Anda di halaman 1dari 9

Nama : Maya Fitriani

Kelas : alpha 2014


NIM: 04011181419069
_____________________________________________________________________

A. Imunisasi TT
Imunisasi Tetanus Toksoid ialah imunisasi untuk mencegah penyakit tetanus.
Imunisasi TT Pada ibu Hamil adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh
kekebalan pada ibu hamil terhadap infeksi tetanus yaitu dengan menyuntikan
vaksin tetanus toxoid.

B. Apa saja masalah yang terdapat pada Ibu Tini ? 6 / 2


1. Ibu Tini berusia 41 tahun, hamil anak kelima
Hamil pada usia diatas 35 tahun berisiko tinggi mengalami penyulit dalam
kehamilannya diantaranya;
a. Preeklamsia dan eklampsia
Sehubungan dengan makin tingginya usia ibu, a. uterine semakin mengalami
degenerasi. Patofisiologi terjadinya preeklampsia sampai saat ini pun belum
diketahui dengan jelas. Banyak teori yang telah dikemukakan mengenai terj
adinya hipertensi dalam kehamilan. preeklampsia dapat terjadi akibat kelainan
implantasi plasenta,serta akibat perubahan pada ginjal dan sistem vaskuler
secara keseluruhan, dimana, akibat adanya disfungsi endotel, faktor-faktor yang
memungkinkan perkembangan pembuluh darah menjadi berubah,
menyebabkan pelepasan vasokntriktor serta prokoagulan ke dalam pembuluh
darah plasenta.

Disfungsi endotel juga menyebabkan timbulnya lesi yang khas pada sel endotel
glomerulus, yang ditandai dengan adanya mikroskopis trombus, sehingga
mengakibatkan menurunnya fungsi ginjal

b. Diabetes Gestasional
Kehamilan merupakan sutau keadaan intoleransi glukosa, meskipun begitu
hanya 3-5% wanita hamil yang kemudian menderita diabetes gestasional.
Seiring bertambahnya usia kehamilan, jaringan yang mengalami resistensi
terhadap insulin semakin meningkat, sehingga menciptakan peningkatan
kebutuhan insulin.
Prevalensi diabetes gestasional 3x lebih tinggi pada ibu hamil berusia ≥35
tahundibanding ibu hamil berusia 25-29 tahun dan 9x lebih tinggi dibanding ibu
hamil usia 20-24 tahun. Peningkatan insidensi diabetes gestasional pada ibu
hamil yang berusia lebih tua mungkin berhubungan dengan faktor penuaan dari
sisi maternal.

c. Plasenta Previa

Usia ibu yang semakin lanjut meningkatkan risiko plasenta previa. Terdapat 1
insiden dalam 1500 kehamilan pada perempuan kelompok usia ≤19 tahun dan
sebesar 1 insiden dalam 100 kehamilan pada perempuan kelompok usia >35
tahun

d. Ketuban Pecah Dini


Pecahnya ketuban pada kehamilan prematur pada banyak kasus tidak diketahui
sebabnya, namun infeksi intrauterine asimptomatik
merupakan prekusor tersering terjadinya KPD. Usia tua merupakan
faktor risiko terjadinya bakteriuria asimptomatik pada kehamilan, hal
ini didasarkan bahwa pada ibu usia tua umumnya telah terjadi beberapa
kehamilan sebelumnya (multiparitas), dan multiparitas adalah salah satu faktor
risiko dari bekteriuria asimptomatik

e. Paritas
Terdapat penelitian menyebutkan bahwa wanita multiparitas berusia
≥40 tahun memiliki risiko komplikasi antepartum yang lebih
tinggi, termasuk didalamnya Intrauterine Fetal Death (IUFD), dibanding
kelompok usia yang lebih muda. Mereka berpendapat bahwa 14
komplikasi medis lebih berpengaruh dibanding usia pada terjadinya
komplikasi obstetric

f. Kelainan letak
Kelainan letak atau malposisi janin merupakan salah satu penyebab utama
partus macet. bu usia ≥35 tahun paling kuat berhubungan dengan
persalinandengan tindakan (Operative delivery).

