Anda di halaman 1dari 13

NAMA: MAYA FITRIANI

KELAS: ALPHA 2014

1.1. Apa penyebab dan mekanisme dari timbul bentol kemerahan di kedua tangan
dan kaki yang terasa gatal pada kasus? 6 4
Merozoit dilepaskan ke aliran darah, menekan dirinya pada reseptor spesifik
pada eritrosit. Hal ini diyakini membuat eritrosit antigenik masuk pada selaput
sel darah merah dengan cara membuka antigen permukaaan hithertohidden dan
/ atau memasukkan parasit yang baru diturunkan. Peningkatan antigenitas sel
darah merah disebabkan oleh infeksi plasmodial atau antigen plasmodial yang
mungkin bertanggung jawab untuk degranulasi sel mast.

1.2. Apa makna tidak terdapat sesak pada kasus? 8 6


Makna klinis anak tidak terdapat sesak mengindikasikan bahwa belum terjadi
komplikasi kearah malaria berat yaitu distress pernafasan akibat konsekuensi
dari asidosis berat.

1.3. Apa makna riwayat imunisasi dasar lengkap? 6 4


Karena imunisasi dasar yang diberikan HB0, BCG, Polio, DPT, Campak.
Imunisasi dasar tersebut bukanlah vaksin untuk parasit plasmodium, sehingga
tidak ada hubungan imunisasi dasar yang lengkap dengan malaria yang
dialami. Walaupun imunisasi dasar lengkap namun imunisasi terhadap parasit
malaria tidak ada, tetap aja anak berpeluang terinfeksi plasmodium ditambah
riwayat bepergian ke Bangka yang mana daerah terseut endemis malaria.

1.4. Konjungtiva pucat 8 6


Nyamuk anopheles betina menginjeksikan sporozoit plasmodium spp. Ke
dalam sirkulasi individu bersirkulasi mencapai sinusoid hati dan menembus
sel kuffer hepatosit terinfeksi dan membentuk vakuola parasitoforus tempat
berkembang sporozoit banyaknya sporozoit yang bersirkulasi menuju
sinusoid hati akibat kecocokan reseptor hepatosit dengan ligan pada parasit
menyebabkan sinusoid hati melebar hepatomegali.
Adanya hyperplasia rekuloendotelial akibat hepatomegali, membengkaknnya
jaringan hati akibat repon inflamasi terhadap sporozoit. Dalam waktu 5,5, hari,
hepatosit yang terinfeksi sporozoit akan matur lalu membentuk skizon dan
akan rupture melepaskan merozoit-merozoit yang akan menginfeksi eritrosit.
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

Merozoit menembus eritrossit dan berkembang menjadi cincin trofoid .


trofozoid kemudian matur menjadi skizon. Eritrosit yang mengandung skizon
akan rupture dan melepaskan merozoit-merozoit yang menginvasi eritrosit
normal lainnya sehingga menyebabkan anemia.
Konjungtiva pucat salah satu tanda anemia yang disertai dengan penurunan Hb.

1.5. Pemeriksaan dinding dada dalam batas normal 6 4


1.6. KGB tidak teraba membesar 8 6
1.7. Bagaimana cara mendiagnosis penyakit pada kasus? 6 4
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti
apabila ditemukan parasit malaria didalam darah.

A. Anamnesis
Keluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan
dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan:

1. riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria;


2. riwayat tinggal di daerah endemik malaria;
3. riwayat sakit malaria/riwayat demam;
4. riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir;
5. riwayat mendapat transfusi darah

B. Pemeriksaan Fisik
1. Demam (>37,5 ºC aksila)
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Pembesaran limpa (splenomegali)
4. Pembesaran hati (hepatomegali)
5. Manifestasi malaria berat dapat berupa penurunan kesadaran, demam
tinggi, konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, dan ikterik, oliguria, urin
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

berwarna coklat kehitaman (Black Water Fever ), kejang dan sangat lemah
(prostration).

Keterangan :penderita malaria berat harus segera dirujuk ke fasilitas


pelayanan kesehatan yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih
lengkap untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

C. Pemeriksaan Laboratorium

Untuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan pemeriksaan sediaan


darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui cara berikut.

1. Pemeriksaan dengan mikroskop


Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard (standar baku) untuk
diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop dilakukan dengan membuat sediaan
darah tebal dan tipis.

Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di rumah sakit/Puskesmas/lapangan


untuk menentukan:

a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);


b) Spesies dan stadium Plasmodium;
c) Kepadatan parasit:

1) Semi Kuantitatif
(-)= negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan
pandang besar)

( = positif 1 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 100 LPB)


( = positif 2 (ditemukan 11 –100 parasit dalam 100 LPB)
( = positif 3 (ditemukan 1 –10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)

Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:

- Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %


- Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %
- Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %

2) Kuantitatif
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit)
atau sediaan darah tipis (eritrosit).

Contoh :

Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8.000/uL
maka hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000 parasit/uL.

Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Jika jumlah eritrosit
4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X 50 = 225.000 parasit/uL.

2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT) Mekanisme


kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda
imunokromatografi. Tes ini digunakan pada unit gawat darurat, pada saat terjadi KLB,
dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas laboratorium mikroskopis.
3. Hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah sebelum RDT dipakai agar terlebih
dahulu membaca cara penggunaannya pada etiket yang tersedia dalam kemasan RDT
untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Saat ini yang digunakan oleh Program
Pengendalian Malaria adalah yang dapat mengidentifikasi P. falcifarum dan non P.
Falcifarum.
4. Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Sequensing DNA
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang tersedia. Pemeriksaan ini penting
untuk membedakan antara re-infeksi dan rekrudensi pada P. falcifarum. Selain itu
dapat digunakan untuk identifikasi spesies Plasmodium yang jumlah parasitnya rendah
atau di bawah batas ambang mikroskopis. Pemeriksaan dengan menggunakan PCR
juga sangat penting dalam eliminasi malaria karena dapat membedakan antara parasit
impor atau indigenous.

5. Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan adalah:

a. pengukuran hemoglobin dan hematokrit;


b. penghitungan jumlah leukosit dan trombosit;
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

c. kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah); dan
d. urinalisis.
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

1.8. Apa diagnosis pada kasus? 8 6


Malaria vivax.

1.9. Bagaimana pencegahan dan edukasi dari penyakit pada kasus (profilaksis)? 6 4
Pencegahan Penyakit Malaria

A. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu
penyakit atau gangguan sebelum hal tersebut terjadi dengan cara promosi kesehatan,

pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Edukasi merupakan faktor yang


penting yang harus diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan
bertugas di daerah endemis. Pencegahan malaria dengan kemoprofilaksis serta
pencegahan gigitan nyamuk, pengetahuan tentang upaya untuk menghilangkan
tempat perindukan nyamuk.

Upaya yang paling efektif mencegah malaria adalah dengan menghindarkan


gigitan nyamuk Anopheles, upaya tersebut berupa proteksi pribadi dengan
menggunakan insektisida dan repllent. Jendela dan pintu rumah ditutup mulai sore
hari dan sebaiknya dipasang kassa nyamuk pada kisi-kisi udara. Modifikasi
lingkungan ditujukan untuk mengurangi tempat perindukan nyamuk, berupa
perbaikan drainase sehingga mengurangi genangan air, menghilangkan tempat
pembiakan nyamuk seperti kaleng, bak mandi, ban bekas, menghilangkan alang-alang
atau semak belukar, perbaikan tepi sungai untuk memperlancar aliran air. Pada daerah
yang penderitanya banyak, upaya untuk menghindari gigitan nyamuk sangat penting.
Di pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, tambak ikan, maupun rawa,
sangat dianjurkan memakai baju lengan panjang, celana panjang saat keluar rumah,
terutama malam hari. Nyamuk ini suka menggigit pada malam hari. Menggunakan
kelambu saat tidur, merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

gigitan nyamuk. Penggunaan minyak anti nyamuk (mosquito repplent) juga dapat
dipertimbangkan untuk mencegah gigitan nyamuk.

Obat pencegahan (profilaksis) terhadap malaria dapat dilakukan, dengan tujuan agar
tidak terjadi infeksi, serta timbul gejala-gejala malaria. Hal ini sebaiknya dilakukan
pada orang-orang yang melakukan perjalanan ke derah endemis malaria. Orang yang
akan mengunjungi daerah endemis ini harus minum obat antimalaria sekurang-
kurangnya seminggu sebelum berangkat, sampai empat minggu setelah orang yang
bersangkutan meninggalkan daerah endemis malaria.

B. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan sekrining kesehatan dan


deteksi untuk menemukan patogenik setiap individu didalam populasi. Program
pembrantasan malaria (menurut tujuannya) dikenal: pengobatan presumtif dengan
pemberian skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi gejala klinis malaria dan
mencegah penyebarannya, pengobatan radikal diberikan untuk malaria relaps jangka
panjang, dan pengobatan massal digunakan pada setiap penduduk di daerah endemis
malaria secara teratur.

B.1. Klorokuin

Indikasi:

1. Malaria akut: P. malaria dan P. falciparum yang masih sensitif dapat diterapi hanya
dengan klorokuin. Untuk P. vivax dan P. ovale, sesudah terapi dengan klorokuin
sebaiknya diikuti pengobatan dengan primakuin untuk pemberantasan bentuk
intrahepatik parasit ini. Hari pertama 1 gram klorokuin difosfat per oral, diikuti 0,5
gram 6 jam kemudian. Hari kedua dan ketiga: 0,5 gram per hari.

2. Malaria pencegahan: klorokuin dapat digunakan untuk pencegahan malaria pada


perempuan hamil dan inividu nonimun yang berada di daerah malaria falciparum
yang masih peka atau resisten ringan terhadap klorokuin.
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

Dosis dan pengunaan:

Peroral (sebaiknya diberikan sesudah makan). Dewasa dan perempuan hamil:

diberikan dengan dosis 1500 mg (base) dalam waktu 3 hari. Hari I dosis awal 600

mg, diikuti 300 mg 6-12 jam kemudian. Hari II dan hari III: 300 mg/hari. Anak: dosis
total, 25 mg (base)/kg/BB, diberikan dalam waktu 3 hari. Hari I dosis awal 10 mg/kg
BB, diikuti 5 mg/kg/BB, 6-12 jam kemudian. Hari II dan hari III: 5 mg/kgBB/hari.

B. 2. Kinin (quinine)

Indikasi:

Kina dapat diberikan per oral terhadap malaria akut tanpa komplikasi yang sudah
resisten klorokuin atau malaria falciparum yang sedah resisten terhadap banyak obat.
Terapi parenteral dengan kina merupakan terapi pilihan (drug of choice) untuk
Malaria falciparum yang berat.

Dosis dan penggunaan:

Malaria yang sensitif kina: dewasa dan perempuan hamil: Kinin sulfat 3 x 600 mg
diberikan selama 7 hari. Anak: Kinin sulfat (garam) 10 mg/Kg/BB, tiga kali sehari
selama 7 hari.

Malaria yang resisten terhadap banyak obat: dewasa: Kinin sulfat (garam) 3 x 600
mg, dikombinasikan dengan Tetrasiklin 4 x 250 mg, diberikan selama 7 hari.
Perempuam hamil: Kinin sulfat (garam) 3 x 600 mg, diberikan selama 7 hari. Anak:
Kinin sulfat (garam), 10 mg/Kg/BB tiga kali sehari selama 4 hari, diikuti kinin 15
mg/Kg/BB selama 4 hari.

B.3. Primakuin

Indikasi:

Memberantas bentuk intrahepatik (hipnozoit) Plasmodium vivax dan P. ovale sesudah


pengobatan terapi radikal dengan klorokuin dan memberantas gametosit P.
falciparum.

Dosis dan pemberian:


NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

1. Terapi radikal malaria vivax dan malaria ovale


Dewasa:
a. Penderita dengan G6PD normal: Primakuin 15 mg (base) perhari selama 14 hari
sesudah pemberian klorokuin.
b. Penderita dengan defisiensi G6PD: primakuin 45 mg (base) ditambah klorokuin
300 mg per minggu selama 8 minggu.

Anak: hanya untuk anak berumur diatas satu tahun.

a. G6PD normal: 0,25 mg/Kg/BB/Hari selama 14 hari


b. G6PD defisiensi: 0,75 mg/Kg/BB ditambah klorokuin per minggu selama 8
minggu.
2. Terapi gametosidal
Dewasa: primakuin 45 mg (base) dosis tunggal. Anak: primakuin 0,5-0,75 mg
(base)/Kg/BB, dosis tunggal.

