Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

Koordinator Mata Kuliah :


Ns. Kardewi, S.Kep., M.Kes.

Disusun oleh :
Eka Nur Safitri
22.14901.10.29

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIK BINA HUSADA PALEMBANG
2022-2023
Daftar Isi

Cover.....................................................................................................................
Daftar isi..............................................................................................................i
A. Definisi Pneumonia......................................................................................1
B. Antomi Fisiologi...........................................................................................1
C. Etiologi.........................................................................................................6
D. Tanda dan Gejala Pneumonia.......................................................................7
E. Klasifikasi Pneumonia..................................................................................7
F. Patofisiologi..................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................10
H. Tindakan Umum Yang dilakukan..............................................................10
I. Pengkajian Keperawatan............................................................................11
J. Diagnosa Keperawatan...............................................................................12
K. Tujuan Keperawatan...................................................................................13
L. Intervensi Keperawatan..............................................................................14
M.Daftar Pustaka............................................................................................16

i
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. Definisi
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran
pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal
ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma
(fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan
konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru. (Khasanah, 2017).
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-
paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya (Kemenkes RI,
2019).
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang
disebabkan oleh bekteri, jamur, virus, atau aspirasi karena makanan minuman
atau benda asing.Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya
berhubungan dengan pemgisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat
adanya infeksi agen/infeksius atau saluran trakheabronkialis (Ngastiyah, 2008).
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan
adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton &
Fugate, 1993).
Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan
pengisian cairan di dalam alveoli.Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya
invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan
saluran.Trakhabrnkialis, adalah beberapa keadaan yang mengganggu
mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran
menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain.Dengan
demikian flora endogen yang menjadi patogen ketika memasuki saluran
pernapasan. (Ngasriyal, Perawatan Anak Sakit, 1997).

1
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi saluran pernapasan
a. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di
dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu
dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
1) Bagian luar didinding terdiri dari kulit.
2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot tulang rawan.
3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah:
 Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
 Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
 Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
 Faring Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara
jalan pernapasan dan jalan makan, terdapat di bawah dasar
tengkorak,
b. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di
belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas leher. Di bawah
selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga beberapa tempat terdapat
folikel getah bening. Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang
tenggorokan) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan. Rongga tekan dibagi dalam 3 bagian:
1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana di sebut
nasofaring.
2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium di sebut
orofaring.
3) Bagian bawah sekali dinamakan laringo faring.
c. Laring

2
Laring merupakan pangkal tenggororkan merupakan saluran udara
dan bertindak sebagai pembentuk suara, terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedalam trakea di
bawahnya. Pangkal tenggorokan yang di sebut epiglotis, yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara
dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel ephitalium berlapis. Pita suara
ini berjumlah 2 buah :
1) Di bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan yang di
sebut dengan ventrikulasris.
2) Di bagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk suara yang
di sebut vokalis.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring
yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulangtulang
rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,
hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang
terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel bersilia
berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan yang disebut karina.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea,
ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebrata torakalis IV dan V,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set
yang sama. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cicin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cicin
mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabangcabang, cabang yang lebih
kecil di sebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli terdapat cincin lagi,

3
dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/ gelembung hawa
atau alveoli. Alveoli merupakan tempat pertukaran oksigen dan
karbondioksida.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel
dan endotel. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, oksigen masuk ke
dalam darah dan karbondioksida di keluarkan dari darah.
Paru-paru dibagi dua: paru-paru kanan, terdiri dari 2 lobus (belah
paru), lobus puimo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior.
Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari puimo
sinistra lobus superior dan lobus inferior.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan
ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap
lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini
bercabang-cabang banyak sekali, cabangcabang ini di sebut duktus
alveolus.
Letak paru-paru di rongga dada dataranya menghadap ke tengah
rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk
paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-
paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi
dua :
1) Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru.
2) Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa
udara) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yangberguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan
dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas.

4
2. Proses Terjadinya Pernafasan
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi
(menghembuskan napas). Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi
pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan
yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Terdapat
2 jenis pernapasan :
a. Pernafasan Dada
Merupakan pernapasan yang melibatkan otot antara tulang rusuk
sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada
menjadi lebih kecil dari pada tekanan dari luar sehingga udara luar yang
kaya oksigen masuk. Pada waktu seseorang bernapas, rangka dada
terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada.
b. Pernafasan Perut
Merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas
otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Jika
waktu bernapas diafragma turun-naik, maka ini dinamakan pernapasan
perut.

