Anda di halaman 1dari 52

Laporan Pendahuluan Pada Pasien Pneumonia

A. Definisi

Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. ( Betz C, 2002 ) Pneumonia
adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani,
2001) Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (IKA, 2001)

B. Anatomi Fisiologi

Sistem Pernafasan

Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat mempertahankan
metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem pernapasan dibentuk melalui
suatu cara sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-paru. Disini sejumlah oksigen
diekstraksi dan digunakan oleh tubuh dan pada saat yang sama karbondioksida dan uap air
dikeluarkan.

Organ saluran pernapasan terdiri dari:

1. Hidung

Hidung bagian luar (eksternal) merupakan bagian hidup yang terlihat, dibentuk oleh dua
tulang nasal dan tulang rawan. Keduanya dibungkus dan dilapisi oleh kulit dan disebelah
dalamnya terdapat bulu-bulu halus (rambut) yang membantu mencegah benda-benda asing
masuk kedalam hidung. Kavum nasalis adalah suatu lubang besar yang dipisahkan oleh
septum. Beberapa tulang di sekitar rongga nasal berlubang. Lubang di dalam tulang tersebut
disebut sinus paranasalis, yang memperlunak tulang dan berfungsi sebagai ruang bunyi suara,
menjadikan suara beresonasi. Semua sinus paranasalis dilapisi oleh membrane mukosa dan
semua terbuka ke dalam rongga nasal, dimana mereka dapat terinfeksi.

2. Faring

Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang sfenoidalis dan sebelah dalamnnya
berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang, faring dipisahkan dari
vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, sementara dinding depannya tidak sempurna
dan berhubungan dengan hidung, mulut, dan laring.
Faring dibagi ke dalam tiga bagian:

a) Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas palatum yang
lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut tonsil
faringeal, yang biasanya disebut sebagai adenoid. Jaringan ini kadang-kadang membesar dan
menutupi faring serta menyebabkan pernapasan mulut pada anak-anak. Tubulus auditorium
terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui tabung tersebut udara dibawa ke bagian
tengah telinga. Nasofaring dilapisi membrane mukosa bersilia yang merupakan lanjutab dari
membrane yang melapisis bagian hidung.

b) Orofaring terletak dibelakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya
saling berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkus palato-glosum yang
merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatum. Orofaring merupakan
bagian dari sistem pernapasan dan sistem pencernaan, tetapi tidak dapat digunakan untuk
menelan dan bernapas secara bersamaan. Saat menelan, pernapasan berhenti sebentar dan
orofaring terpisah sempurna dari nasofaring dengan terangkatnya palatum. Orofaring dilapisi
oleh jaringan epitel berjenjang.

c) Laringofaring terletak dibelakang laring.

3. Laring

Laring merupakan lanjutan bagian bawah orofaring dan bagian atas trakea. Disebelah atas
laring, terletak tulang hyoid dan akar lidah. Otot leher terletak di depan laring dan di
belakang laring terletak laringofaring dan vertebra servikalis. Pada sisi lain terdapat lubang
kelenjar tiroid. Laring disusun oleh beberapa tulang rawan tidak beraturan yang dipersatukan
oleh ligament dan membrane-membran.

4. Trakea

Trakea dimulai dari bagian bawah laring dan melewati bagian depan hidung menuju dada.
Trakea dibagi atas bagin kiri dan bagian kanan bronkus utama yang sejajar dengan vertebrae
thoracicae yang kelima. Panjangnya sekitar 12cm. istmus kelenjar tiroid memotong bagian
depan trakea dan lengkung aorta di sebelah bawahnya, dengan ‘manubrium sernum’
didepannya. Esophagus terletak dibelakan trakea, memisahkannya dari badan vertebra
torasik. Pada sisi-sisi lain trakea terdapat paru-paru, dengan lobus kelenjar tiroid di sebelah
atasnya. Dinding trakea tersusun atas otot involunter dan jaringan fibros yang diperkuat oleh
cincin tulang rawan hyaline yang tidak semourna. Defisiensi dalam tulang rawan terletak
pada bagian belakang, dimana trakea bersentuhan dengan esophagus. Ketika suatu lobus
makanan ditelan, esophagus mampu mengembang tanpa gangguan, tetapi tulang rawan
mempertahankan kepatenan jalan napas. Trakea dihubungkan dengan epithelium yang
mengandung sel-sel goblet yang menyekresi mucus. Silia membersihkan mucus dan partikel-
partikel asing yang dihisap kearah laring.

5. Paru-paru

Paru-paru adalah dua organ yang terbentuk seperti bunga karang besar yang terletak di dalam
torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-paru memanjang dari akar leher
menuju diafragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak disebelah atas dan alas
disebelah bawah. tulang rusuk, tulang rawan kosta, dan tulang rawan interkosta terletak di
depan paru-paru dan dibelakang mereka adalah tulang rusuk, otot interkosta, dan prosesus
transversal vertebra torasik. Di antara paru-paru terdapat mediastinum, yang dengan
sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik dari sisi lainnya, yang merentang dari vertebra
di belakang sampai sternum di sebelah depan. Di dalam mediastinum terdapat jantung dan
pembuluh darah besar, trakea dan esophagus, duktus torasik an kelenjar timus. Paru-paru di
bagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru sebelah kiri nenpunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh
‘’belahan yang miring’’. Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang
berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah
dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru
lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horizontal menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap
lobus selanjutnya dibagi menjadi segmen-segmen yang disebut bronco-pulmoner, mereka
dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding jaringan konektif, masing-masing satu arteri
dan satu vena. Masing-masing segmen juga dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobules.