Pengobatan Artemesinin Combination Therapy (ACT) yang direkomendasikan


WHO pada tahun 2006 ialah:

1. Kombinasi artemeter-lumefantrin

Kombinasi aman dan ditoleransi, baik pada anak-anak seperti juga pada orang
dewasa, meskipun dalam suatu penelitian menujukan gangguan pendengaran yang
ireversibel. Absorbsi lumefantrin meningkat jika diberikan bersama makanan, hal
ini menyebabkan masalah pada anak yang sulit makan. Satu tablet mengandung 20
mg artemeter dan 120 mg lumefantrin. Rekomendasi yang dianjurkan adalah

regimen yang diberikan selama 3 hari. Obat ini diberikan 0, 8, 24, 36, 48 dan 60
jam. Pada regimen 3 hari diberikan berdasarkan berat-badan. Berat badan 10-14,9
kg satu tablet, 15-24,9 kg dua tablet, 25-34,9 kg tiga tablet dan >35 kg empat
tablet. Tablet diberikan dua kali sehari selama tiga hari.

2. Kombinasi artesunate + amodikuin


Kombinasi artesunat dan amodikuin dengan nama dagang Artesdiaquine atau
Artesumoon telah diedarkan disemua propinsi yang terdapat resistensi tinggi
(>25%) terhadap obat klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin. Dosis obat ini
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

adalah artesunat 4 mg/kg/BB sekali sehari selama 3 hari dan amodikuin hari
pertama dan hari kedua serta hari ketiga 10 mg/kg/BB.

3. Kombinasi artesunate + meflokuin


Regimen artesunat + meflokuin yang diberikan selama 3 hari telah menjadi terapi
malaria yang paling disukai di Thailand selama hampir satu dekade. Kombiansi ini
aman, ditoleransi baik dan sangat efektif. Dosis pada anak yaitu, 2 mg/kg/BB
sekali sehari selama 5 hari untuk hari pertama diberi 2 dosis, dan meflokuin 15 mg
meflokuin basa/kg/BB, dosis tunggal.

4. Kombinasi artesunate + sulfadoksin-pirimetamin.


Artesunat diberikan dengan dosis 4 mg/kg/BB sekali sehari selama 3 hari dan
sulfadoksin-pirimetamin dengan dosis 25 mg/kg/BB sulfadoksin dan 1,25
7
mg/Kg/BB pirimetamin dosis tunggal pada hari pertama.

C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier meliputi rehablitasi untuk memulihkan orang sakit sehingga
menjadi manusia berdaya guna, produktif, mengikuti gaya hidup yang memuaskan,
dan untuk mermberikan kualitas hidup yang sebaik mungkin, sesuai tingkat penyakit

dan ketidakmampuanya.30 Dalam pencegahan tersier untuk mencegah agar individu


atau masyarakat tidak jatuh sakit, diringankan gejala sakitnya dan ditingkatkan fungsi
tubuh penderita setelah perawatan, serta penanganan akibat komplikasi dan
rehablitasi mental/psikologis. Perawatan pasien yang akan meninggal bersifat paliatif.

1.10. Bagaimana prognosis dari penyakit pada kasus (kemungkinan relaps?)? 8 6


Pada infeksi oleh P.vivax, sesudah serangan yang pertama berakhir atau
disembuhkan dengan adanya siklus eksoeritrositi (EE) sekunder atau
hipnozoit dalam hati biasanya akan mendapatkan serangan malaria kedua
(sekunder). Relaps atau kekambuhan terjadi beberapa bulan (>24 minggu)
setelah serangan malaria primer, disebut long-time relapse.

Sebagian besar anak dengan malaria tanpa komplikasi akan menunjukkan


perbaikan dalam 48 jam setelah mulai pengobatan dan bebas demam setelah 96
jam. Apabila malaria dapat dideteksi dini dan diberi pengobatan yang tepat,
prognosis malaria tanpa komplikasi pada anak umumnya baik.
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014

Prognosis untuk ad vitam dubia ad bonam, namun ad fungsionam dan


sanationam adalah dubia ad malam.
NAMA: MAYA FITRIANI
KELAS: ALPHA 2014
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3109/
MALARIA_Layout.pdf diakses tanggal 22 Agustus 2017.
Liwan A.S. 2015. Diagnosis dan Penatalaksanaan Malaria Tanpa Komplikasi pada
Anak. Cermin Dunia Kedokteran. 42 (6):425-428.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Tatalaksana
Malaria. Jakarta, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai