Gangguan Depresi
Oleh :
Wardaningsih, S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
B. Epidemiologi
C. Klasifikasi Depresi
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di
bawah ini: ringan, sedang dan berat, individu biasanya menderita suasana
perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minatdan kegembiraan, dan
berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah
kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah :
o Konsentrasi dan perhatian berkurang
o Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
o Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada
episode tipe ringan sekalipun)
o Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
o Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
o Tidur terganggu
o Nafsu makan berkurang
Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari
hari ke hari, dan sering kali tak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya,
namun dapat memperlihatkan variasi diurnal yang khas seiring
berlalunya waktu. Sebagaimana pada episode manik, gambaran klinisnya
juga menunjukkan variasi individual yang mencolok, dan gambaran tak
khas adalah lumrah, terutama di masa remaja. Pada beberapa kasus,
anxietas, kegelisahan dan agitasi motorik mungkin pada waktu-waktu
tertentu lebih menonjol daripada depresinya, dan perubahan suasana
perasaan (mood) mungkin juga terselubung oleh cirri tambahan seperti
iritabilitas, minum alkohol berlebih, perilaku histrionik, dan eksaserbasi
gejala fobik atau obsesif yang sudah ada sebelumnya, atau oleh
preokupasi hipokondrik. Untuk episode depresif dari ketiga-tiganya
tingkat keparahan, biasanya diperlukan masa sekurang-kurangnya 2
minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Beberapa di antara gejala tersebut di atas mungkin mencolok dan
memperkembangkan cirri khas yang dipandang secara luas mempunyai
makna klinis khusus. Contoh paling khas dari gejala somatik ialah
kehilangan minat atau kesenangan pada kegiatan yang biasanya dapat
dinikmati, tiadanya reaksi emosional terhadap lingkungan atau peristiwa
yang biasanya menyenangkan, bangun pagi lebih awal 2 jam atau lebih
daripada biasanya, depresi yang lebih parah pada pagi hari, bukti objektif
dari retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata (disebutkan atau
dilaporkan oleh orang lain), kehilangan nafsu makan secara mencolok,
penurunan berat badan (sering ditentukan sebagai 5% atau lebih dari
berat badan bulan terakhir), kehilangan libido secara mencolok.
Biasanya, sindrom somatik ini hanya dianggapp ada apabila sekitar
empat dari gejala itu pasti dijumpai.
F32.0 Episode depresif ringan
Namun kriteria ini tetap digunakan jika ternyata ada episode singkat
menetap terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini kategori ini
diagnosis)
D. Kriteria Diagnostik
Ringan : Beberapa, jika ada, gejala yang melebihi dari yang diperlukan untuk
membuat diagnosis dan gejala menyebabkan hanya gangguan ringan dalam
fungsi pekerjaan atau dalam aktivitas sosial yang biasanya atau hubungan
dengan orang lain.
Sedang : Gejala atau gangguan fungsional berada diantara “ringan” dan
“parah”
Parah tanpa ciri psikotik : Beberapa gejala adalah melebihi dari yang
diperlukan untuk membuat diagnosis, dan gejala dengan jelas mengganggu
fungsi pekerjaan atau aktivitas sosial yang biasanya atau hubungan dengan
orang lain.
Dengan ciri psikotik : Waham atau halusinasi. Jika mungkin sebutkan
apakah ciri psikotik adalah sejalan dengan mood atau tidak sejalan dengan
mood.
- Ciri psikotik sejalan dengan mood : Waham atau halusinasi yang isi
keseluruhannya adalah konsisten dengan tema depresif tipikal tentang
ketidakberdayaan pribadi, rasa bersalah, penyakit, kematian, nihilisme,
atau hukuman yang layak diterima.
- Ciri psikotik yang tidak sejalan dengan mood : Waham atau
halusinasi yang isinya tidak memiliki tema depresif tipikal tentang
ketidakberdayaan pribadim rasa bersalah, penyakit, kematian, nihilisme,
atau hukuman yang layak diterima. Termasuk disini adalah gejala
tertentu seperti waham kejar (tidak secara langsung berhubungan dengan
tema depresif), sisip pikiranm siar pikiran, waham dikendalikan.
E. Penatalaksanaan
Bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf hebatnya
gejala depresi dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan
dengan bijkasana dan penderita sering merasa lega bila ia dapat
mengeluarkan pikiran-pikiran bunuh diri kepada orang yang memahami
masalahnya, tetapi pada beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan
keinginan bunuh dirinya kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering
terdapat pikiran-pikiran atau rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita
dirawat di rumah sakit dengan pemberian terapi elektrokonvulsi di samping
psikoterapi dan obat anti depresan.
Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi
psikoterapi dan farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk
gangguan depresi berat. Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi
kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku, telah diteliti tentang
manfaatnya di dalam pengobatan gangguan depresi berat.
Terapi Fisik dan Terapi Perubahan Perilaku
Electro Convulsive Therapy (ECT)
ECT adalah terapi dengan melewatkan arus listrik ke otak. Metode
terapi semacam ini sering digunakan pada kasus depresif berat atau
mempunyai risiko bunuh diri yang besar dan respon terapi dengan obat
antidepresan kurang baik. Pada penderita dengan risiko bunuh diri, ECT
menjadi sangat penting karena ECT akan menurunkan risiko bunuh diri
dan dengan ECT lama rawat di rumah sakit menjadi lebih pendek.
Pada keadaan tertentu tidak dianjurkan ECT, bahkan pada beberapa
kondisi tindakan ECT merupakan kontra indikasi. ECT tidak dianjurkan
pada keadaan:
- Usia yang masih terlalu muda ( kurang dari 15 tahun )
- Masih sekolah atau kuliah
- Mempunyai riwayat kejang
- Psikosis kronik
- Kondisi fisik kurang baik
- Wanita hamil dan menyusui
Selain itu, ECT dikontraindikasikan pada : penderita yang menderita
epilepsi, TBC milier, tekanan tinggi intra kracial dan kelainan infark
jantung. Depresif berisiko kambuh manakala penderita tidak patuh,
ketidaktahuan, pengaruh tradisi yang tidak percaya dokter, dan tidak
nyaman dengan efek samping obat. Terapi ECT dapat menjadi pilihan
yang paling efektif dan efek samping kecil. Terapi perubahan perilaku
meliputi penghapusan perilaku yang mendorong terjadinya depresi dan
pembiasaan perilaku baru yang lebih sehat. Berbagai metode dapat
dilakukan seperti CBT (Cognitive Behaviour Therapy) yang biasanya
dilakukan oleh konselor, psikolog dan psikiater.
Psikoterapi
Psikoterapi merupakan terapi yang digunakan untuk menghilangkan
atau mengurangi keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan
psikologik atau pola perilaku maladaptif. Terapi dilakukan dengan jalan
pembentukan hubungan profesional antar terapis dengan penderita.
Psikoterapi pada penderita gangguan depresif dapat diberikan secara
individu, kelompok, atau pasangan disesuaikan dengan gangguan
psikologik yang mendasarinya. Psikoterapi dilakukan dengan
memberikan kehangatan, empati, pengertian dan optimisme. Dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi
oleh penilaian dari dokter atau penderitanya.
Terapi Farmakologi
Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan
kepada penderita bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan
perjalanan gangguan depresif:
- Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala
- Fase kelanjutan untuk mencegah relaps
- Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren
Penggolongan Antidepresan
1. Antidepresan Klasik (Trisiklik & Tetrasiklik)
Obat-obat yang termasuk antidepresan klasik :
a) Imipramin
Dosis lazim : 25-50 mg 3x sehari bila perlu dinaikkan sampai
maksimum 250-300 mg sehari.
b) Klomipramin
Dosis lazim : 10 mg dapat ditingkatkan sampai dengan
maksimum dosis 250 mg sehari.
c) Amitriptilin
Dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis
maksimum 150-300 mg sehari.
d) Lithium karbonat
Dosis lazim : 400-1200 mg dosis tunggal pada pagi hari atau
sebelum tidur malam.
2. Antidepresan Generasi ke-2
Mekanisme kerja :
- SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini
menghambat resorpsi dari serotonin.
- NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-
obat ini tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari
serotonin dan noradrenalin.
- Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat ini lebih efektif
daripada SSRI.
Obat-obat yang termasuk antidepresan generasi ke-2
a) Fluoxetin
Dosis lazim : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80
mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi.
b) Sertralin
Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200
mg/hr.
c) Citalopram
Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
d) Fluvoxamine
Dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada
malam hari, maksimum dosis 300 mg.
e) Mianserin
Dosis lazim : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/
hari
f) Mirtazapin
Dosis lazim : 15-45 mg / hari menjelang tidur.
g) Venlafaxine
Dosis lazim : 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi
150-250 mg 1x/hari.
