Anda di halaman 1dari 92

PEDOMAN PELAYANAN PONEK 24 JAM

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH KALITIDU

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH KALITIDU


JL. Raya Kalitidu No. 266 Kalitidu – Bojonegoro 62152
Telp. 0353 – 511731, 512066 FAX 0353 – 512066
Email : rsmuhammadiyahkalitidu@gmail.com
Terakreditasi Nomor : KARS-SERT /349/II/2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seperti kita semua mengetahui bahwa Angka. Kematian Thu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tinggi yaitu AKI 228/100.000 kelahiran hidup (KH)
dan AKB : 34/1000 kelahiran hidup (SDKI 2007), Sedangkan target RPJMN Depkes 2004-
2009 AKI : 226/100.000 KH dan AKB : 26/1000 KH pada tahun 2009. Dalam Konfrensi
Tingkat Tinggi Persatuan Bangsa Bangsa (2000) telah disepakati berbagai komitmen
tentang Tujuan Pembangunan Milenium (Milenium Development Goals) pada tahun 2015,
ada dua sasaran dan indicator secara khusus terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak
yaitu :
1. Mengurangi Angka Kematian Bayi dan Balita sebesar 2/3 dari angka pada tahun 1990
(menjadi 20 dan 25/1000 KH).
2. Mengurangi Angka Kematian ibu sebesar 3/4 dari AKI pada tahun 1990 (menjadi
125/100.000 kelahiran hidup).
Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menyebutkan bahwa penyebab
kematian ibu terbanyak di Indonesia adalah perdarahan (28%), Eklampsia (24%), lnfeksi
(11%), partus macet/lama (8%) dan aborsi (5%) sedangkan penyebab kematian bayi baru
lahir yang terbanyak adalah karena BBLR (29%), Asfiksia (27%), lnfeksi dan tetanus (15%),
masalah pembenan minum (10%), gangguan hematologi (6%), lain-lain (13%). Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan
mengobati.Sedangka kematian ibu umumnya disebabkan perdarahan (25%), infeksi (15%),
pre-eklamsia/eklamsia (15%), persalinan macet dan abortus. Mengingat kematian ibu
mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses persalianan dan
perawatan bays harus dilakukan dalam sistem terpadu ditingkat nasional dan regional.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan
bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Konfrehensif (PONEK) di rumah sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensy Dasar (PONED) ditingkat Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan
kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan
tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang
handal.

2
Untuk mencapai dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan -
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan dan perubahan perilaku dalam
pelayanan kepada pasien.
Komplikasi obstetri tidak selalu dapat diramalkan seminimal mungkin, dan mungkin
saja terjadi pada ibu hamil yang diidentifikasi normal. Oleh karena itu kebijakan Rumah
Sakit Muhammadiyah Kalitidu adalah mendekatkan pelayanan obstetric dan neonatal
sedekat mungkin kepada setiap ibu hamil sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy
Safer (MPS) yang mempunyai 3 pesan kunci yaitu :
1. Persalinan bersih dan aman oleh tenaga terampil.
2. Penanganan komplikasi kehamilan dan persalinan secara adekuat
3. Setiap kehamilan harus diinginkan dan tersedianya akses bagi penanganan komplikasi
abortus tidak aman
Penyebab kematian pada masa prenatal/neonatal pada umumnya berkaitan dengan
kesehatan ibu selama kehamilan, kesehatan janin selama didalam kandungan dan proses
pertolongan persalinan yang bermasalah. Oleh karena itu perlu adanya strategi penurunan
kematian/kesakitan maternal perinatal dengan Sistem Pelayanan Maternal Perinatal
Regional yaitu dukungan bagi MPS di Indonesia dengan upaya menyiapkan pelayanan
yang siap siaga 24 jam.

