masih flat (datar) baru turun. Kurva
sigmoid, menurun sampai mendekati suhu lingkungan. Rata-rata penurunan suhu +/- 30 per
jam.

a. Lebam mayat mulai terbentuk dari 20 menit sampai 1 jam. Lebam mayat digunakan sebagai
tanda pasti kematian karena paling awal terbentuk, berfungsi untuk menentukan:
1. Posisi jenazah
2. Memperkirakan perubahan posisi jenazah
3. Perkiraan waktu kematian
Pada saat kematian, sirkulasi terhenti, maka darah akan dipengaruhi oleh gravitasi sehingga
mencari posisi terendah, bisa digunakan untuk mengetahui posisi terbawah. Kalau mati gantung
diri maka lebam mayat akan ada di bagian kaki sekitar telapak kaki juga ada, kalau posisi supine
maka akan ada di bagian belakang.
Patofisiologi, setelah kematian, mulai 6 jam kematian terjadi hemolisis darah, sehingga pigmen-
pigmen darah keluar menyebabkan lebam mayat kalau ditekan tidak hilang. Periksa dengan
menekan lebamnya, hilang atau menetap. Jika <8 jam maka lebam akan hilang, jika >8 – 12 jam
lebam mayat tidak akan hilang / menetap.
Contoh : memperkirakan posisi jenazah ada 2 posisi lebam mayat, biasanya pada pembunuhan,
pelaku merubah posisi jenazah sebelum 8 jam, shg tampak ada 2 posisi lebam mayat di tubuh
yang berlawanan.
Disamping ditekan harus lihat pula warna dari lebam mayat  memberikan informasi apa yang
ada di dalam darah;
Normal : merah keunguan / merah kebiruan, warna reduce Hb jadi warna hemoglobin (HbO 2)
yang melepaskan O2.
Pada keadaan tertentu bisa lebih gelap, contohnya pada asphyxia  artinya ada mengikat CO2
jadi HbCO2 berwarna merah gelap.
Marah terang : keracunan CO (karena gas CO berafinitas lebih tinggi dibandingkan O 2. Gas CO
berikatan affinitynya 286x lebih kuat daripada O2 terhadap Hb) sehingga kalau keracunan CO
berarti orang tersebut kekurangan oksigen sehingga yang tinggi adalah HbCO.
Merah terang : keracunan sianida (CN)  sianida adalah racun yang menghambat fungsi
respirasi mitokondrias shg sel tidak bisa mempergunakan oksigen, artinya dalam darah yang
tinggi adalah oksigen jadi HbO2 yang tinggi.
Coklat : Pada keracunan nitrit (nitrit mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin karena dia
alkali, warnanya coklat sehingga lebam mayatnya berwarna coklat)
Melihat distribusinya, Luas tidaknya lebam mayat tergantung pada faktor:
1. Volume darah yang ada pada jenazah. Semakin besar volume darahnya maka semakin luas
lebam mayatnya (contoh: orang yang gagal jantung lebam mayat lebih luas daripada orang
yang ada trauma)
2. Encernya darah pada jenazah berhubungan dengan enzim fibrinolisin  yang
menghancurkan fibrin. (Enzim ini akan tinggi pada mati mendadak atau karena asphyxia
sehingga akan menyebabkan lebam mayatnya akan lebih luas)

10
b. Kaku mayat (Rigor mortis)
Perubahan pada otot;
1. Relaksasi primer
Karena kematian batang otak menyebabkan kehilangan tonus sehingga lemas. Tonus otot
dipengaruhi oleh sistem ARAS (Ascending Reticular Activating System) jadi tidak berfungsi
lagi makanya tonus hilang.

