Modul I
Afina Insani Pracoyo 2015730004
Annisa Wilda Safina 2015730012
Dhiya Andini 2015730030
Firdaus Adinegoro 2015730047
Imam Dwi Pamungkas 2015730058
Khoirunisa 2015730072
Larasati Adhya Alifiani 2015730077
Muh. Hamyasa Hamdan 2015730086
Novel M Bazri 2015730102
Novaldi Pramuditha 2012730069
Tutor :
Dr. dr. H. Busjra M. Noor, MS
SKENARIO
Lari pagi
Nina, perempuan, usia 20 tahun, bersama adiknya Tino,
laki – laki usia 17 tahun pergi ke senayan untuk olah raga
lari pagi. Setelah berlari sekitar 200 langkah, Nina sudah
lelah dan nafasnya terengah – engah (cepat dan dalam),
sedangkan Tino masih dapat berlari dengan santai. Nina
memang tidak biasa berolah raga dan kebetulan pagi itu
ia sedang kurang sehat dan sering bersin.
KATA / KALIMAT KUNCI
Chonca Nasalis
Sinus paranasal
3. Laring
2. Faring
Bagian Bawah:
4. Trakea 5. Paru
Dinding toraks
Inervasi
Paru diinervasi oleh saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis .
Vaskularisasi
Paru mendapat darah dari 2 sistem arteri
1. Arteri pulmonalis
2. Arteri bronkialis
2.Sebutkan dan jelaskan histologi sistem respirasi
Rongga hidung
Vestibulum nasi
Terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan folikel rambut.
Folikel rambut berfungsi menapis benda-benda kasar yang terdapat di dalam udara
inspirasi.
Epitel: berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
Konka nasalis
Pada potongan frontal, rongga hidung berbentuk buah alpokat, terbagi dua oleh septum
mediana, dan dari dinding lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang dilapisi oleh
mukosa.yaitu konka nasalis superior, medius dan inferior.
Konka nasalis superior tersusun atas epitel khusus yaitu epitel olfaktorius untuk
penciuman. Epitel olfaktoria : epitel bertingkat silindris tanpa sel Goblet
Sekret kelenjar Bowman membasahi permukaan epitel olfaktorius dan berperan
melarutkan bahan-bahan berbau.
Kelenjar Bowman bersekresi terus menerus dan berfungsi untuk memperbaharui
lapisan cairan di permukaan, yang mencegah pengulangan rangsangan rambut-
rambut olfaktoria oleh satu bau tunggal
Epitel olfaktoria disusun oleh tiga jenis sel yaitu :
- Sel penyokong SEL Sustentakular
- Sel basal
- Sel olfaktoris
Sel penyokong
Sel berbentuk silindris, tinggi ramping, relatif lebar di bagian puncaknya, serta
menyempit di bagian dasarnya.
Inti sel lonjong terletak di tengah.
Di permukaan apikal sel, terdapat mikrovili langsing yang menonjol di dalam lapisan
mukus.
Sel basal
Sel berbentuk kerucut, kecil, dengan inti berbentuk lonjong, gelap dan tonjolan
sitoplasma bercabang, terletak di antara sel-sel penyokong di bagian dasar.
Sel ini dianggap sebagai sel induk yang mampu berkembang menjadi sel penyokong.
Sel olfaktoris
Sel-sel ini tersebar di antara sel-sel penyokong dan merupakan modifikasi sel bipolar
dengan sebuah badan sel, sebuah dendrit yang menonjol ke permukaan, dan
sebuah akson yang masuk lebih dalam ke lamina propria.
Inti sel bulat, terletak lebih ke basal daripada inti sel penyokong.
Konka nasalis media dan Konka nasalis inferior dilapisi epitel bertingkat silindris
bersilia dan bersel goblet (epitel respirasi).
Epitel yang melapisi konka nasalis inferior banyak terdapat plexus venosus yang
disebut swell bodies yang berperan untuk menghangatkan udara yang melalui hidung.
Dibawah konka nasalis inferior terdapat Plexus venosus berdinding tipis.
SINUS PARANASAL
Sinus paranasal merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang-
tulang tengkorak, dan berhubungan dengan rongga hidung.