6. Bronkus

Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang dua. Setiap cabang tersebut masuk
ke dalam setiap paru. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit, lebih panjang, dan lebih
horizontal. Daripada bronkus utama sebelah kanan karena jantung terletak agak ke kiri dari
garis tengah. Setiap bronkus dibagi ke dalam cabang-cabang, satu cabang untuk setiap lobus.
Setiap cabang kemudian dibagi menjadi cabang-cabang, satu cabang untuk setiap segmen
bronco-pulmoner dan kemudian dibagi lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dalam paru-
paru. Struktur bronkus mirip trakea, tetapi tulang rawannya kurang teratur.

7. Bronkiolus

Bronkus yang paling halus isebut bronkiolus. Mereka tidak memiliki tulang rawan, tetapi
disusun oleh muskulus, fibrosa, dan jaringan elastic yang dihubungkan dengan kuboid
epithelium. Apabila bronkiolus mengecil, jaringan fibrosa, dan muskulus menjadi tidak
tampak dan saluran yang paling kecil, bronkiolus ialah suatu lapisan tunggal sel-sel epitel
yang diratakan.

8. Alveoli dan duktus alveolaris

Bronkiolus terminal bercabang secara berulang untuk membentuk saluran yang disebut
duktus alveolar. Di sinilah kantung alveolar dan alveoli terbuka. Alveoli dikelilingi suatu
jaringan kapiler. Darah yang mengalami deoksigenasi memasuki jaringan kapiler arteri
pulmoner dan darah yang mengandung oksigen meninggalkannya untuk memasuki vena
pulmoner. Di jaringan pipa kapiler ini berlangsung pertukaran gas antara udara di dalam
alveoli dan darah di dalam pembuluh darah.

9. Hilum paru

Hilum adalah cekukan berbentuk segitiga pada permukaan medial cekung paru-paru. Struktur
yang membentuk akar paru memasuki dan meninggalkan hilum, yang terletak sejajar vertebra
torasik kelima sampai ketujuh. Struktur ini mencakup bronkus utama, arteri pulmoner, vena
bronkiolus, dan pembuluh darah limfatik, yang meninggalkan akar paru-paru.

10. Pleura

Pleura adalah suatu membrane serosa yang mengelilingi paru-paru. Pleura disusun oleh sel-
sel epitel datar pada dasar membrane dan memiliki dua lapisan. Pleura visceral melekat kuat
pada paru-paru, melapisi permukaan paru-paru dan masuk ke dalam fisura inter-lobus. Pada
akar paru, lapisan visceral direfleksikan kembali menjadi lapisan parietalis yang
menghubungkan dinding dada dan membungkus lapisan diafragma superior. Kedua palisan
pleura tersebut bersentuhan, dinding yang satu dengan dinding yang lain hanya dipisahkan
oleh satu film cair yang memungkinkan mereka menggelinding satu sama lain tanpa terjadi
gesekan. Ruang yang terdapat di antara lapisan ini disebut rongga pleura.

Mekanisme Pernapasan

Pernapasan terdiri atas dua bagian, inspirasi dan ekspirasi. Dada mengembang selama
inspirasi, akibat pergerakan diafragma dan otot-otot interkosta. Ketika diafragma
berkontraksi selama inspirasi, ia menjadi datar dan lebih rendah dan panjang rongga torasik
meningkat. Otot-otot interkosta eksternal, pada saat kontraksi, mengangkat tulang rusuk dan
menarik keluar, meningkatkan kedalaman rongga toraks. Saat dinding dada bergerak ke atas
dan keluar dari pleura parietalis, yang melekat dengan baik pada dinding dada, pleura
tersebut juga ikut terangkat. Pleura viseralis mengikuti pleura parietalis dan volume interior
torak meningkat. Paru-paru mengembang untuk mengisi ruang tersebut dan udara diisap ke
dalam bronkiolus. Ekspirasi selama pernapasan tenang bersifat pasif. Diafragma rileks dan
kembali ke bentuk aslinya, yang berbentuk kubah. Otot-otot interkosta rileks dan tulang rusuk
kembali ke posisi semula. Udara dikeluarkan melalui cabang-cabang bronkiolus. Pada
ekspirasi kuat, otot interkosta internal berkontraksi secara aktif untuk menurunkan tulang
rusuk. Otot pernapasan tambahan kemungkinan digunakan selama napas dalam atau ketika
jalan napas terhambat. Selama inspirasi, otot-otot sternokleidomastoideus mengangkat
sternum dan meningkatkan diameter torak dari depan ke belakang. Seratus anterior dan
pektoralis mayor menarik tulang rawan ke arah luas saat lengan dirapatkan. Lantasimus dorsi
dan otot-otot dinding abdomen anterior membantu menekan toraks selama ekspirasi kuat.

C. Etiologi

Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai
penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini

Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang
timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.

1. Bakteri

Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus


pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.

2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan
sebagai penyebab utama pneumonia virus.

3. Jamur

Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.

