Anda di halaman 1dari 23

Anatomi traktus respiratorius

1) Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan
tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung
ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian
oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum
ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh
tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian bawah rongga hidung
dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh
ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan
ethomoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis. (Snell,
2006)
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka
nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah pada
ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam
kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet.
Lendir juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas
dari rongga hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel
pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus
olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam
paru-paru pertama kali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar
15.000 liter udara setiap hari akan melewati hidung. (Djojodibroto, 2007 &
Sherwood, 2012)
2) Faring (Pharynx)
Faring / tekak terletak di belakang hidung, mulut dan tenggorokan
di depan ruas tulang belakang. Faring berupa saluran dengan panjang
sekitar 7 cm.
Faring berbentuk kerucut terdiri dari muskulo membranosa dan
tersambung dengan esofagus dan trakhea. Tersusun atas lapisan mukosa,
fibrosa dan otot, dimana otot utamanya adalah otot konstriktor yang
berkontraksi pada saat makanan masuk ke faring dan mendorongnya ke
esofagus.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas
dan jalan makanan. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. (Snell, 2006)
Pada pangkal faring, terdapat katup pernapasan yang disebut
epiglotis. Epiglotis berfungsi untuk menutup ujung saluran pernapasan
(laring) agar makanan tidak masuk ke saluran pernapasan.
Faring terdiri atas 3 bagian, yaitu:
a) Faring nasalis (nasofaring), terletak di belakang hidung dimana
terdapat tuba eustachius, kelenjar adenoid.
b) Faring oralis (orofaring), terletak di belakang mulut, terdapat tonil
(amandel).
c) Faring laryngeal (gofaring), merupakan bagian terendah dari faring
yang terletak di bagian laring.
3) Pangkal Tenggorokan (Larynx)
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal tenggorokan
atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan tulang rawan yang
membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah, katup tulang
rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.
(Snell, 2006)
Bagian dalam dinding laring digerakan oleh otot untuk menutup
serta membuka glotis. Glotis adalah lubang mirip celah yang
menghubungkan faring dengan trakea.
Laring dapat ditutup oleh epiglotis (katup pangkal tenggorokan).
Saat menelan makanan, epiglotis menutupi pangkal tenggorokan. Saat
bernapas, epiglotis tersebut akan membuka.
Pada Laring terdapat pita suara yang bergetar bila ada udara
melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara.

4) Batang Tenggorokan (Trachea)


Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis
dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan. Pada bagian dilapisi oleh
selaput lendir dan mempunyai lapisan yang terdiri dari sel-sel bersilia.
Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan. (Snell, 2006)
5) Cabang Tenggorokan (Bronchus)
Bronkus merupakan bagian yang menghubungkan paru-paru
dengan trakea. Bronkus terdiri dari lempengan tulang rawan dan
dindingnya terdiri dari otot halus. (Snell, 2006)
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri.
Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal
daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah
kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan seseorang lebih
mudah terserang penyakit bronkhitis.
Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20–25 kali
percabangan membentuk bronkiolus. Dinding bronkiolus tipis dan tidak
bertulang rawan. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang
berbentuk seperti buah anggur. (Snell, 2006)
6) Pulmo
Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke
tengah rongg dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat
tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput selaput yang bernama pleura.
Paru kanan terdiri dari 3 lobus superior, inferior dan media dexter
sedangkan paru kiri terdiri dari 2 lobus superior dan inferior.
Persarafan pada paru : Serabut aferrent dan eferrent visceralis
berasal dari truncus sympaticus dan serabut parasympatiscus berasal dari
nervus vagus. (Snell, 2006)
Histologi
Saluran pernapasan, secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars
respirasi.
1) Pars konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea
dan bronki. Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel
respiratorik, epitel ini sedikitnya terdiri dari sel silindris bersilia, sel
goblet mukosa, sel sikat (brush cell), sel granul kecil dan sel basal.
(Mescher, 2012)

Gambar 1 Epitel Respiratorius


Pada beberapa bagian terdapat jenis epitel yang berbeda seperti
pada choncae superior yang dilapisi epitel khusus yaitu epitel
olfaktorius yang terdiri dari neuron olfaktorius, sel penyokong dan sel
basal. Pada trakea gambaran khas pada preparat histologisnya adalah
adanya cincin kartilago hialin. Pada bronkus terdapat serat-serat
elastin, otot polos dan MALT (Mucose Associated Lymphoid Tissue).
(Mescher, 2012)
2) Pars respiratorik terdiri atas bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris
dan alveoli. Mucosa bronkiolus respiratorius secara structural identik
dengan mucosa pada bronkiolus terminaliskecuali dindingnya yang
diselingi oleh banyak alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius
dilapisi oleh sel kuboid bersilia dan sel Clara.
Udara dalam alveolus dipisahkan dari darah kapiler oleh tiga
komponen yang secara kolektif disebut membrane respiratorik yaitu
lapisan permukaan dan sitoplasma sel alveolus; lamina basal yang
menyatu dari sel alveolus dan sel endotel; dan sitoplasma sel endotel.
Terdapat dinding antara dua alveolus yang disebut septum
interalveolaris. Sel sel pada alveolus adalah sel alveolus tipe 1, sel
alveolus tipe 2, sel endotel kapiler, dan makrofag alveolus. (Mescher,
2012)
Gambar 2 Alveolus

