Oleh:
Naomi Besitimur (102012113/ Ketua)lucy.besitimur@yahoo.com
Anggiriani (102012453/ Sekertaris Meja)anggirianilohanatha@gmail.com
Alvan Djari (102012295)
Ronaldi Susilo (102012459)
Dea Mindy Sasmita (102012409/Sekertaris Papan) dea.sasmita@civitas.ukrida.ac.id
Ema Febianti S Manalu (102012411) emamanalu@ymail.com
Letidebora E.T (102012300) letidebora@yahoo.com
Lidomon (102012154)Lidomon@yahoo.com
Grace Praing (102009215)
Pendahuluan
Pernapasan mungkin sesuatu proses sehari-hari yang tidak kita sadari, dan
tidak mengerti apakah sebenarnya fungsi dari bernapas, untuk apa dan dimana proses
bernapas itu berlangsung serta berfungsi secara berkesinambungan dalam tubuh.
Sebagian besar dari khalayak pasti mengetahui bahwa kita bernapas menghisap
oksigen, akan tetapi banyak yang tidak tau diantara kita, ada gas-gas lain yang masuk
ke dalam tubuh kita, diproses dan menjadi gas lainnya.
Seperti kandungan gas oksigen di udara atmosfer hanya sekitar 21 % saja dan
sisanya 78% gas nitrogen, serta 1% lainnya adalah gas seperti CO 2 dan yang lainnya.
Mungkin dari sini saja kita sudah tersada, bahwa udara sebersih apapun, lebih banyak
kandungan gas nitrogen dibanding gas oksigen.1
Proses bergerak, melakukan sesuatu, bernyanyi dan seluruh kegiatan manusia,
pasti membutuhkan energi untuk melakukannya. Bagaimana energi ini terbentuk,
awalnya adalah proses respirasi. Tanpa adanya proses respirasi tidak akan adanya
pembentukan energi untuk melakukan sesuatu kegiatan.
1. 7 Jumps
1.1.
Indentifikasi Istilah yang Tidak Diketahui
- Tidak ada
1.2.
Rumusan Masalah
Anak umur 10 tahun mengeluh serak dan sakit saat menelan.
1.3.
Analisis Masalah
Mikroskopis
Anak 10 tahun dengan
serak dan sakit saat
menelan
Volume
Transpor
Pernapasan
O2 dengan
CO2
1.4.
Serak dan
Sakit saat
menelan
Otot-otot
Pernapasan
Mekanis
Pengendalia
me
n
Pernapas
Pernapasan
Saluran
Pernapasa
Makroskopis
Perubahan
Tekanan
Hipotesis
Seorang anak yang mengeluh serak dan sakit pada saat menelan dikarenakan adanya
gangguan pada saluran pernapasan.
1.5.
Tujuan Pembelajaran
rawan hialin. Saat diameter brinkiolus mengecil, semua lempeng hialin menghilang dari
saluran pernafasan bagian konduksi. 1
Bagian konduksi saluran nafas yang terkecil adalah bronkiolus terminalis. Bronkiolus
yang lebih besar dilapisi epitel bertingkat semu bersilia, seperti pada trakea dan bronkus.
Epitel ini berangsur memendek sampai menjadi epitel selapis bersilia. Bronkiolus yang lebih
besar masih mengandung sel goblet yang berangsur berkurang sampai tidak dijumpai lagi
pada bronkiolus terminalis. Bronkioli yang lebih kecil dilapisi oleh epitel selapis kuboid.
Pada bronkiolus terminalis juga terdapat sel kuboid tanpa silia yang disebut sel clara.1
Bagian respirasi adalah lanjutan distal bagian konduksi dan terdiri atas saluran-saluran
napas tempat berlangsungnya pertukaran gas atau respirasi yang sebenarnya. Bronkiolus
terminalis bercabang menjadi bronkiolus respiratorius yang ditandai dengan mulai adanya
kantong-kantong udara (alveoli) berdinding tipis. 1
Respirasi hanya dapat berlangsung di dalam alveoli karena sawar antara udara yang
masuk ke dalam alveoli dan darah vena dalam kapiler sangat tipis. Struktur intrapulmonal
lain tempat berlangsungnya respirasi adalah duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli.
