A. Definisi
Bernapas adalah perpindahan oksigen (O2) dari udara menuju ke sel-sel tubuh
dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel-sel menuju udara bebas. Pernapasan
(respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen)
ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh. Penghisapan ini disebut
inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin. B.AC, 2006). Respirasi
eksternal adalah proses yang memungkinkan pertukaran gas berlangsung antara O2
dan CO2 melalui membran kapiler alveolus dan darah yang berdifusi melalui kapiler.
Respirasi internal merupakan proses yang sama yaitu pertukaran O2 dan CO2 antara
kapiler-kapiler dan sel tubuh. Jadi, bernapas normal adalah usaha bernapas yang
hanya memerlukan 3% dari pemakain energi total. Usaha bernapas yang memerlukan
energi lebih tinggi terjadi pada saat olahraga, asma, menderita penyakit pada obstruksi
kronik, dll (Saturti, 2018)
B. Anatomi Pernapasan
Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu cavum nasi, faring, laring, trakea, karina,
bronchus principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis,
bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli. Terdapat
Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus inferior.
Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo dextra terdapat
fissura horizontal yang membagi lobus superior dan lobus media, sedangkan fissura
oblique membagi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat fissura
oblique yang membagi lobus superior dan lobus inferior. Pembungkus paru (pleura)
terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan Visceralis (dalam), diantara 2 lapisan
tersebut terdapat rongga pleura (cavum pleura) (Saturti, 2018).
1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang
dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan
luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat epitel
respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal.
Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina propria pada
mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh darah.
2. Alat penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan
lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong,
sel basal dan sel olfaktoris.
3. Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang
tengkorak yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus: maksilaris,
frontalis, etmoidalis dan sphenoidalis.
4. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan menyatu
dan menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat
bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan
laringofaring Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan
orofaring dan laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak
memilki muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin.
Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan
laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.
5. Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak
antara faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid.
Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik
mengikat laring pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi.
Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis
gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan menutup
trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu
(lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara). Celah diantara pita suara disebut
rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina propria. Pita suara
terdapat jaringan elastis padat, otot suara (otot rangka). Vaskularisasi: A.V
Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N Laringealis superior.
6. Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh
jaringan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa,
epitel bersilia, jaringan limfoid dan kelenjar.
7. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki
primer bercabang menjadi bronki lobar, bronki segmental, bronki subsegmental.
Struktur bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang
rawan tidak teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus
subsegmental hilang sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral.
Mukosa tersusun atas lipatan memanjang. Epitel bronkus: kolumnar bersilia
dengan banyak sel goblet dan kelenjar submukosa. Lamina propria: serat
retikular, elastin, limfosit, sel mast, eosinofil.
8. Bronchiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan,
tidak mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan
ikat longgar. Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara).
Lamina propria tidak mengandung sel goblet.
9. Bronchiolus respiratorius
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan:
epitelkuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli).
10. Duktus alveolaris
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli
bermuara.
11. Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang
dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli
disokong oleh serat kolagen, dan elastis halus.
Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng (sel alveolar tipe I), sel alveolar besar
(sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng (tipe I) jumlahnya hanya 10%,
menempati 95% alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II) jumlahnya 12%,
menempati 5% alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat septa alveolar,
bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin,
memilki badan berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar.
Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi.
Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa
(fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli disebut pori
Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada perokok
sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi
jumlah sel lainnya.
12. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat
elastin, fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang
melekat pada dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung
banyak kapiler dan pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n. frenikus dan n.
interkostal (Saturti, 2018).
C. Fisiologi Pernapasan
a. Fisiologi ventilasi paru
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan
udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
1. Tekanan pleura: tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan
pleura dinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H2O, yang
merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar
tetap terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal,
pengembangan rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan
kekuatan yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif
(sekitar -7,5 cm H2O).
2. Tekanan alveolus: tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis
terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru, maka
tekanan pada semua jalan nafas sampai alveoli, semuanya sama dengan
tekanan atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm
H2O. Agar udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di bawah tekanan
atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik sekitar 0,5 liter
udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang
berlawanan.
3. Tekanan transpulmonal: perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada
permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang
cenderung mengempiskan paru pada setiap pernafasan, yang disebut
tekanan daya lenting paru (Saturti, 2018).
b. Fisiologi kendali persarafan pada pernafasan
Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan.
1. Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter. Pusat volunter
terletak di cortex cerebri dan impuls dikirimkan ke neuron motorik otot
pernafasan melalui jaras kortikospinal.
2. Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat pernafasan
otomatis terletak di pons dan medulla oblongata, dan keluaran eferen dari
sistem ini terletak di rami alba medulla spinalis di antara bagian lateral dan
ventral jaras kortikospinal. Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi,
berkumpul pada neuron motorik N.Phrenicus pada kornu ventral C3-C5 serta
neuron motorik intercostales externa pada kornu ventral sepanjang segmen
toracal medulla. Serat saraf yang membawa impuls ekspirasi, bersatu
terutama pada neuron motorik intercostales interna sepanjang segmen
toracal medulla. Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat apabila
neuron motorik untuk otot inspirasi diaktifkan, dan sebaliknya. Meskipun
refleks spinal ikut berperan pada persarafan timbal-balik (reciprocal
innervation), aktivitas pada jaras descendens-lah yang berperan utama.
Impuls melalui jaras descendens akan merangsang otot agonis dan
menghambat yang antagonis. Satu pengecualian kecil pada inhibisi timbal
balik ini aadalah terdapatnya sejumlah kecil aktifitas pada akson
N.Phrenicus untuk jangka waktu singkat, setelah proses inspirasi. Fungsi
keluaran pasca inspirasi ini nampaknya adalah untuk meredam daya rekoil
elastik jaringan paru dan menghasilkan pernafasan yang halus (smooth)
(Saturti, 2018).
G. Penatalaksanaan
1. Latihan napas
Latihan napas merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi
alveoli atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektaksis, meningkatkan
efisiensi batuk, dan dapat mengurangi stress (Bagaskara et al., 2018).
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Atur posisi (duduk atau terlentang)
d. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara menarik napas terlebih dahulu
melalui hidung dengan mulut tertutup.
e. Kemudian anjurkan pasien untuk menahan napas sekitar 1-1,5 detik dan
disusul dengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut
seperti orang meniup.
f. Catat respon yang terjadi
g. Cuci tangan
3. Pemberian oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam
paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian
oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan
masker (Bagaskara et al., 2018). Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
Persiapan Alat dan Bahan :
a. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier
b. Nasal kateter, kanula, atau masker
c. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c. Cek flowmeter dan humidifier
d. Hidupkan tabung oksigen
e. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi
pasien.
f. Berikan oksigen melalui kanula atau masker
g. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga,
setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.
h. Catat pemberian dan lakukan observasi.
i. Cuci tangan
4. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan melakukan postural drainage,
clapping, dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan untuk
meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas.
Persiapan Alat dan Bahan :
a. Pot sputum berisi desinfektan
b. Kertas tisu
c. Dua balok tempat tidur (untuk postural drainage)
d. Satu bantal (untuk postural drainage)
Prosedur Kerja :
Postural Drainage
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
c. Miringkan psien ke kiri (untuk membersihkan bagian paru-paru
kanan)
d. Miringkan pasien ke kanan (untuk membersihkan bagian paru-paru
kiri)
e. Miringkan pasien ke kiri dengan tubuh bagian belakang kanan
disokong satu bantal (untuk membersihkan bagian lobus tengah)
f. Lakukan postural drainage ± 10-15 menit
g. Observasi tanda vital selama prosedur
h. Setelah pelaksanaan postural drainage, dilakukan clapping, vibrating,
dan suction.
i. Lakukan hingga lendir bersih
j. Catat respon yang terjadi
k. Cuci tangan
Clapping
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
c. Atur posisi pasien sesuai dengan kodisinya
d. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan perawat
menepuk punggung pasien secara bergantian hingga ada rangsangan
batuk.
e. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampung sputum pada pot sputum.
f. Lakukan hingga lendir bersih
g. Catat respon yang terjadi
h. Cuci tangan
Vibrating
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan
c. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
d. Lakukan vibrating dengan menganjurkan pasien untuk menarik napas
dalam dan meminta pasien untuk mengularkan napas perlahan-lahan.