Gambar 3 Alveolus
Fisiologi
Respirasi dibagi 2 yaitu internal dan eksternal:
1) Respirasi internal (respirasi sel) merupakan proses metabolik intrasel
yang dilakukan di dalam miokondria, yang menggunakan O2 dan
menghasilkan CO2 selagi mengambil energi dari molekul nutrien.
2) Respirasi eksternal merupakan rangkaian kejadian dalam pertukaran O 2
dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh.
a) Ventilasi atau pertukaran gas antara atmosfer dan kantung udara
(alveolus) di paru.
b) Pertukaran O2 dan CO2 antara udara di alveolus dan darah di dalam
kapiler paru melalui proses difusi
c) Pertukaran O2 dan CO2 antara darah di kapiler sistemik dan
jaringan.
d) Transpor O2 dan CO2 oleh darah antara paru dan jaringan.
Namun pada system respirasi tidak melaksanakan semua tahap atau
langkah respirasi, system respirasi hanya merperan dalam ventilasi dan
pertukaran O2 dan CO2 antara paru dan darah. (Sherwood, 2012)

Pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terdiri dari tiga kelompok
neuron yang terletak bilateral di medula oblongata dan pons pada batang otak,
yaitu: (1) kelompok pernapasan dorsal, di bagian dorsal medula, terutama
menyebabkan inspirasi; (2)kelompok pernapasan ventral, di ventrolateral
medulla, terutama menyebabkan ekspirasi; dan (3)pusat pneumotaksik,
disebelah dorsal bagian superior pons, mengatur kecepatan dan kedalaman
napas. (Guyton & Hall, 2008)
ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

a. Hidung ; Nares
anterior adalah
saluran-saluran
di dalam rongga
hidung. Saluran-
saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga)
hidung.
b. Farinx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka
‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
c. Laringx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang mernisahkan
dari columna vertebrata, berjalan dari farinx sampai ketinggian vertebrata servikals
dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan
yang diikat bersama oleh ligarnen dan membran.
d. Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan dari
larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi)
e. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi
oleh jenis sel yang sama.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi
bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus
terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong
udara).
f. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya.
g. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Dilapisi oleh
pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat
cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus
yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu
lobus superior dan inferior. (Snell, Richard S. 2006.)

FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

 Fungsi paru

1. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara


atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli
keudara atmosfer.
2. menyaring bahan beracun dari sirkulasi
3. reservoir darah
4. fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas
 Fungsi paru non-respirasi, yaitu:

1. Pembuangan air dan eliminasi panas


2. Membantu venus return
3. Keseimbangan asam basa
4. Vokalisasi
5. Penghidu

 Terdapat dua jenis respirasi, yaitu:


1. Respirasi internal (seluler), merupakan proses metabolisme intraseluler,
menggunakan O2 dan memproduksi CO2 dalam rangka membentuk
energi dari nutrien.
2. Respirasi eksternal, merupakan serangkaian proses yang melibatkan
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan luar dan sel tubuh.
Tahap respirasi ekstrenal:
a. Pertukaran udara atmosfir dan alveoli dengan mekanisme ventilasi.
b. Pertukaran O2 dan CO2 alveoli dan kapiler pulmonal melalui
mekanisme difusi.
c. O2 dan CO2 ditranspor oleh darah dari paru ke jaringan.
d. Pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah dengan proses difusi
melintasi kapiler sistemik

Tahap a & b oleh sistem respirasi, sedangkan tahap c & d oleh sistem
sirkulasi. (Kumar, V., et al., 2007)

HISTOLOGI SISTEM PERNAFASAN


Saluran pernapasan, secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasi.
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5
macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush
cells), sel basal, dan sel granul kecil. (Junquereira LC, Carneiro J. 1982

epitel respiratorik, berupa epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet

Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di
sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di
dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.
Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis
medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding
lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan
konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi
menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel
sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di
permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan
memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal
(berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar
Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga
memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan
vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk
mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih
jauh.

epitel olfaktori, khas pada konka superior

Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus
sphenoid yang dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung
sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit
kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas
silia mendorong mukus ke rongga hidung.

Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak
dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe
skuamosa/gepeng.

Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea.
Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki
permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi
oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh
epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat
kelenjar campuran mukosa dan serosa. Di bawah epiglotis, mukosanya
membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan
atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel
respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara
sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin)
dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu
terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.

Trakea
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa
pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda),
yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa
yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang
memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan
tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada
ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda
tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang
memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.

Bronkus
Mukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea, dengan
lamina propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin, limfosit dan
sel otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur dibandingkan
pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan
mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya garis tengah
bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau tulang rawan
hialin.