Pada alveoli paru terdapat dua jenis sel yaitu sel alveolar gepeng pneumosit tipe 1 yang
melapisi seluruh permukaan alveoli dan sel alveolar besar yaitu pneumosit tipe 2 yang
terselip di antara sel alveolar gepeng.1
Mukosa olfaktoris terdapat pada permukaan konka superior, yaitu salah satu sekat
bertulang dalam rongga hidung. Epitel respirasi di dalam rongga hidung adalah epitel
bertingkat semu silindris bersilia dan bersel goblet. 1
Epitel olfaktoris dikhususkan untuk menerima rangsang bau yang terdiri dari epitel
bertingkat semu silindris tinggi tanpa sel goblet. Epitel olfaktorius terdapat di atap rongga
hidung, pada kedua sisi septum, dan di dalam konka nasal superior. Di bawah lamina propia
terdapat kelenjar Bowman yang menghasilkan sekret serosa, berbeda dengan sekret campur
mukosa dan serosa yang dihasilkan kelenjar di bagian lain rongga hidung.1
Faring adalah ruangan di belakang kavum nasi, yang menghubungkan traktus
digestivus dan traktus respiratorius. Yang termasuk bagian dari faring adalah nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Nasofaring tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia bersel
goblet. Orofaring terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, sedangkan pada
laringofaring epitelnya bervariasi, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Laring terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika
vokalis berlapis gepeng. Dindingnya tersusun dari tulang rawan hialin, tulang rawan elastis,
jaringan ikat, otot bercorak, dan kelenjar campur.1
Epiglotis adalah bagian superior laring, terjulur ke atas dari dinding anterior laring
berupa lembaran pipih. Tulang yang membentuk kerangka epiglotis adalah sepotong tulang
rawan (elastis) epiglotis sentral. Permukaan anterior dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk. Lamina propia dibawahnya menyatu dengan perikondrium tulang rawan
epiglotis. Sedangkan pada permukaan posterior yang menghadap ke arah laring terdiri dari
epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.1
Trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin. Cincin-cincin tulang
rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan
retikulin disebut ligamentum anulare untuk mencegah agar lumen trakea tidak meregang
berlebihan. Trakea terdiri dari tiga lapisan, yaitu:1-2
1. Tunika mukosa, tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina basalis
agak tebal dan jelas. Lamina propria mempunyai serat-serat elastin yang berjalan
longitudinal membentuk membran elastika interna. Pada tunika ini terdapat kelenjarkelenjar campur.
2. Tunika submukosa, terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, kelenjar campur (glandula
trakealis) yang banyak di bagian posterior.
3. Tunika adventisia, terdapat kelenjar campur.
Terdapat lima jenis sel-sel epitel trakea/respiratorius, yaitu:
a. Sel goblet, merupakan sel mukus yang menggelembung dan berisi granula sekretorik.
b. Sel silindris bersilia, sel ini memiliki sekitar 300 silia di apikalnya. Pada sel ini terdapat
banyak mitokondria kecil yang menyediakan ATP untuk pergerakan sel.
c. Sel sikat, sel ini memiliki mikrovili di apex yang berbentuk seperti sikat.
d. Sel basal, merupakan sel induk yang akan bermitosis dan berubah menjadi sel lain.
e. Sel sekretorik/bergranula, sel yang memiliki granula dengan diameter 100-300
milimikron yang berfungsi mengatur sekresi mukosa dan serosa.
Bronkus intrapulmonal biasanya dikenali dari adanya beberapa lempeng tulang rawan
yang letaknya berdekatan. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan
sel goblet. Sisa dindingnya terdiri atas lamina propria tipis, selapis tipis otot polos,
submukosa dengan kelenjar bronkial, lempeng tulang rawan hialin, dan adventisia.
Bronkiolus mempunyai epitel yang rendah, yaitu epitel semu silindris bersilia dengan
sel goblet. Mukosanya berlipat dan otot polos yang mengelilingi lumennya relatif banyak.
Tidak ada tulang rawan dan kelenjar lagi, adventisia mengelilingi struktur ini.
Bronkiolus terminalis menunjukkan mukosa yang berombak dengan epitel silindris
bersilia. Tidak ada sel goblet pada bronkiolus terminalis. Lamina propria tipis, selapis otot
polos, dan masih ada adventisia pada bronkiolus terminalis. Bronkiolus respiratorius
langsung berhubungan dengan duktus alveolaris dan alveoli.
Epitel pada bronkiolus ini adalah selapis silindris rendah atau kuboid dan dapat
bersilia di bagian proksimal saluran ini. Bagian terminal setiap bronkiolus respiratorius
mempersempit atrium setinggi meatus media, keseringan sekat rongga hidung ini miring
ke salah satu sisi yang disebut deviasi septum.3
c) Rongga Hidung
Rongga hidung terdiri atas 3 regio yaitu vestibulum, penghidu dan pernafasan.
Vestibulum hidung merupakan sebuah pelebaran yang letaknya tepat disebelah dalam
nares.