Terdapat empat sinus yaitu :
- Sinus maksilaris
- Sinus frontalis
- Sinus etmoidalis
- Sinus sfenoidalis
Epitel yang membatasi sinus-sinus paranasal merupakan lanjutan dari epitel hidung
yaitu epitel bertingkat silindris bersilia.
Faring
1. Nasofaring : Terletak di bawah dasar tengkorak, di belakang nares posterior,
dan di atas palatum mole.
2. Orofaring : Terletak di belakang rongga mulut
dan permukaan belakang lidah
3. Laringofaring: Terletak di belakang laring.
Epitel nasofaring adalah epitel bertingkat silindris bersilia atau epitel berlapis
gepeng
Terdapat Lamina propria yang mengandung banyak jaringan elastis, terutama di
bagian luar yang berhubungan dengan otot rangka di faring
Di dalam lamina propria terdapat kelenjar, terutama kelenjar mukosa. Terdapat juga
kelenjar serosa dan kelenjar campur.
Laring
Pada dinding laring terdapat kerangka tulang rawan hialin dan tulang rawan elastis,
sejumlah jaringan ikat, otot rangka, dan kelenjar mukosa.
Tulang-tulang rawan utama pada laring adalah tiroid, krikoid, dan aritenoid yang
merupakan tulang rawan hialin.
Epitel mukosa laring pada permukaan depan dan sepertiga atas sampai setengah
permukaan belakang epiglotis, lipatan ariepiglotika dan pita suara, epitelnya adalah
berlapis gepang tanpa lapisan tanduk.
Bagian laring selebihnya memiliki epitel bertingkat silindris bersilia bersel Goblet.
Terdapat Lamina propria yang tebal dan mengandung banyak serat elastin. Di
dalamnya terdapat kelenjar tubuloasinosa yang kebanyakan adalah mukosa.
Limfonodulus tersebar di dalam lamina propria.
Trakea
Terdapat serangkaian tulang rawan berbentuk tapal kuda berjumlah kira-kira 20, yang
tidak beraturan, tersusun dari atas ke bawah dengan bagian terbuka mengarah ke
belakang.
Celah yang relatif sempit diantara cincin-cincin tulang rawan hialin yang berdekatan,
diisi oleh jaringan ikat fibrosa yang menjadi satu dengan perikondrium cincin tulang
rawan.
Di sebelah dalam dari tulang rawan terdapat submukosa, suatu lapisan jaringan ikat
jarang yang mengandung banyak kelenjar campur kecil dan beberapa kelenjar serosa.
Di lapisan submukosa ini juga terdapat pembuluh kapiler darah dan limf.
Trakea dilapisi oleh suatu membran mukosa yang terdiri dari epitel bertingkat
silindris bersilia dan bersel Goblet, yang terletak pada lamina basal dan ditunjang
oleh lamina propria.
Pada potongan melintang, lumen trakea khas berbentuk huruf D.
BRONKUS
Pada bronki utama, cincin tulang rawan tidak sempurna, celah pada bagian posterior
ditempati oleh otot polos.
Bronkus intrapulmonal tampak bulat dan tidak memperlihatkan bagian posterior yang
rata.
Terdiri dari lempeng-lempeng tulang rawan hialin yang bentuknya tidak beraturan dan
sebagian melingkari lumen secara lengkap.
Pada potongan melintang tampak sebagai beberapa potongan kecil tulang rawan
mengelilingi lumen.
Lempeng tulang rawan hialin dikitari oleh jaringan ikat padat fibrosa yang
mengandung banyak serat elastin.
Sebelah dalam dari cincin tulang rawan dan jaringan ikat, terletak submukosa yang
tersusun dari jaringan ikat jarang dengan sejumlah sel limfosit serta di dalamnya
terdapat kelenjar campur mukoserosa dan kelenjar mukosa.
Lapisan terdalam dari cincin tulang rawan adalah mukosa, tersusun oleh epitel
bertingkat silindris bersilia dan bersel Goblet.
BRONKIOLUS
Bronkiolus besar dibatasi oleh epitel selapis silindris bersilia dan bersel Goblet.
