Anda di halaman 1dari 6

2.

4 Klasifikasi urtikaria

Urtikaria dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan faktor resiko yang


menginduksi (induced vs spontaneus). Berdasarkan durasi, urtikaria dibedakan
menjadi urtikaria akut dan kronis. Urtikaria akut terjadi <6 minggu, apabila >6
minggu disebut sebagai urtikaria kronis. Klasifikasi berdasarkan durasi penting
untuk mengetahui patogenesis dan menentukan terapi.1

Klasifikasi Urtikaria berdasarkan ada/ tidaknya faktor pencetus.2

Tipe Subtipe Definisi


Urtikaria spontan Urtikaria spontan akut Tidak ada faktor pencetus, <
6minggu
Urtikaria spontan kronis Tidak ada faktor pencetus, >
6minggu
Urtikaria fisik Urtikaria kontak dingin Faktor pencetus: benda yang
dingin/udara/cairan/angin
Urtikaria kontak panas Faktor pencetus: panasyang
terlokalisir
Urtikaria demografi Faktor pencetus: tekanan
atau goresan mekanis
(timbul setelah 1-5 menit)
Urtikaria solar Faktor pencetus sinar UV
dan/ atau visible light
Delayed pressure Faktor pencetus: tekanan
urticaria vertikal (timbul setelah 3-12
jam)
Faktor pencetus: getaran
Urtikaria vibratori
Urtikaria tipe lain Urtikaria aquagenik Faktor pencetus: air
Urtikaria kolinergik Faktor pencetus:
peningkatan suhu tubuh
akibat olahraga atau
Urtikaria kontak makanan pedas
Faktor pencetus: kontak
dengan bahan yang
Urtikaria yang menyebabkan urtikaria
diiunduksi olahraga Faktor pencetus: olahraga

2.5 Gambaran Klinis

Keluhan subjektif biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Klinis


tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian tengah
tampak lebih pucat. Eritema atau kemerahan bila ditekan akan memutih.
Bentuknya dapat papular seperti pada urtikaria sengatan serangga, bersarnya dapat
miliar, lentikular, numular, sampai plakat. Bila mengenai jaringan yang lebih
dalam sampai dermis dan jaringan submukosa atau subkutan, akan terlihat edema
dengan batas, juga beberapa alat dalam misalnya saluran cerna dan napas, disebut
angioedema.3,4

Urtikaria ditandai dengan timbulnya peninggian pad kulit dan/ atau angioedema
secara mendadak. Peninggian kulit pada urtikaria harus memenuhi kriteria
dibaawah ini:1

- ditemukan edema sentral dengan ukuran bervariasi, dan bisa disertai


eritema disekitarnya
- terasa gatal atau kadang-kadang sensasi terbakar
- umumnya dapat hilang dalam 1-24 jam ada yang <1 jam

Angioedema ditandai karakteristik berikut:

1. edema dermis bagian bawah atau jaringan subkutan yang timbul


mendadak, dapat berwarna kemerahan ataupun berwarna lain, sering
disertai edema membran mukosa
2. Lebih sering dirasakan sebagai sensasi nyeri dibandingkan gatal, dapat
menghilang setelah 72 jam

Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear di kulit yang terkena


goresan bena tumpul , timbul dalam waktu lebih kurang 30 menit. Pada urtikaria
solar lesi terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan
panas lesi akan terlihat pada daerah yang terkena dingin dan panas. Urtikaria
akibat penyinaran biasanya pada gelombang 400-500 nm, klinis berbentuk
urtikaria popular.3,4

Lesi urtikaria kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3 mm


dikelilingi daerah warna merah namun dapat pula nummular dan berknfluen
membentuk plakat. biasanya terdapat pada daerah yang berkeringat. Dapat timbul
pada peningkatan suhu tubuh, emosi, makanan yang merangsang dan pekerjaan
berat. Unutuk urtikaria akibat obat atau makanan ummnya timbul secara akut dan
generalisata.3,4
2.6 Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah, urin, feses rutin.


Pemeriksaan darah, urin, feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi
yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglubulin dan cold hemolysin
perlu diperiksa pada urtikaria dingin. Pemeriksaan-pemeriksaan seperti
komplemen, autoantibodi, elektrofloresis serum, faal ginjal, faal hati dan urinalisis
akan membantu konfirmasi urtikaria vaskulitis. Pemeriksaan C1 inhibitor dan C4
komplemen sangat penting pada kasus angioedema berulang tanpa urtikaria.3,5,6
Tes Alergi
Pada prinsipnya tes kulit(prick test) dan RAST(radioallergosorbant tests), hanya
bisa memberikan informasi adanya reaksi hipersensitivitas tipe I. Untuk urtikaria
akut, tes-tes alergi mungkin sangat bermanfaat, khususnya bila urtikaria muncul
sebagai bagian dari reaksi anafilaksis. Untuk mengetahui adanya faktor vasoaktif
seperti histamine-releasing autoantibodies, tes injeksi intradermal menggunakan
serum pasien sendiri (autologous serum skin test-ASST) dapat dipakai sebagai tes
penyaring yang cukup sederhana.3,5,7

Tes Eliminasi Makanan


Tes ini dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai untuk beberapa
waktu, lalu mencobanya kembali satu demi satu. 3
Tes fisik
Tes fisik lainnya bisa dengan es (ice cube test) atau air hangat apabila dicurigai
adanya alergi pada suhu tertentu.3,5

B. Pemeriksaan Histopatologik
Perubahan histopatologik tidak terlalu nampak dan tidak selalu diperlukan tetapi
dapat membantu diagnosis.Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di
papila dermis, geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen membengkak. Pada
tingkat permulaan tidak tampak infiltrasi selular dan pada tingkat lanjut terdapat
infiltrasi leukosit, terutama disekitar pembuluh darah.3,8,9

Gambar 7:Histologi dari wheal yang terjadi tiba-tiba menunjukkan pelebaran


dermis, pelebaran pembuluh darah dan sedikit infiltrasi sel perivaskular
olehlimfosit, neutrofil dan eosinofil.8
Tes diagnostik yang di rekomendasikan menurut tipe dan subtipe: 1
Daftar pustaka

1. Siannoto M. Diagnosis dan Tatalaksana Urtikaria. CDK 250 vol.44 no.3.


2017. Madiun: Rumah Sakit Santa Clara.
2. Borges MS, et al. Diagnosis and treatment of urticaria and angioedema: A
worldwide perspective. WAO Journal. 2012. Available from:
http://waojournal.biomedcentral.com/articles/10.1097/WOX.0b013e31827
58d6c

3. Aisah S, Effendi EH. Urtikaria dan angioedema dalam buku Ajar Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 2016. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. hal:
169-177 edisi ke tujuh.
4. Siregar. Saripati Penyakit Kulit. 2003. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. hal: 124-126
5. Hunter J, Savin J, Dahl M. Reactive erythema and vasculitis. Clinical
Dermatology. 3rd ed. Blackwell Publishing; 2002. p. 94-9.
6. Habif TP. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and
Therapy. 4th ed. London: Mosby; 2004.p. 59-129
7. Poonawalla T, Kelly B. Urticaria – A Review. Am J Clin Dermatol. 2009;
10 (1): 9-21
8. Grattan C, Black AK. Urticaria and Angioedema. In : Bolognia JL, Jorizzo
JL, Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd edition. USA: Mosby Elsevier;
2008.
9. Grattan C.E.H., Black A.K, Urticaria and Mastocytosis. In : Burns T,
Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook Of
Dermatology. 7th ed. USA: Blackwell Publishing Company; 2004. p.
47.1- 37

Anda mungkin juga menyukai