Dinding lateral hidung memperlihatkan tiga elevasi yakni concha nasalis
superior , concha nasalis medius dan concha nasalis inferior di inferolateral bagian ini
terdapat meatus nasi yang sesuai letaknya. Disebelah cranial dan dorsal terhadap concha
nasalis superior terdapat recessus spheno-ethmoidalis yang mengandung muara sinus
sphenoidalis, pada recessus ini terdapat concha nasalis suprema. Meatus nasi superior
yang letak inferior terhadap concha nasalis superior memperlihatkan sebuah lubang
sebagai muara sinus ethmoidalis posterior. Meatus nasi medius berada infero lateral
terhadap concha nasalis medius dan kearah anterior berkesinambungan dengan fossa
dangkal di sebelah cranial vestibulum dan limen nasi yakni atrium meatus nasi medius.
Meatus nasi inferior di caudal dan lateral terhadap concha nasalis inferior berisi
muara ductus nasolacrimalis. Kesebelah ventral infundibulum berakhir pada pada sinus
ethmoidalis anterior dan ductus nasofrontalis bermuara lewat infundibulum ini ke ujung
dalam anterior meatus nasi medius. Muara sinus maksilares yang berada didekat atapnya,
berhubungan dengan rongga hidung lewat titik terendah hiatus semiulnaris disebelah
kaudal bulla ethmoidalis, ada meatus nasi inferior di caudal dan lateral terhadap concha
nasalis inferior, berisi buara ductus naso lacrimalis.
Dinding medial atau septum nasi dibentuk oleh lamina prepencicularis ossis
ethmoidalis, os vomer dan cartilago septi nasi, dari arah belakang kedepan, atap cavum
nasi di bagi tiga regio yaitu sphenoidalis, ethmoidales dan frontonasalis sesuai dengan
nama tulang yang ditempatinya.
Dasar rongga hidung terbentuk oleh processus palatinus ossis maxila dan lamina
horizontalis ossis palatini. Dasar ini memisahkan rongga hidung dari rongga mulut,
namun mempunyai hubungan dengan rongga mulit lewat canalis incisivus.
Pembuluh nadi yang mendarahi rongga hidung yaitu aa ethmoidalis anterior dan
posterior, a sphenopalatina, a palatina major dan a labialis superior.
Vena vena yang ada di rongga hidung membentuk plexus cavernosus terutama
berada di submukosa bagian caudal septum nasi, concha nasalis medius dan concha
nasalis inferior.
Persyarafan utama rongga hidung dalah oleh cabang cabang n trigeminus (N.V),
otonom secremotorik dan vasomotorik serta n olfaktorius (N.I)3
d) Sinus Paranasalis
Sinus paranasalis berkembangnya setelah lahir pada bayi terbentuk baru
mendekati tahun pertama, sinus sinus ini mencapai setengah ukurannya pada tahun ke
sepuluh dan berkembang lengkap bersamaan dengan pemanjangan wajah umur 15 20
tahun, sinus sinus ini berlapiskan mukosa hidung, sinus sinus ini berfungsi untuk
menghangatkan udara pernafasan. Terbagi atas sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus
ethmoidalis, sinus sfenoidalis.3
e) Sinus maksilaris
Sebagian letak sinus ini berada pada tulang maxilla, berbentuk piramid yang
meluas di bawah orbita dan dasrnya dipisahkan dari akar gigi gigi molardan premolar
oleh sebuah lempeng tulang yang tebalnya hanya beberapa mm, pendarahan oleh a
facialis, a palatina major, a infraorbitalis yang merupakan lanjutan a maxillaris interna
dan Aa alveolaris superior anterior dan posterior cabang a maksilaris interna, dipersyarafi
oleh n infraorbitalis dan nn alveolaris superior, anterior dan posterior.3
f) Sinus frontalis
Letaknya disebelah posterior terhadap arcus superciliaris antara tabula externa
dan tabula interna os frontale, derajat meluasnya sinus ke dalam tulang dahi, sangat
bervariasi dan biasanya sinus ini tidak simetris didekatnya terletak lekuk tengkorang
depan dan atap orbita, pendarahannya disuplai oleh cabang cabang a ophthalmica,
yakni a supraorbitalis dan a ethmoidalis anterior, darah baliknya bermuara ke dalam vena
anastomotik pada incisura supra orbitalis yang menghubungkan vena vena
supraorbitalis dan ophthalmica superior, dipersarafi oleh n supraorbitalis.3
g) Sinus ethmoidalis
a. Nasopharinx
Tersusun atas epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.3 Rongga nasopharinx ini
tidak pernah tertutup, berbeda dari oropharinx dan laringopharinx. Berhubungan dengan
rongga hidung melalui choanae. Sedangkan yang berhubungan dengan oropharinx melalui
isthimus pharingeum. Pada bagian posterior dari nasopharinx terdapat jaringan limfoid
membentuk tonsilla pharingea yang terdapat di reccesus pharingea. Peluasan ke arah lateral
tonsilla pharingea, disebelah dorsal nasopharinx berhubungan dengan auris media melalui
osteum tuba auditiva.9
b. Oropharinx
Tersusun atas epitel berlapis gepeng tidak bertanduk.3 Pada dinding lateralnya
terdapat tonsilla palatina yang masing-masingnya terletak disinus tonsillaris. Berhubungan
dengan rongga mulut melalui isthmus oropharingeum. Makanan dalam bentuk bolus dari
