Anda di halaman 1dari 90

MODUL BELAJAR

KEPERAWATAN DASAR

Disusun oleh
Rizky Meuthia Pratiwi.,S.Kep.,Ns.,M.Kep

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


2019
KONSEP DASAR OKSIGENASI

1. PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2.
dan bisa juga dikatakan suatu proses penambahan oksigen ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel dan sebagai hasilnya terbentuklah karbon
dioksida, energi dan air.
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang
tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional.
2. ANATOMI-FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

Fungsi Organ Saluran Pernafasan


1) Hidung
Rongga hidung berbentuk segi tiga dengan bagian superior yang menyempit.
Ruang segitiga hidung dibagi oleh dinding yang disebut septum. Bagian pinggir dinding
hidung terdapat tiga buah jaringan mukosa memanjang yang disebut konka. Konka
berfungsi sebagi turbin, memungkinkan seluruh udara yang mengalir dihidung akan
menyentuh permukaan mukosa hidung. Dengan susunan anatomi tersebut, maka udara
yang masuk kedalam parenkim paru akan dihangatkan, dilembabkan dan dibersihkan
oleh hidung. Dinding hidung terdiri dari jaringan mukosa yang mengandung cairan
mucus dan sel epitel bersilia. Di dalam hidung juga terdapat jaringan rambut. Partikel
debu/ zat asing yang masuk bersama udara akan tertahan oleh jaringan rambut. Partikel
tersebut kemudian jatuh dan melekat/ tertangkap di cairan mucus. Kemudian sel epitel
silia memindahkan cairan mucus bersama partikel asing tersebut ke tenggorokan. Oleh
karena itu, partikel asing yang berdiameter lebih dari 4-6 μ akan tersaring dan tidak
masuk ke system pernafasan. Disekitar hidung terdapat kantong-kantong yang disebut
dengan sinus paranasalis. Sinus-sinus tersebut berperan untuk menghangatkan udara dan
resonansi suara.

2) Laring-faring
Laring-faring sering disebut juga dengan tenggorok. Faring terdapat di superior yang
untuk selanjutnya melanjutkan diri menjadi laring. Faring merupakan bagian belakang
dari rongga mulut (kavum oris). Di faring terdapat percabangan 2 saluran yaitu trakea di
anterior sebagai saluran nafas dan esophagus dibagian posterior sebagai saluran
pencernaan. Trakea dan esophagus selalu terbuka, kecuali saat menelan. Ketika
bernafas, udara akan masuk ke kedua saluran tersebut. Melalui gerakan reflek menelan,
saluran trakea akan tertutup sehingga zat makanan akan aman masuk ke esophagus.
Refleks menelan akan terjadi bila makanan yang sudah dikunyah oleh mulut didorong
oleh lidah ke belakang sehingga menyentuh dinding faring. Saat menelan epiglottis dan
pita suara akan menutup trakea. Bila reflek menelan tidak sempurna maka berisiko
terjadi aspirasi (masuknya makanan ke trakea) yang dapat menyebabkan obstruksi
saluran nafas. Pada laring terdapat pita suara. Pita suara akan menutup ketika menelan.
Pita suara berfungsi untuk menimbulkan gelombang bunyi dengan cara bergetar.
Getaran bunyi akan terjadi bila pita suara menegang bersamaan dengan aliran udara
yang lewat saat ekspirasi. Bunyi yang keluar dari pita suara hanya berupa “aaahh”.
Bunyi tersebut akan menjadi kata-kata yang jelas melalui posisi/ gerak spesifik dari
mulut dan lidah.
3) Epiglotis
Epiglotis ini merupakan penutup kedap udara (airtight) yang terdiri atas tulang rawan
dan membran lendir (mukosa). Tujuan nya adalah untuk menutup batang tenggorokan
(Trakea) dan pangkal tenggorokan (laring). Biasanya saat menahan napas dengan
menutup epiglotis setelah mengisi paru paru. Cara memeriksa epiglotis dengan menahan
napas dengan mulut terbuka, dengan membuat beberapa tekanan perlahan pada paru-
paru
4) Trakea, Bronkus dan Bronkiolus
Trakea (tenggorokan) merupakan saluran yang menghantarkan udara ke paru- paru.
Trakea berbentuk seperti pipa dengan panjang kurang lebih 10 cm. Dinding
tenggorokan terdiri atas tiga lapisan berikut, yaitu:
a. Lapisan paling luar terdiri atas jaringan ikat
b. Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan. Trakea tersusun atas
16–20 cincin tulang rawan yang berbentuk huruf C. Bagian belakang cincin tulang
rawan ini tidak tersambung dan menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk
mempertahankan trakea tetap terbuka.
c. Lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitelium bersilia yang menghasilkan banyak
lendir. Lendir ini berfungsi menangkap debu dan mikroorganisme yang masuk saat
menghirup udara. Selanjutnya, debu dan mikroorganisme tersebut didorong oleh
gerakan silia menuju bagian belakang mulut. Akhirnya, debu dan mikroorganisme
tersebut dikeluarkan dengan cara batuk. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-
benda asing yang masuk bersama udara pernapasan
Di dalam rongga dada/di paru-paru trakea bercabang dua membentuk bronkus
trakea. Bronkus bercabang ke kanan dan kiri. Bronkus kemudian bercabang-cabang
kecil menjadi bronkiolus. Ujung sisi terminal dari bronkiolus terdapat banyak kantong-
kantong udara yang disebut dengan alveoli
Bronkus (Cabang Tenggorokan),
Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan. Jumlahnya sepasang, yang satu
menuju paru-paru kanan dan yang satu menuju paru-paru kiri. Bronkus yang ke arah kiri
lebih panjang, sempit, dan mendatar daripada yang ke arah kanan. Hal inilah yang
mengakibatkan paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit. Struktur dinding
bronkus hampir sama dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih tebal daripada
dinding bronkus. Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkus kanan
bercabang menjadi tiga bronkiolus sedangkan bronkus kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus.
Bronkiolus, bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-cabang
menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya semakin tipis. Bronkiolus
tidak mempunyai tulang rawan tetapi rongganya bersilia. Setiap bronkiolus bermuara
ke alveolus. Disepanjang trakea, bronkus dan bronkiolus, terdapat jaringan mukosa
dengan sel-sel goblet yang diselingi sel epitel bersilia. Sel goblet menghasilkan cairan
mucus yang berperan untuk melembabkan udara inspirasi dan menagkap partikel-
partikel asing. Partikel asing yang tertangkap akan digerakkan oleh silia sel epitel ke
kavum oris. Bila saluran nafas mengalami peradangan/ inflamasi akibat infeksi atau alergi,
maka sel-sel mukosa akan memproduksi mucus lebih banyak dengan tujuan untuk drainase.
5) Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Rongga dada dan perut dibatasi oleh suatu
sekat disebut diafragma. Paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kanan dan paru-paru
kiri. Paru-paru kanan terdiri atas tiga lobus yaitu lobus atas, lobus tengah dan lobus
bawah. Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua lobus yaitu lobus atas dan lobus
bawah. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput paru-paru (pleura). Kapasitas maksimal
paru-paru berkisar sekitar 3,5 liter.
Paru-paru terletak di dalam kavum toraks. Paru-paru dibatasi oleh dinding toraks
berupa:
Batas anterior (depan) = sternum dan kostae
Batas lateral (samping) = kontae (melingkar)
Batas posterior (belakang) = Kontae dan kolumna vertebrae
Batas inferior (bawah) = Otot diafragma
Diantara dinding toraks dan alveoli terdapat dua lapisan pleura yaitu pleura
parietal dan pleura visceral. Di antara kedua lapisan pleura terdapat kavum pleura yang
selalu memiliki tekanan negative dan berperan sebagai lubrikan (pelumas). Pleura
merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo).
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negatif thoraks kedalam paru-
paru, sehingga paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu
istirahat (resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai -5 cm H2O;
sedikit bertambah negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan
negatif meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O. Selain fungsi mekanis, rongga
pleura steril karena mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda asing; dan cairan
yang diproduksinya bertindak sebagai lubrikans.
Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik
dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan besar
ikut mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi terjadi
terutama pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1 sampai 0.15
ml/kg/jam. Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan mengakibatkan
terjadinya effusion. Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan
pernapasan biasa disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada
orang dewasa lebih kurang 500 ml. Setelah kita melakukan inspirasi biasa, kita masih
bisa menarik napas sedalam-dalamnya.
Udara yang dapat masuk setelah mengadakan inspirasi biasa disebut udara
komplementer, volumenya lebih kurang 1500 ml. Setelah kita melakukan ekspirasi
biasa, kita masih bisa menghembuskan napas sekuat-kuatnya. Udara yang dapat
dikeluarkan setelah ekspirasi biasa disebut udara suplementer, volumenya lebih kurang
1500 ml. Walaupun kita mengeluarkan napas dari paru-paru dengan sekuat- kuatnya
ternyata dalam paru-paru masih ada udara disebut udara residu. Volume udara residu
lebih kurang 1500 ml. Jumlah volume udara pernapasan, udara komplementer, dan
udara suplementer disebut kapasitas vital paru-paru.
6) Alveoli

Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan paru-paru.
Parenkim tersebut banyak mengandung berjuta-juta unit alveolus. Alveolus merupakan
tempat kantong udara yang berukuran sangat kecil dan merupakan akhir dari bronkiolus
respiratoris sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Dinding alveoli tipis,
lembab setebal dan selapis sel dan berlekatan erat dengan kapiler darah. Di beberapa
bagian alveolus dinding nya terbuka sehingga mempermudah hubungannya dengan
kapiler darah. Dinding alveolus yang tipis dan lembab ini mempermudah udara
pernafasan melaluinya. Adanya alveolus memungkinkan daerah permukaan yang
berperan penting untuk pertukaran gas menjadi luas yaitu sekitar 50 kali luas permukaan
tubuh. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran oksigen dari udara bebas ke sel-sel
darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara bebas

Reflek Batuk dan Bersin


Reflek ini bertujuan untuk mengeluarkan udara secepat mungkin agar system
pernafasan tetap bersih. Reflek ini akan terpacu bila ada substansi iritan yang masuk ke
saluran nafas. Batuk terjadi bila ada zat iritan yang merangsang daerah glottis, trakea
dan bronkus. Zat iritan akan memacu reseptor di saluran nafas tersebut. Reseptor akan
mengirimkan sinyal melalui saraf afferent ke medulla spinalis. Medulla spinalis
mengirimkan reseptor melalui saraf efferent ke otot-otot pernafasan dan pita suara.
Otot-otot pernafasan akan berkontraksi dengan kuat untuk menimbulkan efek inspirasi
maksimal.
Setelah inspirasi maksimal, pita suara akan menutup. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan tekanan intra torakal. Tekanan intra torakal semakin meningkat karena
diafragma sedikit melemas sehingga mengurangi sedikit volume kavum toraks. Pita
suara kemudian dibuka secara tiba-tiba, sehingga udara keluar dari kavum toraks
dengan kecepatan sampai 70 mil/jam. Mekanisme yang sama juga berlaku untuk reflek
bersin. Akan tetapi, reflex ini dipicu oleh zat iritan yang berada di kavum nasi. Bila
pada batuk terjadi penutupan pita suara, maka pada bersin, penutupan terjadi pada
palatum durum dan udara dialirkan lewat kavum nasi.
Surface Active Agent (surfaktan)
Alveoli selalu mensekresi surfaktan, surfaktan berperan sebagai deterjen yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan paru-paru. Tegangan permukaan
yang tinggi membuat paru-paru lebih sulit mengembang. Tegangan permukaan akan
diturunkan oleh surfaktan (deterjen) sehingga paru-paru menjadi lebih elastis dan lebih
mudah mengembang. Pada bayi yang lahir premature, kemampuan alveoli dalam
memproduksi surfaktan masih kurang, hal ini menyebabkan paru-paru bayi premature
sulit mengembang dan mengalami kesulitan bernafas.

