PENDAHULUAN
Masalah yang dapat ditimbukan bukan hanya dari segi medis, tetapi juga
papul, pustula, nodus, atau kista dan dapat disertai rasa gatal. Daerah-
menunjukan yaitu 60% penderita akne vulgaris pada tahun 2006, 80%
terjadi pada tahun 2007 dan 90% pada tahun 2009. Prevelansi tertinggi
yaitu pada umur 14-17 tahun, dimana pada wanita berkisar 83-85% dan
pada pria yaitu pada umur 16-19 tahun berkisar 95-100%. Pada umumnya
menimbulkan siksaan.2
1
Kualitas hidup individu dapat mengalami gangguan secara
sosial, dan depresi adalah efek yang dapat ditimbulkan oleh akne vulgaris.
laki-laki. Bahkan keinginan bunuh diri ditemukan pada 6-7% pasien akne
vulgaris. Timbulnya akne, yang kerap kali berujung pada skar, dapat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
lesi pleomorfik, yang terdiri dari komedo, papula, pustula, dan nodul
bisa sembuh sendiri, gejala sisa bisa seumur hidup, dengan bekas luka
B. EPIDEMIOLOGI
usia 13-19 tahun dengan pucak tingkat keparahan paa 17-21 tahun.
sampai berat dan akan berlanjut hingga dewasa. Analisis sistemis dari
3
vulgaris termasuk dalam 10 besar penyakit yang paling umum terjadi
Burden of Disease.
2008, 2009, dan 2010 tercatat 6.612 kasus. Rata-rata per tahun
45 %.5
C. ETIOLOGI
4
hormonal; dan faktor ekstrinsik berupa stress, iklim/suhu/kelembapan,
1. Genetik
onset akne lebih cepat, lesi non inflamasi yang lebih banyak dan
keluarga positif dengan onset akne yang lebih cepat dan lesi non
2. Faktor hormonal
5
adanya hiperandrogenisme pada 54,6% remaja yang mengalami
Pada 60–70% wanita lesi akne menjadi lebih aktif kurang lebih
3. Stress5
6
hormone terdapat pada m ayoritas sel, termasuk keratinosit dan
4. Riwayat Menstruasi4
7
juga menemukan bahwa dari 105 subyek penelitian, 65% akne
hiperpl asia adrenal kongenital, tumor adrenal atau ovarium dan pol
ikistik ovarii.
5. Faktor Kosmetik
petrolatum, minyak atsiri dan bahan kimia murni (asam oleik, butil
8
pada krim-krim wajah. Untuk jenis bedak yang sering menyebabkan
6. Makanan (diet)
9
mekanika, dimana faktor mekanika tersebut dapat berupa Gesekan,
8. Faktor pekerjaan
“Occupational Acne” .2
D. PATOGENESIS
10
3. Kolonisasi Propionibacterium acnes
4. Proses inflamasi
11
kemudian terjadi rupture dengan melepaskan sebum ke dalam
secara bermakna. 7
AV. 7
12
2) Hiperproliferasi folikel pilosebasea
pada pasien akne. Epitel tidak dilepaskan satu per satu kedalam
melebar. 7
13
3) Kolonisasi Propiomibacterium acnes
4) Proses inflamasi
14
E. KLASIFIKASI AKNE
dan rekannya pada tahun 1997. Skor total keparahan berasal dari
Dada + 3
punggung atas
nodul/kista.
15
Tabel 2. Lehmann Grading System
Derajat Lesi
Akne ringan Komedo < 20, atau
Lesi inflamasi < 15, atau
Total lesi < 30
Akne sedang Komedo 20-100 atau
Lesi inflamasi 15-50, atau
Total lesi 30-125
Akne berat Kista > 5 atau komedo <100,atau
Lesi inflamasi > 50, atau
Total lesi > 125
Akne ringan:
< 20 komedo , atau < 15 lesi infl amasi atau total lesi < 30;
Akne sedang
20- 100 komedo, atau 15-50 lesi inflamasi atau total lesi 30-125
Akne berat
> 5 kista, atau komedo > 1 00, atau total lesi inflamasi > 50, atau
16
4. IAA Consensus Grading
pada tahun 2009 namun IAA juga menilai terdapatnya skar pada
kulit wajah.5
dan sangat berat seperti yang tertera dalarn tabel di bawah ini:9
17
Tabel 3. Investigators Global Assessment
nodul)
nodul
beberapa nodul
Lehmann.5
F. GAMBARAN KLINIS
(99%), punggung (60%), dada (15%) serta bahu dan lengan atas.