rongga mulut didorong masuk ke oropharinx.Bolus menekan uvula (tekak) sehingga menutup
saluran menuju ke hidung.Hal ini menjaga supaya makanan yang masuk tidak keluar ke
hidung. Proses dilanjutkan dengan menurunnya epiglotis yang menutup glottis. Bolus melalui
laringopharinx dan masuk ke esophagus.9
sehingga udara yang melalui pita suara dpat menimbulkan suara dengan nada yang berbedabeda.5
Otot pada laring terbagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok ekstrinsik dan
kelompok intrinsik. Otot-otot ekstrinsik menghubungkan laring dengan sekitarnya dan
berperan
dalam
proses
menelan;
termasuk
otot-otot
tersebut
adalah
musculus
intrinsik
laring
adalah
musculus
cricoarytaenoid
posterior,
musculus
Gambar 2. Laring11
3. Trakea
Trakea berupa pipa yang panjangnya 10 cm, sebagai lanjutan dari laring. Trakea
membentang mulai dari setinggi cervical 6 sampai tepi atas bebas thoracal 5. Ujung caudal
trakea terbagi menjadi bronkus principalis sinister dan dekstra. Rangka trakea berbentuk C
terdiri dari tulang rawan hialin. Cincin-cincin tulang rawan satu dengan yang lain
dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin disebut ligamentum
anulare untuk mencegah agar lumen trakea jangan meregang berlebihan. Juga ditrakea
terdapat otot polos yang berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan.3
Trakea diperdarahai oleh arteri thyreodea inferior sedangkan ujung thoracalnya
ddidarahi oleh cabang arteri bronchiales. Persarafan trakea berasal dari cabang tracheal
nervus vagi, nervus recurrens dan truncus symphaticus.7
Percabangannya8
Bronkus
Trakea yang berbifurkasio menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Dindingnya dilapisi hanya sedikit otot polos dan dilapisi epitel bersilia yang mengandung
kelenjar mukus dan serosa. Struktur bronkus sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih
halus, kedudukan bronkus kiri lebih mendatar dibandingkan bronkus kanan sehingga bronkus
kanan lebih mudah terserang penyakit. Kedua bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea
pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea
dan di lapisi oleh jenis sel yang sama.Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping
ke arah tampak paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut
bronkus pulmonaris. Trakea terbelah menjadi dua bronkus utama.Bronkus ini bercabang lagi
sebelum masuk paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak
sekali.Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari trakea
mempunyai dinding fibrosa berotot yahng mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi
epitelium bersilia.Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya
tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan silia.
Bronkus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang disebut vestibula,
dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya, lapisan epitelium bersilia diganti
dengan sel epitelium yang pipih.Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan di dalam
dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara atau alveoli itu terdiri atas
satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan
dengan udara suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun
terjadi.3
5.
Bronkiolus
Bronkiolus adalah percabangan dari bronkus.Saluran ini lebih halus dan dindingnya
lebih tipis.Bronkiolus kiri berjumlah dua.Sedangkan bronkiolus
kanan berjumlah
Paru-paru
Paru-paru berjumlah sepasang. Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus (superior, medial
dan inferior). Paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus (superior dan inferior). Selaput pembungkus
paru-paru disebut pleura.Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk ke dalam fisura, dan
dengan demikian memisahkan lobus saru dari yang lain.Membran ini kemudian dilipat
kembali di sebelah tampak paru-paru dan membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian
dalam dinding dada.Pleura yang melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi
diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak di leher ialah pleura
servikalis.Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran suprapleuralis
(fasia sibson) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia.
Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki
permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu
bernapas bergerak. Dalam keadaan sehat, kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat
bersentuhan.Ruang atau rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam
keadaan tidak normal udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang diantaranya
menjadi jelas.