4. Protozoa

Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang
mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

D. Manifestasi klinis

1. Pneumonia bakteri

Gejala awal :

a) Rinitis ringan

b) Anoreksia

c) Gelisah

Berlanjut sampai :

a) Demam

b) Malaise

c) Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )

d) Ekspirasi bebunyi

e) Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

f) Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan

g) Leukositosis

h) Foto thorak pneumonia lobar

2. Pneumonia virus

Gejala awal :
a) Batuk

b) Rinitis

Berkembang sampai

a) Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu

b) Emfisema obstruktif

c) Ronkhi basah

d) Penurunan leukosit

3. Pneumonia mikoplasma

Gejala awal :

a) Demam

b) Mengigil

c) Sakit kepala

d) Anoreksia

e) Mialgia

Berkembang menjadi :

a) Rinitis

b) Sakit tenggorokan

c) Batuk kering berdarah

d) Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

E. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat
atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri
ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas
atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak, rubella,
CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen
baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

F. Pathway

Terlampir

G. Pemeriksaan diagnostik

1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner

2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi

3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia,
infeksi dan proses inflamasi

4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba


5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika
anak tidak berespon terhadap pengobatan

6. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial

7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.

8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus

H. Penatalaksanaan medis

1. Pengobatan supportive bila virus pneumonia

2. Bila kondisi berat harus dirawat

3. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena

4. Antibiotik sesuai dengan program

5. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

1. Kaji status pernafasan

2. Kaji tanda- tanda distress pernafasan

3. Kaji adanya demam, tachicardia, malaise, anoreksia, kegeisahan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas

2. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudat

3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi.

4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea

5. Risiko tinggi terjadi cedera berhubungan dengan kejang

C. Rencana Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jalan nafas menjadi bersih

Kriteria:

a) Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing

b) Sekret di jalan nafas bersih

c) Cuping hidung tidak ada

d) Tidak ada sianosis

Intervensi:

a) Kaji status pernafasan tiap 2 jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas,
warna kulit

b) Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan nafas

c) Posisikan kepala lebih tinggi

d) Lakukan postural drainage

e) Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk melaakukan fisiotherapi dada

f) Jaga humidifasi oksigen yang masuk

g) Gunakan tehnik aseptik dalam penghisapan lendir

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan cairan di alveoli paru

Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pertukaran gas dalam
alveoli adekuat.

Kriteria:

a) Akral hangat

b) Tidak ada tanda sianosis

c) Tidak ada hipoksia jaringan

d) Saturasi oksigen perifer 90%

Intervensi:

a) Pertahankan kepatenan jalan nafas

b) Keluarkan lendir jika ada dalam jalan nafas


c) Periksa kelancaran aliran oksigen 5-6 liter per menit

d) Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/ sianosis

e) Awasi tingkat kesadaran klien

3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi

Tujuan: pola nafas efektif setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24jam.

Kriteria hasil:

a) Melatih pernapasan bibir, dirapatkan dan diafragmatik serta menggunakannya ketika sesak
nafas dan saat melakukan aktivitas

b) Memperlihatkan tanda-tanda menurunnya upaya bernafas dan membuat jarak dalam


aktivitas

Intervensi:

a) Ajarkan pasien pernapasan diafragmatik dan pernapasan bibir

b) Berikan dorongan untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat

c) Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot pernapasan jika diharuskan

d) Menggunakan pelatihan otot-otot inspirasi

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kekurangan
volume cairan.

Kriteria hasil:

a) Tidak ada tanda dehidrasi

b) Suhu tubuh normal 36,5-37 0C

c) Kelopak mata tidak cekung

d) Turgor kulit baik

e) Akral hangat

Intervensi:

a) Kaji adanya tanda dehidrasi

b) Jaga kelancaran aliran infus


c) Periksa adanya tromboplebitis

d) Pantau tanda vital tiap 6 jam

e) Lakukan kompres dingin jika terdapat hipertermia suhu diatas 38 C

f) Pantau balance cairan

g) Berikan nutrisi sesuai diit

h) Awasi turgor kulit

5. Hipertermi berhubungan peningkatan suhu tubuh

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh pasien normal

Kriteria hasil:

a) Suhu tubuh pasien dalam rentang normal ( 36-37,5 derajat celcius)

b) Nadi dan RR dalam rentang normal. ( nadi: 60 -100x/menit dan RR : 16-24 x/menit)

c) Pasien tidak mengalami pusing

Intervensi:

a) Monitor suhu sesering mungkin

b) Monitor IWL

c) Monitor warna dan suhu kulit

d) Monitor tekanan darah, nadi dan RR

e) Monitor penurunan tingkat kesadaran

f) MonitorWBC, Hb dan Hct

g) Berikan Antipiretik

h) Selimuti pasien

i) Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila.


DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, Yuliani. (2001).Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta

Infomedika;2000

Ngastiyah. (1997).Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Betz & Sowden.(2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC

Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia:

Huda, A. 2015. Nanda (NIC-NOC)2015. Jogjakarta. Mediaction


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA

A. DEFINISI

Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.

Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak.
(Suriani, 2006)

Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006)

Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan kadang
non infeksi.

Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).

Pneumonia adalah keradangan dari parenkim paru di mana asinus terisi dengan cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga intestinum
(Amin & Al sagaff, 1989).

Pneumonia adalah Suatu radang paru-paru yang ditandai oleh adanya konsolidasi exudat yang
mengisi alveoli dan bronchiolus ( Axton ).

B. ETIOLOGI

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :

1. Virus pernapasan yang paling sering lazim yaitu micoplasma pneumonia yang terjadi pada usia
beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua.

