Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Sistem Pernafasan

Secara garis besar, sistem respirasi terdiri dari bagian konduksi yang terdiri
dari cavum nasi, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus
terminal; dan bagian respirasi (tempat terjadi pertukaran gas) yang terdiri dari
bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli. Menurut klasifikasi
berdasarkan saluran napas atas dan bawah, saluran napas atas terbatas hingga
faring sedangkan saluran napas bawah dimulai dari laring, trakea, bronkus dan
berakhir di paru.1

Gambar 1. Sistem Pernapasan

3.1.1.1 Hidung
Hidung merupakan bagian dari wajah yang terdiri dari kartilago, tulang,
otot, dan kulit yang melindungi bagian depan dari cavum nasi. Cavum nasi
merupakan bangunan menyerupai silinder dengan rongga kosong yang dibatasi
tulang dan dilapisi mukosa hidung. Fungsi dari cavum nasi adalah untuk
menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang memasuki hidung
sebelum mencapai paru4
3.1.1.2 Alat penghidu
Kemoreseptor penciuman terletak di epitel olfaktori. Daerah olfaktori ditutupi
selaput lendir tipis dan terletak di bagian atap rongga hidung dekat konka bagian
atas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong, sel basal dan sel olfaktoris. 4

3.1.1.3 Sinus Paranasal dan Nasofaring


Sinus paranasal adalah rongga bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid,
dan sphenoid pada tengkorak. Dilapisi dengan epitel respiratori tipis dengan
jumlah sel yang sedikit. Lamina propria terdiri dari beberapa kelenjar kecil dan
kontinu dengan periosteum. Sinus paranasal berhubungan dengan rongga hidung
melalui lubang kecil dan lendir yang diproduksi dalam sinus mengalir ke rongga
hidung oleh karena adanya aktivitas sel-sel epitel bersilia.2

Terletak di belakang rongga hidung, nasofaring adalah bagian pertama dari


faring, ke arah kaudal (bawah) menerus menjadi orofaring yang merupakan
bagian belakang rongga mulut. Nasofaring dilapisi dengan epitel respiratori dan
terdapat bangunan tonsil faring medial dan lubang bilateral dari tuba eustachii
menuju telinga tengah.2

3.1.1.4 Faring
Setelah melalui cavum nasi, udara yang diinhalasi akan memasuki faring.
Faring disebut juga sebagai tenggorokan yaitu suatu silinder berongga dengan
dinding yang terdiri dari otot. Faring merupakan bagian yang menghubungkan
bagian ujung belakang cavum nasi dengan bagian atas esofagus dan laring. Faring
dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Nasofaring merupakan bagian teratas dari faring dan berada di belakang dari
cavum nasi. Udara dari cavum nasi akan melewati nasofaring dan turun melalui
orofaring yang terletak di belakang cavum oris dimana udara yang diinhalasi
melalui mulut akan memasuki orofaring. Berikutnya udara akan memasuki
laringofaring dimana terdapat epiglottis yang berfungsi mengatur aliran udara dari
faring ke laring.4

3.1.2 Saluran Pernapasan Bawah


3.1.2.1 Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara
faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus
ekstrinsik mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada
tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring merupakan epitel
bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak ada kelenjar. Fungsi
laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat menelan (epiglotis).
Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat
suara). Celah diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa
dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot rangka).
Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan Inferior. Inervasi: N Laringealis superior. 3

3.1.2.2 Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh
jaringan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel
bersilia, jaringan limfoid dan kelenjar. 2

3.1.2.3 Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar à bronki segmental à bronki subsegmental. Struktur
bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak
teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang
sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun atas
lipatan memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan
kelenjar submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit, sel mast,
eosinofil. 3

3.1.2.4 Bronchiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak
mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat longgar.
3.1.2.5 Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup.
Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong
oleh serat kolagen, dan elastis halus. 3

3.1.3 Anatomi Sistem Respirasi Fungsional

2.1.3.1 Rongga Thoraks dan Otot Pernapasan

Rongga thorax berisi dua paru-paru yang masing-masing dikelilingi pleura.


Kontraksi diafragma menyebabkan kavitas thoraks dapat menurun 1,5—7 cm dan
paru-paru dapat mengembang. Pergerakan diafragma secara normal menyumbang
75% dari perubahan volume dada.
Selama bernapas yang normal, diafragma dan otot interkostal eksternal
bertanggung jawab dalam inspirasi, sedangkan dalam ekspirasi dilakukan secara
pasif. Dengan meningkatkan usaha, m. sternocledomastoid, scalene, dan m.
pectoralis berperan selama inspirasi. M. sternocledomastoid membantu mengangkat
tulang rusuk, sedangkan M. scalene mencegah perpindahan kedalam tulang rusuk
atas selama inspirasi. M. Pectoralis membantu mengembangkan dinding dada ketika
lengan dalam posisi fiksasi.

Gambar 2. Anatomi Otot Pernapasan

Ekspirasi dilakukan secara pasif dan dapat menjadi aktif dalam posisi berdiri dengan
meningkatkan usaha. Ekhalasi pernapasan dapat dilakukan oleh otot perut (m. rectus

4
abdominis, eksternal dan internal oblique, dan transversus) dan otot intercostal yang
membantu gerakan kebawah dari tulang rusuk.