Pleura disusun oleh jaringan ikat fibrosa dengan serat elastin dan kolagen dan sel fibroblas,
dilapisi oleh sel mesotel.
jalur desendens oleh neuron ekspiratorik. Hanya ketika ekspirasi aktif barulah
neuron ekspiratorik merangsang neuron motorik yang menyarafi otot otot
ekspirasi. Selain itu, neuron neuron inspiratorik VRG, ketika dirangsang DRG,
untuk membantu menghasilkan inspirasi dan ekspirasi yang lancer dan mulus.Pusat
pneumostatik mengirim impuls ke DRG yang membantu memadamkan neuron neuron
inpiratorik sehingga durasi inspirasi dibatasi.Sebaliknya, pusat apneustik mencegah neuron
neuron inspiratorik dipadamkan, sehingga dorongan inspirasi meningkat. Dengan sistem
check and balance ini, pusat pneumostatik mendominasi pusat upneustik, membantu
menghentikan inspirasi dan membiarkan ekspirasi terjadi secara normal. Tanpa rem
pneumostatik ini, pola bernapas akan berupa tarikan napas panjang yang terputus mendadak
dan singkat oleh ekspirasi. Pola bernapas yang abnormal ini dikenal sebagai
upnuapnustik.Apnusis, karena itu, pusat yang mendorong tipe bernapas ini disebut pusat
apnustik.Apnusis terjadi pada jenis tertentu kerusakan otak berat.
hearing breuer terpicu untuk mencegah inflasi paru berlebihan. Reseptor regang paru di
lapisan otot polos saluran napas yang besar. Potensial aksi dari reseptor reseptor regang ini
merambat melalui serat saraf aferen ke pusat medulla dan menghambat neuron inpiratorik.
Umpan balik negative dari paru yang sangat teregang ini membantu menghentikan inspirasi
tepat sebelum paru mengalami pengembangan berlebihan.5
Mekanisme Pernapasan
Pernafasan yang lazim digunakan mencakup dua proses yaitu pernafasan luar
(eksterna) yang merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara
keseluruhan serta dalam pernafasan dalam (interna) yang merupakan penggunaan O 2 dan
pembentukan CO2 oleh sel-sel. Fungsi utama sistem respirasi ialah untuk membekalkan tubuh
dengan oksigen dan menyingkirkan karbon dioksida. Untuk menyempurnakan fungsi ini,
sekurang-kurangnya diperlukan 4 proses untuk berlaku yang secara kolektif disebut sebagai
respirasi yaitu:4
1. Ventilasi pulmonal pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru sehingga
tersedia gas yang terus menerus ditukar dan segar. Biasanya disebut bernafas.
2. Respirasi eksternal pergerakan oksigen dari paru ke darah dan karbon dioksida
dari darah ke paru-paru.
3. Transport gas pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan tubuh dan
pengangkutan karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Ia dilakukan
dengan sistem kardiovaskular menggunakan darah sebagai cairan transportasi.
4. Respirasi internal pergerakan oksigen dari darah ke jaringan tubuh dan karbon
dioksida dari jaringan tubuh ke darah.
Ventilasi Pulmonal
Ventilasi pulmonal ialah suatu proses mekanik yang mengandalkan pada
perubahan volume pada rongga thoraks atau rongga dada. Perubahan volume
membawa kepada perubahan tekanan yang selanjutnya membawa kepada aliran gas
untuk menyeimbangkan tekanan tersebut.Dalam kata lain, ventilasi pulmonal ialah
pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli di paru-paru atau lebih dikenal
sebagai bernafas.
Ventilasi pulmonal terbagi kepada dua yaitu inspirasi dan ekspirasi.Keduaduanya terjadi hasil dari perubahan dari volume thoraks yang menyebabkan udara
untuk bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.Hal ini adalah dimungkinkan
karena hukum Boyle dimana pada suhu yang konstan, tekanan yang diberikan oleh
gas berbanding terbalik dengan volume gas.5
Inspirasi
penambahan
volume
thoraks
pada
dimensi
lateral
dan
anteroposterior.
2. Hal ini menyebabkan volume rongga thoraks diperbesar secara keseluruhannya.
Tulang-tulang iga terangkat dan sternum bergerak ke anterior atas.
3. Paru-paru dipaksa meregang dan menjadi luas untuk mengisi rongga thoraks yang
membesar. Volume intrapulmonal meningkat akibat dari regangan paru.
4. Apabila paru membesar, tekanan intra alveoli menurun dari 760 mmHg menjadi
759 mmHg (-1 mmHg) dan mengakibatkan ia lebih rendah dari tekanan atmosfer
(760 mmHg).