2. Kaku mayat (Rigor mortis)


Setelah 1-3 jam baru terbentuk kaku mayat, terjadi karena beberapa hal. Teori fransioji
karena kekurangan ATP, di dalam otot ada aktin dan miosin (aktin dan miosin berikatan
maka otot akan berkontraksi), kalau relaksasi memerlukakan fosfat berupa ATP. Jadi kalau
orang itu hidup ATP ini akan digunakan untuk kontraksi menjadi ADP karena fosfat
digunakan maka terjadi resintesa  siklus kreb. Setelah meninggal tidak ada siklus kreb lagi,
jadi ATP akan terus berubah menjadi ADP, ADP menjadi AMP, AMP menjadi metilxantine
sehingga menyebabkan aktin dan miosin berikatan, itu kaku mayat. Jadi kaku mayat terjadi
ikatan aktin miosin karena semakin berkurangnya ATP.
Kemudian ATP ini berhubungan dengan cadangan glikogen, jadi masa otot yang besar
berarti ATP cadangan besar, sehingga kaku mayat tidak terjadi bersamaan pada otot. Otot
yang mengalami kaku mayat paling awal adalah otot yang masanya kecil tapi sering
digunakan yaitu musculus orbicularis oculi lalu masseter. (gambaran kaku mayat itu
cephalocaudal dari atas ke bawah). Ex: Harus ditutup matanya agar tidak membelalak, dan
massternya harus diikat.
Kita harus menilai apakah kaku mayat sudah lengkap atau belum. Jadi kaku mayat kalau
dimanipulasi pasti akan hilang, setiap digerakkan akan hilang. Kapan dikatakan
sempurna/tidak sempurna, maka lihat pembentukannya kembali.
Kalau pembentukan cepat  sempurna, kalau lambat pembentukannya berarti belum
sempurna. Tidak sempurna antara 2-12 jam dan Sempurna antara 12-24 jam.
Dari Kaku mayat juga bisa digunakan untuk memperkirakan waku kematian.

3. Relaksasi sekunder
Adalah awal pembusukan, dalam 24 jam pertama akan lemas kembali otot tersebut.
Muncul pertanyaan teori ATP, semakin berkurang ATP semakin kaku, kok semakin lemas?
Ada teori asam basa, pada awal kematian terjadi metabolisme anaerobik sehingga
menghasilkan asam (asam oleat, palmitat dsb) menyebabkan kaku. Tapi setelah 24 jam
pertama terjadi proses pembusukan, mengalami proses denaturasi protein, sehingga di
hasilkan amoniak, Non nitrogen protein  itu semua adalah basa sehingga akan lemas.

Pemeriksaannya dengan menggerakkan sendi; nilai susah dilawan atau tidak, apakah lambat /
cepat terbentuk.

11
Perubahan-perubahan otot lain;
Cadaveric spasm adalah kontraksi sekelompok otot yang dicetuskan oleh pengalaman psikis
yang ekstrem pada saat masih hidup dan tidak ada relaksasi primer. Contoh tentara peran,
orang dibunuh yang sangat ketakutan, kasus orang tenggelam yang berusaha memegang
rumput.
Heat stiffening yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas, contohnya
denaturasi protein pada luka bakar. Penting untuk interpretasi, pada otot laki-laki yang
berkembang adalah bisep shg kalau terbakan jenazah laki-laki maka gambaran akan seperti
petinju (boxer holding / fuginistic attitude) jadi jangan dianggap sebelum terbakar melawan
dulu, karena perubahan otot memang begitu. Sedangkan pada perempuan yang berkembang
adalah otot pelvis shg kalau terbakar jenazah wanita gambarannya seperti orang koitus (coital
holding) jadi jgn diartikan diperkosa dulu sebelum terbakar.
Cold stiffening yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan
cairan tubuh termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila
sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi (krepitasi). Kalau dibiarkan
ditempat terbuka dia akan lemas.

c. Proses pembusukan ada dua yaitu terjadi karena ada aktivitas kuman dan autolisis.
Kuman-kuman komensal dalam tubuh akan menjadi kuman pembusukan setelah orang
meninggal. Kuman komensal ini paling banyak di abdomen bagian bawah daerah caecum.
Pembusukan ini akan membentuk gas H2S bergabung dengan amoniak maka berwarna hijau.
Sulfur dan amoniak hijau warnanya  tanda pembusukan awal.
Gas pembusukan akan menyebabkan vena-vena melebar (marbling), lalu mulai masuk gas akan
pecah pembuluh darah di hidung dan telinga, bengkak, kulit mengelupas, ada belatung, dsb.
Ada dua cara agar proses pembusukan terhenti (Modifikasi):
1. Mumifikasi
Pada daerah kering dengan udara yang mengalir seperti di mesir. Karena terjadi dehidrasi
sehingga kuman tidak bisa hidup terjadilah mumifikasi. Kulit akan berwarna kering, coklat
dan melekat pada tulang, rata-rata terjadi antara 1 – 3 bulan dan tidak bersifat seluruhnya
(parsial) tapi bisa juga seluruhnya.
2. Saponifikasi
Jenazah berada ditempat lembab dan berair.
Patofisiologi; pada daerah yang berlemak, jika terinfeksi clostridium lesii akan melepaskan
enzim lesitinase. Lesitinase akan melepaskan asam-asam lemak yang akan menguraikan
lemak dalam tubuh. Karena asam yang tinggi, maka pH rendah sehingga bakteri tidak bisa
tumbuh. Asam-asam yang dihidrolisis dari asam lemak tidak jenuh menjadi jenuh yaitu
asam stearate, palmitat dan oleat  kalau berikatan dengan ion dari air maka akan
terbentuk sabun. Sabun ini gambarannya seperti lemak sehingga disebut adiposera (seperti
lemak)/saponifikasi  jenazahnya masih utuh. Waktunya dalam 1 – 3 bulan.
Proses pembusukan tergantung pada media, pembusukan menurut hukum Casper 1 : 2: 8,
Kalau jenazah berada di tempat terbuka 1 hari (24 jam), air 2 x 24 jam, dan jika di dalam tanah 8
x 24 jam.