B. DASAR HUKUM
1. Undang Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (
Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
3495 )
2. Undang Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran ( Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4431 )
3. Undang Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah ( Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4437 )
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b/MenKes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah
Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/MenKes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/MenKes/SK/XII/2004 tentang Sistem
kesehatan Nasional, diatur Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan
Masyarakat

3
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktek
dan Pelaksanaan Praktek Kedokteran

C. PENGERTIAN
1. Regionalisasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal adalah suatu sistem pembagian
wilayah kerja rumah sakit dengan cakupan area pelayanan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat dalam waktu kurang dari 1 jam, agar dapat memberikan tindakan darurat
sesuai standar. Regionalisasi menjamin sistem rujukan kesehatan berjalan secara
optimal.
2. Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana
kesehatan primer kepada sarana kesehatan sekunder dan tersier
3. Rumah Sakit PONEK 24 jam adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24
jam.

D. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


1. VISI
Pada tahun 2015 tercapai tujuan pembangunan milenium (millenium Development
Goals) yaitu :
a. Mengurangi angka kematian bayi sebesar dua pertiga dari AKB pada tahun 1990
menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup.
b. Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga perempat dari AKI pada tahun 1990
menjadi 125/100.000 kelahiran hidup.
2. MISI
Menyelenggarakan pelayanan, obstetri dan neonatal yang bermutu melalui
standarisasi RS PONEK 24 jam, dalam rangka menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian bayi di Indonesia.
3. TUJUAN
Umum
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam upaya
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu

4
Khusus
 Adanya kebijakan Rumah sakit dan dukungan penuh manajemen dalam pelayanan
PONEK.
 Terbentuknya tim PONEK RS.
 Tercapainya kemampuan teknis tim PONEK sesuai standar
 Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola dan penanggung jawab
pada tingkat kabupaten/kota, propinsi dan pusat dalam manajemen program
PONEK.

4. SASARAN
a. Seluruh pimpinan RS tingkat kabupaten/kota
b. Seluruh dinas kesehatan propinsi dan kabupaten/kota
c. Pengelola program kesehatan ibu dan anak diseluruh dinas kesehatan propinsi dan
kabupaten/kota.

E. RUANG LINGKUP
Upaya pelayanan PONEK :
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS diruang tindakan
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomy dan Sectio cesarea.
4. Perawatan intensif ibu dan bayi,
5. Pelayanan asuhan antenatal resiko tinggi
Ruang lingkup pelayanan kesehatan maternal dan neonatal pada PONEK terbagi atas
2 kelas, yaitu rumah sakit kelas C dan B. Rumah sakit Muhammadiyah Kalitidu adalah
rumah sakit type C.

F. PONEK RUMAH SAKIT KELAS C


1. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal fisiologis
a. Pelayanan kehamilan
b. Pelayanan persalinan
c. Pelayanan nifas
d. Asuhan bayi baru lahir (level 1)
e. lmunisasi dan stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
2. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan resiko tinggi
a. Masa Antenatal :

5
 Perdarahan pada kehamilan muda
 Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut
 Gerak janin tidak dirasakan
 Demam dalam kehamilan dan persalinan
 Kehamilan ektopik (KE) dan kehamilan ektopik teerganggu (KET)
 Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan koma,
tekanan darah tinggi.
b. Masa intranatal :
 Persalinan dengan parut uterus
 Persalinan dengan distensi uterus
 Gawat janin dalarn persalinan
 Pelayanan terhadap syok
 Ketuban pecah dini
 Induksi dan akseierasi persalinan
 Aspirasi vakum manual
 Ekstrasi cunam
 Sectio secarea
 Episiotomi
 Kraniotomi dan kraiosentesis
 Malpresentasi dan malposisi
 Distosia bahu
 Prolapsus tali pusat
 Plasenta manual
 Perbaikan robekan servik
 Perbaikan robekan vagina dan perineum
 Perbaikan robekan dinding uterus dan reposisi inersia uteri
 Histerektomi
 Sukar bernafas
 Kompresi bimanual dan aorta
 Dilatasi dan kuretase
 Ligase arteri uterina
 Bayi baru lahir dengan asfiksia
 BBLR
 Resusitasi bayi baru lahir
 Anastesi umum dan lokal untuk sectio secarea