5. Udara (gas) mengalir ke dalam paru-paru menuruni gradien tekanan sehingga
tekanan intra alveol menjadi 0 atau menyamai tekanan atmosfer.
Inspirasi kuat melibatkan kontraksi diafragma dan otot interkostal externus
dengan lebih kuat dengan membawa otot-otot inspirasi tambahan sama-sama berperan
dalam membesarkan lagi rongga thoraks.Otot-otot inspirasi tambahan antaranya
termasuklah otot
sternocleidomastoideus, pektolaris major dan scalenus.Kontraksi otot-otot
inspirasi tambahan ini menyebabkan kenaikan sternum dan dua tulang iga pertama
sehingga menyebabkan rongga thoraks bagian atas diperbesar.Perluasan yang lebih ini
menyebabkan penurunan tekanan intra alveol yang lebih dan mengakibatkan
pengaliran udara ke dalam paru dengan lebih banyak.5
Ekspirasi
Proses ekspirasi secara umumnya di mana udara dibawa keluar dari paru.
Ekspirasi tenang merupakan suatu proses pasif dan iamelibatkan relaksasi otot-otot
inspirasi yaitu diafragma dan otot interkostal externus. Peristiwa yang berlaku dalam
menyebabkan ekspirasi termasuk:
Transpor Gas
Gas yang terlibat dalam system pernafasan ini terdiri dari dua yaitu oksigen (O 2) dan
karbon dioksida (CO2). Transport O2 dan CO2 ini umumnya dilakukan oleh darah. O2yang
diangkut oleh darah kapiler di paru harus ditranspor ke jaringan untuk digunakan oleh sel
tubuh.Sebaliknya, CO2 yang dihasilkan pada tingkat sel harus ditranspor ke paru untuk
disingkirkan dari tubuh.4-6
Transpor oksigen
Oksigen yang ada dalam darah wujud dalam dua bentuk yaitu terlarut secara
fisika dan terikat pada haemoglobin secara kimiawi.
1. O2 yang terlarut secara fisika.
Sangat sedikit jumlah O2 yang larut dalam plasma darah (92% air) karena O 2
darah (PO2). Semakin tinggi PO2, semakin tinggi jumlah O2 yang terlarut.
Hanya 1.5% dari O2 dalam darah yang dilarut
molekul O2
Hb mengikat O2untuk membentuk oksihemoglobin (HbO2) yang berwarna
(HHb)
Hb tersaturasi penuh bila seluruh Hb tubuh berikatan secara maksimal dengan
O2.
Kejenuhan Hb dengan O2 mencapai 75% apabila 3 dari 4 atom Fe berikatan
dengan O2.
Kejenuhan oksigen = (kandungan oksigen / kapasitas oksigen) x 100
Faktor penting dalam penentuan persen saturasi HbO2 adalah PO2 darah.
Kurva disosiasi O2-Hb
bertambah.
Demikian pula, jika pelepasan oksigennya (pelepasan oksigen terikat)
kurva disosiasi yaitu CO2, pH, temperatur dan konsentrasi 2,3-difosfogliserat (2,3DPG).
Karbon dioksida
pH
ke kanan.
Oleh karena CO2 menghasilkan asam karbonik (H2CO3), maka darah menjadi
semakin asam pada kapiler sistemik karena mengambil CO2 dari jaringan tubuh.
Temperatur
2,3-difosfogliserat
CO2 lebih mudah larut dalam plasma berbanding O2, oleh itu lebih banyak
cara ini.
2. Berikatan dengan hemoglobin
30% daripada total CO2 berikatan dengan Hb untuk membentuk karbamino
hemoglobin (HbCO2).
CO2mengikat bahagian globin pada haemoglobin, berbeda dengan oksigen
daripada oksihaemoglobin.
Oleh itu, pembebasan oksigen daripada hemoglobin pada jaringan
membantu dalam pengambilan karbon dioksida oleh haemoglobin. Proses
Reaksi ini terjadi dengan lambat di dalam plasma tetapi mampu maju
dengan cepat di dalam sel darah merah dengan kehadiran enzim eritrosit,
ion bikarbonat dan ion hidrogen tanpa melalui tahap asam karbonat.
Kerana konsentrasi ion bikarbonat lebih tinggi di dalam darah berbanding
Struktur Tambahan
Merupakan struktur penunjang yang diperlukan untuk bekerjanya sistem pernafasan itu
sendiri. Struktur tambahan terdiri dari tiga, yaitu dinding toraks, diafragma dan pleura.
Dinding toraks, terdiri dari Tulang pembentuk rongga dada yang kemudian terdiri dari
tulang iga (12 buah), vertebra torakalis (12 buah), sternum (1 buah), klavikula (2 buah), dan
skapula (2 buah).