3. PROSES PERNAFASAN
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi membran mukosa bersilia.
Udara disaring,dihangatkan dan dilembabkan di rongga hidung (fungsi utama mukosa
respirasi yang terdiri atas epitel toraks bertingkat,bersilia dan bersel goblet). Permukaan
epitel diliputi oleh lapisan mukus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa.
Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut halus di lubang hidung dan partikel yang
halus akan terjerat dalam lapisan mukus. Gerakan silia mendorong lapisan mukus ke
dalam rongga hidung dan sistem pernafasan menuju faring (partikel akan tertelan atau
dibatukkan keluar). Lapisan mukus memberikan air untuk kelembapan dan jaringan
pembuluh darah dibawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi (udara jadi bebas
debu, hangat dan lembab). Udara mengalir dari faring menuju laring.
Pada waktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi. Semula kedudukan
diafragma melengkung keatas sekarang menjadi lurus sehingga rongga dada menjadi
mengembang. Hal ini disebut pernapasan perut. Bersamaan dengan kontraksi otot
diafragma, otot-otot tulang rusuk juga berkontraksi sehingga rongga dada mengembang.
Hal ini disebut pernapasan dada. Akibat mengembangnya rongga dada, maka tekanan
dalam rongga dada menjadi berkurang, sehingga udara dari luar masuk melalui hidung
selanjutnya melalui saluran pernapasan akhirnya udara masuk ke dalam paru-paru,
sehingga paru-paru mengembang.
Setelah melewati rongga hidung, udara masuk ke kerongkongan bagian atas (naro-
pharinx) lalu kebawah untuk selanjutnya masuk tenggorokan (larynx). Setelah melalui
tenggorokan, udara masuk ke batang tenggorok atau trachea, dari sana diteruskan ke
saluran yang bernama bronchus atau bronkus. Saluran bronkus ini terdiri dari beberapa
tingkat percabangan dan akhirnya berhubungan di alveolus di paru-paru. Udara yang
diserap melalui alveoli akan masuk ke dalam kapiler yang selanjutnya dialirkan ke vena
pulmonalis atau pembuluh balik paru-paru. Gas oksigen diambil oleh darah. Dari sana
darah akan dialirkan ke serambi kiri jantung dan seterusnya.
Selanjutnya udara yang mengandung gas karbon dioksida akan dikeluarkan melalui
hidung kembali. Pengeluaran napas disebabkan karena melemasnya otot diafragma dan
otot-otot rusuk dan juga dibantu dengan berkontraksinya otot perut. Diafragma menjadi
melengkung ke atas, tulang-tulang rusuk turun ke bawah dan bergerak ke arah dalam,
akibatnya rongga dada mengecil sehingga tekanan dalam rongga dada naik. Dengan
naiknya tekanan dalam rongga dada, maka udara dari dalam paru-paru keluar melewati
saluran pernapasan.
4. MEKANISME PERTUKARAN GAS dan JENIS PERNAPASAN
Bernapas merupakan kegiatan mengambil dan mengeluarkan udara pernapasan
melalui paru paru (adanya pertukaran gas). Pada pernapasan langsung yaitu dilakukan
secara langsung oleh permukaan tubuh dan pernapasan tidak langsung melalui saluran
pernapasan. Pernapasan atau pertukaran gas pada manusia berlangsung melalui dua
tahap yaitu pernapasan luar (eksternal) dan pernapasan dalam (internal)
A. Macam Pernapasan
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.
Fase inspirasi = Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
Fase ekspirasi. = Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang
rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga
dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih
besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon
dioksida keluar.
Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi → tulang rusuk
terangkat (posisi datar) → Paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru
menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar → udara luar masuk ke paru-paru.
Mekanisme ekspirasi pernapasan dada adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi → tulang rusuk menurun → paru-paru menyusut →
tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar →
udara keluar dari paru-paru.
2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya
dapat dibedakan sebagai berikut.
Fase inspirasi = Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan
di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
Fase ekspirasi = Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke
posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi
kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada
tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi → posisi dari melengkung menjadi
mendatar → paru-paru mengembang → tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil
dibandingkan tekanan udara luar → udara masuk
Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
otot diafraghma relaksasi → posisi dari mendatar kembali melengkung → paru-paru
mengempis → tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan udara luar
→ udara keluar dari paru-paru.
B. Tahap Pernapasan mencakup dua proses, yaitu :
1. Pernapasan eksternal = Pernapasan luar merupakan pertukaran gas di dalam paru
paru, berlangsung difusi gas dari luar masuk ke dalam aliran darah (pertukaran gas O2
dan CO2 antara udara dan darah) atau bisa disebut pertukaran oksigen dan karbon
dioksida yang terjadi antara udara dalam gelembung paru-paru dengan darah dalam
kapiler.
=> Pernapasan eksternal adalah udara pernapasan masuk ke paru-paru melalui lubang
hidung, udara akan masuk ke saluran pernapasan menuju paru sampai alveoli dan di
alveoli terjadi pertukaran gas O2 dan CO2. Gas CO2 dilepaskan dari pembuluh darah
kapiler menuju alveoli dan O2 keluar dari alveoli menuju pembuluh darah kapiler yaitu
PCO2 = 40mmHg dan PO2 = 104 mmHg. Jadi pernapasan eksternal adalah pernapasan
yang terjadi pada alat pernapasan.
2. Pernapasan internal = Pernapasan dalam (pertukaran gas didalam tubuh) darah
masuk ke dalam jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin dan berdifusi
masuk ke dalam cairan jaringan tubuh atau bisa disebut pertukaran oksigen dan karbon
dioksida antara darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh.
=> Pernapasan internal adalah udara pernapasan keluar dari paru paru melalui lubang
hidung, yaitu pada sel sel aktif, PO2 turun ± 40 mmHg dan PCO2 naik ± 45 mmHg.
Akibat adanya pernapasan sel, CO2 bergerak masuk pembuluh kapiler darah dan O2
bergerak menuju sel sel yang aktif, jadi pernapasan internal adalah pernapasan yang
terjadi pada tubuh yang aktif.
Dalam proses pernapasan, oksigen dibutuhkan untuk oksidasi (pembakaran) zat
makanan. Zat makanan yang dioksidasi tersebut yaitu gula (glukosa), glukosa
merupakan zat makanan yang mengandung energi. Proses oksidasi zat makanan, yaitu
glukosa, bertujuan untuk menghasilkan energi. Jadi, pernapasan atau respirasi yang
dilakukan organisme bertujuan untuk mengambil energi yang terkandung di dalam
makanan. Hasil utama pernapasan adalah energi. Energi yang dihasilkan digunakan
untuk aktivitas hidup, misalnya untuk pertumbuhan, mempertahankan suhu tubuh,
pembelahan sel-sel tubuh, dan kontraksi otot
5. PROSES OKSIGENASI

A. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari
alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi). Ventilasi paru
dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Tekanan oksigen di atmosfer
Tekanan udara atmosfir merupakan jumlah tekanan berbagai gas yang terkandung
dalam udara. Saat inspirasi udara atmosfir akan masuk ke dalam alveoli, sehingga
tekanan udara atmosfir yang rendah akan menyebabkan tekanan oksigen yang masuk ke
dalam alveolipun rendah. Hal ini akan dijumpai pada dataran tinggi dimana makin
tinggi suatu tempat tekanan udara makin rendah dan ini berbanding lurus dengan
tekanan O2. Oleh karena itu saat seseorang berada dalam ketinggian tertentu diperlukan
suplemen oksigen pada udara inspirasinya. Pada lingkungan normal, udara atmosfir
yang dihisap terdiri dari nitrogen (N2), Oksigen (O 2), dan karbon dioksida (CO 2).
Dari ketiga gas tersebut, hanya O 2 yang masuk kapiler, sedangkan CO2 dan N 2
kembali di ekspirasi keluar. Bahkan CO2 dari kapiler berpindah ke alveoli di buang
keluar bersama udara ekspirasi. Proses Pertukaran O2 dan CO2 antara darah kapiler dan
alveoli disebut ventilasi alveolar
2) Keadaan saluran napas
Selama inspirasi udara akan melewati saluran nafas, mulai hidung, pharynx, laring,
trachea, bronchus, bronchioles, sampai ke alveoli dan sebaliknya saat ekspirasi. Ada
beberapa keadaan yang menyebabkan jalan nafas ini menjadi lebih sempit atau
tersumbat, misalnya secret yang berlebihan atau kental, spasme atau konstriksi, ada
benda asing atau ada masa baik pada saluran nafas sendiri atau diluar saluran nafas yang
mendesak saluran nafas sehingga mempersulit ventilasi.
3) Complience dan Recoil
Yaitu daya pengembangan dan pengempisan paru dan thorak. Kemampuan ini terbentuk
oleh:
a. Gerakan turun naik diafragma melalui kontraksi dan relaksasi otot diafragma untuk
memperbesar dan memperkecil rongga dada. Gerakan ini akan terhambat apabila
individu mengalami nyeri pada abdomen, akibat trauma/ pembedahan, distensi abdomen
yang akan menghalangi turunnya diafragma.
b. Elevasi dan depresi iga-iga untuk meningkatkan dan menurunkan diameter
anteroposterior rongga dada melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pernafasan.
Keadaan ini dapat terganggu jika individu mempunyai bentuk dada yang abnormal,
terjadi fraktur beberapa iga (multiple fracture costae), gangguan hubungan saraf-otot
atau kerusakan pusat nafas
c. Elastisitas jaringan paru yang memungkinkan alveoli bisa mengembang dan
mengempis. Ada 2 kemungkinan dalam abnormalitas elastisitas jaringan paru, yaitu
pertama jaringan paru berubah menjadi jaringan ikat, sehingga kemampuan compliance
paru menurun dan kedua jaringan paru bisa berkembang tetapi saat recoil terbatas
sehingga CO2 tertahan, seperti dijumpai pada emphysema.
d. Adanya surfaktan, yaitu zat phospholipid yang terdapat pada lapisan cairan yang
meliputi permukaan alveoli dan bersifat menurunkan tegangan permukaan alveoli
sehingga paru-paru mudah dikembangkan dan mencegah terjadinya kolap paru.
Surfaktan ini dihasilkan oleh sel septal (sel alveoli type II) dengan bahan baku yang
dibawa melalui aliran darah. Surfaktan ini akan dengan mudah dikeluarkan saat alveoli
teregang optimal (saat nafas dalam). Oleh karena itu pernafasan dangkal merupakan
resiko untuk terjadinya atelectasis.
4) Pengaturan Nafas
Pusat pernafasan terdapat pada Medulla oblongata dan Pons. Area bilateral dan
bagian ventral di dalam Medulla oblongata sangat sensitive terhadap perubahan
konsentrasi hydrogen dan karbondioksida. Tetapi sebenarnya tidak ada pengaruh
langsung dari perubahan konsentrasi hydrogen dan karbondioksida dalam darah, karena
saraf-saraf ini hanya terangsang oleh ion hydrogen secara langsung, sementara ion
hydrogen tidak mudah melewati sawar darah otak atau sawar darah cairan
cerebrospinalis, sehingga kenaikan konsentrasi hydrogen dalam darah kurang
memberikan pengaruh terhadap pusat pernafasan.
Pusat nafas biasanya terangsang oleh peningkatan CO2 darah yang merupakan hasil
metabolism sel yang mampu dengan mudah melewati sawar darah otak atau sawar
darah cairan cerebrospinalis. Kenaikan CO2 inilah yang akan meningkatkan konsentrasi
hydrogen dan akan merangsang pusat nafas. Perangsangan pusat pernafasan oleh
peningkatan CO2 merupakan mekanisme umpan balik yang penting untuk mengatur
konsentrasi CO2 seluruh tubuh. Adanya trauma kepala atau edema otak atau peningkaan
tekanan intracranial dapat menyebabkan gangguan pada system pengendalian ini.
B. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan
CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri
atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana
O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O 2 dalam rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O 2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara
difusi).
Alveoli dipisahkan dengan darah kapiler oleh membrane pulmonal dan dinding
kapiler. Tebal membrane pulmonal hanya sekitar 0.1-1.5 μm. Oksigen dan CO2 dapat
melewati membrane tersebut secara difusi dengan bebas. Oksigen dari alveoli ke darah
dan CO2 dari darah ke alveoli. Kemampuan berpindah secara difusi ini karena
pengarauh tekanan parsial gas-gas tersebut
Tekanan parsial gas adalah tekanan yang menyebabkan substansi gas memiliki daya
menembus dinding sekitar. Tekanan parsial gas O2 di atmosfir berkisar 159 mmHg dan
CO2 berkisar 0.15 mmHg. Di alveoli, tekanan parsial O2 sekitar sekitar 104 mmHg dan
CO2 sekitar 40 mmHg. Di dalam darah, tekanan parsial O2 100 mmHg dan CO2 46
mmHg. Tekanan parsial ini menyebabkan oksigen cenderung bergerak dari atmosfir
(159 mmHg) ke alveoli (104 mmHg) dan dari alveoli oksigen cenderung masuk ke
kapiler karena tekanan parsialnya lebih rendah (100 mmHg). Sedangkan CO2
cenderung bergerak dari kapiler ke alveoli (46 → 40 mmHg) dan dari alveoli cenderung
ke atmosfir bebas (0.15 mmHg)
Selain tekanan parsial, kemampuan suatu gas dalam menembus (difusi) membrane
pulmonal juga ditentukan beberapa factor lain, berikut beberapa faktor yang
menentukan difusi gas:
1) Ketebalan membrane respirasi
Membran respirasi yang akan dilalui oleh udara terdiri dari lapisan epitel alveoli,
interstitial alveoli (sangat sedikit) dan lapisan endotel kapiler paru. Ketebalan membran
respirasi ini dapat meningkat oleh berbagai keadaan, misalnya karena peningkatan julah
cairan instertitial yang dijumpai pada keadaan edema paru yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru (misalnya pada kelebihan volume cairan
intravaskuler atau congesti paru akibat payah jantung kiri), peningkatan permeabilitas
kapiler paru (misalnya pada radang akut parenkim paru) atau penurunan tekanan
osmotic koloid (misalnya karena hipoalbuminemia yang dapat dijumpai pada
kekurangan gizi yang berat, syndrome nefrotik, atau proses keganasan), sehingga udara
selain harus melewati membrane respirasi yang biasanya juga harus melewati cairan ini.
Oleh karena itu kecepatan difusi berbanding terbalik dengan tebalnya membran
2) Luas permukaan membrane pulmonal
Bila luas permukaan total berkurang menjadi tinggal sepertiga saja, pertukaran gas-
gas tersebut terganggu secara bermakna bakhan dalam keadaan istirahat sekalipun.
Penurunan luas permukaan membrane yang paling sedikitpun dapat menganggu
pertukaran gas yang hebat saat olah raga kompetitif atau gerak badan lainnya. Pada
konsolidasi paru seperti dijumpai pada randang paru akut, atau pada tuberkulosa paru,
pengangkatan sebagian lobus paru, terjadi penurunan luas permukaan membrane
respirasi.
3) Koefisien Difusi
Koefisien difusi tiap gas dalam membrane respirasi tergantung pada daya larutnya
didalam membrane itu dan berbanding terbalik dengan akar pangkat dua berat
molekulnya. Kecepatan difusi CO2 20 kali lebih cepat dari O2 sehingga kekurangan O2
belum tentu disertai kelebihan CO2 Sebaliknya O2 berdifusi 2 kali lebih cepat daripada
nitrogen (N). Kecepatan difusi CO 200 kali lebih cepat dari O2 sehingga mudah terjadi
keracunan. Selain itu karena kecepatan difusi O2 lebih rendah dari CO2, penurunan O2
tidak selamanya disertai peningkatan CO2.
4) Perbedaan tekanan parsial gas antara alveoli dan kapiler
Perbedaan tekanan diantara kedua sisi membrane respirasi adalah perbedaan tekanan
partial gas didalam alveoli dengan didalam darah kapiler paru. Bila tekanan partial suatu
gas didalam alveoli lebih besar daripada tekanan partial di dalam darah kapiler paru,
seperti O2, terjadi perpindahan gas dari alveoli ke dalam darah kapiler paru, tetapi bila
tekanan partial gas dalam darah kapiler paru lebih besar dari pada tekanan partial dalam
alveoli, seprti CO2, terjadi perpindahan gas dari darah kapiler paru ke alveoli. Oleh
karena itu difusi paru juga ditentukan oleh ventilasi paru.
5) Tingkat kelarutan gas pada membrane (semakin besar semakin mudah
berdifusi)
→ O2 ; 1, CO2 : 20.3, N2 : 0.53
Nitrogen yang diinspirasi tidak akan masuk ke dalam darah karena tekanan parsial
di atmosfir sangat rendah. Selain itu tingkat kelarutan N2 hanya 0.53 sehingga sulit
menembus membrane pulmonal
C. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan
CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise),
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan
kadar Hb.
Pada kondisi normal, hampir seluruh oksigen diikat oleh hemoglobin (Hb) yang
berada di dalam eritrosit (RBC) untuk dihantarkan keseluruh tubuh. Eritrosit bersama
cairan plasma dipompa oleh jantung keseluruh sel di tubuh. Sebagian kecil O2 (3%)
langsung larut dalam plasma dalam bentuk oksigen bebas. Setelah sampai di kapiler
organ, O2 lepas dari Hb dan berdifusi ke jaringan interstisial dan selanjutnya masuk ke
dalam sel. Dengan berikatan dengan Hb, tra sportasi O2 ditingkatkan sampai 60 x lipat.
Ikatan Oksigen-Hemoglobin = Ketika berdifusi dari alveoli ke dalam kapiler, tekanan
parsial O2 masih 100 mmHg. Tekanan yang cukup tinggi ini membuat sekitar 97% O2
terikat dengan Hb (Hb O2). Ketika sampai dikapiler organ (tempat tujuan) tekanan
parsial oksigen menurun sampai 40 mmHg, akibatnya sekitar 27% O2 dilepas oleh Hb
masuk ke insterstisial sehingga hanya tinggal 70% O2 yang terikat dengan Hb. Bila
tubuh sedang stress (missal berolahraga), oksigen akan banyak habis terpakai sehingga
tekanan parsial O2 menurun, hal ini menyebabkan kemampuan Hb mengikat O2
menurun sehingga O2 banyak dilepas ke jaringan.
Transport Karbon-Dioksida di Jaringan = Di dalam sel, O2 akan bereaksi
(bermetabolisme) dengan karbohidrat (CH2O) untuk suplai energy bagi kehidupan sel.
Sisa metabolism berupa CO2 dan air (H2O). Rerikut reaksi utama untuk kehidupan ini:
CH2O + O2 → CO2 + H2O + energi . Bila air tetap berguna untuk proses kehidupan,
maka CO2 akan dikeluarkan dari sel, CO2 beredar di pembuluh darah untuk nantinya
keluar melalui ekspirasi udara paru. Karbon dioksida cenderung keluar dari sel karena
memiliki tekanan parsial gas di dalam sel (55 mmHg) lebih tinggi disbanding tekanan
parsial di darah (46 mmHg). Setelah sampai di kapiler paru, CO2 akan cenderung ke
alveoli karena tekanan parsial CO2 di alveoli lebih rendah (40 mmHg).
Didalam darah, CO2 ditranspor dalam 3 bentuk:
1. Karbon dioksida akan masuk ke eritrosit dan diikat oleh ion bikarbonat menjadi
asam karbonat (HCO3) dengan bantuan enzim karbonik anhydrase
2. Masuk ke eritrosit dan diikat oleh Hb menjadi karbamino hemoglobin (Hb-CO2)
namun dalam jumlah yang terbatas. Hemoglobin dapat mengikat O2 dan CO2
sekaligus
3. Bentuk CO2 bebas yang larut dalam plasma.

