MODUL III
GANGGUAN PENGHIDU
OLEH :
KELOMPOK IX
FAKULTAS KEDOKTERAN
T/A 2015-2016
Skenario 2
Seorang laki-laki , 23 tahun datang ke Poli THT dengan nyeri kepala 1 tahun
hilang timbul disertai ingus kental kuning kehijauan dan sering jatuh di
tenggorokan , dan akhir-akhir ini penghidu rasa berkurang.
Kalimat kunci
Laki-laki 23 tahun
Nyeri kepala sejak 1 tahun, hilang timbul
Ingus kental kuning kehijauan dan jatuh ke tenggorokan
Penghidu berkurang
Pertanyaan
Sel-sel basal adalah sel kecil, sferis atau berbentuk kerucut dan
membentuk suatu lapisan di lamina abasal. Sel-sel ini adalah sel punca
untuk kedua tipe sel lainnya.
Sel penyokong berbentuk kolumnar dengan apeks silindris dan dasar yang
lebih sempit. Pada permukaan bebasnya terdapat mikrovili, yang terendam
dalam selapis cairan. Kompleks tautan yang berkembang baik mengikat
sel-sel penyokong pada sel-sel olfaktori di sebelahnya. Peran suportif sel-
sel ini tidak begitu dipahami, tetapi sel tersebut memiliki banyak kanal ion
dengan fungsi yang tampaknya diperlukan untuk memelihara lingkungan
mikro yang kondusif untuk fungsi penghidu dan ketahanan hidup.
Neuron olfaktorius adalah neuron bipolar yang berada di seluruh epitel
ini. Neuron ini dibedakan dari sel-sel penyokong oleh letak intinya, yang
terletak diantara sel penyokong dan sel basal. Ujung dendrit setiap neuron
bi polar merupakan ujung apikal (luminal) sel dan memiliki tonjolan
dengan sekitar lusinan badan basal. Dari badan basal tersebut, silia
panjang nonmotil menonjol dengan aksonema tetapi memiliki luas
permukaan yang bermakna untuk kemoreseptor membran. Reseptor
tersebut berespon terhadap zat pembau dengan menimbulkan potensial
aksi disepanjang akson (basal) neuron tersebut, yang meninggalkan epitel
dan bersatu di lamina propria sebagai saraf yang sangat kecil yang
kemudian melalui foramina di lamina cribriformis ossis ethmoidalis ke
otak. Di tempat tersebut, saraf ini membentuk saraf kranial I, nervus
olfactorius, dan akhirnya bersinaps dengan neuron lain di bulbus
olfactorius.
SINUS PARANASALIS
FISIOLOGI HIDUNG
Penghidu
Pengendali kelembapan
Selimut mukosa yang padat dibentuk oleh kelenjar mukosa yang sangat banyak di
dalam mukosa hidung memungkinkan pelembapan udara yang dihirup secara
konstant. Diperkirakan sebanyak 1 liter cairan hilang melalui hidung sepanjang
bernafas selama 24 jam.
Filtrasi partikel
Sakit kepala merupakan tanda yang paling umum dna yang paling
penting pada sinusitis. Nyeri kepala yang timbul merupakan akibat adanya
kongesti dan edema di ostium sinus dan sekitarnya.
Patomekanisme ingus sering jatuh di tenggorokan (post nasal drip)
1. SINUSITIS
Sinusitis merupakan inflamasi pada mukosa sinus paranasal. Umuya
disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut dengan rhinosinusitis.
Penyebab utamanya adalah selesma yang merupakan infeksi virus yang
selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila
mengenai semua sinus disebut pansinusitis.
Patofisiologi
Gejala Klinis
Pemeriksaan penunjang yang penting adalah foto polos atau CT-scan. Foto
polos posisi waters, PA, lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus.
Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau
gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas
kegunaannya.
Terapi
Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat diberikan jika
diperlukan seperti analgetik, mukolitik, steroid topikal/oral, pencucian rongga
hidung dengan NaCl atau diatermi. Antihistamin tidak rutin diberikan dan
imunoterapi dapat dipertimbangkan jika didapatkan ada kelainan alergi yang
berat.
Tindakan operasi
2. POLIP NASI
Patogenesis
Makroskopis
Mikroskopis
Secara mikroskopis, tampaka epitel pada polip serupa dengan mukosa
hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang
lembab. Sel-selnya terdiri dari limfosit, sel plasma, eosinofil, neutrofil, dan
makrofag. Mukosa mengandung sel-sel goblet. Pembuluh darah. Saraf, dan
kelenjar sangat sedikit. Berdasarkan jenis sel peradangannya, polip
dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu, tipe eosinofilik dan tipe neutrofilik.
Anamnesis
Keluhan utama ialah hidung rasa tersumbat dari ringan sampai berat, rinore
mulai jernih sampai purulen, hiposmia atau anosmia. Mungkin disertai bersin-
bersin, rasa nyeri pada hidung disertai sakit kepala di daerah frontal. Bila disertai
infeksi sekunder mungkin didapati post nasal drip dan rinore purulen. Gejala
sekunder ialah bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur,
dan penurunan kulaitas hidup.
Dapat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik
dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma.
Selain itu harus ditanyakan pula riwayat rinitis alergi, asma, intoleransi
terhadap aspirin dan alergi obat lainnya serta alergi makanan.
Pemeriksaan fisik
Polip nasi yang masif dapat menyebabkan deformitas hidung luar sehingga
hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada pemeriksaan
rinoskopi anterior terlihat sebagai massa yang berwarna pucat berasal dari meatus
medius yang mudah digerakkan.
Naso-endoskopi
Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell, dan Lateral) dapat
memperlihatkan penebalan mukosa dan adanya batas udara-cairan di dalam sinus,
tetapi kurang bermanfaat pada kasus polip. Pemeriksaan tomografi komputer (TK,
CT-scan) sangat bermanffat untuk melihat dengan jelas keadaan di hidung dan
sinus paranasal apakah ada proses radang, kelainan anatomi, polip, atau sumbatan
pada KOM. TK terutama diindikasikan pada kasus polip yang gagal diobati
dengan terapi medikamentosa.
Penatalaksanaan
Kasus polip yang tidak membaik dengan medikamentosa atau kasus polip
yang masif dipertimbangkan untuk terapi bedah . dapat dilakukakn ekstraksi polip
(polipektomi). Yang terbaik adalah apabila tersedia fasilitas endoskop maka dapat
dilakukan tindakan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional).
4. Langkah diagnostik
Anamnesis tambahan
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Laboratorium
Darah lengkap
Mikrobiologi
Pemeriksaan hidung
5. Tindakan preventif
1. Hindari penggunaan obat yang dapat menyebabkan anosmia
2. Mengurangi atau menghindari rokok
3. Perbanyak makan makanan yang mengandung Zinc atau seng
4. Tingkatkan peran serta keluarga dalam upaya penyembuhan
5. Periksakan ke dokter apabila terjadi gangguan pada indera penghidu untuk
mengetahui diagnosis awal