Pada bronkiolus kecil, epitelnya selapis kubis bersilia. Di antara sel-sel itu,
tersebar sejumlah sel silindris berbentuk kubah, tidak bersilia, bagian puncaknya
menonjol ke dalam lumen.
Sel ini disebut sel bronkiolar atau sel Clara. Sel ini bersifat sel sekresi, diduga ikut
berperan membentuk cairan bronkiolar yang mengandung protein, glikoprotein,
dan kolesterol.
Sel tersebut juga mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan yang terdapat di dalam
sekret bronkiolar.
BRONKIOLUS TERMINALIS
Bronkiolus terminalis dibatasi oleh epitel selapis kubis bersilia.
Banyak jaringan elastis pada dinding bronki dan di seluruh jaringan pernafasan,
memungkinkan paru mengembang waktu inspirasi, dan pilinan serat elastis
membantu kontraksi paru waktu ekspirasi.
Terdapat Lendir dan silia yang menangkap benda-benda tertentu dan
menyingkirkannya dari sistem respirasi.
Adanya sekresi juga akan melembabkan udara inspirasi.
BRONKIOLUS RESPIRATORIUS
Bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kubis yang dilanjutkan dengan
epitel selapis gepeng.
Pada dinding bronkiolus respiratorius diselingi oleh alveolus tempat terjadinya
pertukaran gas
DUKTUS ALVEOLARIS
Duktus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, dilapisi oleh epitel selapis
gepeng. Pada dindingnya mengandung banyak alveolus.
SAKUS ALVEOLARIS
Merupakan kantong yang di bentuk oleh dua alveoli atau lebih.
Dinding terdiri atas
Alveoli alveoli yang berdinding sangat tipis
Banyak dijumpai serat elastis dan retikuler
Serat otot polos tidak di jumpai
Tidak dilapisi epitel kecuali alveoli-alveoli.
Alveoli
Adalah gelembung gelembung udara berupa kantong kecil (dinding dari ductus
dan saccus alveolaris)
Bagian terminal dari percabangan bronkus
Pada dinding alveoli terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 antara udara dan darah
Alveolus melekat satu sama lain dan dipisahkan oleh septum interalveolaris
yang juga merupakan dinding alveolus.
Septum Interalveolaris
Dalam septum interalveolaris dapat di jumpai:
Serat serat elastis dan retikuler yang disusun sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dinding alveoli mengembang dan menciut
Fibroblas
Makrofag
Leukosit
Sel pada Septum interalveolaris :
Sel alveolar gepeng
Sel alveolar besar
SEL ENDOTEL
SEL DEBU
Mekanisme pernapasan
Udara secara bergantian dimasukkan ke dalam dan dikeluarkan dari paru
sehingga terjadi pertukaran antara atmosfer dan kantong udara paru yang
dilaksanakan oleh tindakan bernama ventilasi. Selanjutnya O2 dan CO2
dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam kapiler pulmonal,
kemudian darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan, di dalam
jaringan O2 dan CO2 dipertukarkan antara sel jaringan dan darah melalui proses
difusi menembus kapiler sistemik melalui proses difusi.
Udara mengalir masuk dan keluar paru selama tindakan bernapas karena
berpindah dari daerah dengan tekanan tinggi ke rendah. Terdapat 3 tekanan
yang berbeda yang berperan penting dalam ventilasi:
Pada saat inspirasi, rongga dada akan membesar disebabkan otot interkostalis eksternal
mengangkat iga dan sternum yang dipersarafi saraf interkostalis (mengaktifkan otot
interkostalis pada saat inspirasi). Diafragma yang dipersarafi oleh saraf frenikus akan turun
dan memperbesar volume rongga dada.
Sebelum inspirasi, pada akhir ekspirasi sebelumnya, tekanan intra-alveolus sama dengan
tekanan atmosfer sehingga tidak ada udara keluar dan masuk paru. Sewaktu rongga toraks
membesar selama inspirasi akibat kontraksi diafragma, paru juga dipaksa mengembang
untuk mengisi rongga toraks yang membesar. Tekanan intra-alveolus akan turun karena
jumlah molekul udara yang sama kini menempati volume paru yang lebih besar. Karena
tekanan intra-alveolus kini menjadi lebih rendah, udara memasuki paru-paru mengikuti
gradien tekanan hingga tekanan menjadi sama kembali.