6
 Anastesi spinal, ketamin
 Blok paraservikal
 Blok pudendal
(bila memerlukan pemeriksaan specialistik, dirujuk ke RSIA/RSU)
c. Masa post natal
 Masa Nifas
 Demam pasca persalinan
 Perdarahan pasca persalinan
 Nyeri perur pasca persalinan
 Keluarga berencana
 Asuhan bayi baru lahir (level 2)
3. Pelayanan kesehatan neonatal
a. Hiperbilirubin
b. Asfiksia
c. Trauma kelahiran
d. Hipiglikemi
e. Kejang
f. Sepsis neonatal
g. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
h. Gangguan pernapasan
i. Kelainan jantung (payah jantung, payah jantung bawaan, PDA)
j. Gangguan perdarahan
k. Renjatan (shock)
l. Aspirasi mekonium
m. Koma
n. Inisiasi dini ASI (breast feeding)
o. Kangaro mother care
p. Resusitasi neonatus
q. Penyakit membran hyalin
r. Pemberian minum pada bayi resiko tinggi
4. Pelayanan ginekologi
a. Kehamilan ektopik
b. Perdarahan uterus disfungsi
c. Perdarahan menoragia
d. Kista ovarium akut
e. Radang pelvic akut

7
f. Abses pelvic
g. Infeksi saluran genitalia
h. HIV/AIDS
5. Perawatan intensif , High Care Unit dan Transfusi darah.

G. PELAYANAN PENUNJANG MEDIK


1. Pelayanan Darah
a. Jenis pelayanan
 Merencanakan kebutuhan darah di RS
 Menerima darah dari UTD yang telah memenuhi syarat uji saring (non reaktif) dan
telah dikonfirmasi golongan darah
 Menyimpan darah dan memantau suhu simpanan darah
 Memantau persediaan darah harian/ mingguan
 Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan rhesus pada darah donor
dan darah recepien
 Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah recepien
 Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golong darah
ABO / rhesus ke unit tranfusi darah / UTD secara berjenjang
 Bagi rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas unit transfusi darah / Bank darah
dianjurkan untuk membuat kerjasama dengan penyediaan fasilitas tersebut.
b. Tempat pelayanan
 Unit transfusi darah UTD PMI
 Unit transfusi darah UTD Rumah sakit
 Bank darah rumah sakit / BDRS
c. Kompetensi
 Mempunyai kemampuan rnanajemen pengelolaan tranfusi darah dan Bank
Darah Rumah sakit.
 Mempunyai sertifikasi pengetahuan dan ketrampilan tentang :
 Tranfusi darah
 Penerimaan darah
 Penyimpanan darah
 Pemeriksaan golongan darah
 Pemeriksaan uji silang serasi
 Pemantapan mutu internal
 Pencatatan,pelaporan,pelacakan dan dokumentasi

8
 Kewaspadaan universal ( universal precaution)
d. Sumber Daya Manusia
 Dokter
 Paramedis Tehnologi Tranfusi Darah ( PTTD )
 Tenaga administrator
 Pekarya
e. RuangPelayanan Darah
Ukuran minimal 24m2
f. Fasilitas peralatan
Peralatan utama

2. Perawatan intensif
a. Jenis pelayanan :
 Pemantauan terapi cairan
 Pengawasan gawat nafas / ventilator
 Perawatan sepsis
b. Tempat Pelayanan
 Unit perawatan intensif
c. Kompetensi
 Pelayanan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien gawat, tunjangan
kardio- respirasi jangka pendek dan mempunyai peran memantau serta
mencegah penyulit pada pasien medik dan bedah yang beresiko.
 Ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana
d. Sumber daya manusia
 Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru.
 Dokter spesialis anestesiologi
e. Ruang pelayanan
 Ruang Pelayanan Intensif ( ICU ) 75m2
3. Pencitraan
a. Radiologi
b. USG ibu dan neonatal
4. Laboratorium
a. Pemeriksaan rutin darah, urin
b. Kultur darah, urin, pus
c. Kimia