Untuk itu, letakkan kedua tangan di atas bagian samping depan dari
cekungan iga dan getarkan secara perlahan-lahan. Hal tersebut
dilakukan secara berkali-kali hingga pasien ingin batuk dan
mengeluarkan sputum.
e. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampung sputum di pot sputum.
f. Lakukan hingga lendir bersih
g. Catat respon yang terjadi
h. Cuci tangan
5. Pengisapan Lendir
Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak
mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut
dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigenasi.
Persiapan Alat dan Bahan :
a. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan
b. Kateter pengisap lendir
c. Pinset steril
d. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan
e. Kasa steril
f. Kertas tisu
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.
c. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat
d. Gunakan sarung tangan
e. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap
f. Hidupkan mesin penghisap
g. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam
kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.
h. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
i. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik
j. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%
k. Lakukan hingga lendir bersih
l. Catat respon yang terjadi
m. Cuci tangan.
Fungsi :
a. Nasal Kanula adalah alat bantu pernafasan untuk menyalurkan oksigen dalam
bentuk selang
b. yang bening dan lentur
Keuntungan
a. Toleransi klien baik
b. Pemasangannya mudah
c. Klien bebas untuk makan dan minum
d. Harga lebih murah
Kerugian
a. Mudah terlepas
b. Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
c. Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut
d. Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus
Fungsi:
a. Tidak berbeda dengan sungkup yang lain, hanya saja pada pemakaian
sungkup dengan reservoir non rebreathing ini dapat dicapai tekanan partial
oksigen pada inspirasi lebih tinggi yaitu 90 %. Digunakan aliran oksigen 10-
12 L/menit
Keuntungan
a. Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula
b. System humidifikasi dapat ditingkatkan
Kerugian
a. Umumnya tidak nyaman bagi klien
b. Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
c. Aktivitas makan dan berbicara terganggu
d. Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan aspirasi
e. Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan karbondioksida
3. Nebulizer Mask
Cara pemakaian :
a. Persiapan Alat Nebulizer
b. Obat pentolin 1 ampul sesuai indikasi
c. Kapas alkohol untuk membersihkan masker nebulizer
Fungsi nebulizer :
a. Bermanfaat untuk mengatasi masalah dengan saluran pernapasan seperti
batuk, pilek atau asma.
b. Untuk mengeluarkan lender/dahak.
c. Pengobatan lewat alat ini lebih efektif dari obat-obatan minum, karena
langsung dihirup masuk ke paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkan lebih
kecil, otomatis juga lebih aman.
Prosedur pelaksanaan
Tahap pra interaksi:
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
Tahap orientasi:
a. Memberi salam kepada pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan kesiapan pasien
Tahap kerja:
a. Jaga privacy klien
b. Mengatur posisi klien dalam posisi duduk
c. Dekatkan troly obat dan peralatan
d. Pastikan alat dalam kondisi baik
e. Bersihkan masker nebulizer dengan kapas alcohol
f. Masukkan obat pentolin sesuai dosis yang telah ditentukan dokter misalnya
1/3 ampul tiap 6 jam
g. Hubungkan nebulizer dengan kontak listrik
h. Hidupkan nebulizer dengan cara menekan tombol on
i. Pastikan uap keluar dari nebulizer
j. Pasangkan masker pada klien, jika klien berumur <1 tahun minta bantuan
pada orang tua untuk mempertahankan posisi masker. Sebaliknya pada anak
– anak ajarkan dan motivasi untuk memegang sendiri masker dan bernafas
melalui mulut dengan cara ambil nafas lambat, dalam dan kemudian
menahan nafas selama beberapa detik pada akhir mengambil nafas
4. Rebreathing Mask
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari pada sungkup muka
sederhana yaitu 60-80% degan aliran oksigen 8-12lt/menit.