6. VOLUME PERNAPASAN
Volume pernafasan menggambarkan kapasitas pernafasan seseorang. Volume
pernafasan dapat diukur dengan alat yang disebut spirometer.
Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum
Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spiromete ditiup, ketika itu tabung yang berisi
udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari
udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum Newton yang
diterapkan dalam sebuah katrol. Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang
dapat bergerak naik turun. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat
yang bergerak diatas silinder berputar. Karena proses pernafasan terbagi menjadi
inspirasi dan ekspirasi, maka volume pernafasan akan terbagi menjadi beberapa jenis.
Pada spirometri, dapat dinilai 4 volume paru dan 4 kapasitas paru:
1) Volume paru:
a. Volume tidal (Tidal volume/TV), yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam dan ke
luar dari paru pada pernapasan biasa/ istirahat. Pada orang dengan berat badan 70 kg,
volume tidal berkisar 500 ml, hal ini berarti dalam kondisi relaks, individu bernafas
sebanyak 12 x per menit, menghisap dan menghembuskan nafas sebanyak 500 x 12 = 6
liter per menit
b. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume/IRV), yaitu jumlah udara
yang masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa.
Volume ini menggambarkan seberapa banyak udara yang dapat dihisap sebanyak
mungkin diluar pernafasan biasa. Nilai normal IRV berkisar 3000 ml.
c. Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ERV), yaitu jumlah udara
yang dikeluarkan secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa. Nilai normal ERV
berkisar 1200 ml
d. Volume residu yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi
maksimal, tetap ada udara yang masih tersimpan di dalam paru-paru. Nilai normal
volume residual berkisar 1.2 liter.
2) Kapasitas paru:
a. Kapasitas paru total (total lung capacity/ TLC), yaitu jumlah total udara dalam paru
setelah inspirasi maksimal. Nilai normal TLC seseorang berkisar 6 liter. Akan tetapi arti
klnis TLC tidak sebesar VC, karena TLC hanya gambaran anatomi dari volume
respirasi.
b. Kapasitas vital (vital capacity/ VC), yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi
maksimal setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital memberikan arti klinis yang
bermakna dimana sebagai gambaran seberapa besar kemampuan paru-paru seseorang
untuk menggerakkan udara pada kondisi inspirasi dan ekspirasi maksimal. Dapat
dikatakan bahwa VC merupakan gambaran kapasitas fisiologis seseorang untuk
menghisap dan menghembuskan udara. Nilai normal VC berkisar 5 liter. Pada atlet VC
dapat mencapai 6.5 liter, orang yang kurus berkisar 3 liter. Ukuran VC akan sangat
berkurang pada klien gangguan kronis parenkim paru seperti Tuberkulosis (TBC).
Kapasitas vital juga akan berkurang bila terjadi kelemahan otot pernafasan akibat
penyakit (missal Polio, Guillan Barre Syndrome) dan konsumsi obat tidur.
c. Kapasitas inspirasi, yaitu jumlah udara maksimal yang dapat masuk ke dalam paru
setelah akhir ekspirasi biasa.
d. Kapasitas residu fungsional, yaitu jumlah udara dalam paru pada akhir ekspirasi biasa
7. RUANG RUGI (DEAD SPACE)
Saat bernafas, udara keluar dan masuk paru-paru, akan tetapi sesungguhnya ada
udara yang tidak masuk ke dalam alveoli, sebab saat ispirasi ada udara yang masih
berada di saluran pernafasan dan sebelum udara itu masuk ke alveoli, paru-paru sudah
masuk ke fase ekspirasi sehingga udara yang masih di saluran pernafasan langsung
keluar lagi. Volume udara yang tidak masuk ke alveoli tersebut isebut volume ruang
rugi. Dari 500 ml volume tidal seseorang, ada sekitar 150 ml (30%) yang tidak masuk
ke alveoli dan langsung di ekspirasi.
Volume ruang rugi ini sesungguhnya menggambarkan volume saluran pernafasan
seseorang, bagi penderita yang mengalami gangguan obstruksi saluran pernafasan
missal pada Penyakit Paru Obstruksi Kronis/ PPOK (Asma bronkial, bronchitis kronis,
empisema), persentase volume ruang ruginya kurang dari 30%. Cara menentukan
volume ruang rugi yaitu dengan mengukur berapa volume paru-paru yang diekspirasi
paksa pada detik pertama (Porce Expiratory Volume Second 1 / PEV 1). Normal PEV 1
seseorang berkisar 30% dari kapasitas vital (VC) paru.

Berikut cara pemeriksaan vital paru dengan alat spirometri:


1. Siapkan alat spirometri
2. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti
umur, seks, TB, dan BB
3. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya
dan tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
4. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum
melakukan pemeriksaan.
5. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.
6. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi
maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan
kurva pada layar monitor spirometri.
7. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi
maksimal.
8. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan
dengan mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri).

8. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN


Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan
oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup
dan status kesehatan.
1) Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian menyebabkan
curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada
lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan
darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Pengaruh lingkungan
terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat.
Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekanan oksigen juga
turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada
ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang.
Ini mengindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian,
pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat
maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada
tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang
dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya rendah.
Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara
optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit
kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
2) Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan
respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3) Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan
oksigen meningkat.
4) Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok
dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang
terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan
pembuluh darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5) Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik
sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang
yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami
kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
6) Hormonal dan Obat
Semua hormon termausk derivat ketokolamin dapat melebarkan sakuran pernapasan
. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas seperti sulfas
atropin,ekstrak beladona, dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya
beta 2) dapat mempersempit saluran napas (bronokontriksi) seperti obat yang tergolong
beta bloker nonselektif
7) Alergi pada saluran napas
Faktor yang menimbulkan keadaan alergi yaitu debu, bulu binatang, serbuk benang
saribunga, kapuk, makanan dll.Ini menyebabkan bersin. Apabila ada rangsangan di
daerah nasal menyebabkan batuk apabila di saluran napas bagian atas dan
bronokontriksi (penyempitan) terjadi pada asma bronkial dan jika terletak pada saluran
pernapasan bawah menyebabkan rinitis.
8) Nutrisi
Kondisi BB lebih dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat
dapat mengakibatkan pelisutan / kelemahan otot pernapasan yang akan mengurangi
kekuatan kerja pernapasan.
9. GANGGUAN OKSIGENASI

Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya
gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis dari
organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan
adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler. Gangguan
pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi, trauma,
kanker, degeneratif dan lain-lain.
Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak
terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan respirasi
dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/ frekuensi pernapasan, insufisiensi
pernapasan dan hipoksia.
Perubahan pola napas mengacu pada frekuensi, volume, irama dan usaha
pernapasan (misal bernapas dengan cuping hidung atau otot bantu pernapasan). Pola
napas normal (eupnea) ditandai dengan pernapasan yang tenang, berirama dan tanpa
usaha.
1) Gangguan irama/ frekuensi pernapasan
a. Gangguan irama pernapasan antara lain:
a) Pernapasan Cheyne-stokes yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya mula-
mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu pernapasan
dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernapasan ini biasanya terjadi pada klien
gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun
secara fisiologis, jenis pernapasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian
12.000-15.000 kaki di atas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
b) Pernapasan Biot yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan Cheyne-
stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan pernapasan ini
kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.
c) Pernapasan Kussmaul yaitu pernapasan yang jumlah dan kedalamannya
meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan
pada klien dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.
d) Pernapasan Apnea adalah henti nafas
e) Pernapasan Ortnopnea adalah ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada
posisi tegak atau berdiri. Pola ini sering ditemukan pada pasien dengan kongestif
paru
f) Pernapasan Dispnea adalah perasaan sesak dan berat saat bernapas atau
ketidaknyamanan saat bernapas. Hal ini disesbabkan oleh perubahan kadar gas
dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan dan pengaruh psikis
g) Pernapasan Paradoksal adalah pernapasan yakni dinding paru bergerak berlawan
arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada pasien atelektasis
h) Pernapasan Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus
spasme trakea atau obstruksi laring
b. Gangguan frekuensi pernapasan
a) Takipnea/hiperpnea, adalah frekuensi pernapasan cepat, lebih dari 24 kali
permenit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektasis atau terjadi
emboli. Biasanya terlihat pada pasien dengan kondisi demam,asidosis
metabolik, nyeri dan pada kasus hiperkapnia atau hipoksemia
b) Bradipnea, frekuensi pernapasan lambat ± 10 kali permenit dan abnormal.
Biasanya terlihat pada pasien yang baru menggunakan obat seperti morfin,
kasus alkalosis atau peningkatan TIK
2) Insufisiensi pernapasan
Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:
a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:
a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi servikal.
b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan
lain-lain.
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:
a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya
kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.
b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada
edema paru, pneumonia, dan lain-lain.
c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam
beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.
c. Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru- paru ke jaringan yaitu:
a) Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk
transpor oksigen.
b) Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak
dapat mengankut oksigen.
c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena curah jantung
yang rendah.
3) Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat daripada
anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia
dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik,
overventilasi hipoksia dan hipoksia histotoksik.
a. Hipoksemia
Hipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua jenis yaitu
hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia anemik).
Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi
dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit.
Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan karbondioksida.
b. Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendungan)
Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendunagn atau
sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik
ischemic dan hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi
dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena kuarngnya suplai darah ke
jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi
akibat penumpukan darah secara berlebihanatau abnormal baik lokal maupun umum
yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jarinagn
kekurangan oksigen.
c.Overventilasi hipoksia
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan
sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.
d.Hipoksia histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi
jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut
mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak
daripada normal (oksigen darah vena meningkat).
4) Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas baik total maupun sebagian dapat terjadi di seluruh tempat di
sepanjang jalan napas atas atau bawah.
- Obstruksi jalan napas atas merupakan suatu kondisi individu mengalami
ancaman pada kondisi pernapasannya terkait dnegan ketidakmampuan batuk
efektif karena benda asing seperti makanan, akumulasi sekret, atau lidah yang
menyumbat orofaring pada pasien yang tidak sadar karena penyakit persyarafan
seperti CVA
- Obstruksi jalan napas bawah meliputi sumbatan total atau sebagian pada jalan
napas bronkus dan paru. Tanda klinisnya yaitu batuk tidak efektif atau tidak
ada, tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas, suara napas menunjukan
adanya sumbatan,jumlah,irama dan kedalaman pernapasan tidak normal.
5) Pertukaran gas
Suatu kondisi individu mengalami penurunan gas baik O2 maupun CO2 antara
alveoli paru dan sistem vaskular dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
imobilisasi akibat penyakit sistem syaraf, depresi susunan saraf pusat atau penyakit
radang paru.
Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukan penurunan kapasitas difusi yang
antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan difusi, menebalnya membran
alveolar kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan
O2 dari paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, kercunan
CO2 dan terganggunya aliran darah.
Tanda klinisnya antara lain dispnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada fase
ekspirasi yang panjang, agitasi, lelah, letargi, meningkatkan tahanan vaskular paru,
menurunnya saturasi oksigen,meningkatnya PaCO2 dan sianosis.
6) Anoksia
Gangguan fungsi respirasi dapat menganggu fungsi fisiologis secara bermakna,
bahkan dapat mengancam nyawa. Suatu kondisi berupa berkurangnya availabilitas/
ketersediaan O2, di dalam sel disebut dengan anoksia. Anoksia akan menimbulkan
gejala yang sama berupa sesak nafas, dimana terjadi peningkatan intensitas dan
frekuensi pernafasan. Anoksia dapat dibagi menjadi beberapa jenis:
1. Anoksia anoksia
Anoksia anoksia terjadi karena gangguan pada system respirasi dan sumber oksigen.
Oksigen kesulitan atau gagal mencapai eritrosit di kapiler paru. Penyebabnya dapat
karena memang kadar oksigen yang sangat rendah/ tidak ada di atmosfir. Penyebab lain
berupa obstruksi jalan nafas karena trauma atau PPOK (Asma bronkial, Bronkitis
kronis, Emfisema dan Bronkiektasis). Terjadi penebalan membrane pulmonal karena
jaringan perkejuan dari TBC atau karena kerusakan paru-paru yang luas akibat penyakit
kronis (TBC)
2. Stagnan anoksia
Gangguan availabilitas oksigen karena gangguan transportasi di pembuluh darah
akibat kemampuan jantung sebagai pompa tidak adekuat (missal gagal jantung)
3.Anemik anoksia
Gangguan anoksia ini terjadi karena gangguan ikatan oksigen dengan Hb akibat
jumlah eritrosit sebagai pembawa oksigen berkurang (anemia), atau eritrosit cukup tapi
kadar Hb yang rendah (anemia hipokrom) atau keracunan gas CO
4.Histotoksik anoksia
Oksigen dapat diserap oleh system respirasi dengan baik dan dapat dihantarkan oleh
darah dengan optimal sehingga kadarnya cukup di kapiler organ. Akan tetapi, kadar
oksigen yang cukup di jaringan ini tidak dapat dimanfaatkan oleh sel secara optimal.
Hal ini dapat disebabkan karena defisiensi enzim-enzim yang memfasilitasi masuknya
O2 ke sel atau karena keracunan at sianida yang merusak enzim-enzim tersebut.
10.SUARA PARU-PARU
Suara paru-paru merupakan bagian dari suara pernafasan atau yang biasa disebut
respiratory sound. Dalam suara pernafasan meliputi suara yang terdapat pada mulut dan
trakea, sedangkan suara paru-paru terjadi pada bagian sekitar dada (chest wall).
Respirasi dapat didefinisikan sebagai kegiatan dalam bernafas. Di dalamnya termasuk
seluruh proses yang berkonstribusi dalam hal menghirup oksigen (inhaling) dan
mengeluarkan karbon dioksida (exhaling) (Baydar et al. 2003).
Suara pernafasan didefinisikan sebagai keseluruhan suara yang berhubungan dengan
respirasi termasuk suara nafas (breath sounds), suara adventif (abnormal sounds), suara
batuk (cough sounds), dengkuran (snoring sounds), dan suara bersin (sneezing sounds)
(Sovijarvi et al.2000).
Adanya suara di dalam paru-paru manusia dikarenakan terjadi turbulensi udara saat
udara memasuki saluran pernafasan selama proses pernafasan terjadi. Turbulensi yang
terjadi di dalam paru-paru manusia terjadi karena adanya perbedaan saluran udara pada
sistem pernafasan sehingga menyebabkan udara mengalir dari saluran yang lebar ke
saluran yang lebih sempit ataupun sebaliknya.
Menurut Kaelin (2000), sistem respirasi dapat dipisahkan menjadi 2 saluran yaitu
saluran atas dan bawah. Saluran pernafasan atas terdiri dari hidung, paranasal sinus,
pharynx, dan larynx. Fungsi dari saluran ini adalah untuk menyaring, menghangatkan,
dan melembabkan udara sebelum mencapai unit pertukaran gas.
Saluran bawah terdiri dari trachea, bronchus utama kanan yang terbagi menjadi 3
lobar atau bagian paru (atas, tengah dan bawah), bronchus kiri yang terbagi menjadi 2
lobar, bronchioli, dan berakhir di alveoli, dimana pertukaran gas terjadi. Puncak suara
paru-paru normal biasanya pada frekuensi dibawah 100Hz, energi suara paru-paru
menurun dengan tajam antara 100200Hz tapi masih dapat dideteksi pada atau di atas
800Hz dengan alat yang sensitif (Sukresno, F, et al. 2009).
a) Jenis Suara Paru-Paru
Suara paru-paru terjadi karena adanya turbulensi dari aliran udara saat udara
memasuki saluran pernafasan. Pada saat tarik nafas (inspirasi),udara yang masuk
mengalir dari saluran yang lebar ke saluran yang lebih sempit menuju ke alveoli. Udara
yang menabrak dinding saluran pernafasan menyembabkan terjadinya turbulen dan
menghasilkan suara. Sedangkan pada saat buang nafas (ekspirasi), udara yang masuk
mengalir ke arah yang berlawanan menuju saluran udara yang lebih lebar. Ini
mengakibatkan turbulen yang terjadi lebih sedikit, sehingga pada ekspirasi normal
terdengar suara yang lebih kecil dibandingkan pada saat inspirasi (Ramadhan, M,Z.
2012).
Suara paru-paru dibagi dalam beberapa kategori yang didasarkan pada pitch,
intensitas, lokasi, dan rasio antara inspirasi dan ekspirasi. Suara paru-paru secara umum
dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu suara paru-paru normal, suara paru-paru abnormal,
dan suara tambahan (adventitious sound). Berikut pembagian suara paru-paru menurut
Ramadhan, M, Z (2012).