12
Penentuan waktu kematian
shahrom abd wahid
Keadaan jenazah Perkiraan waktu kematian

• Warna hijau pd reg. Iliaca sinistra 24-36 jam

• Tanda marbling (pelebaran vena-vena berwarna 36-48 jam


kehijauan/ argorescens livaten seperti pohon
gundul ada cabang-cabangnya tapi tanpa daun)
• Tanda Bloating (mulai bengkak, skrotumnya 48-72 jam
membengkak, perut bengkak dll)
• Kulit telapak kaki dan tangan mengelupas spt 3-4 hari
sarung tangan/kaos kaki
• Thorak dan abdomen pecah 5-10 hari
• Uterus ( yang tidak gravid ) dan prostat membusuk 2-3 minggu
tdk dapat dikenali
(Kalau uterus ada janin maka akan cepat
membusuk)

Entomologi Forensik
shahrom abd wahid
Keadaan jenazah Perkiraan waktu kematian

• Ditemukan telur serangga 18-36 jam

• Larva menetas 24 jam

• Larva menjadi pupa 4-5 hari

• Pupa menjadi lalat dewasa 4-5 hari

TOTAL WAKTU TELUR JADI LALAT DEWASA 11 HARI

13
KKR FORENSIK DAY 2 – PEMERIKSAAN LUKA DAN FOTOGRAFI FORENSIK
dr. Ida Bagus Putu Alit, Sp.F, DFM
Bag/SMF/Instalasi Kedokteran Forensik FK UNUD/RSUP Sanglah

PEMERIKSAAN LUKA
• Lokasi regio anatomi
• Koordinat (absis, ordinat).
• Jenis perlukaan
• Luka memar
• Luka lecet
• Luka terbuka
• Gambaran luka : tepi, sudut, dasar, dapat/tdk dirapatkan
• Ukuran luka.
• Sekitar luka.

14
REGIO & KOORDINAT
• Regio anatomi sebutkan dengan jelas misal :
• Pipi kanan
• Lengan atas kiri bagian depan
• Dada sisi kiri
• Paha kiri bagian luar
• Lutut kanan
• Koordinat :
• Pada daerah kepala dan badan mempunyai absis dan ordinat
• Pada anggota gerak : hanya ordinat
• Luka tembak/tusuk  tambah di atas tumit

CARA MENENTUKAN KOORDINAT

GAMBARAN LUKA
• Luka terbuka
• Tepi luka rata/tidak rata
• Sudut luka lancip/ tumpul
• Jembatan jaringan tidak ada/ada
• Dasar luka
• Bentuk luka atau dapat/tdk bila dirapatkan

15
• Luka memar
• Warna
• Luka lecet
• Warna krusta, arah luka

Luka lecet

Contoh diskripsi luka lecet


Pada perut sisi kanan, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan, sepuluh sentimeter di atas pusat,
terdapat luka lecet ukuran dua puluh sentimeter kali dua belas sentimeter.

Luka gantung

Pada leher terdapat luka lecet tekan, perabaan keras dan kaku, warna merah kecoklatan, melingkari
leher secara tidak penuh, dengan arah miring dari depan bawah ke belakang atas, dengan rincian
sebagai berikut :
• Pada bagian depan, dua sentimeter diatas jakun, lebar 1 cm
• Pada samping kanan, sepuluh sentimeter di bawah lubang telinga, lebar 1 cm
• Pada samping kiri, sembilan sentimeter di bawah lubang telinga, lebar 1 cm
• Pada leher bagian belakang samping kanan luka menghilang pada 7 cm GPB tepat pada
batas tumbuh rambut bagian belakang, lebar 1 cm
• Pada leher bagian belakang samping kiri luka menghilang pada 8 cm GPB tepat pada
batas tumbuh rambut bagian belakang, lebar 1 cm
• Panjang seluruh luka 29 cm.