9
BAB II
SRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi penyelenggaraan pelayanan obstetri neonatal emergency


komprehensif (PONEK) dalam pelaksanaanya dilakukan secara terpadu oleh suatu panitia yang
terdiri dari berbagai unit dalam rumah sakit antara lain : bagian kebidanan dan kandungan,
bagian anak dan sebagainya yang telah ditetapkan dengan surat keputusan Direktur Rumah
Sakit

A. STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN OBSTERI NEONATAL


EMERGENSI KOMPREHENSIP

Direktur

Komite Medik

Wakil Direktur
Pelayanan Medik

Kelompok Staf Kelompok Staf Tim PONEK Unit Kerja


Medis OBGYN MedisAnak Penunjang

PJ Pelayanan PJ Pelayanan PJ Koordinator


Medis Keperawatan / Administrsi / Pelayanan Antenatal
Kebidanan Keuangan / Post natal

B. URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI


1. Direktur
Nama Jabatan: Direktur
Uraian Tugas:
a. Merupakan penanggung jawab utama dalam pelayanan maternal dan neonatal.
b. Menetapkan tim/panitia peristi dengan surat keputusan.
c. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Propinsi / Kabupaten / Kota) dan
Organisasi profesi untuk kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan maternal
dan neonatal.

10
2. TIM PONEK
Nama Jabatan:Tim Ponek
Uraian Tugas :
a. Sebagai koordinator penyelenggara pelayanan maternal dan perinatal di
Rumah Sakit.
b. Berkoordinasi dengan unit / bagian lain terkait pelayanan maternal dan
perinatal di RS.
c. Memberikan laporan penyelenggaraan pelayanan maternal dan perinatal di
RS kepada Direktur Utama.
d. Membuat SPO ( Standar Prosedur Operasional ) pelayanan maternal dan
perinatal untuk unit — unit terkait.
e. Pengelola sarana. prasarana dan SDM untuk pelayanan maternal dan
perinatal.

3. Penanggung Jawab Layanan Maternal


Nama Jabatan : Penanggung Jawab Layanan Maternal
Pengertian : Adalah seorang dokter spesialis obstetrii dan gynekologi yang
bekerja di instalasi / bagian Obstetri & Gynekologi
Uraian Tugas :
a. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan maternal meliputi konseling,
tindakan medis dan tindakan operatif.
b. Dibantu oleh tenaga pelaksana pelayanan : dokter umum terlatih, perawat
terlatih, bidan dan tenaga kesehatan lainnya.
c. Bekerjasama dengan spesialisasi lain terkait pelaksanaan pelayanan maternal.
d. Tenaga pelayanan wajib memberikan pelayanan maternal sesuai dengan
standar pelayanan yang berlaku (SPO) serta memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai standar profesi
.
4. Penanggung Jawab Layanan Perinatal
Nama Jabatan : Penanggung Jawab Layanan Perinatal
Pengertian : Adalah seorang dokter spesialis anak yang bekerja di Unit /
bagian anak
Uraian Tugas :
a. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan perinatal meliputi konseling, tindakan
medis dan tindakan operatif.

11
b. Dibantu oleh tenaga pelaksana pelayanan : dokter umum terlatih dan perawat /
tenaga kesehatan lainnya.
c. Bekerjasama dengan spesialisasi lain terkait pelaksanaan pelayanan perinatal.
d. Tenaga pelayanan wajib memberikan pelayanan neonatal sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku (SPO) serta memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai standar profesi.