g. Partus lama
h. Perdarahan post partum
i. Inersia uteri
j. Kematian maternal

2. Baru melakukan ANC pertama kali usia kehamilan 22 minggu


ANC baru pertama kali dilakukan usia kehamilan 22 minggu artinya ibu
tersebut tidak melakukan ANC kunjungan pertama yang seharusnya dilakukan
pada trimester pertama kehamilan. Artinya ibu tidak mendapatan pemeriksaan
fisik diagnostic, laboratorium dan pemeriksaan obstetric awal. Pemberian
Imunisasi tetanus toxoid (TT), pemberian obat rutin tablet Fe, kalsium,
multivitamin dan mineral lainnya yang harusnya sudah diberikan pada ANC
kunjungan pertama

http://erepo.unud.ac.id/11085/3/ba9150ac0b57aea46097f1e83c7f8ddf.pdf
diakses tanggal 9 Mei 2017 pukul 18.34 WIB

C. Apa saja resiko yang dapat terjadi jika ibu melahirkan bukan dibantu oleh tenaga
kesehatan ? 10 / 6

Pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan oleh dukun menimbulkan


berbagai masalah dan sebagai penyeba utama tingginya angka kematian dan
kesakitan ibu dan perinatal
Persalinan oleh dukun berisiko dikarenakan
1. Dukun bukan merupakan tenaga terlatih
2. Peralatan kurang lengkap
3. Kesterilan kurang
4. Privasi klien kurang terjaga
5. Bila ada kedarurutan tidak segera ditangani
Dukun tidak mengenali tanda-tanda bahaya persalinan. Sehingga akibat
pertolongan yang tidak adekuat dapat terjadi:
1. Persalinan kasep
2. Kematian janin dalam rahim
3. Rupture uteri
4. Perdarahan akibat pertolongan salah, robek jalan lahir, dan retensio plasenta
5. Infeksi berat
6. Asfiksia janin dan trauma persalinan, bahkan sampai kematian
7. Alat-alat pemotong tali pusat yang masih tradisonal dan perawatan tali pusat
bati yang masih memakai ramuan yang membahayakan bayi baru lahir
8. Kasus kematian bayi berupa Sepsis dan BBLR
9. Tempat bersalin dan peralatan tidak higienis. Jika ibu melahirkan oleh tenaga
non kesehatan di daerah perdesaan memiliki risiko 16 kali mengalami
gangguan pada masa nifas dibandingkan ibu melahirkan ditolong tenaga non
kesehatan yang tinggal diperkotaan

Sumber: Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

c. Bagaimana perencanaan tingkat puskesmas (Dari identifikasi hingga RUK dan


RPK)? 6 / 2 / 7 / 11

d. Bagaimana cara membuat lokakarya mini bulanan dan tribulanan ? 5 /1 / 6 / 10

Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas, diselenggarakan dalam dua tahap yaitu :

Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama

Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama, merupakan Lokakarya penggalangan Tim


diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat terlaksananya
rencana kegiatan Puskesmas (RPK).Pengorganisasian  dilaksanakan   sebagai
penentuan penanggungjawab dan pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan
wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja Puskesmas dilakukan
pembagian habis kepada seluruh petugas Puskesmas, dengan mempertimbangkan
kemampuan yang dimilikinya.

Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai berikut :

Masukan

1. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran,


tanggungjawab staf dan kewenangan Puskesmas.
2. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan dengan
Puskesmas.
3. Informasi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA)
Puskesmas.

Proses

1. Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk


2. kegiatan lapangan/ daerah binaan.
3. Analisis beban kerja tiap petugas.
4. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab daerah binaan.
5. Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA) Puskesmas tahunan
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK).