2. Bakteri Streptococcus pneumoniae, S.pyogenes, dan Staphylococcus aureus yang lazim terjadi
pada anak normal.

3. Haemophilus influenzae tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda, dan kondisi
akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efek rutin.

4. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan, parainfluenzae,
influenzae dan adenovirus.

5. Virus non respirasik, bakteri enterik gram negatif, mikobakteria, coxiella, pneumocytis carinii dan
sejumlah jamur.

6. Aspirasi makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
C. KLASIFIKASI

Pneumonia digolongkan berdasarkan anatomi:

1. Pneumonia lobaris à radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.

2. Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) à radang pada paru-paru yang mengenai


satu/beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate.

3. Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis) à radang pada dinding alveoli (interstitium) dan


peribronkhial dan jaringan interlobular.

Pneumonia infeksius berdasarkan etiologi:

1. Bakteria : Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus hemolyticus, Streptococcus


aureus. Hemophilus influenzae, Bacillus Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.

2. Virus: Respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus, virus sitomegalik.

3. Mycoplasma pneumoniae

4. Jamur : Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Blastomyces dermatitides,


Coccidioides immitis, Aspergillus species, Candida albicans.

5. Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.

6. Pneumonia hipostatik.

7. Sindrom Loeffler

D. CARA PENULARAN

Pneumonia ditularkan melalui percikan air ludah. Air ludah bisa berasal dari anak atau orang dewasa
sehat yang membawa organisme penyebab pneumonia itu dalam saluran pernafasan mereka. Bisa
juga tertular dari lendir hidung atau tenggorokan orang yang sedang sakit. Penular biasanya lebih
sering dari dari orang serumah, teman sepermainan, atau teman di sekolah. Faktor risiko penularan
makin besar ketika bayi atau balita menderita kekurangan gizi dan tidak mendapatkan ASI.
Disamping itu tidak mendapatkan imunisasi, kurang vitamin A, bayi terpapar asap rokok, asap dapur
dan polusi lingkungan juga meningkatkan faktor risiko menderita pneumonia.

Bayi dan balita bisa dilindungi dari pneumonia lewat imunisasi DPT, campak dan pneumokokus.

E. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau
epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling
sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran
napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal
dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat
merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri
yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-
kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr,
virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir
atau bakteremia/viremia generalisata.

Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi
makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.
Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear
pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

F. MANIFESTASI KLINIS

· Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38
– 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).

· Batuk, mula-mula kering (non produktif) sampai produktif.

· Nafas : sesak, pernafasan cepat dangkal,

· Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang terdapat
nasal discharge (ingus).

· Suara nafas : lemah, mendengkur, Rales (ronki), Wheezing.

· Frekuensi napas :

o Umur 1 - 5 tahun 40 x/mnt atau lebih.


o Umur 2 bln-1 tahun 50 x/mnt atau lebih.

o Umur < 2 bulan 60 x/mnt.

· Nadi cepat dan bersambung.

· Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.

· Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.

· Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia dan perut kembung.

· Mulut, hidung dan kuku biasanya sianosis.

· Malaise, gelisah, cepat lelah.

· Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar.

· Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga


menyatakan abses)

2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada.

3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.

5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

H. KOMPLIKASI

Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi sebagai berikut :

1. Otitis media akut (OMA) à terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk
ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan
mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.

2. Efusi pleura.
3. Emfisema.

4. Meningitis.

5. Abses otak.

6. Endokarditis.

7. Osteomielitis.

I. PENATALAKSANAAN

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :

· Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.

· Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus

· Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.

· Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda.

· Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.

· Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

· Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa.

· Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar.

· Sering terjadi pada bayiØ & anak

· Banyak < 3 tahun

· Kematian terbanyak bayi < 2 bl.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Sesak napas.

b. Riwayat Keperawatan Sekarang


Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari,Ø kemudian mendadak timbul
panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul
kejang, distensi addomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun.

Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atauØ batuk-batuk disertai
dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai
riwayat kejang demam (seizure).

c. Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan atas.

Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang
waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.

Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis klien.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar

3. Pemeriksaan Fisik :

a. Data Fokus

· Inspeksi :

Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea,

Sianosis sirkumoral - Distensi abdomen

Batuk : Non produktif Sampai produktif. Dan nyeri dada

· Palpasi :

Fremitus raba meningkat disisi yang sakit

Hati kemungkin membesar

· Perkusi : Suara redup pada paru yang sakit

· Auskultasi : Rankhi halus, Rankhi basah, Tachicardia.

b. Body System

· Sistem Pulmonal

Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng


Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/ nonproduktif), sputum banyak,
penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan
meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,

· Sistem Cardiovaskuler

Subyektif : sakit kepala

Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun

· Sistem Neurosensori

Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang

Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

· Sistem genitourinaria

Subyektif : -

Obyektif : produksi urine menurun/normal,

· Sistem digestif

Subyektif : mual, kadang muntah

Obyektif : konsistensi feses normal/diare.

· Sistem Musculoskeletal

Subyektif : lemah, cepat lelah

Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris
pernafasan.

· Sistem Integumen

Subyektif : -

Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu
kulit meningkat, kemerahan

Data dasar pengkajian pasien :

· Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

· Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya

Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

· Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus

Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)

· Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perusakan mental (bingung)

· Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

· Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.