16
LUKA MEMAR

1 2
Contoh diskripsi luka memar
1. Pada lengan atas kanan bagian depan, sembilan belas sentimeter di bawah puncak bahu,
terdapat luka memar warna merah berbentuk dua garis sejajar dengan daerah pucat
ditengahnya. Lebar daerah pucat dua sentimeter, luas memar seluruhnya dua koma lima
sentimeter kali sepuluh sentimeter
2. Pada paha kiri bagian depan, dua puluh lima sentimeter di atas lutut, terdapat luka memar,
warna hijau dengan tepi luka berwarna kuning, berukuran dua puluh sentimeter kali lima belas
sentimeter

CONTOH DISKRIPSI LUKA ROBEK


Pada dahi sisi kanan, dua sentimeter garis pertengahan depan, tujuh sentimeter di atas sudut dalam
mata, terdapat luka terbuka tepi tidak rata, kedua sudut luka tumpul, terdapat jembatan jaringan, dasar
luka tulang, bila dirapatkan berbentuk garis sepanjang tiga sentimeter.

Contoh diskripsi patah tulang


Patah tulang terbuka :
Tampak patah tulang tungkai bawah (kering / betis) kanan sepertiga tengah
Patah tulang tertutup:
Teraba patah tulang lengan bawah (hasta / pengumpil) kanan sepertiga bawah, jaringan kulit
disekitarnya terdapat memar berwarna kebiruan.

17
Luka terbuka akibat kekerasan tajam

CONTOH DISKRIPSI LUKA TAJAM


• Tepat pada pergelangan tangan kiri bagian belakang, terdapat luka terbuka tepi rata, kedua
sudut luka lancip, dasar luka otot, bila dirapatkan berbentuk garis lurus sepanjang enam
sentimeter.
• Pada dada sisi kanan, lima sentimeter dari garis pertengahan depan, lima sentimeter di bawah
puting susu, seratus tiga puluh lima sentimeter di atas tumit, terdapat luka terbuka tepi rata,
sudut luka pada sisi kanan bawah lancip sedangkan pada sisi kiri atas tumpul, dasar luka otot,
bila dirapatkan berbentuk garis sepanjang tiga sentimeter.

LUKA AKIBAT TEMBAKAN SENJATA API

• Pada pelipis kiri, tujuh sentimeter dari garis pertengahan depan, enam sentimeter di atas sudut
luar mata, seratus lima puluh enam sentimeter di atas tumit, terdapat luka terbuka berbentuk
bulat, dengan garis tengah nol koma delapan sentimeter; di sekitarnya terdapat luka lecet tekan
dengan rincian sebagai berikut :
– Pada arah kanan atas, lebar luka nol koma satu sentimeter
– Pada arah kiri bawah, lebar luka nol koma satu sentimeter
– Pada arah kiri atas , lebar luka nol koma satu sentimeter
– Pada arah kanan bawah, lebar luka nol koma satu sentimeter
Disekitar luka terdapat kelim tato dan jelaga meliputi daerah seluas tiga sentimeter kali empat
sentimeter.

18
LUKA BAKAR
• Pada lengan bawah kanan sisi luar, sepuluh sentimeter di bawah siku, terdapat luka bakar
berupa kulit yang berwarna cokelat kemerahan, menggelembung berisi cairan bening,
berukuran enam sentimeter kali empat sentimeter.
• Pada lengan bawah kanan bagian depan, mulai dari lipat siku sampai pergelangan tangan,
terdapat luka bakar berupa kulit berwarna kemerahan dengan kulit ari yang mengelupas
berwarna cokelat kehitaman seluas tiga puluh sentimeter kali delapan sentimeter
• Pada dada, melintang terhadap garis pertengahan depan, lima sentimeter di atas puting susu,
terdapat luka bakar berupa jaringan kulit berwarna putih kemerahan dengan tepi berwarna
merah kehitaman meliputi daerah seluas enam belas sentimeter kali delapan sentimeter

19
FOTOGRAFI FORENSIK

Teknik Pengambilan Foto


• Informed Consent
• Siapkan label, penggaris berskala
• Posisikan objek sesuai posisi anatomis dengan latar belakang yang terang dan bersih
• Tempatkan skala pada objek yang ingin difoto, usahakan tidak menutupi sebagian atau seluruh
objek
• Atur pencahayaan ruangan dan kamera. Usahakan tidak menggunakan lampu kilat (flash).
• Posisikan lensa kamera tegak lurus terhadap objek yang ingin difoto
• Fokuskan objek yang ingin difoto (kamera harus stabil)

• Ambil gambar dari posisi jauh sehingga penanda anatomi di sekitar objek tampak dalam foto,
misalnya sendi bahu dan siku.
• Ambil gambar dari posisi close up dengan menggunakan mode makro.
• Ambil gambar sebelum dan sesudah luka dibersihkan.
• Evaluasi hasil foto, jika kurang tajam atau kurang memuaskan, ulangi pengambilan foto.
• Pengambilan foto sebaiknya berurutan sesuai deskripsi luka, mulai dari kepala, wajah, leher,
dada, perut, punggung, anggota gerak atas dan bawah.