5. Penanggung Jawab Layanan Keperawatan


Nama Jabatan : Penanggung Jawab Layanan keperawatan
Pengertian : adalah seorang perawat / bidan terlatih
Uraian Tugas :
a. Bertanggung jawab dalam membuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
asuhan keperawatan.
b. Dalam pelaksanaan sehari-hari berkolaborasi dengan tenaga medis dan
tenaga kesehatan lainnya.
c. Bertanggung jawab dalam pencatatan dan pelaporan pelayanan perinatal di
Rumah Sakit.
d. Memberikan laporan status kesehatan pasien ke dokter.
6. Penanggung Jawab Layanan kebidanan
Nama Jabatan : Penanggung Jawab Layanan kebidanan
Pengertian : adalah seorang bidan yang diberi wewenang dan tanggung jawab
dalam mengkoordinasikan kegiatan pelayanan kebidanan di Kamar
Bersalin dan turut melaksanakan pelayanan keperawatan
Uraian Tugas:
a. Bertanggung jawab dalam membuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
asuhan kebidanan.
b. Dalam pelaksanaan sehari-hari berkolaborasi dengan tenaga medis dan tenaga
kesehatan lainnya.
c. Bertanggung jawab dalam pencatatan dan pelaporan pelayanan maternal di
Rumah Sakit.
d. Memberikan laporan status kesehatan pasien ke dokter

12
C. TATA HUBUNGAN KERJA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH KALITIDU

TPPRI UGD IRJ Kasir

Logistik Umum Logistik Farmasi

Kamar Operasi
Security
PONEK
v Radiologi
Op. telepon

Laboratorium
Driver

PHD IPS Rekam Medik

D. KETERIKATAN HUBUNGAN KERJA DENGAN UNIT LAIN


1. Logistik farmasi
Kebutuhan obat dan alat medis floor stock, diperoleh dari bagian logistik farmasi
dengan prosedur permintaan
2. Logistik Umum
Kebutuhan alat-alat rumah tangga dan alat tulis kantor, diperoleh di logistik umum
dengan prosedur permintaan
3. Unit Kamar Bedah dan Sterilisasi
Pasien yang memerlukan tindakan operasi, akan dijelaskan oleh petugas di Kamar
Bersalin tentang prosedur dan biaya tindakan operasi. Apabila pasien dan keluarga
sudah setuju dengan tindakan tersebut, maka petugas Kamar Bersalin akan
menghubungi petugas Kamar Operasi tentang rencana operasi tersebut.
4. Unit Laboratorium
Bayi yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium akan dibuatkan formulir
permintaan laboratorium oleh dokter dan formulir diserahkan kepada petugas
laboratorium oleh perawat Kamar Bayi
5. Umum / IPRS
Kerusakan alat medis dan non medis di Kamar Bayi akan dilaporkan dan diajukan
perbaikan ke bagian umum ( IPRS ) dengan prosedur permintaan perbaikan sesuai
dengan SPO yang berlaku.

13
6. Rekam medik
Bayi yang di rawat di Ruang Perinatal Resiko Tinggi bila pulang paksa atau
meninggal dunia status akan dikembalikan lagi ke rekam medik, atau bila ada pasien
lama yang dirawat maka rekam medik akan memberikan status lamanya.
7. TPPRI
Setiap bayi yang di rawat di Ruang Perinatal Resiko Tinggi selalu didaftarkan ke
bagian TPPRI , dari bagian TPPRI disiapkan status dan diantarkan oleh petugas
TPPRI ke Ruang Perinatal resiko Tinggi
8. Unit Radiologi
Bayi yang membutuhkan pemeriksaan radiologi, akan dibuatkan formulir permintaan
pemeriksaan radiologi oleh dokter, dan formulir diserahkan ke petugas radiologi oleh
perawat Kamar Bayi
9. Operator Telepon
Apabila petugas Kamar Bayi membutuhkan sambungan telepon keluar Rumah Sakit,
maka petugas kamar bayi akan meminta bantuan ke bagian operator dengan cara
menekan angka 102 pada pesawat telepon
10. Kasir
Bayi yang telah selesai di rawat akan menyelesaikan administrasi pembayaran di kasir
oleh keluarganya.
11. Unit Gawat Darurat
Apabila ada pasien yang akan masuk rawat dari UGD, maka pasien akan dibuatkan
surat pengantar rawat kamar bayi oleh dokter, penanggung jawab keluarga pasien
dianjurkan ke bagian TPPRI untuk menetapkan kamar, setelah penanggung
jawab/keluarga pasien menandatangani surat persetujuan rawat inap Kamar Bayi
resiko tinggi, maka pasien diantar oleh perawat UGD ke ruang rawat inap Kamar bayi
resiko tinggi.
12. Instalasi Rawat Jalan
Pasien yang memerlukan tindakan lanjut/konsul ke dokter spesialis pada jam kerja,
perawat akan menghubungai dokter konsulen dan bila kondisi pasien
memungkinkan untuk tindak lanjut di poliklinik, maka pasien diantar oleh perawat ke
bagian IRJ
13. Umum ( driver )
Pasien yang memerlukan rujukan ke Rumah Sakit lain dapat menggunakan
ambulance Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu bila keadaan memungkinkan dan