Tanda :

o Sputum: Merah Muda, Berkarat

o Perpusi: Pekak Datar Area Yang Konsolidasi

o Premikus: Taksil Dan Vocal Bertahap Meningkat Dengan Konsolidasi

o Bunyi Nafas Menurun

o Warna: Pucat/Sianosis Bibir Dan Kuku

· Keamanan

Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar

· Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6 – 8 hari

Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah.

4. Faktor Psikososial/Perkembangan

· Usia, tingkat perkembangan.

· Toleransi/kemampuan memahami tindakan.

· Koping.

· Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.

· Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.

5. Pengetahuan Keluarga, Psikososial

· Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia.

· Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.

· Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.

· Koping keluarga.

· Tingkat kecemasan.

6. Pemeriksaan Penunjang

Studi Laboratorik :

· Hb : menurun/normal

· Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah
meningkat/normal

· Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.

3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.

5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.

8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

C. INTERVENSI

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.

Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.

Rencana tindakan :

1) Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan bunyi
nafas abnormal.

2) Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 – 6 jam,

3) Beri therapy oksigen sesuai program.

4) Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.

5) Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas.

6) Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang.

7) Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan.

8) Beri minum yang cukup.

9) Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.

10) Kelola pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program.


2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.

Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenasi
jaringan secara adekuat.

Rencana Tindakan :

1) Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam.

2) Beri posisi fowler/semi fowler.

3) Beri oksigen sesuai program.

4) Monitor analisa gas darah.

5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan kenyamanan pasien.

6) Cegah terjadinya kelelahan pada pasien.

3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.

Tujuan : Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal.

Rencana Tindakan :

1) Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral serta
hindari susu yang kental/minum yang dingin agar merangsang batuk.

2) Monitor keseimbangan cairan à membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tyanda vital.

3) Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program.

4) Lakukan oral hygiene.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.

Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai kondisi.

Rencana Tindakan :

1) Kaji toleransi fisik pasien.

2) Bantu pasien dalam aktifitas dari kegiatan sehari-hari.

3) Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan aktivitas yang tidak mengeluarkan energi
banyak agar sesuai aktifitas dengan kondisinya.

4) Beri O2 sesuai program.


5) Beri pemenuhan kebutuhan energi.

5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.

Tujuan : Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk efektif dan
suhu normal.

Rencana Tindakan :

1) Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres dingin.

2) Kelola pemberian antipiretik dan anlgesik serta antibiotic sesuai program.

3) Bantu pasien pada posisi yang nyaman baginya.

4) Bantu menekan dada pakai bantal saat batuk.

5) Usahakan pasien dapat istirahat/tidur yang cukup.

6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal.

Rencana Tindakan :

1) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

2) Beri kompres dingin.

3) Kelola pemberian antipiretik dan antibiotic.

4) Beri minum peroral secara hati-hati, monitor keakuratan tetesan infuse.

7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.

Tujuan : Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-tahap yang harus diambil
bila infeksi terjadi lagi.

Rencana Tindakan :

1) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan anak dengan bronchopneumonia.

2) Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di rumah ; keseimbangan diit,
istirahat dan aktifitas yang sesuai.

3) Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak lain sampai dengan status RR kembali
normal.
4) Ajarkan pemberian antibiotic sesuai program.

5) Ajarkan cara mendeteksi kambuhnya penyakit.

6) Beritahu tempat yang harus dihubungi bila kambuh.

7) Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.

8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi.

Tujuan : Kecemasan teratasi.

Rencana Tindakan :

1) Kaji tingkat kecemasan anak.

2) Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya.

3) Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu selalu berada di dekat anaknya.

4) Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan à tujuan, manfaat,
bagaimana dia merasakannya.

5) Beri reinforcement untuk perilaku yang positif.

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

1. Prinsip Implementasi

· Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan fisioterapi
dada setiap 4 – 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau pengisapan, beri O2 sesuai
program

· Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put

· Monitor suhu tubuh

· Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi pasien

· Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS.

· Beri pengetahuan pada orang tua tentang bagaimana merawat anaknya dengan
bronchopneumonia.

2. Evaluasi

Hasil evaluasi yang ingin dicapai :


1. Jalan nafas efektif, fungsi pernafasan baik.

2. Analisa gas darah normal.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: TIM

Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.

Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.

http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html

http://stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com/t3-askep-anak-dengan-pneumonia

http://wildanprasetya.blog.com/2009/04/18/askep-pneumonia/

http://wwwensufhy.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-anak-pneumonia.html

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

Diposting oleh elmy di 02.23

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:
Unknown23 Agustus 2016 07.08

Cari TiketPesawat Online Super Cepat dan murah??


http://selltiket.com
Booking di SELLTIKET.COM aja!!!
CEPAT,….TEPAT,….DAN HARGA TERJANGKAU!!!

Ingin usaha menjadi agen tiket pesawat??


Yang memilikipotensi penghasilan tanpa batas.
Bergabung segera di http://agenselltiket.com

INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI HUBUNGI:


No handphone :085365566333
PIN : 5A298D36

Segera Mendaftar Sebelum Terlambat. !!!

BalasHapus

Balasan

Balas

Tambahkan komentar

Muat yang lain...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

▼ 2011 (61)

► Agustus (1)

▼ Juli (60)

ASKEP LEUKEMIA PADA ANAK

Asuhan Keperawatan Anak dengan Leukemia

TERAPI BERMAIN
TERAPI BERMAIN

TERAPI BERMAIN

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORUM

asuhan keperawatan bayi premature

askep anak dengan Tetanus Neonatorum

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN APENDIKSITIS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN AMPUTASI

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LUKA BAKAR / COMBUSTIO

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIARE

Asuhan Keperawatan pada anak dengan Gastroenteriti...