Otot pernafasan, menurut kegunaannya terbagi menjadi tiga, yaitu:
Otot inspirasi utama
M. interkostalis ekternus
M. interkartilaginus parasternal
Otot diafragma
M. sternokleidomastoideus
M. skalenus anterior
M. skalenus medius
M. skalenus posterior
Otot ekspirasi tambahan, diperlukan ketika ada serangan asma yang membutuhkan
pernafasan aktif, terdiri dari:
M. interkostalis interna
M. interkartilaginus parasternal
M. rektus abdominis
M. oblikus abdominis ekternus
disebut volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume / IRV).Jumlah udara yang
dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontrkasi otot ekspirasi, setelah
ekspirasi biasa disebut volume cadangan ekspirasi (ekspiratory reserve volume / ERV), dan
udara yang masih tertinggal di dalam paru setelah ekspirasi maksimal disebut volme residu
(residual volume / RV).Nilai normal berbagai volume dan istilah yang digunakan untuk
kombinasi berbagai volume paru tersebut. Ruang didalam saluran napas yang tidak ikut serta
dalam proses pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru disebut ruang rugi pernapasan.
Pengukuran kapasitas vital, yaitu jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari paru
paru setelah inspirasi maximal, seringkali digunakan di klinik sebagai indeks fungsi paru.
Nilai tersebut bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot otot
pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lain. Fraksi volume kapasitas vital yang
dikeluarkan pada satu detik pertama melalui ekspirasi paksa dapat memberikan informasi
tambahan, mungkin diperoleh nilai kapasitas vital yang normal pada nilai FEV menurun pada
penderita penyakit seperti asma, yang mengalamai peningkatan tahanan saluran udara akibat
konstriksi bronkus.Pada keadaan normal, jumlah udara yang dinspirasikan selama 1 menit
sekitar 6L.Ventilasi volunteer maximal atau yang dahulu disebut kapasitas pernapasan
maximum adalah volume gas terbsesar yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan selama 1
menit volunter. Pada keadaan normal, MVV berkisarkan antara 125 170 L/menit.2
untuk memenuhi kebutuhan O2 jaringan aktif dan mengeluarkan CO2 beserta panas saat
melakukan aktivitas fisik. Perubahan sirkulasi meningkatkan aliran darah ke otot, sambil
mempertahankan sirkulasi yang adekuat di bagian tubuh lain. Selain itu, ambilan O 2 dari
darah di otot yang bekerja akan meningkat, dan ventilasi jugaa meningkat sehingga sejumlah
O2 tambahan akan tersedia, dan sebagian panas serta kelebihan CO2 dapat dikeluarkan.
Perubahan Ventilasi
Saat beraktivitas, jumlah O2 yang memasuki aliran darah di paru meningkat karena
adanya kenaikan jumlah O2 yang ditambahkan pada tiap satuan darah dan bertambahnya
aliran darah paru per menit. PO2 darah yang mengalir ke dalam kapiler paru menurun dari 40
menjadi 25 mm Hg atau kurang sehingga gradient PO 2 alveolus-kapiler meningkat dan lebih
banyak O2 yang masuk ke dalam darah.
Aliran darah per menit meningkat dari 5,5 L/menit menjadi 20-35 L/menit. Dengan
demikian, jumlah O2 total yang memasuki darah juga bertambah, dari 250 L/menit saat
istirahat menjadi 4000 L/menit. Jumlah CO2 yang dikeluarkan dari tiap satuan darah
meningkat dan ekskresi CO2 meningkat dari 200 mL/menit menjadi 8000 mL/menit.
Peningkatan ambilan O2 sebanding dengan beban kerja yang dilakukan, sampai tercapainya
batas maksimum. Di atas batas maksimum, konsumsi O 2 menetap dan kadar asam laktat
darah terus meningkat. Laktat berasal dari otot dengan resistensis aerobic cadangan energi
yang tidak dapat mencukupi penggunaannya sehingga terjadi utang oksigen.
Ventilasi meningkat tiba-tiba begitu aktivitas fisik mulai dilakukan, dan setelah suatu
periode jeda singkat, akan diikuti oleh peningkatan yang bertahap. Pada aktivitas fisik
sedang, kenaikan ventilasi terutama disebabkan oleh peningkatan kedalaman pernapasan, dan
diikuti oleh peningkatan frekuensi pernapasan bila aktivitas fisik lebih berat. Ventilasi
mendadak berkurang saat aktivitas fisik berhenti, dan setelah jeda singkat akan diikuti oleh
penurunan bertahap ke nilai sebelum latihan. Peningkatan mendadak pada awal aktivitas fisik
kemungkinan disebabkan oleh rangsang psikis dan impuls aferen dari proprioseptor di otot,
tendo, dan sendi.Peningkatan yang bertahap kemungkinan disebabkan oleh faktor humoral,
walaupun selama aktivitas fisik sedang, pH, PCO2, dan PO2 darah arteri tetap tidak berubah.