3. Fisiologi Saluran Pernafasan


a. Pernapasan paru (pernapasan eksternal)
Fungsi paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
pada pernapasan melalui paru/pernapasan eksternal, oksigen di punggut
melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan erat berhubungan dengan darah
dalam kapiler di pulmonar.
Hanya satu lapisan membran yaitu membran alveoli kapiler,
memisahkan oksigen dari darah, darah menembus dan di pungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan di bawa ke jantung. Dari sini dipompa
didalam arteri kesemua bagian tubuh.
Didalam paru, karbondioksida salah satu buangan metabolisme

5
menembus membran kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronkial dan trakea di lepaskan keluar melalui hidung dan
mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner
pernapasan eksterna :
1) Ventilasi polmuner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke
seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah
yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian.
4) Difusi gas yang menmbus membrane alveoli dan kapiler
karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
b. Pernapasan jaringan (pernapasan internal)
Darah yang menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana
darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari
hemoglobin untuk memungkinkan oksigen berlangsung dan darah
menerima sebagai gantinya hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida.
Perubahan-perubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam
alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan pernafasan interna atau
penafasan jaringan.

C. Etiologi
1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah staphylococcus
aureus, streptococus, aeruginosa, legionella, hemophillus, influenza,
eneterobacter. Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia
sehat, setelah system pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau
malnutrisi, bakteri tersebut segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan.
2. Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus,

6
chicken-pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran
pernafasan bagian atas, tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia,
terutama pada anak-anak.
3. Organisme mirip bakteri yaituMicoplasma pneumonia. Pneumonia jenis ini
berbeda dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu pneumonia yang
diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering disebut
pneumonia yang tidak tipikal. Mikoplasma ini menyerang segala jenis usia.
4. Jamur penyebab pneumonia yaitu candida albicans.
5. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
6. Inhalasi : racun atau bahan kimia, rokok, debu, dan gas.

D. Tanda dan Gejala


a. Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia antara lain :
 batuk berdahak
 ingus (nasal discharge)
 suara nafas lemah
 penggunaan otot bantu nafas
 demam
 cyanosis (kebiru-biruan)
 thorax menunjukkan infiltrasi melebar
 sesak nafas
 terkadang kulit menjadi lembab
 mual dan muntah
b. Gejala
Gejala utama yang sering ditemui adalah deman tinggi kadang disertai
kejang, anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cuping hidung dan mulut.
Kadang-kadang disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak ditemuka
pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering
kemudian menjadi produktif (Ngastiyah, 2008).

7
E. Klasifikasi
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia tahun 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia, yaitu:
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
- Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
- Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia)
- Pneumonia aspirasi
- Pneumonia pada penderita immunocompromised.

F. Patofisiologi
Pneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
bakteri yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan paru.
Bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan
tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah
mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput otak. Akibatnya timbul
peradangan pada paru dan daerah selaput otak.
Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman
sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan
penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa
menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan
sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema
(tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas,
hipoksemia, asidosis respiratorik, sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas. Pathway terlampir.

8
Patoflow

9
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan
LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita
yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
1. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
2. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
3. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
4. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
5. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
6. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

H. Tindakan Umum yang dilakukan


a. Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
b. Pemberian oksigen tambahan
c. Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
d. Antibiotik sesuai dengan program
e. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
f. Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah
larutan KCl 10 mEq/500 ml cairan infuse.
g. Obat-obatan :
- Antibiotika berdasarkan etiologi.
- Kortikosteroid bila banyak lender.
h. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4
X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini

10
meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang
berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan
Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid
pengobatan simptomatik seperti :
- Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
- Simptomatik terhadap batuk.
- Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
- Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
- Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab
yang mempunyai spektrum sempit.

I. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan :
1) Keluhan utama : batuk, pilek, demam, sesak napas, gelisah.
2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit).
3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) : sesak napas, batuk
lama, TBC, alergi.
4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak) : sesak napas, batuk lama, TBC, alergi
5) Riwayat imunisasi : BCG.
6) Riwayat tumbuh kembang
c. Pemeriksaan persistem :
1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status gizi (BB, TB).
2) Sistem persepsi sensori :

11
- Sistem persyarafan : kesadaran, iritabel, kaku kuduk, kejang.
- Sistem pernafasan : kusmaul, sianosis, pernapasan, cuping hidung,
takipneu, ronkhi, produksi secret meningkat.
- Sistem kardiovaskuler : takikardi, nyeri dada, nadi lemah dan cepat,
kapilary refill lambat, akral hangat/dingin, sianosis perifer
- Sistem gastrointestinal : kadang diare.
- Sistem integumen : sianosis, bibir kering.
- Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria.
- Sistem muskuloskeletal : tonus otot menurun, lemah secara umum.
d. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di
wc/sungai/kebun, personal hygiene ?, sanitasi ? Keluarga perokok ?
2. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah, maknan
teakhir yang dimakan, alergi, baru saja ganti susu, salah makan,
makan berlebihan efek samping obat.
3. Pola eleminasi : bak terakhir, oliguria/anuri
4. Pola aktifitas dan latihan
5. Pola tidur dan istirahat : susah tidur
6. Pola kognitif dan perceptual
7. Pola toleransi dan koping stress
8. Pola nilai dan keyakinan
9. Pola hubungan dan peran
10. Pola seksual dan reproduksi
11. Pola persepsi diri dan konsep diri

J. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat pada
alveoli akibat infeksi.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-capiler.

12
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologikal.

K. Tujuan Rencana Keperawatan


Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat
pada alveoli akibat infeksi.
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas
klien kembali efektif dengan kriteria hasil:
Respiratory status: airway patency (status pernapasan: kepatenan jalan napas)
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt) (skala 5 = no
deviation from normal range)
- Irama pernapasn normal (skala 5 = no deviation from normal range)
- Kedalaman pernapasan normal (skala 5 = no deviation from normal range)
- Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif (skala 5 = no deviation
from normal range)
- Tidak ada akumulasi sputum (skala 5 = none).

DX 2 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam


alveoli.
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama ... x ... jam diharapkan pola napas klien efektif
dengan kriteria hasil:
Status pernapasan: ventilasi
- Kedalaman pernapasan normal (skala 5 = no deviation from normal range)
- Tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan (skala 5 = no deviation from
normal range)
- Tidak tampak retraksi dinding dada (skala 5 = no deviation from normal
range)
- Tanda-tanda vital
- Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt) (skala 5 = no
deviation from normal range)

13
DX 3 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-capiler.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x ...jam diharapkan gangguan
pertukaran gas dapat diatasi dengan kriteria hasil:
- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
- Tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernafas dengan mudah)
- RR= 16-20 x/menit
- AGD klien dalam batas normal (Ph = 7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 ; HCO3 =
22-26 ; BE = -2 - +2 ; PO2 = 80-100 ; SaO2 = 95-100%)

DX 4 :Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologikal.


Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x ... jam diharapkan nyeri
terkontrol dengan kriteria hasil :
- Klien melaporkan nyeri terkontrol
- Klien mampu mengenali onset nyeri
- Dapat mengggunakan tekni non analgesik untuk mengurangi nyeri

L. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat
pada alveoli akibat infeksi.
Intervensi :
Respiratory monitoring
1) Pantau rate, irama, kedalaman, dan usaha respirasi.
Rasional: mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam
menetukan intervensi yang akan diberikan.
2) Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori, retraksi
otot supraclavicular dan interkostal.
Rasional: menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi yang terjadi dan
menetukan intervensi yang akan diberikan.
3) Monitor suara napas tambahan.
Rasional: suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan

14
kepatenan jalan napas yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecukupan
pertukaran udara.
4) Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul,
napas cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxic.
Rasional: mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan
keefektifan pola napas klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Airway suctioning
1) Putuskan kapan dibutuhkan oral dan/atau trakea suction
Rasional: waktu tindakan suction yang tepat membantu melapangan jalan
nafas pasien
2) Auskultasi sura nafas sebelum dan sesudah suction
Rasional : Mengetahui adanya suara nafas tambahan dan kefektifan jalan
nafas untuk memenuhi O2 pasien
3) Informasikan kepada keluarga mengenai tindakan suction
Rasional : memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai indikasi
kenapa dilakukan tindakan suction
4) Gunakan universal precaution, sarung tangan, goggle, masker sesuai
kebutuhan
Rasional : untuk melindungai tenaga kesehatan dan pasien dari penyebaran
infeksi dan memberikan pasien safety
5) Gunakan alat disposible steril setiap melakukan tindakan suction trakea
Rasional: jalan nafas merupakn area steril sehingga alat digunkan juga steril
untuk mencegah penularan infeksi.
6) Pilihlah selang suction dengan ukuran setengah dari diameter endotrakeal,
trakheostomy, atau saluran nafas pasien
Rasional: penggunaan dimater yang lebih kecil agar tidak menyumbat jalan
nafas dan memberikan ruang agar pasien mampu melakukan respirasi
7) Gunakan aliran rendah untuk menghilangkan sekret (80-100 mmHg pada
dewasa)
Rasional : aliran tinggi bisa mencederai jalan nafas
12) Monitor status oksigen pasien (SaO2 dan SvO2) dan status

15
hemodinamik (MAP dan irama jantung) sebelum, saat, dan setelah
suction
Rasional : Mengetahui adanya perubahan nilai SaO2 dan satus
hemodinamik, jika terjadi perburukan suction bisa dihentikan.
13) Lakukan suction pada oropharing setelah selesai suction pada trakea
Rasional : melancarkan jalan nafas sehingga SaO2 menjadi optimal

DX 2 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam


alveoli.
Intervensi :
Monitoring respirasi
1) Pantau RR, irama dan kedalaman pernapasan klien.
Rasional : Ketidakefektifan pola napas dapat dilihat dari peningkatan atau
penurunan RR, serta perubahan dalam irama dan kedalaman pernapasan.
2) Pantau adanya penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dada
pada klien.
Rasional : Penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dada
menunjukkan terjadi gangguan ekspansi paru
Memfasilitasi ventilasi
1) Berikan posisi semifowler pada klien.
Rasional : Posisi semifowler dapat membantu meningkatkan toleransi tubuh
untuk inspirasi dan ekspirasi.
2) Pantau status pernapasan dan oksigen klien.
Rasional : Kelainan status pernapasan dan perubahan saturasi O2 dapat
menentukan indikasi terapi untuk klien .
3) Berikan dan pertahankan masukan oksigen pada klien sesuai indikasi
Rasional :Pemberian oksigen sesuai indikasi diperlukan untuk
mempertahankan masukan O2 saat klien mengalami perubahan status
respirasi.

16
DX 3 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-capiler.
Intervensi :
Airway Management
1) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu.
Rasional :Untuk memperlancar jalan napas klien.
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Rasional : Memaksimalkan posisi untuk meningkatkan ventilasi klien.
3) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Rasional : Menghilangkan obstruksi jalan napas klien.
4) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
Rasional : Memantau kondisi jalan napas klien.
Respiratory Monitoring
1) Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi.
Rasional : Mengetahui karakteristik napas klien.
2) Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
Rasional : Penggunaan otot bantu pernapasan menandakan perburukan
kondisi klien.
3) Lakukan pemeriksaan AGD pada klien.
Rasional : Pemantauan AGD dapat menunjukkan status respirasi dan adanya
kerusakan ventilasi klien.

DX 4 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologikal.


Pain Management :
1) Kaji intervensi nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
onset, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
Rasional : Mengetahui karakteristik unutk menentukan intervensi yang
sesuai.
2) Observasi ketidaknyamanan secara non verbal
Rasional : Mengetahui nyeri yang tidak dikeluhkan dan menentukan

17
intervensi yang sesuai.
3) Diskusikan dengan klien faktor-faktor yang dapat mengurangi nyeri klien.
Rasional : Membantu dalam mengurangi nyeri klien.
4) Kolaboratif pemberian analgetik
Rasional : Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien
Progressive Muscle Relaxation :
1) Setting tempat yang nyaman
Rasional : Untuk mendukung terapi yang akan dilakukan.
2) Bantu klien mencari posisi yang nyaman
Rasional : Meningkatkan efek relaksasi
3) Ajarkan gerakan relaksasi otot progresif
Rasional : Menyebabkan relaksasi pada otot-otot dan mengurangi nyeri
yang dirasakan
4) Evaluasi respon relaksasi klien setelah diberikan terapi
Rasional : Mengetahui efektifitas terapi yang diberikan dalam mengurangi
nyeri.

Daftar Pustaka

18
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba
Medika
Syahrir, Muhammad, dkk., 2008. Guideline Ilmu Penyakit Paru.Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
http://medicastore.com/penyakit/441/Pneumonia_radang_paru.html

19

Anda mungkin juga menyukai