3. Antidepresan MAO
Inhibitor Monoamin Oksidase (Monoamine Oxidase Inhibitor,
MAOI)
Farmakologi
Monoamin oksidase merupakan suatu sistem enzim kompleks yang
terdistribusi luas dalam tubuh, berperan dalam dekomposisi amin
biogenik, seperti norepinefrin, epinefrin, dopamine, serotonin. MAOI
menghambat sistem enzim ini, sehingga menyebabkan peningkatan
konsentrasi amin endogen. Ada dua tipe MAO yang telah
teridentifikasi, yaitu MAO-A dan MAO-B. Kedua enzim ini memiliki
substrat yang berbeda serta perbedaan dalam sensitivitas terhadap
inhibitor. MAO-A cenderungan memiliki aktivitas deaminasi
epinefrin, norepinefrin, dan serotonin, sedangkan MAO-B
memetabolisme benzilamin dan fenetilamin. Dopamin dan tiramin
dimetabolisme oleh kedua isoenzim. Pada jaringan syaraf, sistem
enzim ini mengatur dekomposisi metabolik katekolamin dan
serotonin. MAOI hepatic menginaktivasi monoamin yang bersirkulasi
atau yang masuk melalui saluran cerna ke dalam sirkulasi portal
(misalnya tiramin). Semua MAOI nonselektif yang digunakan
sebagai antidepresan merupakan inhibitor ireversibel, sehingga
dibutuhkan sampai 2 minggu untuk mengembalikan metabolism amin
normal setelah penghentian obat. Hasil studi juga mengindikasikan
bahwa terapi MAOI kronik menyebabkan penurunan jumlah reseptor
(down regulation) adrenergic dan serotoninergik.
Farmakokinetik
Absorpsi/distribusi – Informasi mengenai farmakokinetik MAOI
terbatas. MAOI tampaknya terabsorpsi baik setelah pemberian oral.
Kadar puncak tranilsipromin dan fenelzin mencapai kadar puncaknya
masing-masing dalam 2 dan 3 jam. Tetapi, inhibisi MAO maksimal
terjadi dalam 5 sampai 10 hari. Metabolisme/ekskresi – metabolisme
MAOI dari kelompok hidrazin (fenelzin, isokarboksazid)
diperkirakan menghasilkan metabolit aktif. Inaktivasi terjadi terutama
melalui asetilasi. Efek klinik fenelzin dapat berlanjut sampai 2
minggu setelah penghentian terapi. Setelah penghentian
tranilsipromin, aktivitas MAO kembali dalam 3 sampai 5 hari (dapat
sampai 10 Hari). Fenelzin dan isokarboksazid dieksresi melalui urin
sebagian besar dalam bentuk metabolitnya. Populasi khusus –
“asetilator lambat”: Asetilasi lambat dari MAOI hidrazin dapat
memperhebat efek setelah pemberian dosis standar
Indikasi
Depresi: Secara umum, MAOI diindikasikan pada penderita dengan
depresi atipikal (eksogen) dan pada beberapa penderita yang tidak
berespon terhadap terapi antidpresif lainnya. MAOI jarang dipakai
sebagai obat pilihan.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap senyawa ini; feokromositoma; gagal jantung
kongestif; riwayat penyakit liver atau fungsi liver abnormal;
gangguan ginjal parah; gangguan serebrovaskular; penyakit
kardiovaskular; hipertensi; riwayat sakit kepala; pemberian bersama
dengan MAOI lainnya; senyawa yang terkait dibenzazepin termasuk
antidepresan trisiklik, karbamazepin, dan siklobenzaprin; bupropion;
SRRI; buspiron; simpatomimetik; meperidin; dekstrometorfan;
senyawa anestetik; depresan SSP; antihipertensif; kafein; keju atau
makanan lain dengan kandungan tiramin tinggi.
F. Diferential Diagnosis
1. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan atau sedang
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode deresif
ringan atau pun sedang
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lalu.
2. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat tanpa gejala psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lalu.
3. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat dengan gejala psikotik
Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik
Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lalu.
4. Skizofrenia
Gejala Negatif ( Negative Symptom ) : Berupa pengurangan atau
kehilangan dari fungsi normal
Ekspresi afektif yang datar
Alogia ( kemiskinan pembicaraan )
Avolition ( ketidakmampuan memulai dan mempertahankan aktivitas
yang bertujuan )
Anhedonia
Bloking
Penarikan sosial
Defisit kognitif
Defisit perhatian
Ketidakmampuan merawat diri
5. Siklotimik
Ditandai dengan adanya episode hipomania dan episode depresi
ringan. Gejala yang lebih lebih atau kurang konstan selama 2 tahun
Perubahan mood berlangsung dalam beberapa jam, mendadak, dan tidak
teratur. Pasien merasa mood mereka diluar kendali.
6. Distemik
Depresi yang berlangsung sangat lama atau jarang sekali atau
cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan
atau sedang.Adanya mood terdepresi sekurang – kurangnya 2 tahun. Tidak
memiliki gejala yang sangat menuju depresi berat, tidak memiliki episode
manik dan hipomanik. Tidak memiliki gejala psikotik
BAB III
KESIMPULAN
13. Tomb David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC
14. National Institute of Mental Health. What You Need To Know: Depression.
what-you-need-to-know-12-2015/index.shtml