Awitan ekspirasi:
Pada akhir inspirasi otot inspirasi melemas, diafragma kembali
ke posisi semula, dan iga yang terangkat kembali turun. Dinding
dada dan paru mengalami rekoil dan kembali mengecil, sehingga
tekanan intra-alveolus meningkat karena volume yang besar
pada akhir inspirasi kini termampatkan ke dalam volume yang
lebih kecil. Aliran keluar udara akan berhenti jika tekanan intra-
alveolus dan atmosfer seimbang.
Tekanan parsial: tekanan yang ditimbulkan secara independen oleh tiap-tiap gas
dalam suatu campuran gas.
Gradien tekanan parsial: perbedaan tekanan parsial antara udara alveolus dan darah
kapiler paru serta antara darah kapiler sistemik dan jaringan sekitar.
Perjalanan pertukaran oksigen dan karbon dioksida menembus kapiler paru dan kapiler sistemik akibat gradien
tekanan parsial:
1. tekanan parsial oksigen alveolus relatif tinggi dan tekanan parsial oksigen darah relatif rendah karena
sebagian udara dari alveolus ditukar dengan udara atmosfer baru setiap kali bernapas
2. sebaliknya, darah vena sistemik yang masuk ke paru relatif rendah oksigen dan tinggi karbon dioksida karena
telah menyerahkan oksigen dan menyerap karbon dioksida di tingkat kapiler sistemik
3. hal ini menciptakan gradien tekanan parsial antara udara alveolus dan darah kapiler paru yang memicu difusi
pasif oksigen ke dalam darah dan karbon dioksida keluar darah sampai tekanan parsial darah dan alveolus
sama
4. karna itu, darah yang meninggalkan paru relatif mengandung oksigen tinggi. Darah ini disalurkan ke jaringan
dengan kandungan gas darah yang sama ketika darah tersebut meninggalkan paru
5. tekanan parsial oksigen relatif rendah dan karbondioksida relatif tinggi di sel jaringan yang mengonsumsi
oksigen dan memroduksi karbon dioksida.
6. akibatnya, gradien tekanan parsial untuk pertukaran gas di tingkat jaringan mendorong perpindahan pasif
oksigen keluar darah menuju sel untuk menunjang kebutuhan metabolik sel-sel tersebut dan juga mendorong
pemindahan secara simultan karbon dioksida ke dalam darah
7. setelah mengalami keseimbangan dengan sel-sel jaringan, darah yang meninggalkan jaringan relatif
mengandung oksigen rendah dan karbon dioksida tinggi
8. darah ini kemudian kembali ke paru untuk kembali diisi oleh oksigen dan dikeluarkan karbon dioksidanya
5. Jelaskan pengendalian pernapasan
Pertukaran Gas
Tekanan parsial
Tekanan yang ditimbulkan secara independen oleh tiap-tiap gas dalam suatu
campuran gas, yang dilambangkan Pgas.
Semakin besar tekanan pasrsial suatu gas dalam cairan, semakin banyak gas
tersebut larut.
Gradien tekanan parsial
Perbedaan dalam tekanan parsial antara darah kapiler dan struktur sekitar.
Terdapat gradien tekanan parsial antara udara alveolus dan darah kapiler paru.
Tekanan Parsial Gas Pernafasan
Di udara Di
Macam Di Di Di Di
ekshalas Di darah kapiler
gas atmosfir trakea alveoli jaringan
i paru
H2 O 47 47 47 47 47 47 47
Pengeluaran CO2 melalui paru yang sangat besar merupakan sumber asam
yang luar biasa, yang mampu mengubah pH cairan tubuh menjadi sangat
rendah.
Pada keadaan normal, rasio bikarbonat (HCO3-) dengan asam karbonat
H2CO3 adalah 20:1.
HCO3-
= 20
H2CO3
Jika rasio bikarbonat dan asam karbonat bisa dipertahankan 20, maka pH
akan tetap 7,4.
Pengaturan suasana asam-basa
Konsentrasi H+ arteri
Olahraga Normal Karena CO2 penghasil H+ dijaga konstan di darah
ringan hingga arteri, konsentrasi H+ arteri tidak berubah.
sedamg
Olahraga berat Meningkat sedang Pada olahraga berat, ketika otot mengandalkan
metabolisme anaerobik, terjadi penambahan asam
laktat ke dalam darah.
