A. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. ( Betz C, 2002 ) Pneumonia
adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani,
2001) Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. (IKA, 2001)
B. Anatomi Fisiologi
Sistem Pernafasan
Semua sel hidup membutuhkan suplai oksigen yang konstan supaya dapat mempertahankan
metabolismenya. Oksigen yang terdapat di udara dan sistem pernapasan dibentuk melalui
suatu cara sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-paru. Disini sejumlah oksigen
diekstraksi dan digunakan oleh tubuh dan pada saat yang sama karbondioksida dan uap air
dikeluarkan.
1. Hidung
Hidung bagian luar (eksternal) merupakan bagian hidup yang terlihat, dibentuk oleh dua
tulang nasal dan tulang rawan. Keduanya dibungkus dan dilapisi oleh kulit dan disebelah
dalamnya terdapat bulu-bulu halus (rambut) yang membantu mencegah benda-benda asing
masuk kedalam hidung. Kavum nasalis adalah suatu lubang besar yang dipisahkan oleh
septum. Beberapa tulang di sekitar rongga nasal berlubang. Lubang di dalam tulang tersebut
disebut sinus paranasalis, yang memperlunak tulang dan berfungsi sebagai ruang bunyi suara,
menjadikan suara beresonasi. Semua sinus paranasalis dilapisi oleh membrane mukosa dan
semua terbuka ke dalam rongga nasal, dimana mereka dapat terinfeksi.
2. Faring
Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang sfenoidalis dan sebelah dalamnnya
berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang, faring dipisahkan dari
vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, sementara dinding depannya tidak sempurna
dan berhubungan dengan hidung, mulut, dan laring.
Faring dibagi ke dalam tiga bagian:
a) Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas palatum yang
lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut tonsil
faringeal, yang biasanya disebut sebagai adenoid. Jaringan ini kadang-kadang membesar dan
menutupi faring serta menyebabkan pernapasan mulut pada anak-anak. Tubulus auditorium
terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui tabung tersebut udara dibawa ke bagian
tengah telinga. Nasofaring dilapisi membrane mukosa bersilia yang merupakan lanjutab dari
membrane yang melapisis bagian hidung.
b) Orofaring terletak dibelakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya
saling berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkus palato-glosum yang
merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatum. Orofaring merupakan
bagian dari sistem pernapasan dan sistem pencernaan, tetapi tidak dapat digunakan untuk
menelan dan bernapas secara bersamaan. Saat menelan, pernapasan berhenti sebentar dan
orofaring terpisah sempurna dari nasofaring dengan terangkatnya palatum. Orofaring dilapisi
oleh jaringan epitel berjenjang.
3. Laring
Laring merupakan lanjutan bagian bawah orofaring dan bagian atas trakea. Disebelah atas
laring, terletak tulang hyoid dan akar lidah. Otot leher terletak di depan laring dan di
belakang laring terletak laringofaring dan vertebra servikalis. Pada sisi lain terdapat lubang
kelenjar tiroid. Laring disusun oleh beberapa tulang rawan tidak beraturan yang dipersatukan
oleh ligament dan membrane-membran.
4. Trakea
Trakea dimulai dari bagian bawah laring dan melewati bagian depan hidung menuju dada.
Trakea dibagi atas bagin kiri dan bagian kanan bronkus utama yang sejajar dengan vertebrae
thoracicae yang kelima. Panjangnya sekitar 12cm. istmus kelenjar tiroid memotong bagian
depan trakea dan lengkung aorta di sebelah bawahnya, dengan ‘manubrium sernum’
didepannya. Esophagus terletak dibelakan trakea, memisahkannya dari badan vertebra
torasik. Pada sisi-sisi lain trakea terdapat paru-paru, dengan lobus kelenjar tiroid di sebelah
atasnya. Dinding trakea tersusun atas otot involunter dan jaringan fibros yang diperkuat oleh
cincin tulang rawan hyaline yang tidak semourna. Defisiensi dalam tulang rawan terletak
pada bagian belakang, dimana trakea bersentuhan dengan esophagus. Ketika suatu lobus
makanan ditelan, esophagus mampu mengembang tanpa gangguan, tetapi tulang rawan
mempertahankan kepatenan jalan napas. Trakea dihubungkan dengan epithelium yang
mengandung sel-sel goblet yang menyekresi mucus. Silia membersihkan mucus dan partikel-
partikel asing yang dihisap kearah laring.
