Anda di halaman 1dari 9

WARDANINGSIH

10542054513

LAPORAN KASUS (MINI)

 Identitas Pasien
Nama: Claudia
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kajilo Barombong Gowa
 Anamnesis
Seorang perempuan berusia 16 tahun datang ke poli kulit Balai Kesehatan Kulit,
Kelamin, Dan Kosmetik dengan keluhan gatal pada ektremitas atas dan ekstremitas
bawah. Pasien mengatakan bahwa awal mulanya muncul bintik-bintik merah kecil yang
semakin hari membesar kemudian mengering dan mengelupas serta meninggalkan bekas
pada kulit. Keluhan yang dialami sejak pasien masih SD. Riwayat pengobatan (+),
riwayat alergi (-), riwayat penyakit lain (-).
 Status Dermatologis
- Lokasi : Ekstremitas atas dan Ektremitas bawah.
- Effloresensi : Makula hiperpigmentasi dengan ukuran miliar dan lentikular.
- Diagnosis : Hiperpigmentasi pasca inflamasi.
 Diagnosis
- Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi
 Penatalaksanaan
- Asam Salisil + pyderma
- Neurobion

HIPERPIGMENTASI PASCA INFLAMASI

 Defenisi
Hiperpigmentasi post inflamasi ( HPI ) adalah kelainan pigmen yang terjadi akibat
akumulasi pigmen setelah terjadinya proses peradangan akut atau kronik. Keadaan ini
disebabkan oleh meningkatnya sintesis melanin sebagai respon peradangan dan
inkontinensia pigmen yaitu terperangkapnya pigmen melanin di dalam makrofag di
bagian atas dermis. 1
 Epidemiologi
Hiperpigmentasi post inflamasi dapat terjadi pada perempuan dan laki-laki, dengan
insiden yang sama dengan insiden infeksi, dapat terjadi pada semua usia lebih sering
mengenai manusia yang berkulit gelap, karena individu yang berkulit gelap memiliki
respon yang cepat terhadap jejas termal, abrasi mekanik, dermatitis dan sebagainya,
sebab mereka memiliki melanosit yang lebih banyak. Dalam sebuah survei diagnostik
terhadap 2000 pasien Afrika-Amerika yang mencari perawatan dermatologi, diagnosis
ketiga yang paling sering adalah gangguan pigmen dimana hiperpigmentasi post
inflamasi merupakan diagnosis yang paling banyak.2
 Etiologi
Terdapat banyak jenis peradangan pada kulit yang dapat menyebabkan perubahan
pigmen Namun beberapa penyakit menunjukkan kecenderungan untuk menyebabkan
HPI daripada hipopigmentasi. Berikut adalah penyebab hiperpigmentasi pasca
inflamasi.3
Tabel 1. Penyebab Hiperpigmentasi Post Inflamasi
Acneiform
Papulosquamous
1 Dermatologic diseases Lichenoid
Psoriasiform
Vesiculobullous
2 Infections Dermatofitosis
Eksema virus
Topical agents
3 Dermatologic therapy
Drug eruptions
Chemical peels
Microdermabrasion
Cryosurgery
4 Cosmetic procedures
Laser therapy
Intense pulse light therapy
Fillers
5 Trauma