Bronkiolus
Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya.
Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin. Pada segmen awal
hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. Pada bronkiolus yang lebih
besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia, yang makin
memendek dan makin sederhana sampai menjadi epitel selapis silindris
bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil.
Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang
memiliki granul sekretori dan mensekresikan protein yang bersifat protektif.
Terdapat juga badan neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai
kemoreseptor.

Bronkiolus respiratorius
Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan mukosa
bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan banyak
alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan
sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel
alveolus tipe 1. Semakin ke distal alveolusnya semakin bertambah banyak
dan silia semakin jarang/tidak dijumpai. Terdapat otot polos dan jaringan
ikat elastis di bawah epitel bronkiolus respiratorius.

Duktus alveolaris
Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak
terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang disebut
sebagai duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada lamina
proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal duktus alveolaris dan
digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris bermuara ke
atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya serat elastin dan
retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus alveolaris dan alveoli
memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi, berkontraksi secara
pasif pada waktu ekspirasi secara normal, mencegah terjadinya pengembangan
secara berlebihan dan pengrusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar
yang tipis.

Alveolus
Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar memisahkan dua
alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2 lapis epitel gepeng tipis
dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin, matriks dan sel jaringan ikat.
Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus,
fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas
dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik yang
berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel alveolus tipe 2)
dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel alveolus tipe 1
dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah perembesan cairan
dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya saling
melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada di atas
membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk mengganti dirinya
sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri mengandung badan lamela
yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru yang menurunkan tegangan
alveolus paru.
Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan alveoli
yang bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan udara dalam
alveoli dan memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah bronkiolus
tersumbat.

Pleura
Pleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding
toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan: pars parietal dan pars viseral. Kedua
lapisan terdiri dari sel-sel mesotel yang berada di atas serat kolagen dan elastin.(
Junquereira LC, Carneiro J. 1982)
Anatomi Sistem Respirasi
h. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.
Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum (rongga) hidung.
i. Farinx ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang larynx (larinx-faringeal). Pada pangkal faring,
terdapat katup pernapasan yang disebut epiglotis. Epiglotis berfungsi untuk
menutup ujung saluran pernapasan (laring) agar makanan tidak masuk ke
saluran pernapasan.
Faring terdiri atas 3 bagian, yaitu:
1. Faring nasalis (nasofaring), terletak di belakang hidung dimana terdapat
tuba eustachius, kelenjar adenoid.
2. Faring oralis (orofaring), terletak di belakang mulut, terdapat tonil
(amandel).
3. Faring laryngeal (gofaring), merupakan bagian terendah dari faring yang
terletak di bagian laring.

j. Laringx terletak di depan bagian terendah farynx yang mernisahkan dari


columna vertebrata, berjalan dari farynx sampai ketinggian vertebrata
cervikal dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya. Larynx terdiri atas
kepingan tulang rawan yang di ikat bersama oleh ligarnen dan membran.
k. Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea berjalan
dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan di
tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi)
l. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara).
m. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya.
n. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.
Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai. Paru kanan
dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan
paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior
(Snell, 2006)

Fisiologi Sistem Respirasi :


- Ventilasi: Proses keluar masuknya udara dari luar ke alveolus yang melalui
serangkain proses yang terjadi dari rongga nasal, kemudian terus ke farynx ,
diteruskan ke laring melewati trachea sampai ke bronchus, bronchiolus dan
sampai ke alveolus
- Difusi : Setelah di alveolus udara yang masuk mengalami proses difusi
( pertukaran O2 dan CO2 antara alveolus dengan kapiler yang berada disekitar
alveoli)
- Transportasi : Kemudian O2 yang masuk diangkut kejaringan melalui arteri
yang diangkut melalui darah dan di ikat oleh Hb dan juga ada yang menjadi
plasma untuk dibawa kejaringan dan hasil sisa dari respirasi berupa CO 2
diangkut melalui vena dan ke alveolus untuk dibuang.
- Regulasi : Respirasi (pernafasan) diatur oleh saraf yang berada di medulla
oblongata dan pons, dimana ada beberapa kelompok pengaturan saraf
(kelompok respirasi dorsal, pneumotaksik, ventral serta hering-breuer)
(Guyton, 2012)
Histologi Sistem Respirasi :
a. Saluran pernapasan konduksi (ekstrapulmonal) :trakea, bronkus, bronkiolus
dilapisi oleh epitel bertingkat semu silia (epithelium pseudostratificatum
ciliatum) mengandung banyak sel goblet.
b. Saluran pernapasan respirasi (intrapulmonal) :bronkioulus respiratorius,
ductus alveolaris, dan saccus alveolaris oleh sel epitel selapis gepeng. Tidak
ditemukan sel goblet dalam alveoli
c. Trakea dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet.
Dinding terdiri dari mukosa, submukosa, cartilago, dan adventisia.
d. Laring dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia

(Eroschenko, Vicror P.2010)


(Eroschenko, 2008)

Anda mungkin juga menyukai