Keluaran

1. Rencana kegiatan (Plan Of Action POA) Puskesmas tahunan.


2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA.
3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

Lokakarya Mini Bulanan Rutin

Lokakarya Bulanan Puskesmas ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari


Lokakarya Mini Bulanan yang pertama. Lokakarya Bulanan Rutin ini
dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA Puskesmas, yang diiakukan
setiap bulan secara teratur.

Penanggungjawab penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan adalah Kepala


Puskesmas, yang daiam pelaksanaannya dibantu staf Puskesmas dengan
mengadakan rapat kerja seperti biasanya. Fokus utama Lokakarya Mini Bulanan
Rutin adalah ditekankan kepada masalah pentingnya kesinambungan arch dan
kegiatan antara hal-hal yang direncanakan, pelaksanaannya serta hasilnya, agar
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tersebut dapat berhasil guna dan
berdayaguna.

Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas adalah sebagai berikut :

Masukan

1. Laporan hash] kegiatan bulan lalu


2. Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota
3. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

Proses

1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS


2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan terhadap
standar pelayanan
3. Merurnuskan alternatif pemecahan masalah

Keluaran

1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan


2. Rencana kerja bulan yang baru
Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan

1. Pengarah : Kepala Puskesmas


2. Peserta: Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas Pembantu dan
Sidan di Desa.
3. Waktu: Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan dengan kondisi
dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau hari Sabtu minggu pertama atau
hari lain yang dianggap tepat. Demikian halnya dengan waktu penyelenggaraan
diatur oleh Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00 — 15.00.
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokakarya Mini Bulanan dilaksanakan
dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa mengganggu aktivitas
pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
4. Acara: Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan bersifat dinamis,
dapat disusun sesuai dengan kebutuhan, ketersediaan waktu dan kondisi
Puskesmas setempat. Sebagai contoh susunan acara Lokakarya Mini adalah
sebagai berikut

Lokakarya Mini Bulanan Yang pertama disebut juga dengan Lokakarya


Penggaiangan Tim

1. Pembukaan
2. Dinamika kelompok
3. Pengenalan program baru
4. POA Puskesmas
5. Analisa beban kerja petugas
6. Pembagian tugas dan desa binaan
7. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

Lokakarya Mini Bulanan Rutin

1. Pennbukaan
2. Dinamika Kelompok; menumbuhkan motivasi
3. Pengenalan program baru
4. Inventarisasi kegiatan bulan !arta
5. Analisa pemecahan masalah dan pemecahan
6. Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang
7. Pembagian tugas bulan yang akan datang
8. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru

5. Tempat : Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat diselenggarakan di


Puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat lain yang
Iokasinya berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang dipakai hendaknya cukup
untuk menampung semua peserta.

6. Persiapan : Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang meliputi :


 Pemberitahuan hari, tanggal dan jam.
 Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf “U”.
 Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik.
 Rencana Kerja Harian bulan lalu.
 Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu dibandingkan
dengan target bulanan per Desa, antara lain menggunakan PINS.
 Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas
Sektor/Kecamatan.
 Materi Pelajaran dan slat peraga yang digunakan.
 Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya.

Tahapan Kegiatan Lokakarya Mini Tribulan Lintas Sektor Puskesmas

Kegiatan ini dilaksanakan daiarn dua tahap yaitu :

1. Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama

Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama merupakan Lokakarya penggalangan Tim


diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian. Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat
terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan.

Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggung-jawab dan peraksana setiap


kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah kerja kecamatan
dilakukan pembagian habis kepada seluruh sektor terkait, dengan mempertimbangkan
kewenangan dan bidang yang dimilikinya.