2.1.3.2 Pohon Trakeobronkial


Trakea berfungsi sebagai saluran untuk ventilasi dan pembersih dari sekresi
trakea dan bronkial. Trakea dimulai dibatas bawah tulang rawan krikoid dan meluas
ketingkat carina. Panjangnya sekitar 1-13 cm, terdiri dari cincin kartilaginosa
berbentuk C, yang berasal dari dinding anterior dan lateral dari trakea dan
dihubungkan dibagian posterior oleh dinding membrane trakea. Lumen trakea sedikit
menyempit saat berkembang ke arah carina,dengan bifurkasi trakea yang terletak di
tingkat sudut sternum. Bronkus utama bagian kiri lebih panjang dari bronkus utama
kanan yang ukurannya rata-rata 5,0 cm untu pria dan 4,5 cm untuk wanita. Bronkus
kiri utama terbagi menjadi bronkus lobus kiri atas dan lobus kiri bawah.1

Gambar 2. Anatomi tracheobronchial tree

Fungsi pohon trakeobronkial adalah untuk meyalurkan aliran gas ke dalam


dalam alveoli. Mukosa saluran pernapasan memiliki berbagai macam jenis sel, yang
berubah di setiap sisi, Pertukaran gas yang terjadi hanya terjadi pada seluruh epitel
yang datar, yang dimulai dari permukaan bronkiolus respiratorium. Dinding saluran
napas secara gradual semakin kehilangan kartilago (bronkiolus) dan otot polos.
Hilangnya dukungan tulang rawan menyebabkan patensi saluran udara yang lebih kecil
sehingga bergantung pada traksi radial oleh elastisitas recoil pada jaringan sekitarnya.

5
2.1.3.3 Alveoli

Ukuran alveolar menentukan fungsi dari gravitasi dan volume paru-paru.


Diameter rata-rata alveolus diperkirakan 0,05-0,33 mm. Dalam posisi tegak, alveoli
terbesar berada di apeks paru, sedangkan yang terkecil cenderung berada di pangkalan.
Dengan inspirasi, perbedaan ukuran alveolar berkurang.

Setiap alveolus berhubungan erat dengan jaringan kapiler paru. Dinding setiap
alveolus disusun secara asimetris. Pada sisi yang tipis, di mana terjadi pertukaran gas,
epitel alveolar dan endotel kapiler hanya dipisahkan oleh membran seluler dan
basement masing-masing; pada sisi yang tebal, tempat pertukaran cairan dan zat
terlarut, ruang interstitial paru memisahkan epitel alveolar dari endotel kapiler. Ruang
interstisial paru terutama mengandung elastin, kolagen, dan mungkin serabut saraf.
Pertukaran gas terjadi terutama pada sisi tipis membran alveolocapillary, yang tebalnya
kurang dari 0,4 μm. Sisi tebal (1-2 μm) memberikan dukungan struktural untuk
alveolus

2.1.3.4 Vaskularisasi dan Aliran Limfe

Paru-paru disuplai oleh dua sirkulasi, pulmoner dan bronkial. Sirkulasi bronkial
muncul dari jantung kiri dan menopang kebutuhan metabolisme pohon trakeobronkial.
Sirkulasi bronkial memberikan sejumlah kecil aliran darah (yaitu kurang dari 4% dari
curah jantung). Cabang-cabang dari arteri bronkial menyuplai dinding bronkus dan
mengikuti saluran udara sejauh bronkiolus terminal. Sepanjang perjalanan mereka,
pembuluh bronkial anastomose dengan sirkulasi arteri paru dan berlanjut sejauh duktus
alveolar. Di bawah level itu, jaringan paru didukung oleh kombinasi gas alveolar dan

6
sirkulasi pulmoner. Kecuali bronkus utama dalam mediastinum, hampir semua darah
yang dibawa oleh arteri bronkial memasuki sirkulasi paru.

Kapiler paru memasuki dinding alveoli. Diameter rata-rata kapiler ini (sekitar 10
μm) hampir tidak cukup untuk memungkinkan lewatnya satu sel darah merah. Karena
setiap jaringan kapiler memasok lebih dari satu alveolus, darah dapat melewati
beberapa alveoli sebelum mencapai pembuluh darah paru-paru. Karena tekanan yang
relatif rendah dalam sirkulasi paru, jumlah darah yang mengalir melalui jaringan
kapiler tertentu dipengaruhi oleh gravitasi dan ukuran alveolar. Alveoli besar memiliki
luas penampang kapiler yang lebih kecil dan akibatnya peningkatan resistensi terhadap
aliran darah. Dalam posisi tegak, kapiler apikal cenderung mengalami penurunan
aliran, sedangkan kapiler basal memiliki aliran lebih tinggi. Endotel kapiler paru
memiliki persimpangan yang relatif besar (lebar 5 nm), memungkinkan lewatnya
molekul besar seperti albumin. Akibatnya, cairan interstitial paru relatif kaya akan
albumin. Makrofag dan neutrofil yang bersirkulasi dapat melewati endotelium, serta
persimpangan epitel alveolar yang lebih kecil, dengan relatif mudah. Makrofag paru
umumnya terlihat di ruang interstitial dan di dalam alveoli; mereka berfungsi untuk
mencegah infeksi bakteri dan untuk mengais partikel asing.