b) Suara Paru-Paru Normal


Pada suara paru-paru normal, dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian. Pembagian ini
didasarkan pada posisi stetoskop pada saat auskultasi (Ramadhan, M,Z. 2012).
Pembagian yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Tracheal Sound, yaitu suara yang terdengar pada bagian tracheal, yaitu pada bagian
larik dan pangkal leher.
2. Bronchial Sound, yaitu suara yang terdengar pada bagian bronchial, yaitu suara pada
bagian percabangan antara paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
3. Bronchovesicular Sound, suara ini didengar pada bagian ronchus, yaitu tepat pada
bagian dada sebelah kanan atau kiri.
4. Vesicular Sound, suara yang dapat didengar pada bagian vesicular, yaitu bagian dada
samping dan dada dekat perut.
c) Suara Paru-Paru Abnormal
Pada saat dilakukan auskultasi, tidak jarang dapat didengar suara paru-paru yang
normal (normal sound) namun terdengar di tempat yang tidak seharusnya pada
bagian interior dan posterior. Hal ini menyebabkan suara paru-paru yang didengar
digolongkan pada suara abnormal. Beberapa bagian dari suara abnormal menurut
Ramadhan,M,Z (2012) seperti berikut :
1) Decreased Breath Sound (Absent) = Sering ditemukan suara paru-paru tidak
terdengar pada bagian dada atau dapat dikatakan suara menghilang yang dapat
berarti terdapat suatu masalah pada bagian tersebut. Masalah yang terjadi dapat
disebabkan oleh penyakit seperti daging yang tumbuh hingga paru-paru yang
mengecil.
2) Bronchial = Terdengar suara inspirasi keras disusul dengan ekspirasi yang lebih
keras lagi. Suara bronchial sangat nyaring, pitch tinggi, dan suara terdengar dekat
dengan stetoskop. Terdapat gap antara fasa inspirasi dan ekspirasi pada pernafasan,
dan suara ekspirasi terdengar lebih lama dibanding suara inspirasi. Jika suara ini
terdengar dimana-mana kecuali di manubrium, hal tersebut biasanya
mengindikasikan terdapat daerah konsolidasi yang biasanya berisi udara tetapi berisi
air.
3) Harsh Vesicular = Suara pernafasan vesikular merupakan suara pernafasan normal
yang paling umum dan terdengar hampir di semua permukaan paru-paru. Suaranya
lembut dan pitch rendah. Suara inspirasi lebih panjang dibanding suara ekspirasi.
Apabila suara terdengar lebih kuat dari biasanya dapat berarti tergolong suara
abnormal dan dapat digolongkan sebagai harsh vesicular.
d) Suara paru-paru tambahan (Adventitious Sounds)
Kategori terakhir dari suara paru-paru yaitu suara tambahan (adventitious sound).
Suara paru-paru tambahan ini muncul karena adanya kelainan pada paru-paru yang
disebabkan oleh penyakit. Beberapa contoh suara tambahan pada paru-paru menurut
Ramadhan,M,Z (2012), yaitu :
1) Crackles
Jenis suara yang bersifat discontinuous (terputus-putus), pendek, dan kasar. Suara
ini umumnya terdengar pada proses inspirasi. Suara crackles ini juga sering disebut
dengan nama rales atau crepitation. Suara ini dapat diklasifikasikan sebagai fine, yaitu
memiliki pitch tinggi, lembut, sangat singkat. Atau sebagai coarse, yaitu pitch rendah,
lebih keras, tidak terlalu singkat. Spectrum frekuensi suara crackles antara 100-2000Hz
(Sovijarvi, et al. 2000).
Suara crackles dihasilkan akibat dua proses yang terjadi. Proses pertama yaitu
ketika terdapat saluran udara yang sempit tiba-tiba terbuka hingga menimbulkan suara
mirip seperti suara “plop” yang terdengar saat bibir yang dibasahi tiba-tiba dibuka.
Apabila terjadi di daerah bronchioles maka akan tercipta fine crackles. Proses kedua,
ketika gelembung udara keluar pada pulmonary edema. Kondisi yang berhubungan
dengan terjadinya crakle = Asma, Bronchiectasis, Chronic bronchitis, ARDS, Early
CHF, Consolidation, Interstitial lung disease, Pulmonary edema
2) Wheeze
Suara ini dihasilkan oleh pergerakan udara turbulen melalui lumen jalan nafas
yang sempit. Wheeze merupakan jenis suara yang bersifat kontiniu, memiliki pitch
tinggi, lebih sering terdengar pada proses ekspirasi. Suara ini terjadi saat aliran udara
melalui saluran udara yang menyempit karena sekresi, benda asing ataupun luka yang
menghalangi. Jika Wheeze terjadi, terdapat perubahan setelah bernafas dalam atau
batuk. Wheeze yang terdengar akan menandakan peak ekspirasi yang 50% lebih rendah
dibandingkan dengan pernafasan normal. Terdapat dua macam suara Wheeze, yaitu :
a. Suara monophonic yaitu suara yang terjadi karena adanya blok pada satu saluran
nafas, biasanya sering terjadi saat tumor menekan dinding bronchioles.
b. Suara polyphonic yaitu suara yang terjadi karena adanya halangan pada semua
saluran nafas pada saat proses ekspirasi.
Kondisi yang menyebakan wheezing : Asthma, CHF, Cronic bronchitis, COPD ,
Pulmonary edema
3) Ronchi
Ronchi merupakan jenis suara yang bersifat kontiniu, pitch rendah, mirip seperti
Wheeze. Tetapi dalam ronchi jalan udara lebih besar, atau sering disebut coarse
ratling sound. Suara ini menunjukkan halangan pada saluran udara yang lebih besar
oleh sekresi. Kondisi yang berhubungan dengan terjadinya ronchi yaitu :
Pneumonia, Asthma, Bronchitis, Bronkopasme
4) Stridor
Merupakan suara Wheeze pada saat inspirasi yang terdengar keras pada trachea.
Stridor menunjukkan indikasi luka pada trachea atau pada larynx sehingga sangat
dianjurkan pertolongan medis.
5) Pleural Rub
Pleural rub merupakan suara yang terdengar menggesek atau menggeretak yang
terjadi saat permukaan pleural membengkak atau menjadi kasar dan bergesekan satu
dan lainnya. Suaranya dapat bersifat kontiniu atau diskontiniu. Biasanya terlokasi
pada suatu tempat di dinding dada dan terdengar selama fase inspirasi atau ekspirasi.
Beberapa kondisi yang menyebabkan pleural rub : Pleurisy ,Pneumonia,
Tuberculosis, Pleural effusion

11 METODE PEMBERIAN OKSIGEN


Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem aliran rendah
Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan.
Tehnik ini menghasilkan FiO2 yangbervariasi tergantung pada tipepernafasandengan
patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk
klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan
normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16–
20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah ini adalah : kateter nasal, kanula nasal, sungkup muka
sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan kantong
non rebreathing.
Pemberian Oksigen Melalui Nasal Prong (Oxygen Canule)
Indikasi penggunaan nasal kanule adalah pada pasien yang membutuhkan oksigen
sekitar 35-40% dan pada pasien yang tidak nyaman menggunakan simple mask.
Penggunaan nasal kanule diatas 6 lpm tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan
mukosa hidung kering, epistaksis dan perforasi septal. Meskipun didalam nasal kanule
teraliri dengan oksigen konsentrasi 100%, nasal kanule memiliki FiO2 akhir yang
bervariasi, tergantung dari aliran oksigen. Hal ini dikarenakan terjadinya campuran
udara dalam rongga hidung dan oksigen ketika oksigen keluar dari nasal kanule.

Pengertian:
Pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan aliran
1–6 liter/menit serta konsentrasi 21–44%, dengan cara memasukkan selang yang terbuat
dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang
yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6–1,3 cm.
Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana,
murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk
pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan
oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien untuk melakukan
aktivitas, seperti berbicara atau makan
Indikasi :
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk
memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya
hanya 1–6 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 40 %.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul dibanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih
mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien
bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi
selaput lendir.
Pemberian Oksigen Masker, Simple Mask
Simple mask memiliki prinsip yang hamper sama dengan nasal kanule namun
menghasilkan konsentrasi oksigen yang sedikit lebih tinggi dibandingkan nasal kanula.
Konsentrasi oksigen akhir yang didapat bervariasi tergantung aliran oksigen.
Konsentrasi ini tidak dapat dikontrol dengan teliti karena oksigen akan tercampur
dengan udara sekitar yang tertarik masuk dari lubang ekshalasi yang ada di masker.
Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya
berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah
klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-
rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi
kembali.
Macam Bentuk Masker :
a. Simple face mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40- 60% dengan kecepatan aliran 5-8
liter/menit.
b.Partial Rebreathing Mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60- 80% dengan kecepatan aliran 8-12
liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun
ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir,ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi
sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.
Indikasi: klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah.
c. Non Rebreathing Mask
Mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-
12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada
saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto & Wartonah, 2010:37)
Indikasi: klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)
Tujuan
Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan
kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul.(Suparmi, 2008:68)
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/ menit
dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)
d.Oksigen (O2) transtrakeal.

Oksigen (O2) transtrakeal dapat mengalirkan oksigen (O2) secara langsung melalui
kateter di dalam trakea. Oksigen (O2) transtrakeal dapat meningkatkan kepatuhan
pasien untuk menggunakan terapi oksigen (O2) secara kontinyu selama 24 jam dan
seringkali berhasil untuk mengatasi hipoksemia refrakter. Oksigen (O2) transtrakeal
dapat menghemat penggunaan oksigen (O2) sekitar 30-60-%. Keuntungan dari
pemberian oksigen (O2) transtrakeal yaitu tidak ada iritasi muka ataupun hidung dengan
rata-rata oksigen (O2) yang dapat diterima pasien mencapai 80-96%. Kerugian dari
penggunaan alat ini yaitu biayanya yang tergolong tinggi dan resiko terjadinya infeksi
lokal. Selain itu, ada pula berbagai komplikasi lainnya yang seringkali terjadi pada
pemberian oksigen (O2) transtrakeal antara lain emfisema subkutan, bronkospasme,
batuk paroksismal dan infeksi stoma.
Sistem pemberian oksigen dengan aliran lambat bisa dilakukan dengan beberapa
metode yaitu kanula nasal, simple face mask, partial rebreating mask dan
nonrebreathing mask.
Simple face mask adalah pemberian oksigen dengan cara menempatkan masker
pada muka pasien, hasilnya akan meningkatkan volume tampungan oksigen yang lebih
besar daripada ukuran tampungan anatomis saluran napas yang terbatas.
Tampungan oksigen yang lebih besar akan meningkatkan FiO2 (fraksi oksigen
inspirasi). Kecepatan aliran oksigen harus cukup tinggi (biasanya 5 liter/menit atau
lebih) untuk mencegah pengumpulan CO2 yang dikeluarkan saat ekspirasi, agar tidak
terhirup kembali (rebreathing). Namun demikian, bila kecepatan aliran oksigen semakin
ditingkatkan, aliran oksigen di atas 10 L/menit tidak bisa lagi meningkatkan FiO2
karena tampungan dalam masker sudah penuh.
Simple face mask memiliki lubang ventilasi di kedua sisi untuk
mempertahankan volume ruang udara dan tempat lewatnya udara ekspirasi. Masker
sederhana ini tidak mempunyai katup atau kantong udara. Masker harus dipasang
dengan benar sehingga menutup hidung, mulut, dan dagu. Tekan bagian logam fleksibel
pada daerah hidung sehingga bentuk masker sesuai dengan bentuk hidung pasien, agar
bisa menutup dengan baik dan mencegah gas keluar dari masker. Atur tali pengikat di
kepala pasien dan beritahu pasien tentang pentingnya penggunaan masker. Bersihkan
bagian dalam masker dan buang air yang terkumpul, khususnya bila menggunakan air
pelembab. Pantau kulit yang mendapat tekanan masker. Saat makan, masker sementara
bisa diganti denga kanula nasal.
Tabel berikut memperlihatkan FiO2 yang dihasilkan bila diberikan oksigen
100% melalui simple face mask dengan berbagai kecepatan aliran (L/menit).
Kelebihan simple face mask
1. Sederhana, ringan
2. Bisa dilengkapi dengan pelembab udara
3. Mampu menghasilkan FiO2 sampai 0,6
Kekurangan simple face mask
1. Pada beberapa pasien terasa mengganggu, ingin membuka masker saat bicara
2. Membatasi akses muka pasien untuk ekspektorasi sekresi
3. Kesulitan menempatkan masker secara tepat, pada pasien dengan NGT atau
orogastric tube
4. Tidak nyaman bila pada muka terdapat trauma atau luka bakar
5. Iritasi atau rasa kering pada mata, bila pengaturan log
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :
a. Sungkup muka sederhana
Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan
konsentrasi O2 40 –60%.
– Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat
digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
– Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
b.Sungkup muka dengan kantong rebreathing :
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 –
12 L/mnt
– Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput
lendir
– Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
c.Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Merupakan tehnik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran
8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
– Keuntungan:
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapai 100%, tidak mengeringkan selaput
lendir.
– Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.
d. Sistem aliran tinggi
Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebi
htepat dan teratur. Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka
dengan ventury.
Prinsip
Pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju
kesungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta
tekanan negatif, akibatnya udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih
banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
– Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak
dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2 , suhu dan kelembaban gas dapat
dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2
– Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka yang lain pada
aliran rendah.

2. Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Tinggi


Terdapat dua indikasi klinis untuk penggunaan terapi oksigen (O2) dengan arus
tinggi, di antaranya adalah pasien dengan hipoksia yang memerlukan pengendalian
fraksi oksigen (O2) (FiO2) dan pasien hipoksia dengan ventilasi yang abnormal.
Adapun alat terapi oksigen (O2) arus tinggi yang seringkali digunakan, salah satunya
yaitu sungkup venturi.
Sungkup venturi merupakan alat terapi oksigen (O2) dengan prinsip jet mixing yang
dapat memberikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) sesuai dengan yang dikehendaki. Alat ini
sangat bermanfaat untuk dapat mengirimkan secara akurat konsentrasi oksigen (O2)
rendah sekitar 24-35% dengan arus tinggi, terutama pada pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) dan gagal napas tipe II di mana dapat mengurangi resiko
terjadinya retensi karbon dioksida (CO2) sekaligus juga memerbaiki hipoksemia.
Alat ini juga lebih nyaman untuk digunakan dan oleh karena adanya pendorongan
oleh arus tinggi, maka masalah rebreathing akan dapat teratasi.
12.EFEK SAMPING PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN (O2)

Seperti halnya terapi dengan obat, pemberian terapi oksigen (O2) juga dapat
menimbulkan efek samping, terutama terhadap sistem pernapasan, susunan saraf pusat
dan mata, terutama pada bayi prematur. Efek samping pemberian terapi oksigen (O2)
terhadap sistem pernapasan, di antaranya dapat menyebabkan terjadinya depresi napas,
keracunan oksigen (O2) dan nyeri substernal.
Depresi napas dapat terjadi pada pasien yang menderita penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) dengan hipoksia dan hiperkarbia kronis. Pada penderita penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), kendali pusat napas bukan oleh karena kondisi hiperkarbia
seperti pada keadaan normal, tetapi oleh kondisi hipoksia sehingga pabila kada oksigen
(O2) dalam darah meningkat maka akan dapat menimbulkan depresi napas. Pada
penderita penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), terapi oksigen (O2) dianjurkan
dilakukan dengan sistem aliran rendah dan diberikan secara intermiten.
Keracunan oksigen (O2) terjadi apabila pemberian oksigen (O2) dengan
konsentrasi tinggi (di atas 60%) dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan
menimbulkan perubahan pada paru dalam bentuk kongesti paru, penebalan membran
alveoli, edema, konsolidasi dan atelektasis. Pada keadaan hipoksia berat, pemberian
terapi oksigen dengan fraksi oksigen (O2) (FiO2) yang mencapai 100% dalam waktu 6-
12 jam untuk penyelamatan hidup seperti misalnya pada saat resusitasi masih
dianjurkan namun apabila keadaan kritis sudah teratasi maka fraksi oksigen (O2) (FiO2)
harus segera di turunkan.
Nyeri substernal dapat terjadi akibat iritasi pada trakea yang menimbulkan trakeitis.
Hal ini terjadi pada pemberian oksigen (O2) konsentrasi tinggi dan keluhan tersebut
biasanya akan diperpa-rah ketika oksigen (O2) yang diberikan kering atau tanpa
humidifikasi.
Efek samping pemberian terapi oksigen (O2) terhadap susunan saraf pusat apabila
diberikan dengan konsentrasi yang tinggi maka akan dapat menimbulkan keluhan
parestesia dan nyeri pada sendi sedangkan efek samping pemberian terapi oksigen (O2)
terhadap mata, terutama pada bayi baru lahir yang tergolong prematur, keadaan
hiperoksia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada retina akibat proliferasi
pembuluh darah yang disertai dengan perdarahan dan fibrosis atau seringkali disebut
sebagai retrolental fibroplasia

13. FISIOTERAPI DADA

Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan


fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam
yang dipakai antara lain listrik, sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana
penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga didapatkan efek
pengobatan. Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna
bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi
dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam
upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru
yang terganggu. Jadi tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah
mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu
membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret,
memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik. Fisioterapi dada ini meliputi
rangkaian : postural drainage, perkusi, dan vibrasi. Kontra indikasi fisioterapi dada ada
yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan
perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah
tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya
keganasan serta adanya kejang rangsang.

POSTURAL DRAINASE
Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekret
dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Mengingat
kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai
posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD
yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam
hari. PD dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas
tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis. Pada
penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai dengan
clapping dan vibrating.

Indikasi untuk Postural Drainase :


1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
a. Pasien yang memakai ventilasi
b. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
c. Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis
d. Pasien dengan batuk yang tidak efektif.
Mobilisasi sekret yang tertahan :
a. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
b. Pasien dengan abses paru
c. Pasien dengan pneumonia
d. Pasien pre dan post operatif
e. Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
Kontra indikasi untuk postural drainase :
a. Tension pneumotoraks
b. Hemoptisis
c. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard
akutrd infark dan aritmia.
d. Edema paru
e. Effusi pleura yang luas
f.
Posisi untuk drainase postural
Bronkus Apikal Lobus Anterior Kanan dan Kiri Atas:
Minta klien duduk di kursi, bersandar pada bantal
Bronkus Apikal Lobus Posterior Kanan dan Kiri Atas:
Minta klien duduk di kursi, menyandar ke depan pada bantal atau meja
Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri Atas:
Minta klien berbaring datar dengan bantal kecil di bawah lutut
Bronkus Lobus Lingual Kiri Atas:
Minta klien berbaring miring ke kanan dengan lengan di atas kepala pada posisi
Trendelenburg, dengan kaki tempat tidur di tinggikan 30 cm (12 inci). Letakkan bantal
di belakang punggung, dan gulingkan klien seperempat putaran ke atas bantal
Bronkus Kanan Tengah:
Minta klien berbaring miring ke kiri dan tinggikan kaki tempat tidur 30 cm (12 inci).
Letakan bantal di belakang punggung dan gulingkan klien seperempat putaran ke atas
bantal
Bronkus Lobus Anterior Kanan dan Kiri Bawah:
Minta klien berbaring terlentang dengan posisi trendelenburg, kaki tempat tidur di
tinggikan 45 sampai 50 cm (18 sampai 20 inci). Biarkan lutut menekuk di atas bantal
Bronkus Lobus Lateral Kanan Bawah:
Minta klien berbaring miring ke kiri pada posisi trendelenburg dengan kaki tempat tidur
di tinggikan 45 sampai 50 cm (18 samapi 20 inci)
Bronkus Lobus Lateral Kiri Bawah:
Minta klien berbaring ke kanan pada posisi trendelenburg denan kaki di tinggikan 25
sampai 50 cm (18 sampai 20 inci).
Bronkus Lobus Superior Kanan dan Kiri Bawah:
Minta klien berbaring tengkurap dengan bantal di bawah lambung
Bronkus Basalis Posterior Kanan dan Kiri:
Minta klien berbaring terungkup dalam posisi trendelenburg dengan kaki tempat tidur di
tinggikan 45 sampai 50 (18 sampai 20 inci)
CLAPPING/PERKUSI
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan
dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada
bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada
saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti
mangkok. lndikasi untuk perkusi : Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang
mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah
indikasi perkusi
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
a. Patah tulang rusuk
b. Emfisema subkutan daerah leher dan dada Skin graf yang baru
c. Luka bakar, infeksi kulit
d. Emboli paru
e. Pneumotoraks tension yang tidak diobati

VIBRATING
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural
drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk
mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan
nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi
dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam
dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan
sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang
tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar.

LATIHAN BATUK EFEKTIF


Pengertian
Batuk efektif: merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
maksimal.
Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekankan
inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi , yang bertujuan:
1. Merangsang terbukanya system kolateral.
2. Meningkatkan distribusi ventilasi.
3. Meningkatkan volume parud) Memfasilitasi pembersihan saluran napas
Manfaat batuk efektif:
1. Untuk mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan nafas
2. Untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas pada penderita jantung
Cara Batuk Efektif :
1. Tarik nafas dalam 4-5 kali
2. Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
3. Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
4. Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan kebutuhan
5. Perhatikan kondisi penderita
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

MEMBERIKAN OKSIGEN
PENILAIAN
ASPEK YANG DINILAI BOBOT
Tgl....... Tgl...... Tgl.....

A. RESPONSI
1. Tujuan pemberian terapi oksigen
2. Macam-macam alat dalam pemberian terapi 2
oksigen
B. PERSIAPAN ALAT
KANUL
1. Tabung oksigen dengan flowmeter
2. Humidifier dengan cairan steril, air distilasi atau
air matang sesuai dengan peraturan RS
3. Nasal kanul dan slang
4. Kasa jika perlu
2
MASKER SEDERHANA
1.Tabung oksigen dengan flowmeter
2. Humidifier dengan cairan
3. Masker wajah dengan ukuran sesuai
4. Karet pengikat

C. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan verifikasi (
periksa kembai ) perintah pengobatan
2. Siapkan klien dan keluarga
3. Atur posisi klien semi fowler jika
memungkinkan
Posisi ini memungkinkan ekspansi dada lebih
mudah sehingga memudahkan klien untuk
bernafas
4. Jelaskan bahwa oksigen tidak berbahaya jika
petunjuk keamanan diperhatikan dan akan
mengurangi ketidaknymanan akibat dispnea
5. Atur peralatan oksigen dan humidifier
6. Putar oksigen sesuai dengan terapi dan pastikan
alat dapat berfungsi
7. Cek apakah oksigen dapat mengalir secara bebas
lewat selang. Seharusnya tidak ada suara yang
pada slang dan sambungan tidak bocor.
Seharusnya terdapat gelembung udara pada 2
humidifier saat oksigen mengalir lewat air.
8. Perawat merasakan oksigen keluar kanul, masker
atau tenda
9. Atur oksigen dengan flowmeter sesuai dengan
perintah , misal 2-6L/mnt
10. Pasang alat pemberian oksigen yang sesuai

KANUL
1. Letakkan kanul pada wajah kien dengan lubang
kanul masuk kehidung dan karet pengikat
melingkar kepala seperti pada gambar. Beberapa
model yanglain, karet pengikat ditarik kebawah
dagu
2. Jika kanul ingin tetap berada ditempatnya,
plesterkan pada bagian wajah
3. Alasi slang dengan kasa pada karet pengikat
pada telinga dan tulang pipi jika dibutuhkan

MASKER WAJAH
1. Tempatkan masker kearah wajah klien dan
letakkan dari hidung ke bawah
2. Atur masker sesuai dengan bentuk wajah .
Masker harus menutup wajah sehingga sangat
sedikit oksigen yang keluar lewat mata atau
sekitar pipi dan dagu
3. Ikatkan karet pengikat melingkar kapala kien
sehingga masker terasa nyaman
4. Alasi karet dibelakang telinga dan diatas tulang
yang menonjol. Alas akan mencegah iritasi
karena masker
D. EVALUASI
Kaji hal-hal sebagai berikut
Secara umum
1. Kaji tingkat kecemasan klien , warna mukosa,
dan kemudahan bernafas saat dipasang alat
2. Kaji klien dalam 15 – 30 menit pertama
tergantung pada kondisi klien setelah itu kaji
secara teratur. Kaji tanda – tanda vital, pola
nafas dan gerakan dada
3. Kaji secara teratur tanda – tanda klinis seperti
hipoksia, takikardi , konfusi, dispnea ,
kelelahan dan sianosis.
2
Nasal Kanul
Kaji hidung klien jika ada iritasi. Beri cairan
lubrikan/ pelumas jika dibutuhkan untuk melapisi
membran mukosa

Masker wajah atau tenda


Inspeksi kulit wajah bila basah/ goresan dan
keringkan,rawat jika perlu

Inspeksi peralatan secara teratur


1. Cek liter flowmeter dan tinggi air pada
humidifier dalam 30 menit dan saat
memberikan parawatan pada klien
2. Pertahankan tinggi air pada huimidifier
3. Pastikan petunjuk keamanan diikuti

E. SIKAP
1. Hati-hati dan teliti
2. Memperhatikan respon pasien selama dan
2
sesudah dilakukan prosedur
3. Bertanggung jawab atas respon yang terjadi dari
prosedur yang dilaksanakan
KONSEP DASAR NUTRISI

1.PENGERTIAN NUTRISI
Nutrisi adalah komponen dasar kesehatan dan sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan normal, pemeliharaan dan perbaikan jaringan, metabolisme sel, dan
fungsi organ. Tubuh manusia membutuhkan pasokan nutrisi yang cukup untuk fungsi-
fungsi penting sel.
Ketahanan pangan sangat penting untuk semua anggota rumah tangga. Ini berarti
bahwa semua anggota rumah tangga memiliki akses ke makanan yang cukup, aman, dan
bergizi untuk mempertahankan gaya hidup sehat; makanan yang cukup tersedia secara
konsisten; dan rumah tangga memiliki sumber daya untuk mendapatkan makanan yang
sesuai untuk diet bergizi. Makanan juga memiliki makna simbolis. Memberi atau
mengambil makanan adalah bagian dari upacara, pertemuan sosial, tradisi liburan, acara
keagamaan, perayaan kelahiran, dan duka kematian. Kesulitan keputusan untuk menarik
makanan dalam penyakit yang mematikan, bahkan dalam bentuk nutrisi intravena (IV),
merupakan bukti kekuatan simbolis makanan dan makanan.