5. Paru-paru
Paru-paru adalah dua organ yang terbentuk seperti bunga karang besar yang terletak di dalam
torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru-paru memanjang dari akar leher
menuju diafragma dan secara kasar berbentuk kerucut dengan puncak disebelah atas dan alas
disebelah bawah. tulang rusuk, tulang rawan kosta, dan tulang rawan interkosta terletak di
depan paru-paru dan dibelakang mereka adalah tulang rusuk, otot interkosta, dan prosesus
transversal vertebra torasik. Di antara paru-paru terdapat mediastinum, yang dengan
sempurna memisahkan satu sisi rongga torasik dari sisi lainnya, yang merentang dari vertebra
di belakang sampai sternum di sebelah depan. Di dalam mediastinum terdapat jantung dan
pembuluh darah besar, trakea dan esophagus, duktus torasik an kelenjar timus. Paru-paru di
bagi menjadi lobus-lobus. Paru-paru sebelah kiri nenpunyai dua lobus, yang dipisahkan oleh
‘’belahan yang miring’’. Lobus superior terletak di atas dan di depan lobus inferior yang
berbentuk kerucut. Paru-paru sebelah kanan mempunyai tiga lobus. Lobus bagian bawah
dipisahkan oleh fisura oblik dengan posisi yang sama terhadap lobus inferior kiri. Sisa paru
lainnya dipisahkan oleh suatu fisura horizontal menjadi lobus atas dan lobus tengah. Setiap
lobus selanjutnya dibagi menjadi segmen-segmen yang disebut bronco-pulmoner, mereka
dipisahkan satu sama lain oleh sebuah dinding jaringan konektif, masing-masing satu arteri
dan satu vena. Masing-masing segmen juga dibagi menjadi unit-unit yang disebut lobules.
6. Bronkus
Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang dua. Setiap cabang tersebut masuk
ke dalam setiap paru. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit, lebih panjang, dan lebih
horizontal. Daripada bronkus utama sebelah kanan karena jantung terletak agak ke kiri dari
garis tengah. Setiap bronkus dibagi ke dalam cabang-cabang, satu cabang untuk setiap lobus.
Setiap cabang kemudian dibagi menjadi cabang-cabang, satu cabang untuk setiap segmen
bronco-pulmoner dan kemudian dibagi lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dalam paru-
paru. Struktur bronkus mirip trakea, tetapi tulang rawannya kurang teratur.
7. Bronkiolus
Bronkus yang paling halus isebut bronkiolus. Mereka tidak memiliki tulang rawan, tetapi
disusun oleh muskulus, fibrosa, dan jaringan elastic yang dihubungkan dengan kuboid
epithelium. Apabila bronkiolus mengecil, jaringan fibrosa, dan muskulus menjadi tidak
tampak dan saluran yang paling kecil, bronkiolus ialah suatu lapisan tunggal sel-sel epitel
yang diratakan.
Bronkiolus terminal bercabang secara berulang untuk membentuk saluran yang disebut
duktus alveolar. Di sinilah kantung alveolar dan alveoli terbuka. Alveoli dikelilingi suatu
jaringan kapiler. Darah yang mengalami deoksigenasi memasuki jaringan kapiler arteri
pulmoner dan darah yang mengandung oksigen meninggalkannya untuk memasuki vena
pulmoner. Di jaringan pipa kapiler ini berlangsung pertukaran gas antara udara di dalam
alveoli dan darah di dalam pembuluh darah.