 Patogenesis
Hipermelanosis dibagi menjadi hipermelanosis epidermal dan dermal.
Hipermelanosis epidermal (hipermelanosis cokelat) terjadi akibat peningkatan melanin di
epidermis. Hipermelanosis dermal (hipermelanosis biru, ceruloderma) terjadi akibat
penimbunan melanin di dermis. Hipermelanosis epidermal dan dermal dapat terjadi
akibat peningkatan jumlah sel melanosit sehingga jumlah melanin meningkat
(melanositik) atau akibat peningkatan jumlah melanin tanpa perubahan jumlah melanosit
(melanotik/nonmelanosistik).4
Hiperpigmentasi post inflamasi terjadi akibat kelebihan produksi melanin atau tidak
teraturnya produksi melanin setelah proses inflamasi. Jika HPI terbatas pada epidermis,
terjadi peningkatan produksi dan transfer melanin ke kerainosit sekitarnya. Meskipun
mekanisme yang tepat belum diketahui, peningkatan produksi dan transfer melanin
dirangsang oleh prostanoids, sitokin, kemokin, dan mediator inflamasi serta spesi
oksigen reaktif yang dilepaskan selama inflamasi. Beberapa studi menunjukkan difat
terangsang melanosit diakibatkan oleh leukotrien (LT), seperti LT-C4 dan LT-D4,
prostaglandin E2 dan D2, tromboksan-2, interleukin-1 (IL-1), IL-6, Tumor Nekrosis
Faktor-α (TNF-α), factor pertumbuhan epidermal, dan spesi oksigen reaktif seperti NO.
HPI pada dermis terjadi akibat inflamasi yang disebabkan kerusakan keratinosit basal
yang melepaskan sejumlah besar melanin. Melanin tersebut ditangkap oleh makrofag
sehingga dinamakan melanofag. Melanofag pada dermis bagian atas pada kulit yang
cedera memberikan gambaran biru abu-abu.3,4
 Gejala Klinis
Proses inflamasi awal pada HPI biasanya bermanifestasi sebagai macula atau bercak
yang tersebar merata. Tempat kelebihan pigmen pada lapisan kulit akan menentukan
warnanya. Hipermelanosis pada epidermis memberikan warna coklat dan dapat hilang
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tanpa pengobatan. Sedangkan hipermelanosis
pada dermis memberikan warna abu-abu dan biru permanen atau hilang selama periode
waktu yang berkepanjangan jika dibiarkan tidak diobati.5
Distribusi lesi hipermelanosit tergantung pada lokasi inflamasi. Warna lesi berkisar
antara warna coklat muda sampai hitam dengan penampakan warna coklat lebih ringan
jika pigmen dalam epidermis dan penampakan warna abu-abu gelap jika pigmen dalam
dermis. Pada hiperpigmentasi dermal membutuhkan waktu 6-12 bulan untuk memudar,
sedangkan hiperpigmentasi epidermal mungkin butuh waktu bertahun-tahun.1,6
 Diagnosis
Diagnosis HPI berdasarkan anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis
yang akurat. Anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan diagnosis.
Anamnesis yang dapat mendukung penegakan diagnosis HPI adalah riwayat penyakit
sebelumnya yang mempengaruhi kulit seperti infeksi, reaksi alergi, luka mekanis, reaksi
obat, trauma (misalnya luka bakar), dan penyakit inflamasi seperti akne vulgaris, liken
planus, dan dermatitis atopi.4