Keuntungan :
a. Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka sederhana
b. Tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian :
a. Kantong oksigen bisa terlipat
b. Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah
A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Keluarga
Membuat riwayat keperawatan yang berhubungan dengan gangguan sistem
pernapasan, sangat penting untuk mengenal tanda serta gejala umum gangguan
pernapasan, termasuk keluhan utama pada sistem pernapasan seperti batuk,
produksi sputum berlebih, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada. Sedangkan
keluhan secara umum meliputi gangguan pertukaran gas, malaise, nafsu makan
menurun BB menurun secara drastis, dan keringat malam.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan saat ini (RPS) untuk sistem pernapasan
seperti menanyakan tentang perjalanan sejak timbul keluhan hingga klien
meminta pertolongan. Misalnya: sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan
berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan,
dimana pertama kali keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan keluhan ini
terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha
mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah
usaha tersebut dan sebagainya.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu diawali dengan perawat menanyakan
tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Misal : apakah klien
pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit
yang berat, dan sebagainya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan sistem pernapasan
merupakan hal yang penting untuk mendukung keluhan dari penderita, perlu
dicari riwayat keluarga yang memberikan predisposisi keluhan seperti adanya
riwayat sesak napas, batuk lama, batuk darah dari generasi terdahulu. Adanya
riwat keluarga yang menderita yang menderita kencing manis, tekanan darah
tinggi juga akan mendukung/memperberat riwayat penderita.
5. Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pengkajian pekerjaan dan kebiasaan, perawat menanyakan situasi tempat
bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan sosial : menanyakan kebiasaan dan pola
hidup. Misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok :
menanyakan tentang kebiasaan merokok terkait sudah berapa lama, berapa batang
per hari dan jenis rokok.
6. Psikologis
Pengkajian psikologis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif,
dan prilaku klien. Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal klien, kapasitas
fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya pengkajian
psikososiospiritual yang seksama.
7. Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
Melakukan pemeriksaan dengan cara melihat keadaan umum sistem
pernapasan dan nilai adanya tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda
sianosis, pucat, kelelahan, sesak napas, batuk, penilaian produksi sputum dan
lainya. Perawat juga perlu menginspeksi bentuk dada, kurva tulang belakang
dan gerakan pernapasan dan kesimetrisan dada.
2. Palpasi
c. Untuk melihat adanya kelainan pada dinding toraks. Kelaian yang
mungkin didapatkan pada pemeriksaan ini antara lain nyeri tekan dan
adanya emfisema subkutis.
d. Menyatakan adanya tanda-tanda penyakit paru.
3. Perkusi
Menentukan dinding dada dan stuktur dibawahnya dalam gerakan,
menghasilkan vibrasi taktil dan dapat terdengar. Pemeriksa menggunakan
perkusi untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi oleh udara,
cairan, bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan perkusi untuk
memperkirakan ukuran dan letak stuktur tertentu di dalam toraks (contoh:
diafragma, jantung, hepar dan lain-lain).
4. Auskultasi
Untuk menentukan kondisi paru-paru, memeriksa mengauskultasi
bunyi napas normal, bunyi napas tambahan, dan bunyi suara.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
1. Bersihan Jalan Napas (SDKI. D. 0149. Hal 18)
Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obtruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
Penyebab: Spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi
neuromuskuler, benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas buatan,
sekresi yang tertahan, hiperplasia, dinding jalan napas, proses infeksi, respon
alergi, efeksi agen farmakologis, merokok aktif atau pasif, terpajan polutam
Tanda dan gejala
Subyektif
a. Dipsnea
b. Sulit bicara
c. Ortopnea
Obyektif
a. Batuk tidak efektif
b. Tidak mampu batuk
c. Sputung berlebih
d. Mengi, wheezing, atau ronkhi kering
e. Mekonium dijalan napas
f. Gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola
napas berubah
Kondisi Klinis Terkait: Gullian barre syndrome, sklerosis multipel,
myasthenia gravis, prosedur diagnostik, depresi sistem saraf pusat, cedera
kepala, struk, kuadriplegia, sindrom aspirasi mekonium, infeksi saluran napas.
a. Obsevasi
Monitor frekuensi,
irama, kedalam dan
upaya napas
Monitor pola napas
Monitor kemampuan
bantuk efektif
Monitor adanya
produksi sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi suara
napas
Monitor saturasi O2
Monitor nilai AGD
Monitor hasil X-ray
thorak
b. Terapeutik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemamtauan
c. Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantau
Informasikan hasil
pemantauan
a. Obsevasi
Monitor frekuensi,
irama, kedalam dan
upaya napas
Monitor pola napas
Monitor kemampuan
bantuk efektif
Monitor adanya
produksi sputum
Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
Auskultasi suara
napas
Monitor saturasi O2
Monitor nilai AGD
Monitor hasil X-ray
thorak
b. Terapeutik
Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemamtauan
c. Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantau
Informasikan hasil
pemantauan