Pelaksanaan lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut :

1. Masukan, terdiri dari : 1). Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinannIka
kelompok; 2) Informasi tentang program lintas sektor; 3).Informasi tentang program
kesehatan; 4) Informasi tentang kebijakan. program dan konsep baru
2. Proses, terdiri :1). Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor; 2) . Analisis masalah
peran bantu dari masing-masing sektor; 3).Pembagian peran dan tugas masing-masing
sektor
3. Keluaran, terdiri dari : 1). Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung
program kesehatan; 2). Rencana kegiatan nnasing-masing sektor

2. Lokakarya Mini Tribulanan Rutin

Sebagaimana lokakarya bulanan Puskesmas maka lokakarya tribulanan lintas sektoral


merupakan tindak lanjut dari lokakarya Penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yang telah
dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan secara tetap. Penyelenggaraan dilakukan oleh
Camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait di kecamatan. Lokakarya tribulanan lintas sektoral
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Masukan, terdiri dari : 1). Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan
dukungan sektor terkait; 2). Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor
dalam pelaksanaan program kesehatan; 3). Pemberian informasi baru
2. Proses, terdiri dari : 1). Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan;
2).Analisis hambatan dan masalah dukungan dan masing¬masing sektor; 3).
Merumuskan cara penyelesaian masaiah; 4). Menyusun rencana kerja dan menyepakati
kegiatan untuk tribulan baru
3. Keluaran, terdiri dari : 1). Rencana kerja tribulan yang baru; 2). Kesepakatan bersama

Penyelenggaran Lokakarya Tribulanan Lintas Sektoral

Persiapan, sebelum iokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan yang meliputi:

1. Pendekatan kepada Camat: 1). Memimpin lokakarya dengan menjelaskan acaranya; 2).
Mengkoordinasikan sektor-sektor agar nnenyajikan laporan kegiatan dan pembinaan; 3).
Mennpersiapkan tempat penyelenggaraan lokakarya.
2. Puskesmas melaksanakan: 1). Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk
yang mudah dipahami oleh sektor, antara lain dalam bentuk PWS; 2). Persiapan alat-alat
tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor; 3). Persiapan catatan hash
kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-surat yang berhubungan dengan peran serta
masyarakat yang berkaitan dengan sektor kesehatan; 4). Penugasan salah seorang staf
untuk membuat notulen lokakarya; 5). Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk
ditandatangani carat.

Peserta, Lokakarya Mini tribulanan Lintas sektor dipimpin oieh Carat,dengan peserta sebagai
berikut:

1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


2. Tim Penggerak PKK Kecamatan
3. Puskesmas di wilayah Kecamatan
4. Staf Kecamatan, antara lain: Sekcam, Unit lain yang terkait
5. Lintas sektor di kecamatan, antara lain : Pertanian, Agama, Pendidikan, BKKBN, Sosial
6. Lembagaiorgaisasi kemasyarakatan, antara lain : TP PKK Kecamatan,
BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan (apabila sudah terbentuk)

Waktu: Lokakarya Mini Tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan pada bulan
pertama tahun anggaran berjalan. Sedangkan untuk selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan.
Adapun waktu penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat. Yang perlu dijadikan
pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat menghadiri lokakarya.

Lokakarya ini diselenggarakan dalam waktu ± 4 jam. Secara umum jadwal acara Lokakarya mini
tribulanan adalah sebagai berikut :

Lokakarya Mini Tribulanan yang pertama

1. Pembukaan
2. Dinamika kelompok
3. Kegiatan sektor
4. Inventarisasi peran bantu sektor
5. Analisa hambatan dan masalah
6. Pernbagian peran dan tanggungjawab sektor
7. Perumusan rencana kerja
8. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan

Lokakarya Mini Tribulanan rutin

1. Pembukaan
2. Dinamika kelompok, menumbuhkan motivasi
3. Kegiatan sektor terkait
4. Masalah dan hambatan masing-masing sektor
5. Analisis masalah dan hambatan
6. Upaya pemecahan masalah
7. Rencana kerja tribulan mendatang
8. Kesepakatan pembinaan
9. Kesepakatan bersama
10. Penutupan

Tempat: Penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas sektor adalah di Kecamatan atau
tempat lain yang dianggap sesuai.

Refference:

Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan


Masyarakat, Depkes RI, 2006.

Anda mungkin juga menyukai