9. Hilum paru
Hilum adalah cekukan berbentuk segitiga pada permukaan medial cekung paru-paru. Struktur
yang membentuk akar paru memasuki dan meninggalkan hilum, yang terletak sejajar vertebra
torasik kelima sampai ketujuh. Struktur ini mencakup bronkus utama, arteri pulmoner, vena
bronkiolus, dan pembuluh darah limfatik, yang meninggalkan akar paru-paru.
10. Pleura
Pleura adalah suatu membrane serosa yang mengelilingi paru-paru. Pleura disusun oleh sel-
sel epitel datar pada dasar membrane dan memiliki dua lapisan. Pleura visceral melekat kuat
pada paru-paru, melapisi permukaan paru-paru dan masuk ke dalam fisura inter-lobus. Pada
akar paru, lapisan visceral direfleksikan kembali menjadi lapisan parietalis yang
menghubungkan dinding dada dan membungkus lapisan diafragma superior. Kedua palisan
pleura tersebut bersentuhan, dinding yang satu dengan dinding yang lain hanya dipisahkan
oleh satu film cair yang memungkinkan mereka menggelinding satu sama lain tanpa terjadi
gesekan. Ruang yang terdapat di antara lapisan ini disebut rongga pleura.
Mekanisme Pernapasan
Pernapasan terdiri atas dua bagian, inspirasi dan ekspirasi. Dada mengembang selama
inspirasi, akibat pergerakan diafragma dan otot-otot interkosta. Ketika diafragma
berkontraksi selama inspirasi, ia menjadi datar dan lebih rendah dan panjang rongga torasik
meningkat. Otot-otot interkosta eksternal, pada saat kontraksi, mengangkat tulang rusuk dan
menarik keluar, meningkatkan kedalaman rongga toraks. Saat dinding dada bergerak ke atas
dan keluar dari pleura parietalis, yang melekat dengan baik pada dinding dada, pleura
tersebut juga ikut terangkat. Pleura viseralis mengikuti pleura parietalis dan volume interior
torak meningkat. Paru-paru mengembang untuk mengisi ruang tersebut dan udara diisap ke
dalam bronkiolus. Ekspirasi selama pernapasan tenang bersifat pasif. Diafragma rileks dan
kembali ke bentuk aslinya, yang berbentuk kubah. Otot-otot interkosta rileks dan tulang rusuk
kembali ke posisi semula. Udara dikeluarkan melalui cabang-cabang bronkiolus. Pada
ekspirasi kuat, otot interkosta internal berkontraksi secara aktif untuk menurunkan tulang
rusuk. Otot pernapasan tambahan kemungkinan digunakan selama napas dalam atau ketika
jalan napas terhambat. Selama inspirasi, otot-otot sternokleidomastoideus mengangkat
sternum dan meningkatkan diameter torak dari depan ke belakang. Seratus anterior dan
pektoralis mayor menarik tulang rawan ke arah luas saat lengan dirapatkan. Lantasimus dorsi
dan otot-otot dinding abdomen anterior membantu menekan toraks selama ekspirasi kuat.
C. Etiologi
Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai
penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang
timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
1. Bakteri
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus
influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan
sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang
mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.
D. Manifestasi klinis
1. Pneumonia bakteri
Gejala awal :
a) Rinitis ringan
b) Anoreksia
c) Gelisah
Berlanjut sampai :
a) Demam
b) Malaise
d) Ekspirasi bebunyi
g) Leukositosis
2. Pneumonia virus
Gejala awal :
a) Batuk
b) Rinitis
Berkembang sampai
a) Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu
b) Emfisema obstruktif
c) Ronkhi basah
d) Penurunan leukosit
3. Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
a) Demam
b) Mengigil
c) Sakit kepala
d) Anoreksia
e) Mialgia
Berkembang menjadi :
a) Rinitis
b) Sakit tenggorokan
E. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat
atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri
ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas
atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak, rubella,
CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen
baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
F. Pathway
Terlampir
G. Pemeriksaan diagnostik
1. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia,
infeksi dan proses inflamasi
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya
penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
H. Penatalaksanaan medis
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
2. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudat
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan
tachipnea
C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jalan nafas menjadi bersih
Kriteria:
Intervensi:
a) Kaji status pernafasan tiap 2 jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas,
warna kulit
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan cairan di alveoli paru
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pertukaran gas dalam
alveoli adekuat.
Kriteria:
a) Akral hangat
Intervensi:
Tujuan: pola nafas efektif setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24jam.
Kriteria hasil:
a) Melatih pernapasan bibir, dirapatkan dan diafragmatik serta menggunakannya ketika sesak
nafas dan saat melakukan aktivitas
Intervensi:
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kekurangan
volume cairan.
Kriteria hasil:
e) Akral hangat
Intervensi:
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh pasien normal
Kriteria hasil:
b) Nadi dan RR dalam rentang normal. ( nadi: 60 -100x/menit dan RR : 16-24 x/menit)
Intervensi:
b) Monitor IWL
g) Berikan Antipiretik
h) Selimuti pasien
Infomedika;2000
Betz & Sowden.(2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC
A. DEFINISI
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak.
(Suriani, 2006)
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006)
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan kadang
non infeksi.
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia adalah keradangan dari parenkim paru di mana asinus terisi dengan cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga intestinum
(Amin & Al sagaff, 1989).
Pneumonia adalah Suatu radang paru-paru yang ditandai oleh adanya konsolidasi exudat yang
mengisi alveoli dan bronchiolus ( Axton ).
B. ETIOLOGI
1. Virus pernapasan yang paling sering lazim yaitu micoplasma pneumonia yang terjadi pada usia
beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua.
2. Bakteri Streptococcus pneumoniae, S.pyogenes, dan Staphylococcus aureus yang lazim terjadi
pada anak normal.
3. Haemophilus influenzae tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda, dan kondisi
akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efek rutin.
4. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan, parainfluenzae,
influenzae dan adenovirus.
5. Virus non respirasik, bakteri enterik gram negatif, mikobakteria, coxiella, pneumocytis carinii dan
sejumlah jamur.
6. Aspirasi makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
C. KLASIFIKASI
1. Pneumonia lobaris à radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.
3. Mycoplasma pneumoniae
5. Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
6. Pneumonia hipostatik.
7. Sindrom Loeffler
D. CARA PENULARAN
Pneumonia ditularkan melalui percikan air ludah. Air ludah bisa berasal dari anak atau orang dewasa
sehat yang membawa organisme penyebab pneumonia itu dalam saluran pernafasan mereka. Bisa
juga tertular dari lendir hidung atau tenggorokan orang yang sedang sakit. Penular biasanya lebih
sering dari dari orang serumah, teman sepermainan, atau teman di sekolah. Faktor risiko penularan
makin besar ketika bayi atau balita menderita kekurangan gizi dan tidak mendapatkan ASI.
Disamping itu tidak mendapatkan imunisasi, kurang vitamin A, bayi terpapar asap rokok, asap dapur
dan polusi lingkungan juga meningkatkan faktor risiko menderita pneumonia.
Bayi dan balita bisa dilindungi dari pneumonia lewat imunisasi DPT, campak dan pneumokokus.
E. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau
epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling
sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran
napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal
dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat
merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri
yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-
kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr,
virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir
atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi
makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks.
Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear
pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam
saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.
F. MANIFESTASI KLINIS
· Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38
– 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
· Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang terdapat
nasal discharge (ingus).
· Frekuensi napas :
· Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme
yang ada.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan
membantu diagnosis keadaan.
H. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi sebagai berikut :
1. Otitis media akut (OMA) à terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk
ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan
mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.
I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
· Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Sesak napas.
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atauØ batuk-batuk disertai
dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai
riwayat kejang demam (seizure).
Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang
waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis klien.
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Data Fokus
· Inspeksi :
· Palpasi :
b. Body System
· Sistem Pulmonal
· Sistem Cardiovaskuler
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun
· Sistem Neurosensori
· Sistem genitourinaria
Subyektif : -
· Sistem digestif
· Sistem Musculoskeletal
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris
pernafasan.
· Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu
kulit meningkat, kemerahan
· Aktivitas/istirahat
· Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
· Makanan/cairan
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
· Neurosensori
· Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
· Pernafasan
Tanda :
· Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
· Penyuluhan/pembelajaran
4. Faktor Psikososial/Perkembangan
· Koping.
· Koping keluarga.
· Tingkat kecemasan.
6. Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :
· Hb : menurun/normal
· Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah
meningkat/normal
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.
C. INTERVENSI
Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Rencana tindakan :
1) Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan bunyi
nafas abnormal.
Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenasi
jaringan secara adekuat.
Rencana Tindakan :
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.
Rencana Tindakan :
1) Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral serta
hindari susu yang kental/minum yang dingin agar merangsang batuk.
2) Monitor keseimbangan cairan à membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tyanda vital.
Rencana Tindakan :
3) Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan aktivitas yang tidak mengeluarkan energi
banyak agar sesuai aktifitas dengan kondisinya.
Tujuan : Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk efektif dan
suhu normal.
Rencana Tindakan :
1) Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres dingin.
Rencana Tindakan :
7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.
Tujuan : Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-tahap yang harus diambil
bila infeksi terjadi lagi.
Rencana Tindakan :
2) Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di rumah ; keseimbangan diit,
istirahat dan aktifitas yang sesuai.
3) Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak lain sampai dengan status RR kembali
normal.
4) Ajarkan pemberian antibiotic sesuai program.
Rencana Tindakan :
2) Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya.
3) Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu selalu berada di dekat anaknya.
4) Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan à tujuan, manfaat,
bagaimana dia merasakannya.
1. Prinsip Implementasi
· Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan fisioterapi
dada setiap 4 – 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau pengisapan, beri O2 sesuai
program
· Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put
· Beri pengetahuan pada orang tua tentang bagaimana merawat anaknya dengan
bronchopneumonia.
2. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: TIM
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html
http://stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com/t3-askep-anak-dengan-pneumonia
http://wildanprasetya.blog.com/2009/04/18/askep-pneumonia/
http://wwwensufhy.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-anak-pneumonia.html
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.
1 komentar:
Unknown23 Agustus 2016 07.08
BalasHapus
Balasan
Balas
Tambahkan komentar
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2011 (61)
► Agustus (1)
▼ Juli (60)
TERAPI BERMAIN
TERAPI BERMAIN
TERAPI BERMAIN
Mengenai Saya
elmy
Contact Us
Privacy Policy
Disclaimer
Menu
Menu
Home
Menu 1
SubMenu 1
SubMenu 2
SubMenu 3
Menu 2
SubMenu 1
SubMenu 2
SubMenu 3
Menu 3
Menu 4
Top of Form
Search... ?
Bottom of Form
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru
yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang
sering menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang
melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai
pada anak-anak dan orang dewasa. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada
anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,di Negara berkembang infeksi
saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Laporan
WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah
infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah
menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 - 35 %.
Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat
per tahun.
Gambaran klinis bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah
beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif. Gambaran
klinis pada bronkopneumoni ini harus dapat dibedakan dengan gambaran klinis Bronkiolitis, Aspirasi
pneumonia,Tb paru primer, sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan secara tepat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan pada perawatan pasien bronkopneumonia pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Broncho pneumoni adalah frekuensi komplikasi pulmonari, batuk produktif yang lama, tanda dan
gejalanya biasanya suhu meningkat, pernafasan meningkat (Suzanne G Bare, 1993).
Bronkho pneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada jaringan paru atau alveoli
yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus bagian atas selama beberapa hari. Yang dapat
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya.
(Dep. Kes. 1996 : Halaman 106).
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak,
teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572).
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3
sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006: 805).
Kesimpulan Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia tepatnya pneumononia lobaris
yang penyebaran daerah infeksinya berupa penyebaran bercak dan dapat meluas ke parenkim paru
yang ada disekitarnya.
2. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya
terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya
pneumocystis crani, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 :
682)
Menurut Whaley’s dan Wong (1996: 1400) disebutkan bahwa Streptococus, staphylococcus atau
basil ektrik sebagai agen penyebab di bawah umur 3 bulan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus
Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis. Virus : Respiratory
syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus
Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans,
Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
3. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melaui saluran pernafasan
atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros
kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer
sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain
:
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada perabaan banyak
mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi konsolidasi di dalam alveolus
yang terserang dan eksudat yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semua
(Sylvia Anderson Pearce, 1995 : 231- 232).
Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin eritrosit,
cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di
alveoli dan proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah
sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman dan debris
(Mansjoer, 2000: 966).
4. Gejala Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama
beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang
khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat
bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis(Barbara C. long, 1996 :435).
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh eksudat)(Sandra M. Nettina, 2001 : 683).
1) Nyeri pleuritik
3) Takipnea
2) Krekels, ronki,
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau
berkarat
i. Gelisah
5. Pemerikasaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk
pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius.
(Barbara C, Long, 1996 : 435)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.(Sandra M.
Nettina, 2001 : 684).
5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684).
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella.
Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus(Barbara C, Long, 1996
: 435).
2) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda
padat(Sandra M, Nettina, 2001).
6. Penatalaksanaan
b. Kebutuhan istirahat
b. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
c. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk transpor muskusilier
1. Pengkajian
a. Fokus Pengkajian
Usia bronkopneumoni sering terjadi pada anak. Kasus terbanyak sering terjadi pada anak berusia
dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi berusia kurang dari 2 bulan, tetapi pada
usia dewasa juga masih sering mengalami bronkopneumonia.
c. Riwayat Penyakit
1) Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta suhu
badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri.
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit fertusis yaitu penyakit
peradangan pernapasan dengan gejala bertahap panjang dan lama yang disertai wheezing (pada
Bronchopneumonia).
e. Pengkajian Fisik
1) Inspeksi : Perlu diperhatikan adanya takhipnea, dispnea, sianosis sirkumoral, pernafasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada
waktu menarik nafas pada pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.
2) Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit dan nadi mengalami peningkatan.
4) Auskultasi : Pada pneumoniakan terdengar stidor suara nafas berjurang, ronkhi halus pada sisi
yang sakit dan ronkhi pada sisi yang resolusi, pernafasan bronchial, bronkhofoni, kadang-kadang
terdenar bising gesek pleura.
f. Data Fokus
1) Pernapasan
Gejala : takipneu, dispneu, progresif, pernapasan dangkal, penggunaan obat aksesoris, pelebaran
nasal.
Tanda : bunyi napas ronkhi, halus dan melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit
Tanda: distensi abdomen, hiperperistaltik usus, kulit kering dengan tugor kulit buruk, penampilan
kakeksia (malnutrisi)
Tanda : melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada posisi yang sakit untuk membatasi
gerakan)(Doengos,2000).
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 2000 : 166)
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 2000
:177)
d. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih,
penurunan masukan oral. (Doenges, 2000 : 172)
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan
rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 2000 : 171)
3. Rencana keperawatan
1. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan :
b) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Misalnya: batuk efektif dan
mengeluarkan sekret.
Intervensi :
1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronchi.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas
adventisius
2) Kaji atau pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi.