2.DASAR PENGETAHUAN ILMIAH


Nutrisi: Unit Nutrisi Biokimiawi
Tubuh membutuhkan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk metabolisme dan
perbaikan sel, fungsi organ, pertumbuhan, dan pergerakan tubuh.
a. Tingkat metabolisme basal (BMR) adalah energi yang dibutuhkan untuk
mempertahankan aktivitas yang menopang kehidupan (pernapasan, sirkulasi, denyut
jantung, dan suhu) untuk periode waktu tertentu saat istirahat. Faktor-faktor seperti
usia, massa tubuh, jenis kelamin, demam, kelaparan, menstruasi, penyakit, cedera,
infeksi, tingkat aktivitas, atau fungsi tiroid mempengaruhi kebutuhan energi.
b. Pengeluaran energi istirahat (Resting Energy Expenditure /REE), atau laju
metabolisme istirahat, adalah jumlah energi yang dibutuhkan seseorang untuk
dikonsumsi dalam jangka waktu 24 jam agar tubuh dapat mempertahankan semua
aktivitas kerja internalnya saat beristirahat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
metabolisme meliputi penyakit, kehamilan, menyusui, dan tingkat aktivitas.
Secara umum, ketika kebutuhan energi dipenuhi oleh kilokalori (kkal) asupan
dalam makanan, berat badan tidak berubah. Ketika kilokalori yang tertelan melebihi
tuntutan energi seseorang, berat badannya bertambah. Jika kilokalori yang dicerna gagal
memenuhi kebutuhan energi seseorang, individu tersebut kehilangan berat badan.
Nutrisi adalah elemen yang diperlukan untuk fungsi normal dari banyak proses
tubuh. Kebutuhan energi dipenuhi dari berbagai nutrisi: karbohidrat, protein, lemak, air,
vitamin, dan mineral. Makanan kadang-kadang digambarkan sesuai dengan kepadatan
gizi (yaitu, proporsi nutrisi penting dengan jumlah kilokalori). Makanan padat nutrisi
tinggi seperti buah-buahan dan sayuran menyediakan sejumlah besar nutrisi dalam
hubungannya dengan kilokalori. Makanan padat gizi rendah seperti alkohol atau gula
tinggi kilokalori tetapi miskin nutrisi.
1. Karbohidrat.
Karbohidrat, terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen, adalah sumber utama
energi dalam makanan. Setiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal / g dan berfungsi
sebagai sumber utama bahan bakar (glukosa) untuk otak, otot rangka selama latihan,
produksi eritrosit dan leukosit, dan fungsi sel medula ginjal. Orang-orang mendapatkan
karbohidrat terutama dari makanan nabati, kecuali untuk laktosa (gula susu). Mereka
diklasifikasikan menurut unit karbohidrat, atau sakarida mereka.
- Monosakarida seperti glukosa (dekstrosa) atau fruktosa tidak dapat dipecah
menjadi unit karbohidrat yang lebih mendasar.
- Disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltosa terdiri dari dua monosakarida
dan air. Baik monosakarida dan disakarida diklasifikasikan sebagai karbohidrat
sederhana dan ditemukan terutama dalam gula.
- Polisakarida seperti glikogen terdiri dari banyak unit karbohidrat (yaitu,
karbohidrat kompleks). Mereka tidak larut dalam air dan dicerna hingga tingkat
yang berbeda-beda. Pati adalah polisakarida.
Tubuh tidak dapat mencerna beberapa polisakarida karena manusia tidak memiliki
enzim yang mampu menghancurkannya.
Serat adalah polisakarida yang merupakan bagian struktural dari tanaman yang tidak
dipecah oleh enzim pencernaan manusia. Karena serat tidak dipecah, itu tidak
berkontribusi kalori untuk diet. Serat yang tidak larut tidak dapat dicerna dan termasuk
selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat larut larut dalam air dan termasuk jelai, biji-
bijian sereal, tepung jagung, dan gandum.
2. Protein.
Protein menyediakan sumber energi (4 kkal / g), dan sangat penting untuk sintesis
(membangun) jaringan tubuh dalam pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan.
Kolagen, hormon, enzim, sel imun, asam deoksiribonukleat (DNA), dan asam
ribonukleat (RNA) semuanya terbuat dari protein. Selain itu, pembekuan darah,
pengaturan cairan, dan keseimbangan asam-basa membutuhkan protein. Protein ini
mengangkut nutrisi dan banyak obat dalam darah.
Konsumsi protein menjaga keseimbangan nitrogen. Bentuk protein yang paling
sederhana adalah asam amino, yang terdiri dari hidrogen, oksigen, karbon, dan
nitrogen. Tubuh tidak mensintesis asam amino yang sangat diperlukan; jadi ini perlu
disediakan dalam makanan. Contoh asam amino yang sangat diperlukan adalah histidin,
lisin, dan fenilalanin. Tubuh mensintesis yang dapat dibuang asam amino.
Contoh asam amino yang disintesis dalam tubuh adalah alanin, asparagin, dan asam
glutamat. Asam amino dapat terhubung bersama. Albumin dan insulin adalah protein
sederhana karena hanya mengandung asam amino atau turunannya. Kombinasi protein
sederhana dengan zat nonprotein menghasilkan protein kompleks seperti lipoprotein,
dibentuk oleh kombinasi lipid dan protein sederhana.
Protein lengkap, juga disebut protein berkualitas tinggi, mengandung semua asam
amino esensial dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan menjaga
keseimbangan nitrogen. Contoh makanan yang mengandung protein lengkap adalah
ikan, ayam, kedelai, kalkun, dan keju. Protein yang tidak lengkap kehilangan satu atau
lebih dari sembilan asam amino yang sangat diperlukan dan termasuk sereal, kacang-
kacangan (kacang-kacangan, kacang polong), dan sayuran. Protein komplementer
adalah pasangan protein tidak lengkap yang, jika digabungkan, memasok jumlah total
protein yang disediakan oleh sumber protein lengkap.
Keseimbangan nitrogen tercapai ketika asupan dan output nitrogen sama. Ketika
asupan nitrogen lebih besar dari output, tubuh berada dalam keseimbangan nitrogen
positif. Keseimbangan nitrogen positif diperlukan untuk pertumbuhan, kehamilan
normal, pemeliharaan massa otot, dan organ vital, serta penyembuhan luka. Tubuh
menggunakan nitrogen untuk membangun, memperbaiki, dan mengganti jaringan tubuh.
Keseimbangan nitrogen negatif terjadi ketika tubuh kehilangan lebih banyak nitrogen
daripada yang didapatnya (misalnya, dengan infeksi, luka bakar, demam, kelaparan,
cedera kepala, dan trauma). Kehilangan nitrogen yang meningkat adalah hasil dari
kerusakan jaringan tubuh atau hilangnya cairan tubuh yang mengandung nitrogen.
Nutrisi selama periode ini perlu menyediakan nutrisi untuk menempatkan pasien dalam
keseimbangan positif untuk penyembuhan.
Protein menyediakan energi; Namun, karena peran penting protein dalam
pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan, diet perlu menyediakan kilokalori yang
memadai dari sumber nonprotein. Ketika ada karbohidrat yang cukup dalam makanan
untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, protein terhindar sebagai sumber energi.
3. Lemak
Nutrisi yang paling padat kalori, menyediakan 9 kkal / g. Lemak terdiri dari
trigliserida dan asam lemak. Trigliserida bersirkulasi dalam darah dan tersusun atas
tiga asam lemak yang melekat pada gliserol. Asam lemak terdiri dari rantai atom
karbon dan hidrogen dengan gugus asam di satu ujung rantai dan gugus metil di ujung
lainnya. Asam lemak dapat jenuh, di mana setiap karbon dalam rantai memiliki dua
atom hidrogen yang melekat; atau tidak jenuh, di mana jumlah atom hidrogen yang
tidak sama melekat dan atom karbon saling menempel dengan ikatan rangkap. Asam
tak tunggal lemak jenuh memiliki satu ikatan rangkap, sedangkan asam tak ganda
lemak jenuh memiliki dua atau lebih ikatan karbon ganda. Berbagai jenis asam lemak
memiliki arti penting bagi kesehatan dan timbulnya penyakit dan dirujuk dalam
pedoman diet.
Asam lemak juga diklasifikasikan sebagai esensial atau tidak esensial. Asam
linoleat, asam lemak tak jenuh, adalah satu-satunya asam lemak esensial pada manusia.
Asam linolenat dan asam arakidonat (juga asam lemak tak jenuh) penting untuk proses
metabolisme tetapi diproduksi oleh tubuh ketika asam linoleat tersedia. Kekurangan
terjadi ketika asupan lemak turun di bawah 10% dari nutrisi harian. Sebagian besar
lemak hewani memiliki proporsi asam lemak jenuh yang tinggi, sedangkan lemak nabati
memiliki jumlah asam lemak tak jenuh dan tak jenuh ganda yang lebih tinggi.
4. Air.
Air sangat penting karena fungsi sel tergantung pada lingkungan cairan. Air
membentuk 60% hingga 70% dari total berat badan. Persentase total air tubuh lebih
besar untuk orang kurus daripada orang gemuk karena otot mengandung lebih banyak
air daripada jaringan lain selain darah. Bayi memiliki persentase terbesar dari total air
tubuh, dan orang tua memiliki paling sedikit. Ketika kekurangan air, seseorang tidak
dapat bertahan hidup lebih dari beberapa hari.
Seseorang memenuhi kebutuhan cairan dengan minum cairan dan makan makanan
padat yang mengandung banyak air seperti buah-buahan dan sayuran segar. Air juga
diproduksi selama pencernaan saat makanan dioksidasi. Dalam asupan cairan individu
yang sehat dari semua sumber sama dengan keluaran cairan melalui eliminasi, respirasi,
dan keringat .
Seseorang yang sakit memiliki kebutuhan cairan yang meningkat (mis., Dengan
demam atau kehilangan gastrointestinal [GI]). Sebaliknya, ia juga memiliki kemampuan
menurun untuk mengeluarkan cairan (misalnya, dengan penyakit kardiopulmoner atau
ginjal), yang sering menyebabkan perlunya pembatasan cairan.
5. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang hadir dalam jumlah kecil dalam makanan yang
penting untuk metabolisme normal. Mereka adalah bahan kimia yang bertindak sebagai
katalis dalam reaksi biokimia. Ketika ada cukup vitamin spesifik apa saja untuk
memenuhi permintaan katalitik tubuh, sisa pasokan vitamin bertindak sebagai bahan
kimia bebas dan sering beracun bagi tubuh. Vitamin tertentu saat ini menarik dalam
peran mereka sebagai antioksidan.
Vitamin ini menetralkan zat yang disebut radikal bebas, yang menghasilkan
kerusakan oksidatif pada sel dan jaringan tubuh. Para peneliti berpikir bahwa kerusakan
oksidatif meningkatkan risiko seseorang untuk berbagai jenis kanker. Vitamin-vitamin
ini termasuk betacarotene dan vitamin A, C, dan E (Nix, 2009).
Tubuh tidak dapat mensintesis vitamin dalam jumlah yang diperlukan dan tergantung
pada asupan makanan. Kandungan vitamin biasanya tertinggi dalam makanan segar
yang digunakan dengan cepat setelah paparan minimal terhadap panas, udara, atau air.
Vitamin diklasifikasikan sebagai larut dalam lemak dan larut dalam air.
Vitamin yang larut dalam lemak Vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K)
disimpan dalam kompartemen lemak tubuh. Dengan pengecualian vitamin D, orang
memperoleh vitamin melalui asupan makanan. Hypervitaminosis dari vitamin yang
larut dalam lemak dihasilkan dari megadosis (disengaja atau tidak disengaja) dari
vitamin tambahan, jumlah berlebihan dalam makanan yang diperkaya, dan asupan
minyak ikan yang besar.
Vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin C dan B
kompleks (yang merupakan delapan vitamin). Tubuh tidak menyimpan vitamin yang
larut dalam air; jadi mereka perlu disediakan dalam asupan makanan sehari-hari.
Vitamin yang larut dalam air mudah diserap dari saluran pencernaan. Meskipun tidak
disimpan, toksisitas masih dapat terjadi.
6. Mineral.
Mineral adalah elemen anorganik yang penting bagi tubuh sebagai katalis dalam
reaksi biokimia. Mereka diklasifikasikan sebagai pelacak makro mineral ketika
kebutuhan harian 100 mg atau lebih dan mikromineral atau elemen ketika kurang dari
100 mg dibutuhkan setiap hari. Makromineral membantu menyeimbangkan pH tubuh,
dan jumlah spesifik diperlukan dalam darah dan sel untuk meningkatkan keseimbangan
asam basa. Interaksi terjadi di antara trace mineral. Misalnya, kelebihan satu trace
mineral terkadang menyebabkan kekurangan mineral lainnya. Selenium adalah elemen
yang juga memiliki sifat antioksidan. Silikon, vanadium, nikel, timah, kadmium,
arsenik, aluminium, dan boron memainkan peran yang tidak teridentifikasi dalam
nutrisi. Arsenik, aluminium, dan kadmium memiliki efek toksik.