Pemeriksaan lampu Wood dapat digunakan untuk membedakan HPI pada epidermis
dan HPI pada dermis. Lesi pada epidermis cenderung memberikan batas tegas di bawah
pemeriksaan lampu Wood. Sedangkan lesi pada dermis tidak menonjol pada pemeriksaan
lampu Wood. Jika sebelum inflamasi, dermatosis tidak jelas atau tidak ada, biopsy kulit dapat
dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain hiperpigmentasi. Pewarnaan pada spesimen
biopsy dengan menggunakan perak Fontana-Masson memudahkan penentuan lokasi melanin
pada epidermis atau dermis.5
 Diagnosis Banding
Diagnosis banding HPI yang terutama adalah: 3,7
1. Lentiginosis
Lentigo adalah macula coklat atau coklat kehitaman berbentuk bulat atau
polisiklik. Lentiginosis adalah keadaan timbunya lentigo dalam jumlah yang banyak
atau dengan distribusi tertentu. Lentiginosis disebabkan karena jumlah melanosit pada
hubungan dermo-epidermal tanpa adanya proliferasi lokal
2. Efelid
Efelid berupa makula hiperpigmentasi berwarna coklat terang yang timbul pada
kulit yang sering terkena sinar matahari. Pada musim panas jumlahnya akan
bertambah lebih besar dan gelap.
 Tatalaksana
Terapi hiperpigmentasi post inflamasi (HPI) cenderung menjadi proses yang sulit
dan sering memakan waktu 6-12 bulan untuk mencapai hasil yang diinginkan masing-
masing pilihan pengobatan berpotensi meningkatkan hipermelanosis epidermis. Tetapi
tidak ada yang terbukti efektif untuk hipermelanosis dermal. Terapi HPI harus dimulai
dengan mengatasi peradangan pada kulit yang mendasrinya. Memulai pengobatan dini
untuk HPI dapat membantu mempercepat resolusi dan mencegah hiperpigmentasi lebih
lanjut.1
Berikut adalah beberapa tatalaksana yang dapat dilakukan dalam kasus
hiperpigmentasi pasca inflamasi:
1. Fotoproteksi
Fotoproteksi merupakan terapi HPI yang tidak dapat diabaikan dan penting
untuk mencegeah memberatnya HPI. Tabir surya adalah bahan yang ditujukan untuk
mengurangi efek buruk pajanan sinar matahari seperti efek terbakar surya, tanning
dan supresi respon imun dengan cara menyerap, memantul-kan atau
menghamburkan enerji sinar matahari yang sampai di kulit. Merujuk pada
mekanisme aksi tabir surya pada kejadian pigmentasi karena paparan sinar matahari,
maka merupakan kewa-jiban penggunaan tabir surya pada pasien yang mendapatkan
terapi untuk kelainan hiperpig-mentasi. 1
Dikenal dua macam tabir surya yaitu tabir surya sistemik seperti beta karoten,
vitamin C, vitamin E dan tabir surya topikal baik yang bersifat fisik maupun
kimiawi. Tabir surya sistemik belum terbukti mempunyai efek perlindungan
terhadap terbakar sinar matahari dan penurunan respon imun, sedangkan tabir surya
topikal dapat di-ukur efek proteksinya terhadap efek terbakar sinar matahari dengan
melihat Faktor Pelindung Surya (FPS). Tabir surya yang beredar dipasaran
mempunyai variasi nilai FPS dari 15 sampai 50 sesuai rekomendasi dari berbagai
institusi kesehatan dunia bahwa penggunaan tabir surya dianjurkan dengan FPS >
15. Tidak dianjurkan tabir surya dengan FPS tinggi oleh karena berisiko terhadap
timbulnya perasaan aman yang berlebihan, biaya tinggi, lebih berisiko terjadi reaksi
iritasi, alergi, fototoksik maupun fotoalergi.6,8
2. Terapi Topikal
Sampai saat ini dikenal banyak sekali jenis bahan pemutih dengan efektivitas
yang bervariasi bahkan masih banyak yang belum terbukti efektivitasnya berdasar
pada kaidah-kaidah ilmiah. Mekanisme kerja bahan pemutih adalah dengan
menghambat pada satu atau beberapa tahapan sintesis melanin. Beberapa bahan
pemutih topical yang sering dipakai untuk kelainan hiperpigmentasi adalah sebagai
berikut:3