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK DENGAN THIPOID

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LIMFADENINTIS TUB...

ASKEP ANAK DENGAN THALASEMIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KAR...

ASKEP ANAK DENGAN HYALINE MEMBRANE DISEASE – RESPI...

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI PREMATUR

ASKEP ANAK DENGAN DIPTHERI

ASKEP ANAK DENGAN PNEUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JA...

ASKEP ANAK DENGAN MORBILI

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGITIS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK “MARASMIK-KWASHIORKOR”

ASKEP ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN INFEKSI S...

ASKEP ANAK DENGAN INTUSEPSI

Laporan Pendahuluan ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN...


ASKEP. NEONATUS DENGAN HYPOGLIKEMI SIMPTOMATIS

ASKEP ANAK DENGAN HIPERAKTIF

ASKEP ANAK DENGAN HIDROSEFALUS

ASKEP ANAK DENGAN HEMOFILIA

ASKEP ANAK DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

ASKEP ANAK DENGAN GAGAL NAFAS

ASKEP ANAK DENGAN DIARE

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF

ASKEP ANAK DENGAN CTEV (Congenital Talipes Equino ...

ASKEP ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR YANG SAKIT...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR YANG SAKIT...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR YANG SAKIT...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR YANG SAKIT...

ASKEP BAYI HIPERBILIRUBINEMIA

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ASPIRASI MEKONIUM

LAPORAN PENDAHULUAN ASHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN...

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA K...

ASKEP ANAK DENGAN MENINGITIS

ASKEP ANAK DENGAN ENCEPHALITIS

LAPORAN PENDAHULUAN ACUTE NONLYMPHOID (MYELOGENOUS...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KELAINAN JANTU...

Askep GE untuk anak

Askep Anak Dengan Gastro Enteritis ( GE ) / Diare

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANEMIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIRSCHSPRUNG


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPERBILIRUBIN...

ADAPTASI FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR

Mengenai Saya

elmy

Lihat profil lengkapku

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.


About

Contact Us

Privacy Policy

Disclaimer

Menu

MAKALAH KESEHATAN KEPERAWATAN & UMUM

MAKALAH KESEHATAN KEPERAWATAN & UMUM

Menu

Home

Menu 1

SubMenu 1

SubMenu 2

SubMenu 3

Menu 2

SubMenu 1

SubMenu 2

SubMenu 3

Menu 3

Menu 4
Top of Form

Search... ?

Bottom of Form

Home » BERANDA » KEPERAWATAN » KESEHATAN » MAKALAH ASKEP BRONKOPNEUMONIA PADA


ANAK

MAKALAH ASKEP BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN Tuesday, April 2, 2013 BERANDA, KEPERAWATAN, KESEHATAN


Edit

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru
yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang
sering menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang
melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai
pada anak-anak dan orang dewasa. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,di Negara berkembang infeksi
saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Laporan
WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah
infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.

Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah
menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 - 35 %.
Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat
per tahun.

Gambaran klinis bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah
beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Gambaran
klinis pada bronkopneumoni ini harus dapat dibedakan dengan gambaran klinis Bronkiolitis, Aspirasi
pneumonia,Tb paru primer, sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan secara tepat.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan perawatan pasien bronkopneumonia pada aanak

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung terhadap perawatan pasien bronkopneumonia


pada anak.

b. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan pada perawatan pasien bronkopneumonia pada anak.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Broncho pneumoni adalah frekuensi komplikasi pulmonari, batuk produktif yang lama, tanda dan
gejalanya biasanya suhu meningkat, pernafasan meningkat (Suzanne G Bare, 1993).

Bronkho pneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada jaringan paru atau alveoli
yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya.
(Dep. Kes. 1996 : Halaman 106).

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak,
teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572).

Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3
sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006: 805).

Kesimpulan Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia tepatnya pneumononia lobaris
yang penyebaran daerah infeksinya berupa penyebaran bercak dan dapat meluas ke parenkim paru
yang ada disekitarnya.

2. Etiologi

Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,


mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:

a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.

b. Virus : Legionella pneumoniae

c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru

e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya
terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya
pneumocystis crani, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 :
682)

Menurut Whaley’s dan Wong (1996: 1400) disebutkan bahwa Streptococus, staphylococcus atau
basil ektrik sebagai agen penyebab di bawah umur 3 bulan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus
Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis. Virus : Respiratory
syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus
Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.

3. Patofisiologi

Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui saluran pernafasan
atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros
kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.

Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer
sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain
:

a. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)

Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada perabaan banyak
mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi)

b. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)


Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah merah fibrinosa, lecocit
polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang berdekatan mengandung eksudat fibrinosa
kekuningan).

c. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)

Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di dalam alveolus
yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.

d. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)

Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semua
(Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).

Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin eritrosit,
cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di
alveoli dan proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah
sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman dan debris
(Mansjoer, 2000: 966).

4. Gejala Klinis

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama
beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang
khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis(Barbara C. long, 1996 :435).

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh eksudat)(Sandra M. Nettina, 2001 : 683).

Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

1) Nyeri pleuritik

2) Nafas dangkal dan mendengkur

3) Takipnea

b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

1) Mengecil, kemudian menjadi hilang

2) Krekels, ronki,

c. Gerakan dada tidak simetris


d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium

e. Diafoesis

f. Anoreksia

g. Malaise

h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat

i. Gelisah

j. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan

k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati (Martin tucker,


Susan. 2000_247).

5. Pemerikasaan Penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah

Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

2) Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
(Barbara C, Long, 1996 : 435)

3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.(Sandra M.
Nettina, 2001 : 684).

4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684).

b. Pemeriksaan Radiologi

1) Rontgenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.
Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus(Barbara C, Long, 1996
: 435).
2) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda
padat(Sandra M, Nettina, 2001).

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Keperawatan yang dapat diberikan pada klien bronkopneumonia adalah:

a. Menjaga kelancaran pernapasan

b. Kebutuhan istirahat

c. Kebutuhan nutrisi dan cairan

d. Mengontrol suhu tubuh

e. Mencegah komplikasi atau gangguan rasa nyaman dan nyaman

Sementara Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah:

a. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)

b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip

c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk transpor muskusilier

d. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Arief Mansjoer,2000).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Fokus Pengkajian

Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak berusia
dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada
usia dewasa juga masih sering mengalami bronkopneumonia.

b. Keluhan Utama : sesak nafas

c. Riwayat Penyakit

1) Pneumonia Virus

Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta suhu
badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.

2) Pneumonia Stafilokokus (bakteri)


Didahului oleh infeksi saluran pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari hingga seminggu,
kondisi suhu tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit fertusis yaitu penyakit
peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai wheezing (pada
Bronchopneumonia).

e. Pengkajian Fisik

1) Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takhipnea, dispnea, sianosis sirkumoral, pernafasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada
waktu menarik nafas pada pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.

2) Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit dan nadi mengalami peningkatan.

3) Perkusi : Suara redup pada sisi yang sakit.

4) Auskultasi : Pada pneumoniakan terdengar stidor suara nafas berjurang, ronkhi halus pada sisi
yang sakit dan ronkhi pada sisi yang resolusi, pernafasan bronchial, bronkhofoni, kadang-kadang
terdenar bising gesek pleura.

f. Data Fokus

1) Pernapasan

Gejala : takipneu, dispneu, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan obat aksesoris, pelebaran
nasal.

Tanda : bunyi napas ronkhi, halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit

2) Aktivitas atau istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia

Tanda : penurunan toleransi aktivitas, letargi

3) Integritas ego : banyaknya stressor

4) Makanan atau cairan

Gejala ; kehilangan napsu makan, mual, muntah

Tanda: distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering dengan tugor kulit buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi)

5) Nyeri atau kenyamanan


Gejala : sakit kepala, nyeri dada (pleritis), meningkat oleh batuk, nyeri dada subternal (influenza),
maligna, atralgia.

Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada posisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)(Doengos,2000).

2. Diagnosa keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 2000 : 166)

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler,


gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 2000 : 166)

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 2000
:177)

d. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih,
penurunan masukan oral. (Doenges, 2000 : 172)

e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan
rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 2000 : 171)

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari.


(Doenges, 2000 : 170)

3. Rencana keperawatan

1. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Tujuan :

a. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

b. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret

Hasil yang diharapkan :

a) Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas

b) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Misalnya: batuk efektif dan
mengeluarkan sekret.

Intervensi :

1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronchi.

Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas
adventisius
2) Kaji atau pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi.

Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress atau adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.

3) Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler

Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas.

4) Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan
menurunkan jebakan udara

5) Observasi karakteristik batuk, bantu tindakan untuk memperbaiki ke efektifan upaya batuk.

Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi
atau kepala di bawah setelah perkusi dada.

6) Kolaborasi untuk memberikan obat bronkodilator mis: B-agonis, epinefrin (adrenalin,


Vaponefrin).

Rasional: Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas,
mengi, dan produksi mukosa.

2. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus


kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.

Tujuan :

Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres
pernafasan.

Hasil yang diharapkan :

a) Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

b) Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :

1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan

Rasional: Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum

2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis.

Rasional: Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam atau menggigil
dan terjadi hipoksemia.
3) Kaji status mental

Rasional: Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia.

4) Awasi frekuensi jantung atau irama

Rasional: Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam atau dehidrasi.

5) Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil.

Rasional: Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler.

6) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif

Rasional: Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk
memperbaiaki ventilasi.

7) Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi

Rasional: Mempertahankan PaO2 di atas 90 mmHg.

3. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli

Tujuan:

Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih

Hasil yang diharapkan:

a) pola nafas menjadi efektif

b) Frekuensi dan kedalamanya dalam rentang normal (16-20x/menit)

Intervensi :

1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman
bervariasi, ekspansi dada terbatas.

2) Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.

Rasional: Bunyi nafas menurun atau tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.

3) Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.

Rasional: Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.

4) Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional: Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan.

5) Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.


Rasional: Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.

6) Berikan humidifikasi tambahan

Rasional: Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret
untuk memudahkan pembersihan.

7) Bantu fisioterapi dada, postural drainage

Rasional: Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke
dalam bronkus.

8) Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

Rasional: Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

4. Diagnosa : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilngan cairan
berlebih, penurunan masukan oral.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit

Hasil yang diharapkan :

a) Intake dan output yang adekuat

b) Tanda-tanda vital dalam batas normal

c) Tugor kulit baik

Intervensi :

1) Kaji perubahan tanda vital, contoh: peningkatan suhu, takikardi, hipotensi.