Perubahan di Jaringan
Penyerapan O2 maksimum saat beraktivitas fisik dibatasi oleh kecepatan
pria muda bugar dapat menghasilkan daya listrik pada sebuah sepeda sekitar 700 watt untuk 1
menit, 300 watt untuk 5 menit, dan 200 watt untuk 40 menit. Selama ini dikatakan bahwa
faktor-faktor yang membatasi kinerja dalam berolahraga adalah kecepatan penyaluran O2 ke
jaringan atau kecepatan masuknya O2 ke dalam tubuh melalui paru. Faktor-faktor ini
berperan, tetapi faktor lain juga berperan dan olahraga akan berhenti jika perasaan lelah
(fatigue) berkembang menjadi perasaan payah (exhaustion). Kelelahan terjadi sebagian akibat
terbombardirnya otak oleh impuls saraf dari otot, dan penurunan pH darah akibat asidosis
laktat juga menyebabkan orang merasa lelah.
Hipoksia
Fase oral
Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan
oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan
membentuk bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini
berlangsung secara disadari. Proses ini bertahan kira-kira 0.5 detik.
Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi,
setelah otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletakkan bolus diatas lidah.Otot intrinsik lidah
Fase Faringeal
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :
1. Musculus tensor veli palatini (N.V) dan musculus Levator veli palatini (N.IX, N.X
dan N.XI) berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula
tertarik keatas dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.
2. Musculus genioglosus (N.XII, cervikal 1), musculus aryepiglotika (N.IX,N.X)
musculus crikoarytenoid lateralis (N.IX,N.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita
suara sehingga laring tertutup.
3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi
musculus stylohioid, (N.VII), musculus Geniohioid, musculus tirohioid (N.XII dan
N.cervikal I).
4. Kontraksi musculus konstriktor faring superior (N.IX, N.X, N.XI), musculus
Konstriktor pharinx inermedius (N.IX, N.X, N.XI) dan musculus konstriktor pharinx
inferior (N.X, N.XI) menyebabkan pharinx tertekan kebawah yang diikuti oleh
relaksasi musculus criko pharinx (N.X)
5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan
otot-otot pharinx ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk
ke dalam cervikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk
menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.
Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai
serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.
Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal,
meningkatkan waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter
esofagus bagian atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu
pergerakan pangkal lidah, pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan
sfingter esofagus bagian atas. Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.
Fase Esofageal
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun
mienterikus yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan
gelombang ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.
Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak
peristaltik dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia
akibat dari berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang
peristaltik primer.10
Gambar
8. Fase Menelan Makanan10
Penutup
Kesimpulan
Sistem respirasi adalah salah satu alat kesinergisan tubuh yang berfungsi agar
seseorang hidup dengan normal, tanpa adanya sistem respirasi ini maka seseorang tidak akan
dapat menjalankan kehidupannya dengan normal. Energi yang merupakan hal yang sangat
penting dalam pergerakan tubuh, tidak dapat diproduksi secara maksimal dengan tiadanya
sistem respirasi ini.
Sistem respirasi ini menyadarkan kita bahwa, dalam setiap detik bahkan mili detik.
Terjadi alur perubahan yang banyak dan panjang secara berulang dan terus menerus.
Daftar Pustaka
1. Universitas Sumatera Utara. Respirasi. Available from URL:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26937/4/Chapter%20II.pdf
2. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC;2008.h.669-708.
3. Woodson GE. Upper airway anatomy and function. Philadelphia : Lippincot Williams
& Wilkins. 2005.p.479-86.
4. Santoso G. Anatomi pernapasan. Jakarta: Balai penerbit FKUI.2009
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2009.h.498;524-28.
6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2006.h.498-9.
7. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Grays anatomy for students. 1 st ed. Philadelpia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2005.p.102-52.
8. Singh I. Teks dan atlas histologi manusia. Jakarta: Binarupa Aksara; 2006.h.115-20.
9. Woodburne RT. Essential of human anatomy. 6 th ed. New York: Oxford Universty;
2007.p. 181-200.
10. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004.h.266-8.
11. Agur AMR, Dalley AF. Grants atlas of anatomy. Philadelpia: Lippincott Williams &
Wikins; 2005.h.205.