14
dengan diantar perawat.
14. PHD ( Public Humas Dakwah )
Bila ada pasien yang meninggal, maka setelah jenazah dirapikan akan diantar ke
ruang pemulasaran jenazah dengan terlebih dahulu menginformasikan kebagian
PHD

15. Umum ( security )


Bila ada pasien meninggal yang akan meninggalkan rumah sakit, unit PHD segera
menginformasikan kebagian umum ( security )

15
BAB III
KRITERIA RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM

A. KRITERIA UMUM RUMAH SAKIT PONEK


1. Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara
umum maupun emergency obstetrik-neonatal.
2. Dokter,bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan PONEK, di rumah sakit meliputi
resusitasi neonatus, kegawat — daruratan obstetrik dan neonatus
3. Mempunyai Standar Prosedur Operasionel penerimaan dan penanganan pasien
kegawat — daruratan obstetrik neonatal
4. Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat - daruratan obstetri neonatal
5. Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu
6. Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, dikamar bersalin kurang
dari 30 menit, pelayanan darah kurang dari 1 jam
7. Tersedia kamar operasi yang siap ( siaga 24 jam ) melakukan operasi, bila ada kasus
emergency obstetri atau umum
8. Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu kurang dari
30 menit.
9. Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi untuk melaksanakan tugas sewaktu-
waktu,meskipun on call
10. Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter
kebidanan, dokter anak, dokter/petugas anastesi, dokter penyakit dalam, dokter
spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat
11. Tersedia pelayanan darah siap 24 jam
12. Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK, seperti
laboratorium dan radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat dan alat
penunjang yang selalu siap tersedia
13. Perlengkapan :
a. Semua perlengkapan harus bersih ( bebas debu,kotoran,bercak,cairan dll)
b. Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
c. Semua perlengkapan harus kokoh ( tidak ada bagian yang longgar atau stabil )
d. Permukaan yang di cat harus utuh dan bebas dari goresan besar Roda
perlengkapan ( jika ada ) harus lengkap dan berfungsi baik Instrumen yang siap
digunakan harus disterilisasi
e. Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik ( saklar,kabel dan steker
menempel kokoh )

16
14. Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan unit ini

B. KRITERIA KHUSUS
1. SUMBER DAYA MANUSIA
Memiliki tim PONEK essensial yang terdiri dari :
a. 1 dokter spesialis obgyn
b. 1 dokter spesialis anak
c. 1 dokter di unit gawat darurat
d. 3 bidan ( 1 koordinator dan 2 penyedia )
e. 2 perawat

Tim PONEK ideal di tambah :


a. 1 dokter spesialis anaesthesi / perawat anaesthesi
b. 6 bidan pelaksana
c. 10 perawat ( tiap shif 2-3 perawat jaga )
d. 1 petugas laboratorium
e. 1 pekarya
f. 1 petugas administrasi