Rasional: Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sistemik

2) Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).

Rasional: Indikator langsung keadekuatan masukan cairan

3) Catat laporan mual atau muntah.

Rasional: Adanya gejala ini menurunkan masukan oral

4) Pantau masukan dan haluaran urine.

Rasional: Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian

5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional: Memperbaiki ststus kesehatan

5. Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi yang terpenuhi secara adekuat.

Hasil yang diharapkan :

a) Menunjukkan peningkatan nafsu makan

b) Mempertahankan atau meningkatkan berat badan

c) Bissing usus dalam batas normal

Intervensi :

1) Identifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah.

Rasional: Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut.

Rasional: Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual

3) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

Rasional: Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini

4) Auskultasi bunyi usus, observasi atau palpasi distensi abdomen.

Rasional: Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai
akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal

5) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional: Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi,
atau lambatnya respon terhadap terapi

6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna, secara nutrisi
seimbang.

Rasional :metode makan den kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu.

6. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup
sehari-hari.

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Hasil yang diharapkan :

a) Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas

b) Tanda-tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

1) Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas.


Rasional: Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi

2) Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.

Rasional: Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat

3) Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas
dan istirahat.

Rasional: Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik

4) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional: Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan


oksigen(Marilyn E. Doenges, 2000).

4. Pelaksanaan

Adalah mengelolah dan mewujudkan dari rencana perawatan meliputi tindakan yang direncanakan
oleh perawat melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan RS.

5. Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai
pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia tepatnya pneumononia lobaris yang
penyebaran daerah infeksinya berupa penyebaran bercak dan dapat meluas ke parenkim paru yang
ada disekitarnya.

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru
yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang
sering menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.

B. Saran

Ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam keperawatan agar menjadi lebih
baik:

1. Memperbanyak waktu pengkajian sampai evaluasi tentang perawatan bronkopneumonia


pada anak.
2. Melanjutkan intervensi keperawatan pada prioritas masalah perawatan
bronkopneumonia pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, Dan
Evaluasi halaman 247.EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 3 Jilid ke 2. Media Aesculapius.Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia:Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1996). Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes ; Jakarta.

Brunner & Suddrath. 2002. Keperawatan Medikel Bedah. EGC: jakarta.

Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2006.Patofisiologi konsep klinis dan proses-proses penyakit. EGC:
Jakarta.

Sandra M Nettina.2001. Lippincott “Manual Praktik Keperawatan”. EGC: Jakarta.

Top of Form

Subscribe to receive free email updates:

BlogMasSugeng en_US

Subscribe
Bottom of Form

Related Posts :

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan


Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan k… Read
More...

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN IKTERUS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Ikterus adalah suatu kondisi dimana warna kulit dan sclera akan berwarna kuning, hal … Read
More...

Makalah asuhan keperawatan parotitis BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu
yang sangat mengagungkan keangungan Tuhan Yang maha Esa yang telah menciptakan s… Read
More...

MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI PADA ANAK BAB 1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan, perawat perlu
melakukan inte… Read More...

Makalah Asuhan Keperawatan Gingivitis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG


Gingivitis adalah proses peradangan yang terbatas pada jaringan epitel mukosa yang m… Read
More...

0 Response to "MAKALAH ASKEP BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK"

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)


APLIKASI MAKALAH LENGKAP

klik gambar untuk mendownload

Search

Top of Form

Search

Bottom of Form

Populer

MAKALAH ASKEP BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu
suatu peradangan pada parenkim paru...

MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokumentasi adalah segala sesuatu yang ditulis atau
dicetak yang dapat dipercaya sebag...
MAKALAH ASKEP BRONKHITIS PADA BAYI/ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan
kematian adalah saluran pernafasa...

MAKALAH ASKEP ANAK DENGAN MORBILI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita.
Penyakit ini mudah menular kepada ana...

LEAFLET DIABETES MELITUS

silakan download leaflet diabetes melitus di sini

Powered by Blogger.

Archive

► 2020 (35)

► January (35)

► 2019 (2)

► January (2)

► 2018 (10)

► March (8)

► February (2)

► 2017 (238)
► June (32)

► May (76)

► April (23)

► March (29)

► February (34)

► January (44)

► 2016 (98)

► December (38)

► November (11)

► October (7)

► September (42)

► 2015 (3)

► April (3)

► 2014 (14)

► November (1)

► October (1)

► September (3)

► August (1)

► July (1)

► March (2)

► February (2)

► January (3)

▼ 2013 (43)

► December (2)

► November (2)

► October (3)

► September (2)
► August (2)

► July (4)

► June (2)

► May (5)

▼ April (6)

MAKALAH ASKEP THALASSEMIA

MAKALAH ASKEP TBC PADA ANAK

MAKALAH ASKEP RETARDASI MENTAL

LEAFLET TANDA-TANDA PERSALINAN

LEAFLET DIABETES MELITUS

MAKALAH ASKEP BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK

► March (9)

► February (5)

► January (1)

► 2012 (32)

► December (11)

► November (6)

► October (15)

<a href="/" target="_blank"><img src="//sstatic1.histats.com/0.gif?3655943&amp;101" alt="free


web stats" border="0" /></a>

Jika bermanfaat silakan dilike

Jika bermanfaat silakan dilike


APLIKASI

Copyright 2016 MAKALAH KESEHATAN KEPERAWATAN & UMUM

Powered by Blogger.com

Anda mungkin juga menyukai