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
selama stress atau adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
3) Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan
menurunkan jebakan udara
5) Observasi karakteristik batuk, bantu tindakan untuk memperbaiki ke efektifan upaya batuk.
Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi
atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
Rasional: Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas,
mengi, dan produksi mukosa.
Tujuan :
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres
pernafasan.
Intervensi :
Rasional: Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status
kesehatan umum
2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis.
Rasional: Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam atau menggigil
dan terjadi hipoksemia.
3) Kaji status mental
Rasional: Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam atau dehidrasi.
5) Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil.
Rasional: Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan
mengganggu oksigenasi seluler.
6) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif
Rasional: Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk
memperbaiaki ventilasi.
3. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli
Tujuan:
Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih
Intervensi :
Rasional: Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman
bervariasi, ekspansi dada terbatas.
Rasional: Bunyi nafas menurun atau tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.
Rasional: Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret
untuk memudahkan pembersihan.
Rasional: Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke
dalam bronkus.
4. Diagnosa : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilngan cairan
berlebih, penurunan masukan oral.
Intervensi :
Rasional: Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian
5. Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan : Pemenuhan nutrisi yang terpenuhi secara adekuat.
Intervensi :
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut.
Rasional: Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
Rasional: Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai
akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal
Rasional: Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi,
atau lambatnya respon terhadap terapi
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna, secara nutrisi
seimbang.
Rasional :metode makan den kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu.
6. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup
sehari-hari.
Intervensi :
2) Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.
3) Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas
dan istirahat.
4. Pelaksanaan
Adalah mengelolah dan mewujudkan dari rencana perawatan meliputi tindakan yang direncanakan
oleh perawat melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan RS.
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi mengenai
pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronchopneomonia adalah salah satu jenis pneumonia tepatnya pneumononia lobaris yang
penyebaran daerah infeksinya berupa penyebaran bercak dan dapat meluas ke parenkim paru yang
ada disekitarnya.
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru
yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang
sering menimpa anak-anak dan orang dewasa, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
B. Saran
Ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam keperawatan agar menjadi lebih
baik:
DAFTAR PUSTAKA
Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, Dan
Evaluasi halaman 247.EGC: Jakarta.
Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2006.Patofisiologi konsep klinis dan proses-proses penyakit. EGC:
Jakarta.
Top of Form
BlogMasSugeng en_US
Subscribe
Bottom of Form
Related Posts :
Makalah asuhan keperawatan parotitis BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu
yang sangat mengagungkan keangungan Tuhan Yang maha Esa yang telah menciptakan s… Read
More...
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI PADA ANAK BAB 1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan, perawat perlu
melakukan inte… Read More...
Post a Comment
Search
Top of Form
Search
Bottom of Form
Populer
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu
suatu peradangan pada parenkim paru...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dokumentasi adalah segala sesuatu yang ditulis atau
dicetak yang dapat dipercaya sebag...
MAKALAH ASKEP BRONKHITIS PADA BAYI/ANAK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan
kematian adalah saluran pernafasa...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita.
Penyakit ini mudah menular kepada ana...
Powered by Blogger.
Archive
► 2020 (35)
► January (35)
► 2019 (2)
► January (2)
► 2018 (10)
► March (8)
► February (2)
► 2017 (238)
► June (32)
► May (76)
► April (23)
► March (29)
► February (34)
► January (44)
► 2016 (98)
► December (38)
► November (11)
► October (7)
► September (42)
► 2015 (3)
► April (3)
► 2014 (14)
► November (1)
► October (1)
► September (3)
► August (1)
► July (1)
► March (2)
► February (2)
► January (3)
▼ 2013 (43)
► December (2)
► November (2)
► October (3)
► September (2)
► August (2)
► July (4)
► June (2)
► May (5)
▼ April (6)
► March (9)
► February (5)
► January (1)
► 2012 (32)
► December (11)
► November (6)
► October (15)
Powered by Blogger.com