Saluran limfatik di paru-paru berasal dari ruang interstitial septa besar dan dekat
dengan arteri bronkial. Limfatik bronkial mengembalikan cairan, protein yang hilang,
dan berbagai sel yang lolos dalam interstitium peribronkovaskular ke dalam sirkulasi
darah, sehingga memastikan homeostasis dan memungkinkan fungsi paru-paru. Karena
persimpangan endotel yang besar, getah bening paru memiliki kandungan protein yang
relatif tinggi, dan aliran getah bening paru total mungkin sebanyak 20 mL / jam.
Pembuluh limfatik besar bergerak ke atas di sepanjang saluran udara, membentuk
rantai trakeobronkial kelenjar getah bening. Saluran drainase limfatik dari kedua paru
berkomunikasi di sepanjang trakea.

3.2 Fisiologi Sistem Perafasan

Respirasi adalah pertukaran gas-gas antara organisme hidup dan lingkungan


sekitar. Pada manusia dikenal dua macam respirasi yaitu eksternal dan internal. Fungsi
utama respirasi ialah pertukaran O2 dan CO2 antara darah dan udara pernapasan,
pengendalian keseimbanan asam basa, metabolisme hormon, pembuangan partikel.

7
Respirasi eksternal adalah pertukaran gas-gas antara darah dan udara sekitarnya.
Pertukaran ini meliputi beberapa proses.1

1. Ventilasi
Proses masuk udara sekitar dan pembagian udara tersehut ke alveoli.
2. Distribusi
Distribusi dan percampuran molekul-molekul gas intrapulmoner
3. Difusi
Masuknya gas-gas menembus selaput alveolo-kapiler
4. Perfusi
Pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat

Respirasi internal adalah pertukaran gas-gas antara darah dan jaringan. Proses
pertukaran ini terjadi melalui
1. Efisiensi kardiosirkulasi dalam menjalankan darah kaya oksigen
2. Distribusi kapiler
3. Difusi, perjalan gas keruang interstisial dan menembus dinding sel.

Mekanisme yang menyebabkan disfungsi pernapasan terkait anestesi dapat


ditentukan dengan pemeriksaan fungsi normal dan mekanisme respirasi. Ditinjau secara
singkat mengenai respirasi seluler di mana O2 dikonsumsi dan CO2 diproduksi,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah, dan prinsip-prinsip yang digunakan paru-paru

untuk mengoksidasi darah dan menghilangkan CO2.2

8
BAB III
KESIMPULAN

Sistem pernapasan adalah sistem pada manusia yang berfungsi untuk mengambil oksigen
dan mengeluarkan karbon dioksida melalui paru-paru. Sistem pernapasan dibagi kepada dua
iaitu sistem pernapasan atas( hidung, faring dan laring) dan sistem pernapasan bawah( trakea,
bronkus, bronkiolus dan alveolus. Jenis pernapasan yang terdapat manusia dibagi dua, yang
pertama pernapasan dada yaitu masuknya udara ke dalam paru akibat dari kontraksi otot
tulang rusuk sehingga tulang rusuk terangkat dan volume rongga dada mengembang.
Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat
dibedakan sebagai berikut, fase inspirasi, fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma
sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan diluar sehingga udara luar yang kaya dengan oksigen masuk. Fase yang
kedua yaitu fase ekspirasi, fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa
ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil.
Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar,
sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

9
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Butterworth J, Mackey D, and Wasnick J. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology.


United States. McGrew-Hill Education; 2013. p. 487-525.
2. Ganong, William F., editor bahasa Indonesia: M Djauhari Widjajakusumah. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran.Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1999. hal. 669 – 724
3. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran.
EGC.1997. hal. 655 – 667
4. Sherwood, Lauralee.Fisiologi Jantung. Beatricia I.Santoso.Fisiologi Manusia dari Sel ke
Sistem. Jakarta : EGC.2001; hal 410 – 460
5. Despopoulus, Agamemnon, Atlas Berwarna & Teks Fisiologi. Penerbit Hipokrates. 2000.
hal. 78 – 109
6. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan R. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Fisiologi Pernapasan.
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2002.p. 3-8.
7. Miller R. Miller’s Anethesia 8th ed. Philadelphia. Elsevier; 2015. p. 444-454.
8. Mary, An., De Pietro. What Is Respiratory Rate: Medical News 2019.
https://www.medicalnewstoday.com/articles/324409.php
9. Edward Charbek, MD. Normal Vital Signs: Normal Heart Rate, Normal Respiratory Rate.
https://emedicine.medscape.com/article/2172054-overview#a3
10. Nazir, A., Lone MD. Pulmonary Examination Technique: Palpation, Percussion,
Auscultation 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1909159-technique

10

Anda mungkin juga menyukai