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL


Hapusan Vagina
• Informed consent.
• Siapkan label (Nama dr. & jenazah, tgl lahir, tgl pengambilan).
• Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
• Posisikan jenazah dalam posisi litotomi.
• Ambil lidi kapas dari tempatnya.
• Usapkan lidi kapas dengan gerakan maju mundur, atas bawah, memutari sekeliling vulva /
vagina selama 20 detik.
• Letakkan lidi kapas di atas kertas dengan nama di atasnya.
• Keringkan di udara terbuka selama 2 jam.
• Masukkan ke dalam amplop kertas, berikan label lalu disegel.
• Simpan dalam suhu 40C.

Mukosa Pipi
• Informed consent.
• Siapkan label (Nama dr. & jenazah, tgl lahir, tgl pengambilan).
• Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
• Usapkan lidi kapas pada dinding dalam rongga mulut kanan dan kiri secara bergantian.
• Pengusapan dilakukan secara gentle namun bertenaga, dengan gerakan maju mundur, atas
bawah, dan memutar selama 20 detik.
• Letakkan lidi kapas di atas kertas dengan nama di atasnya.

20
• Keringkan di udara terbuka selama 2 jam.
• Masukkan ke dalam amplop kertas, berikan label lalu disegel.
• Simpan dalam suhu 40C.

Darah
• Informed consent.
• Siapkan label (Nama dr. & jenazah, tgl lahir, tgl pengambilan).
• Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
• Ambil spuit 10 cc.
• Jarum ditusuk tegak lurus pada daerah trigonum femoralis, sekitar 3 jari di bawah lipatan paha.
• Ambil darah dari vena femoralis sebanyak mungkin.
• Masukkan spuit ke dalam amplop kertas, berikan label lalu disegel.
• Simpan dalam suhu 40C.

Urine
• Informed consent.
• Siapkan label (Nama dr. & jenazah, tgl lahir, tgl pengambilan).
• Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
• Ambil spuit 10 cc.
• Jarum ditusuk pada daerah perut, sekitar 2 jari diatas simfisis pubis, lalu arahkan jarum ke
kandung kemih.
• Ambil urine sebanyak mungkin, jika memungkinkan hingga 25-50 cc.
• Tampung dalam wadah (botol) tertutup rapat dan disealed.
• Masukkan spuit ke dalam amplop kertas, berikan label lalu disegel.
• Simpan dalam suhu 40C.

Cara Pengiriman
• Satu tempat satu sampel
• Volume pengawet 2 x volume sampel
• Sertakan contoh pengawet
• Hasil otopsi  dugaan racun
• Surat permintaan pemeriksaan penyidik

• Pasal 130 KUHAP


– Semua bahan yang dikirimkan untuk pemeriksaan harus ditutup rapat, diberi label dan
diberi segel lak.
• Pasal 75 KUHAP
– Harus disertakan berita acara pembungkusan dan penyegelan barang bukti yang
menerangkan jenis dan wadah barang bukti, warna dan jenis pembungkus, tali, lak serta
label yang dipergunakan dan tulisan yang terdapat pada label.
– Contoh segel lak harus pula disertakan (dilekatkan) pada berita acara.

21
PEDOMAN PERILAKU & ETIK
Pedoman Perilaku dan Etik di Kamar Jenazah (1)
• Menghormati martabat jenazah.
• Menghormati dan mengakomodir keragaman agama dan budaya.
• Mengenakan pakaian yang sepatutnya.
• Objektif dan tidak bias.
• Bekerja dengan standar profesi tertinggi.
• Menerapkan standar pemeriksaan sesuai prosedur yang berlaku.

• Selalu mengembangkan keilmuannya.


• Menjaga keutuhan rantai barang bukti dengan mencegah kontaminasi sampel, menjaga
keamanan dan keutuhan barang bukti, serta melabel dan mencatat sampel / barang bukti.
• Mematuhi aturan kesehatan dan keselamatan kerja, termasuk prosedur penanganan
pencegahan infeksi.
• Menyadari pentingnya keamanan dan akses yang terbatas di kamar jenazah.

• Menjaga kerahasiaan medis.


• Mengakui kesalahan yang diperbuat.
• Bekerja sama dalam tim.
• Tidak memberikan informasi yang berlebihan kepada wartawan / pers.

22

Anda mungkin juga menyukai