2.ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Pencernaan. Pencernaan makanan adalah gerakan mekanis yang dihasilkan dari


mengunyah, mengaduk, dan mencampur dengan reaksi cairan dan kimiawi di mana
makanan direduksi menjadi bentuk yang paling sederhana. Setiap bagian dari sistem GI
memiliki fungsi pencernaan atau penyerapan yang penting). Enzim adalah zat mirip
protein yang bertindak sebagai katalis untuk mempercepat reaksi kimia. Mereka adalah
bagian penting dari pencernaan.
Sebagian besar enzim memiliki satu fungsi spesifik. Setiap enzim bekerja paling
baik pada pH tertentu. Sebagai contoh, enzim amilase dalam saliva memecah pati
menjadi gula. Sekresi saluran GI memiliki tingkat pH yang sangat berbeda. Misalnya,
air liur relatif netral, cairan lambung sangat asam, dan sekresi usus kecil bersifat basa.
Aktivitas mekanik, kimia, dan hormonal pencernaan saling bergantung. Aktivitas enzim
tergantung pada kerusakan mekanis makanan untuk meningkatkan luas permukaannya
untuk aksi kimia.
Hormon mengatur aliran sekresi pencernaan yang dibutuhkan untuk suplai
enzim. Faktor fisik, kimia, dan hormonal mengatur sekresi jus pencernaan dan motilitas
saluran GI. Stimulasi saraf dari sistem saraf parasimpatis (mis. Saraf vagus)
meningkatkan aksi saluran GI. Pencernaan dimulai di mulut, di mana mengunyah secara
mekanis memecah makanan. Makanan bercampur dengan air liur, yang mengandung
ptyalin (saliva amylase), suatu enzim yang bekerja pada tepung yang dimasak untuk
memulai konversi menjadi maltosa. Semakin lama seseorang mengunyah makanan,
semakin banyak pencernaan pati terjadi di mulut. Protein dan lemak dipecah secara fisik
tetapi tetap tidak berubah secara kimiawi karena enzim dalam mulut tidak bereaksi
dengan nutrisi ini.
Mengunyah mengurangi partikel makanan hingga ukuran yang sesuai untuk
menelan, dan air liur memberikan pelumasan untuk lebih memudahkan menelan
makanan. Epiglotis adalah lipatan kulit yang menutup trakea saat seseorang menelan
untuk mencegah aspirasi. Makanan yang tertelan memasuki kerongkongan, dan
kontraksi otot seperti gelombang (peristaltik) memindahkan makanan ke pangkal
kerongkongan, di atas sfingter jantung.
Tekanan dari bolus makanan di sfingter jantung menyebabkannya rileks,
memungkinkan makanan masuk ke fundus, atau bagian paling atas, dari lambung. Sel-
sel utama di lambung mengeluarkan pepsinogen; dan kelenjar pilorus mensekresi
gastrin, suatu hormon yang memicu sel parietal untuk mengeluarkan asam klorida
(HCl). Sel-sel parietal juga mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik (IF), yang diperlukan
untuk penyerapan vitamin B12 di ileum. HCl mengubah pepsinogen menjadi
pepsin,enzim pemecah protein. Tubuh memproduksi lipase lambung dan amilase untuk
memulai lemak dan pencernaan pati. Lapisan lendir yang tebal melindungi lapisan perut
dari gangguan pencernaan.
Alkohol dan aspirin adalah dua zat yang langsung diserap melalui lapisan perut.
Perut bertindak sebagai reservoir di mana makanan bertahan selama kurang lebih 3 jam,
dengan kisaran 1 hingga 7 jam. Makanan meninggalkan antrum, atau perut bagian
distal, melalui sfingter pilorus dan memasuki duodenum. Makanan sekarang menjadi
massa asam dan cair yang disebut chyme. Chyme mengalir ke duodenum dan dengan
cepat bercampur dengan empedu, cairan usus, dan sekresi pankreas.
Usus halus mengeluarkan hormon secretin dan cholecystokinin (CCK). Secretin
mengaktifkan pelepasan bikarbonat dari pankreas, meningkatkan pH chyme. CCK
menghambat sekresi gastrin lebih lanjut dan memulai pelepasan enzim pencernaan
tambahan dari pankreas dan kantong empedu. Empedu diproduksi di hati dan
terkonsentrasi dan disimpan di kantong empedu. Ini bertindak sebagai deterjen karena
mengemulsi lemak untuk memungkinkan aksi enzim sambil menangguhkan asam lemak
dalam larutan.
Sekresi pankreas mengandung enam enzim: amilase untuk mencerna pati; lipase
untuk memecah lemak emulsi; dan trypsin, elastase, chymotrypsin, dan
carboxypeptidase untuk memecah protein.
Peristalsis berlanjut di usus kecil, mencampur sekresi dengan chyme. Campuran
menjadi semakin basa, menghambat aksi enzim lambung dan mempromosikan aksi
sekresi duodenum. Sel-sel epitel di vili usus kecil mengeluarkan enzim (misalnya,
sukrase, laktase, maltase, lipase, dan peptidase) untuk memfasilitasi pencernaan. Bagian
utama dari pencernaan terjadi di usus kecil, menghasilkan glukosa, fruktosa, dan
galaktosa dari karbohidrat; asam amino dan dipeptida dari protein; dan asam lemak,
gliserida, dan gliserol dari lipid. Peristalsis biasanya membutuhkan waktu sekitar 5 jam
untuk melewati makanan melalui usus kecil.
Penyerapan. Usus kecil adalah tempat penyerapan utama untuk nutrisi. Itu
dipenuhi dengan proyeksi seperti jari yang disebut vili. Vili meningkatkan luas
permukaan yang tersedia untuk penyerapan. Tubuh menyerap nutrisi melalui difusi
pasif, osmosis, transpor aktif, dan pinositosis. Karbohidrat, protein, mineral, dan
vitamin yang larut dalam air diserap oleh usus kecil, diproses di hati, dan dilepaskan ke
sirkulasi vena portal.
Asam lemak diserap dalam sistem sirkulasi limfatik melalui saluran lakteal di
pusat masing-masing mikrovili di usus kecil. Sekitar 85% hingga 90% air diserap di
usus kecil (Huether et al., 2008). Sekitar 8,5 L sekresi GI dan 1,5 L asupan oral dikelola
setiap hari dalam saluran GI. Resorbest usus kecil 9,5 L, dan usus besar menyerap
sekitar 0,4 L. Sisa 0,1 L dihilangkan dalam tinja. Selain itu, elektrolit dan mineral
diserap dalam usus besar, dan bakteri mensintesis vitamin K dan beberapa vitamin B
kompleks. Akhirnya, kotoran terbentuk untuk dihilangkan.
Metabolisme dan Penyimpanan Nutrisi. Metabolisme mengacu pada semua
reaksi biokimiawi di dalam sel-sel tubuh. Proses metabolisme adalah anabolik atau
katabolik. Anabolisme adalah pembangunan zat biokimia yang lebih kompleks dengan
sintesis nutrisi. Anabolisme terjadi ketika seseorang menambahkan otot tanpa lemak
melalui diet dan olahraga. Asam amino dimetabolisme menjadi jaringan, hormon, dan
enzim. Metabolisme dan anabolisme normal secara fisiologis dimungkinkan ketika
tubuh berada dalam keseimbangan nitrogen positif. Katabolisme adalah penguraian zat
biokimia menjadi zat yang lebih sederhana dan terjadi selama keadaan fisiologis
keseimbangan nitrogen negatif. Kelaparan adalah contoh dari katabolisme ketika terjadi
pemborosan tubuh jaringan.
Nutrisi yang diserap di usus, termasuk air, diangkut melalui sistem peredaran darah
ke jaringan tubuh. Melalui perubahan kimia metabolisme, tubuh mengubah nutrisi
menjadi sejumlah zat yang dibutuhkan. Karbohidrat, protein, dan lemak dimetabolisme
untuk menghasilkan energi kimia dan menjaga keseimbangan antara anabolisme dan
katabolisme. Untuk melakukan pekerjaan tubuh, energi kimia yang dihasilkan oleh
metabolisme diubah menjadi jenis energi lain oleh jaringan yang berbeda. Kontraksi
otot melibatkan energi mekanik, fungsi sistem saraf melibatkan energi listrik, dan
mekanisme produksi panas melibatkan energi termal.
Beberapa nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh disimpan dalam jaringan. Bentuk
utama energi cadangan tubuh adalah lemak, disimpan sebagaiadiposa jaringan. Protein
disimpan dalam massa otot. Ketika kebutuhan energi tubuh melebihi energi yang
dipasok oleh nutrisi yang dicerna, energi yang tersimpan digunakan. Monogliserida dari
bagiandicerna lemak yangdikonversi menjadi glukosa oleh glukoneogenesis. Asam
amino juga dikonversi menjadi lemak dan disimpan atau dikatabolisme menjadi energi
melalui glukoneogenesis. Semua sel tubuh kecuali sel darah merah dan neuron
mengoksidasi asam lemak menjadi keton untuk energi ketikamakanan
karbohidrat(glukosa) tidak mencukupi. Glikogen, disintesis dari glukosa, memberikan
energi selama periode puasa singkat (misalnya, saat tidur). Ini disimpan dalam cadangan
kecil dihati dan otot jaringan. Metabolisme nutrisi terdiri dari tiga proses utama:
1. Katabolisme glikogen menjadi glukosa, karbon dioksida, dan air (glikogenolisis)
2. Anabolisme glukosa menjadi glikogen untuk penyimpanan (glikogenesis)
3.Katabolisme asam amino dan gliserol menjadi glukosa untuk energi
(glukoneogenesis) )
Eliminasi. Chyme bergerak dengan aksi peristaltik melalui katup ileocecal ke
usus besar, di mana ia menjadi feses . Air menyerap dalam mukosa saat tinja bergerak
menuju dubur. Semakin lama bahan itu tinggal di usus besar, semakin banyak air yang
diserap, menyebabkan feses menjadi lebih kencang. Olahraga dan serat merangsang
peristaltik, dan air mempertahankan konsistensi. Tinja mengandung selulosa dan zat-zat
takserupa, tercernasel-sel epitel yang mengelupas dari saluran pencernaan, sekresi
pencernaan, air, dan mikroba.
3. PENGKAJIAN NUTRISI
Pengkajian
Status nutrisi seseorang dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi dapat dikaji
dengan menggunakan ABCD
A : Pengukuran Antropometrik (Antropometric measurments)
B : Data Biomedis (Biomedical Data)
C : Tanda tanda klinis status nutrisi (Clinical Signs)
D : Diet (Dietary)
Tujuan Pengkajian
1. Identifikasi adanya defisiensi nutrisi dan pengaruh terhadap status kesehatan
2. Informasi untuk rencana askep nutrisi
3. Menilai kefektifan askep dan kemungkinan untuk modifikasi askep
4. Identifikasi kelebihan dan kekurangan nutrisi
5. Identifikasi kebutuhan nutrisi
A. Pengukuran Antropometrik
1. Tinggi Badan = Pada dewasa dilakukan dengan posisi berdiri tanpa alas kaki dan
pada bayi dalam posisi berbaring. Pada kondisi tertentu pasien dewasa misal cedera
dan fraktur, dilakukan dalam posisi terbaring.Satuan cm atau inci
2. Berat Badan = Dapat menggunakan timbangan manual dan digital. Perlu
diperhatikan yaitu
a. Alat serta skala alat ukur yang digunakan harus sama tiap kali menimbang
b. Pasien ditimbang tanpa alas kaki
c. Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya tiap kali menimbang
d. Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalkan sebelum dan sesudah makan
3. Tebal lipatan kulit = Menentukan presentase lemak tubuh (massa otot,, jumlah
lemak di jaringan subkutan dan status kalori), mengkaji malnutrisi,BB normal dan
obesitas. Area yang sering digunakan adalah tricep skinfold (TSF). Skapula dan
suprailiaka. Alat yang digunakan adalah Kaliper
4. Lingkar tubuh = Lingkar dada dan kepala digunakan untuk pengkajian pertumbuhan
dan perkembangan otak bayi, lingkar lengan atas (LILA) dan lingkar lengan otot
atas (LOLA) untuk menilai status nutrisi. Satuan adalam sentimeter dan
menggunakan alat ukur meteran (tape around)
B. Pemeriksaan Biokimia (Biochemical Data) = Pemeriksaan hemoglobin (normal
pada pria 13-16g/dl, wanita 12-14g/dl), hematokrit (normal pria 40-48% wanita 37-
43%) dan albumin (normal 4-5,2 g/dl. Kekurangan ringan 3,5-4,7g/dl, Sedang 2,8-
3,4 g/dl dan Berat 2.1-2,7 g/dl).Albumin berfungsi untuk memelihara keseimbangan
cairan dan elektrolit, transportasi nutrisi dan hormon. Nilai yang umum digunakan
dalam pemeriksaan ini adalah kadar total limfosit, albumin serum, zat besi,
transferin serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit, keseimbangan nitrogen dan tes
antigen kulit. Hasil pemeriksaan ini menunjukan resiko status nutrisi buruk meliputi
penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai limfosit, albumin serum
kurang dari 3,5 g/dl dan peningkatan atau penurunan kadar kolesterol.
C. Pemeriksaan Fisik (Clinical Sign of Nutritional Status) = Pemeriksaan fisik head
to toe. Klien dengan masalah nutrisi akan memperlihatkan tanda tnda abnormal dari
fisik dan fisiologisnya. Gangguan nutrisi yaitu
a. Protein calorie malnutrition (PCM/PEM) = Nutrisi buruk akibat kekurangan kualitas
dan kuantitas nutrisi yaitu ringan = BB kurang dari 80% dari BB normal, sedang =
60% normal sesuai umur sampai dengan 80% dari BB normal dan berat= kurang
dari 60% dari BB normal
b. Kwashiorkor = Malnutrisi karena diet protein yang tidak adekuat pada bayi ketika
sudah tidak mendapatkan ASI. Defisiensi protein berakibat retardasi mental,
kemunduran,apatis, edema, otot-otot tidak tumbuh. Tanda klinis edema, gangguan
pertumbuhan, perubahan kejiwaan dan otot terlihat lemah
c. Marasmus = Defisiensi kalori dan protein akibat kelaparan,kehilangan jaringan
tubuh,BB kurang,diare
d. Obesitas = BB lebih dari normal (20-30% lebih dari normal)
e. Overweight = BB 10% melebihi BB normal
D. Riwayat Diet (Dietary History) = Pengkajian riwayat diet dapat dilakukan dengan
mengkaji jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi pasien selama 24 jam yang
meliputi karbohidrat, protein, lemak,sayur, buah air mineral dll. Analisis diet klien
dapat dilakukan dengan menggunakan kelompok makanan harian (daily food
groups) dan tabel komposisi makanan (food composition table) . Pengkajian asupan
makanan dan pola makan meliputi pegkajian dan informasi makanan yang biasa
dimakan, persiapan dan kebiasaan makan (dipengaruhi ole budaya,latar belakang,
etnis, status sosial ekonomi) dan aspek psikologi.
a. Riwayat diet = Gangguan mengunyah dan menelan, asupan tidaka dekuat, diet
salah/ketat, kurang persediaan makan >10hari, nutrisi parenteral >10hari, tidak
adekuat dana,faisilitas dan penyimpanan bahan makanan, ketidakmampuan fisik,
lansia yang tinggal dan makan sendiri
b. Riwayat penyakit (medis) = BB lebih/kurang, penurunan BB, penyakit
tertentu,riwayat pembedahan sistem gastrointestinal,anoreksia,mual
muntah,diare,alkoholisme,gangguan organ tertentu : kanker hati,ginjal,tiroid dan
paratiroid
c. Riwayat pemakaian obat-obatan = aspirin,antibioti,antasida,diuretik,natrium klorida,
vitamin dll
4.MASALAH KEBUTUHAN NUTRISI
a) Disfagia
Mengacu pada kesulitan menelan. Penyebab dan komplikasi dari disfagia bervariasi.
Komplikasi meliputi pneumonia aspirasi, dehidrasi, penurunan status gizi, dan
penurunan berat badan. Disfagia menyebabkan kecacatan atau penurunan status
fungsional, peningkatan lama inap dan biaya perawatan, dan peningkatan mortalitas
(Ashley et al., 2006).
Waspadai tanda-tanda untuk disfagia yaitu batuk saat makan; perubahan nada atau
kualitas suara setelah menelan; gerakan mulut, lidah, atau bibir yang tidak normal; dan
lambat, bicara yang lemah, tidak tepat, atau tidak terkoordinasi. tertundanya menelan,
pembersihan atau kantung mulut yang tidak lengkap, regurgitasi, pengumpulan faring,
pemicu menelan yang tidak ada, dan ketidakmampuan untuk berbicara secara konsisten
adalah tanda-tanda disfagia lainnya.
Penderita disfagia seringkali tidak menunjukkan tanda-tanda terbuka seperti batuk
saat makanan memasuki jalan napas. Silent aspiration adalah aspirasi yang terjadi pada
pasien dengan masalah neurologis yang mengarah pada penurunan sensasi. Ini sering
terjadi tanpa batuk, dan gejala biasanya tidak muncul selama 24 jam (Palmer dan
Metheny, 2008). Mencakup sebagian besar 40% hingga 70% aspirasi pada pasien
dengan disfagia setelah stroke (Kwon et al., 2006).
Disfagia sering menyebabkan jumlah asupan makanan yang tidak memadai, yang
sering mengakibatkan kekurangan gizi. Seringkali pasien dengan disfagia menjadi
frustasi dengan makan dan menunjukkan perubahan dalam lipatan kulit ketebalandan
albumin. Penyesuaian dengan pembatasan diet baru selama periode rehabilitasi
mempengaruhi asupan untuk jangka waktu yang lama. Malnutrisi secara signifikan
memperlambat pemulihan menelan dan dapat meningkatkan mortalitas (Robbins et al.,
2007).