8. Faktor apa saja yang mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam berolahraga
9. Mengapa pada skenario, kelelahan dapat membuat nafas menjadi
dalam dan cepat
Bernafas adalah proses mengambil oksigen dari udara melalui hidung/mulut, kemudian diolah di paru-paru, dan
diedarkan ke seluruh tubuh melalui darah. Manusia menghirup Oksigen (O2) dan mengeluarkan Karbon Dioksida
(CO2) sebagai gas buang dari bernafas. Jika aliran darah tidak lancar ke salah satu organ, maka organ tersebut
akan lemas karena kekurangan oksigen.
Saat melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga besar, otot dari organ terkait memerlukan lebih banyak
oksigen. Begitu juga saat berlari, berlari melibatkan banyak organ tubuh, akibatnya banyak organ tubuh yang
membutuhkan suplai oksigen lebih. Semakin cepat berlari, semakin banyak oksigen yang dibutuhkan, semakin
cepat kita menghirup oksigen (bahkan sampai bernafas lewat mulut), semakin cepat aliran darah di tubuh, dan
pastinya semakin banyak CO2 yang dikeluarkan.
Saat berlari, paru-paru bekerja keras mengolah oksigen, sedangkan jantung berdetak cepat memompa darah ke
seluruh tubuh membawa oksigen hasil olahan dari paru-paru dengan kecepatan tinggi. Ketika selesai berlari,
jantung dan paru-paru tidak bisa begitu saja langsung bergerak pelan seperi saat keadaan tidak berlari, ini
dikarenakan tubuh masih membutuhkan suplai oksigen lebih. Maka untuk beberapa saat, darah masih akan
mengalir di tubuh dengan kecepatan tinggi, sambil menunggu keadaan tubuh kembali normal
Kecepatan pernapasan (frekuensi pernapasan) dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, suhu tubuh, posisi tubuh
maupun kegiatan. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa normal dan sehat berkisar antara 15 - 20 permenit.
Pada kaum pria, frekuensi pernapasan ini lebih kecil daripada frekuensi pernapasan pada wanita. Jadi, pernapasan
wanita lebih cepat daripada pernapasan lakilaki.
10. Apa hubungan bersin dengan sistem pernapasan
Patofisiologi Bersin
Bersin adalah respon tubuh yang dilakukan oleh membran hidung ketika
mendeteksi adanya bakteri dan kelebihan cairan yang masuk ke dalam
hidung, sehingga secara otomatis tubuh akan menolak bakteri itu. Syaraf-
syaraf yang terdapat di hidung dan mata itu sebenarnya saling bertautan,
sehingga pada saat kita bersin, maka secara otomatis mata kita akan
terpejam. Hal ini untuk melindungi saluran air mata dan kapiler darah
agar tidak terkontaminasi oleh bakteri yang keluar dari membran
hidung.Pada saat kita bersin, secara refleks maka otot-otot yang ada di
muka kita menegang, dan jantung kita akan berhenti berdenyut. Setelah
selesai bersin maka jantung akan kembali lagi berdenyut alias berdetak
kembali. Kepantasan udara yang dilepaskan ketika bersin bisa mencapai
160 km/jam.
Bersin sebetulnya berguna menjaga agar hidung tetap bersih (cleansing
effect). Di dalam hidung, udara yang masuk dihangatkan sampai
mendekati suhu tubuh. Kemudian diberi kandungan air sampai mendekati
kejenuhan dan dibersihkan lagi sehingga udara yang masuk ke paru-paru
benar-benar bebas dari benda asing. Bila udara sangat beredebu, sangat
dingin atau mengandung uap atau zat yang merangsang, ujung syaraf di
hidung akan terangsang. Akibatnya refleks bersin segera terjadi untuk
membersihkan hidung. Udara yang mengembus kuat dengan tekanan tinggi
dari paru-paru mendorong keluar melalui hidung dan mulut. Refleks bersin
itu bisa terjadi berulang-ulang, sehingga diharapkan pembersihan bisa
maksimal.
TERIMAKASIH