Hidrokuinon
Komponen fenol hidrokuinon dipakai secara luas untuk melasma, hiperpigmentasi
pasca inflamasi, dan kelainan hiperpigmentasi lain-nya. Hidrokuinon didapatkan
secara alamiah pada kopi, teh, bir, dan anggur. Mekanisme kerja hidrokuinon adalah
dengan menghambat aktivitas tirosinase sehingga mengganggu konversi tirosin
menjadi melanin. Besarnya aktivitas penghambatan tirosinase sampai 90%. Di
samping itu hidrokuinon ini juga menghambat sintesa DNA dan RNA serta
mempercepat degradasi melanosom. Secara umum hidrokuinon ter-golong relatif
aman, labil mudah berubah warna terutama apabila terpapar UV dan merupakan
baku emas sebagai bahan pemutih kulit. Beberapa efek samping yang sering terjadi
adalah iritasi kulit dan dermatitis kontak. Walaupun demikian, kadang dijumpai efek
samping berupa okronosis yang terutama muncul apabila diberikan dalam
konsentrasi tinggi dan jangka waktu lama pada pasien berkulit gelap. Untuk
mengurangi efek yang tidak diinginkan, hidrokuinon dian-jurkan pemakaiannya
selama 4 bulan kemudian diganti dengan bahan pemutih lainnya, begitu seterusnya
secara periodik.
Asam Kojik (5-hydroxymethyl-4 pyrone)
Merupakan inhibitor tirosinase yang berasal dari Aspergilus dan Penicilium.
Pada industri makanan, asam kojik dipakai untuk mencegah perubahan warna
makanan menjadi kecoklatan dan untuk mempercepat pematangan buah
strawberi. Di pasaran tersedia dalam konsentrasi 1% dan 4% yang dioleskan 2
kali sehari. Efek pencerahan kulit akan tampak setelah pemakaian selama 1-2
bulan. Asam kojik juga sering memunculkan efek iritasi kulit sehingga sering
dikombinasikan dengan preparat steroid topikal.
Asam Azeleat (Azeleac Acid)
Merupakan asam dekarbosilat berasal dari Pityrosporum ovale. Efek lightening
bersifat selektif dengan menghambat enzim tirosinase pada melanosit yang sangat
aktif, sehingga tidak berpengaruh pada perubahan warna kulit normal. Di pasaran,
tersedia pada konsentrasi 20%, di-oleskan sehari 2 kali selama 3-12 bulan. Asam
azeleat secara umum ditoleransi dengan baik sehingga dapat digunakan dalam
jangka panjang. Efek samping dirasakan sedikit rasa menyengat beberapa saat
setelah dioleskan berupa eritema, rasa gatal, panas dan skuamasi yang akan
menghilang setelah 2-4 minggu pemakaian
Vitamin C Topikal
Vitamin C berefek pada beberapa tahap oksidasi melanogenesis Mekanisme
terjadinya efek pengurangan pigmentasi, disebabkan oleh karena vitamin C ini
mampu berinteraksi dengan ion Cu (copper/tembaga) pada tempat kerja tirosinase
dan mengurangi konversi menjadi DOPAquinon.
Niasinamid
Niasinamid atau nikotinamid, merupakan bentuk aktif dari vitamin B3. Niasinamid
dapat menghambat transfer melanosom ke keratinosit epidermis. Pemakaian
niasinamid 5% dua kali sehari selama 8 minggu memperbaiki lesi hi-perpgimentasi.
3. Pengelupasan Kimiawi
Pengelupasan kimiawi merupakan salah satu prosedur pengolesan bahan kimia yang
mengakibatkan perubahan struktur epidermis maupun dermis, mempercepat turnover
epidermis dan menghilangkan keratinosit berpigmen, sehingga dapat dipakai untuk
kelainan hiperpigmentasi. Dikenal berbagai bahan pengelupas kimiawi seperti asam
glikolat (GA), trichlor acetic acid (TCAA) 50% dan asam salisilat 20%-30%.3
4. Mikrodermabrasi
Mikrodermabrasi merupakan tindakan non invasif yang paling sering dilakukan
untuk keperluan estetik. Prosedur tindakan ini memerlukan waktu sekitar 20-30
menit dan dianjurkan untuk dilakukan pengulangan setiap 2-4 minggu.
Mikrodermabrasi diindikasikan untuk tujuan estetik, termasuk untuk mengatasi
kelainan hiperpigmentasi seperti melasma, hiperpigmentasi pasca inflamasi, dan
kelainan diskromia akibat penuaan kulit.3
 Prognosis
HPI cenderung memudar seiring waktu dan terapi. Pada hiperpigmentasi epidermal
membutuhkan waktu 6-12 bulan untuk memudar, sedangkan hiperpigmentasi epidermal
mungkin butuh waktu bertahun-tahun. Kondisi peradangan yang mendasari yang tidak
diobati, dapat mengakibatkan lesi yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saghari S. Skin pigmentation and Pigmentation Disorders. In: Baumann L, Saghari S,
Weisberg E (eds) Cosmetic Dermatology, Principles and Practice. 2nd ed. New York.
Mc Graw Hill Medical. 2009; 98-108.
2. Davis C and Callender VD. Postinflammatory Hyperpigmentation. The Journal of
Clinical and Aesthetic Dermatology. 2010;3(7): 20-31
3. Policarpio B. Skin Lightening and Depigmenting Agents. http:// emedicine.
medscape.com. Updated Oct 26, 2009; 1-11.
4. Marta I, Rendon, Jorge I, Gaviria. Skin Lightening Agents. In: Draelos ZD (ed)
Cosmeceuticals 2nd , China, Elsevier Saun-ders,2009;103-9
5. Baumann L and Allemann IB. Depigmenting Agents. In Baumann L, Saghari S,
Weisberg E (eds) Cosmetic Dermatology, Principles and Practice. 2nd ed. New York.
Mc Graw Hill Medical.; 2009;279-91
6. Grimes P. Microdermabrasion. In: Draelos ZD (ed) Cosmetic Dermatology. Products
and Procedures.Wiley-Blackwell. 2010. 418-25
7. Baumann L. Triple Combination Cream is Effectibe Treatment for Post-inflammatory
hyperpigmentation. 2007:171-56
8. Davis C and Callender VD. Postinflammatory Hyperpigmentation. The Journal of
Clinical and Aesthetic Dermatology. 2010;3(7): 20-31

Anda mungkin juga menyukai