b) Diabetes mellitus.
Diabetes mellitus tipe 1 (DM) memerlukan insulin dan pembatasan diet untuk
kontrol optimal, dengan pengobatan dimulai pada saat diagnosis (ADA, 2008).
Sebaliknya, pasien sering mengontrol DM tipe 2 pada awalnya dengan olahraga dan
terapi diet. Jika langkah-langkah ini terbukti tidak efektif, dapat dilakukan
menambahkan obat oral.
Suntikan insulin sering terjadi jika diabetes tipe 2 memburuk atau gagal merespons
intervensi awal ini. Individualkan diet sesuai dengan usia, berat badan dan tingkat
aktivitas. Mempertahankan asupan karbohidrat yang diresepkan adalah kunci dalam
manajemen diabetes. Diet yang memasukkan karbohidrat dari buah-buahan, sayuran,
biji-bijian, kacang-kacangan, danrendah lemak susudirekomendasikan (American
Dietetic Association, 2010b).
Pemantauan konsumsi karbohidrat adalah strategi kunci dalam mencapai kontrol
glikemik (ADA, 2008). Batasi lemak jenuh hingga kurang dari 7% dari total kalori dan
asupan kolesterol hingga kurang dari 200 mg / hari. Juga direkomendasikan adalah
berbagai makanan yang mengandung serat. Pasien dapat menggantikan makanan yang
mengandung sukrosa untuk karbohidrat tetapi harus memastikan untuk menghindari
asupan energi berlebih. Alkohol gula dan pemanis non-gizi dapat dimakan selama
tingkat asupan harian yang disarankan diikuti (ADA, 2008). Pasien dengan diabetes dan
fungsi ginjal normal harus terus mengkonsumsi protein dalam jumlah biasa (15%
hingga 20% energi) (ADA, 2008). Tujuan pengobatan adalah untuk memiliki kadar
glikemik yang normal atau sedekat mungkin dengan aman;lipid dan lipoprotein profil
yang mengurangi risiko mikrovaskular (misalnya,ginjal dan penyakit mata),
kardiovaskular, neurologis, danvaskular perifer komplikasi; dan tekanan darah dalam
kisaran normal atau mendekati normal (ADA, 2008). Waspadai tanda dan gejala
hipoglikemia dan hiperglikemia.
c) Penyakit kardiovaskular.
American Heart Association Pedoman diet (AHA) (AHA, 2010) dimaksudkan
untuk mengurangi faktor risiko untuk pengembangan hipertensi dan penyakit arteri
koroner. Terapi diet untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular termasuk
menyeimbangkan asupan kalori dengan olahraga untuk menjaga berat badan, makan
makanan sehat, buah-buahan, sayuran, makanan berserat tinggi; makan ikan minimal 2
kali seminggu; dan membatasi makanan dan minuman yang mengandung banyak gula
dan garam.
Pedoman AHA juga merekomendasikan membatasi lemak jenuh menjadi kurang
dari 7%, trans-lemak menjadi kurang dari 1%, dan kolesterol menjadi kurang dari 300
mg / hari. Untuk mencapai tujuan ini, pasien memilih daging tanpa lemak dan sayuran,
menggunakan produk susu bebas lemak, dan membatasi asupan lemak dan natrium
(Nix, 2009).
d) Kanker dan Perawatan Kanker.
Sel-sel ganas bersaing dengan sel-sel normal untuk mendapatkan nutrisi,
meningkatkan kebutuhan metabolisme pasien. Sebagian besar perawatan kanker
menyebabkan masalah gizi. Pasien dengan kanker sering mengalami anoreksia, mual,
muntah, dan distorsi rasa. Tujuan terapi nutrisi adalah untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolisme pasien (Nix, 2009).
Malnutrisi pada kanker dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas.
Peningkatan status gizi sering meningkatkan kualitas hidup pasien. Terapi radiasi
menghancurkan sel-sel ganas yang membelah dengan cepat; Namun, sel-sel normal
yang membelah dengan cepat lainnya sepertiepitel lapisansaluran GI sering terpengaruh.
Terapi radiasi menyebabkan anoreksia, stomatitis, diare berat, penyempitan usus, dan
nyeri.
Pengobatan radiasi pada daerah kepala dan leher menyebabkanrasa gangguandan
bau, penurunan air liur, dan disfagia.nutrisi Manajemenpasien dengan kanker berfokus
pada memaksimalkan asupan nutrisi dan cairan. Individualisasi pilihan diet sesuai
dengan kebutuhan, gejala, dan situasi pasien (Nix, 2009). Gunakankreatif
pendekatanuntuk mengelola perubahan dalam rasa dan bau. Misalnya, pasien dengan
rasa yang berubah sering lebih suka makanan dingin atau makanan yang pedas. Dorong
pasien untuk makan dengan porsi kecil dan camilan yang bergizi dan mudah dicerna.
e) Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome.
Pasien dengan HIV / AIDS biasanya mengalami pemborosan tubuh dan
penurunan berat badan yang parah. Wasting terkait dengan anoreksia, stomatitis, infeksi
kandidiasis mulut, mual, atauberulang muntah, semuanya menyebabkan asupan yang
tidak adekuat. Faktor-faktor yang terkait dengan penurunan berat badan dan gizi buruk
termasuk diare parah, malabsorpsi GI, dan metabolisme nutrisi yang berubah.
Infeksi sistemik menyebabkan hipermetabolisme akibat peningkatan sitokin.
Seringkali obat yang dipakai untuk mengobati infeksi HIV menyebabkan efek samping
yang mengubah status gizi. Perawatan restorasi malnutrisi akibat AIDS berfokus pada
memaksimalkan kilokalori dan nutrisi. Mendiagnosis dan mengatasi setiap penyebab
penipisan nutrisi dalam rencana perawatan individu
Dukungan nutrisi yang disesuaikan secara berkembang secara bertahap dari oral,
ke enteral, dan akhirnya ke parenteral. Kebersihan tangan yang baik danmakanan
keamanansangat penting karena berkurangnya resistensi pasien terhadap infeksi.
Misalnya, minimalisasi paparan Cryptosporidium dalam air minum, danau, atau kolam
renang adalah penting. Makanan kecil, sering, padat nutrisi yang membatasi makanan
berlemak dan terlalu manis lebih mudah untuk ditoleransi. Pasien mendapat manfaat
dari makan makanan dingin dan makanan kering atau asin dengan cairan di antaranya
(Nix, 2009).
5. PEMENUHAN NUTRISI
Nutrisi enteral (EN) menyediakan nutrisi ke saluran GI. Ini adalah metode yang
disukai untuk memenuhinutrisi kebutuhanjika pasien tidak dapat menelan atau
mengambil nutrisi secara oral tetapi memiliki saluran GI yang berfungsi. Nutrisi enteral
menyediakan dukungan nutrisi fisiologis, aman, dan ekonomis. Pasien dengan
pemberian makanan enteral menerima formula melalui nasogastrik, jejunal, atau
tabunglambung.
Pasien dengan risiko rendah dari refluks lambung menerima pemberian lambung ;
Namun, jika ada risiko refluks lambung, yang mengarah ke aspirasi, makan jejunal lebih
disukai. Pemberian makanan tabung enteral dapat dengan mudah diberikan di
pengaturan rumah oleh perawat atau pengasuh keluarga.
Formula enteral biasanya satu dari empat jenis.
1. Polimer (1 hingga 2 kkal / mL) termasuk makanan blender berbasis susu yang
disiapkan oleh staf diet rumah sakit atau di rumah pasien. Klasifikasi polimer
juga mencakup formula seluruh nutrisi yang disiapkan secara komersial. Agar
jenis formula ini efektif, saluran GI pasien harus mampu menyerap seluruh
nutrisi.
2. formula modular (3,8 hingga 4 kkal / mL), adalah makronutrien tunggal
preparat(misalnya protein, glukosa, polimer, atau lipid) dan tidak lengkap secara
nutrisi. Jenis formula ini ditambahkan kelain makananuntuk memenuhi
kebutuhan gizi individu pasien.
3. Tipe, formula unsur (1 hingga 3 kkal / mL), mengandungdicerna nutrisi yang
telahyang lebih mudahsebagian saluran pencernaan diserap. Akhirnya, formula
khusus (1 hingga 2 kkal / mL) dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
spesifik pada penyakit tertentu (misalnya, gagal hati, penyakit paru-paru, atau
infeksi HIV).

Nutrisi parenteral (PN) adalah bentuk dukungan nutrisi khusus di mana nutrisi
diberikan secara intravena. Formula PN dasar adalah kombinasi kristal asam amino,
dekstrosa hipertonik, elektrolit, vitamin, dankelumit elemen. Pemberian yang aman
tergantung pada penilaian yang tepat terhadap kebutuhan nutrisi, manajemen kateter
vena sentral (CVC) yang cermat, dan pemantauan yang cermat untuk mencegah atau
mengobati komplikasi metabolik. PN diberikan dalam berbagai pengaturan, termasuk
rumah pasien. Apa pun pengaturannya, patuhi prinsip asepsis dan manajemen infus
untuk memastikannutrisi yang aman dukungan.
Pasien yang tidak dapat mencerna atau menyerap EN mendapat manfaat dari
PN. Pasien dalam keadaan fisiologis yang sangat tertekan seperti sepsis, cedera kepala,
atau luka bakar. Pemantauan klinis dan laboratorium oleh tim multidisiplin diperlukan
selama terapi PN. Kebutuhan untuk melanjutkan PN secara konsisten dievaluasi
kembali.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

MEMASANG NGT

PENILAIAN
ASPEK YANG DINILAI BOBOT
Tgl....... Tgl...... Tgl.....

A. RESPONSI
1. Pengertian 2
2. Tujuan pemasangan NGT
3. Indikasi pemasangan NGT
B. PERSIAPAN ALAT
Baki berisi :
1. NGT no 14 atau 16 ( untuk anak kecil )
2. Jeli
3. Sudip lidah
4. Sepasang sarung tangan
5. Senter 2
6. Spuit/ alat suntik ukuran 50 cc
7. Plester
8. Stetoskop
9. Handuk
10. Tisu
11. Bengkok
12. Mangkuk berisi air
C. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Dekatkan alat ke samping klien
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan &
tujuannya
3. Cuci tangan
4. Pasang handuk pada dada klien, letakkan tissu
wajah dalam jangkauan pasien
Agar tidak mengotori pakaian pasien .
Pemasangan slang dapat menyebabkan
keluarnya airmata
5. Memakai sarung tangan
6. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien
4
untuk rileks dan bernafas normal dengan
menutup satu hidung kemudian
menmgulanginya dengan menutup hidung
yang lain
Slang mudah masuk melalui slang hidung yang
lebih paten
7. Mengukur panjang slang yang akan
dimasukkan dengan menggunakan :
- Metoda tradisional
Ukur jarak dari puncak lubang hidung
kedaun telinga bawah dan ke processus
xifoidius disternu
- Metode Hanson
Mula – mula tandai 50cm pada slang
kemudian lakukan pengukuran dengan
metode tradisional. Slang yang akan
dimasukkan pertengahan antara 50 cm dan
tanda tradisional
8. Beri tanda pada panjang slang yang sudah
diukur dengan menggunakan plester
9. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm
Pelumasan menurunkan friksi antar membran
mukosa dengan slang
10. Ingatkan pasien bahwa slang akan segera
dimasukkan dan instruksikan pasien untuk
mengatur posisi kepala ekstensi. Masukkan
selang melalui lubang hidung yang telah
ditentukan
Memudahkan masuknya slang melalui hidung
dan memelihara agar jalan nafas tetap
terbuka
11. Lanjutkan memasukkan slang sepanjang
rongga hidung. Jika terasa agak tertahan,
putarlah slang dan jangan dipaksakan untuk
dimasukkan
Meminimalkan ketidaknyamanan akibat
pemasangan NGT. Dengan memasukkan
slang dengan cara memutar dan sedikit
menarik, ujung slang akan mudah masuk ke
faring
12.Selanjutnya memasang slang sampai melewati
nasofaring. Setelah melewati nasofaring,
anjurkan untuk menekuk leher dan menelan
13. Dorong pasien untuk menelan dengan
memberikan sedikit air minum ( jika perlu ).
13. Tekankan pentingnya bernafas lewat
mulut.
Menelan memudahkan lewatnya slang melalui
orofaring
14. Jangan memaksakan slang untuk masuk. Jika
ada hambatan atau pasien tersedak, sianosis,
hentikan mendorong slang. Periksa posisi
slang dibelakang tenggorok dengan
menggunakan sudip lidah dan senter
Slang mungkin terlipat, menggulung
diorofaring atau masuk ketrakea
15. Jika telah selesai memasang NGT sampai
ujung yang telah ditentukan, anjurkan klien
rileks dan bernafas normal
16. Periksa letak slang dengan :
- Memasang spuit pada ujung NGT,
memasang bagian diafragma stetoskop
pada abdomen kuadran kiri atas (
lambung ) kemudian suntikkan 10 – 20
cc udara bersamaan dengan auskultasi
abdomen
- Mengaspirasi pelan – pelan untuk
mendapatkan mendapatkan isi lambung
- Memasukkan ujung bagian luar slang NGT
kedalam manguk berisi air . Jika terdapat
gelembung udara, slang masuk kedalam
paru – paru. Jika tidak terdapat
gelembung udara slang masuk ke dalam
lambung
17. Oleskan alkohol pada ujung hidung dan
biarkan sampai kering
Membantu merekatkan plester lebih baik
18. Fiksasi slang dengan plester dan hindari
penekanan pada hidung
- Potong 10 cm plester d, belah menjadi dua
sepanjang 5 cm pada batang hidung klien
dan silangkan plester yang keluar dari
hidung
- Tempelkan ujung NGT pada baju klien
dengan memasang plester pada ujungnya
dan penitikan pada baju
19. Evaluasi klien setelah terpasang NGT
20. Rapikan alat alat
21. Cuci tangan
22. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan
keperawatan
D. SIKAP
1. Hati-hati 2
2. Teliti
3. Bertanggung jawab
\

Anda mungkin juga menyukai