18
Kadang-kadang pasien mengeluh gatal dan nyeri. Sebagian pasien
19
Gambar 4. A. komedo tertutup; B. Komedo terbuka; C. Papul; D. Nodul4
20
Gambar 6. Akne Sedang4
21
Gambar 8. Akne Sangat Berat disertai kista9
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG5
1. Ekskohleasi Komedo
pada akne. 5
22
alkohol atau cairan antisepetik lainnya. Sebum kemudian
sebagai massa padat seperti Jilin atau nasi lunak yang kadang-
2. Pemeriksaan histopatologis
ruptur yang menyebabkan isi kista meluas ke dermis. Isi kista yang
23
sebukan sel radang. Sel neutrofil pertama kali ditemukan dan
24
Kultur spesimen Propionibacterium acnes dan
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Erupsi akneiformis
disertai demam.2
25
2. Rosasea tipe papulopustular
3. Dermatitis perioral
26
responsive terhadap kortikosteroid, dan memburuk bila
kortikosteroid dihentikan.5
I. TATALAKSANA
morbiditas,
a. Tatalaksana umum
27
pemberian terapi akne secara rutin akan memberikan hasil yang
lebih baik.4
b. Tatalaksana medikamentosa
28
± antimikroba topikal ± retinoid
topikal antibiotic topical ± Alt.
oral ± Alt. antimikroba
antimikroba topical
Pemelihar Retinoid topikal Retinoid topikal ± BPO,
aan
BPO = benzoil peroksida.
OBAT TOPIKAL
murah. 5
1. Benzoil peroxide5
29
Menurut rekomendasi Global! A lliance, B PO digunakan
seluruh area.
2. Asam azelaik
kali sehari.11
hipopigmentasi.5
30
3. Retinoid topikal
Obat ini dapat digunakan sekali atau dua kali sehari. Tiga
atau 0, 1 %).5
4. Asam salisilat
31
iritasi, pruritus, rasa terbakar, tingling, deskuamasi dan
5. Antibiotik topikal
TERAPI SISTEMIK5
sistemik.
1) Antibiotik oral
32
aplikasi topical sulit dijangkau. Dua kelas utama antibiotic yang
sufametoxazole
2) Hormonal
a) Anti Androgen
33
Flutarnid inhibitor reseptor androgen, telah digunakan
wanita.
b) Kontrasepsi oral
34
c) Glukokortikoid
minggu.
3) Retinoid oral
35
(P.acnes). Isotretinoin menyebabkan pengurangan ukuran
36
Gambar 13. Terapi Akne Sedang11
37
TINDAKAN5
1) Ekstraksi komedo
2) Peeling kimiawi
peel ing akne yaitu glycoli acid dan β-hydroxy acid (asam
38
3) Foto Terapi Dan Fotodinamik
penghancuran P.acnes.
J. KOMPLIKASI
sementara setelah lesi sembuh. Pada warna kulit yang lebih gelap,
39
lesi acne sembuh. Acne juga dapat menyebabkan terjadinya scar pada
beberapa individu.4
K. PROGNOSIS
pasien akan jelas muncul akne pada awal usia dua puluhan, beberapa
perawatan.4
40
BAB III
KESIMPULAN
jaringan parut. Tempat predileksi dari AV antara lain di muka, bahu, leher,
insidensi usia 15-18 tahun, 12% pada wanita usia >25 tahun dan 3% pada
lain faktor genetik, faktor bangsa ras, faktor makanan, faktor kebersihan,
dan bentuk lesinya, yang dibagi menjadi derajat ringan, sedang dan berat.
acne vulgaris.
41
DAFTAR PUSTAKA
Feldman SR, Zouboulis CC. Acne vulgaris. Nat Publ Gr. 2015;(July
2016):1-20. doi:10.1038/nrdp.2015.29
7. Bernadette I dkk. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 7th ed. (Linuwih
2018;78(2):S1-S23.e1. doi:10.1016/j.jaad.2017.09.078
42
10. Wolff K, Johnson R, Saavedra A. Fitzpatrick’s Color Atlas and
doi:10.3390/molecules21081063
43