17
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN

A. DAFTAR KETENAGAAN RUMAH SAKIT PENYELENGGARA PONEK


No Jenis Tenaga Tugas Jumlah
1 Penanggung jawab 1-2
Dokter spesialis Obstetri
pelayanankesehatan maternal &
&Ginekologi
neonatal
2 Pelayanan kesehatan perinatal dan 1-2
Dokter spesialis anak
anak
3 Dokter spesialis Pelayanan anesthesi 1
anesthesi
4 Perawat anestesi Pelayanan anesthesi 1-2
5 Dokter telatih Penyelenggaraan pelayanan medik 2-4
6 Bidan koordinator Koordinator asuhan pelayanan 1-2
kesehatan
7 Bidan penyedia Koordinasi tugas,sarana dan prasarana 2-4
8 Bidan pelaksana Pelayanan asuhan kebidanan 6-8
9 Perawat koordinator Asuhan keperawatan 1-2
10 Perawat pelaksana Asuhan keperawatan 8-11
11 Petugas laboraturium Pelayanan pemeriksaan penunjang 1-2
12 Pekarya kesehatan Membantu pelaksanaan kesehatan 2-4
13 Petugas administrasi Administrasi dan keuangan 2-4

B. KUALIFIKASI SDM
No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Jml
kebutuhan
1 Penanggung Dokter Sp.A, Dokter Pelatihan Kegawat 1/1
Jawab Maternal & Sp.OG daruratan Maternal
Neonatal Neonatal ,
Pelatihan PONEK
2 Penanggung D III Kep./ Keb. Pelatihan 1
Jawab Kep / Keb. Manajemen
bangsal, PPI
3 Pelaksana D III Keperawatan Pelatihan NLS 5

18
Perawat
4 Pelaksana Bidan D III Kebidanan Manajemen laktasi 6/6
Pelatihan NLS

C. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan di ruang perinatal yaitu :
1. Dinas Pagi ( 3 orang ) terdiri dari :
 1 ( satu ) orang Kepala ruang
 1 ( satu ) orang pelaksana
 1 ( satu ) orang TPK (gabung dengan perawatan ibu)
2. Dinas Sore ( 2 orang ) dengan kategori :
 1( satu ) orang PJ Shift
 1 ( satu„) orang TPK (gabung dengan perawatan ibu)
3. Dinas Malam ( 2 orang ) dengan kategori :
 1( satu ) orang PJ Shift
 1 ( satu„) orang TPK (gabung dengan perawatan ibu)

D. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan jadwal dinas tenaga keperawatan dibuat dan di pertanggung jawabkan
oleh Kepala Ruang ( KaRu) dan disetujui oleh Kepala Bidang Keperawatan
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
3. Untuk tenaga keperawatan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada ( apabila tenaga mencukupi dan
berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui )
4. Setiap tugas jaga / shift harus ada penanggung jawah shift ( PJ Shift ) dengan syarat
pendidikan D3 Keperawatan/Kebidanan pengalaman minimal pengalaman 2 tahun,
serta memiliki sertifikat.
5. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti
6. Apabila ada tenaga keperawatan jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan ( terencana), maka tenaga yang
bersangkutan harus memberitahu KaRu : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum
dinas sore dan dinas malam. Sebelum memberitahu KaRu, diharapkan yang
bersangkutan sudah mencari pengganti. Apabila yang bersangkutan tidak
mendapatkan pengganti, maka KaRu akan mencari tenaga pengganti yaitu perawat

19
yang pada hari itu libur
7. Apabila ada tenaga keperawatan yang tiba — tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan ( tidak terencana ). maka KaRu akan mencari pengganti yang pada
hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak didapatkan, maka perawat yang dinas
pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan

E. PELATIHAN
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, keterampilan dan pengetahuan perawat yang
bekerja di ruang PONEK, maka diperlukan pelatihan pelatihan yang mendukung
profesialisme agar senantiasa dapat memberikan pelayanan yang bermutu seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran dan keperawatan/ kebidanan.
Pelatihan yang diperlukan antara lain :
1. Pengenalan tanda kegawat daruratan neonatal
a. Penatalaksanaan pada bayi asfiksia
b. Penatalaksanaan pada-bayi dengan sepsis
c. Penatalaksanaan pada bayi BBLR
2. Pelatihan kegawatan
a. Resusitasi neonatus
3. Pelayanan perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien
a. Manajemen laktasi
4. Program pengendalian infeksi
a. Penyegaran / sosialisasi SPO mencuci tangan
b. Penyegaran SPO tindakan invasive
5. Program keselamatan dan kesehatan kerja
a. Penggunaan APD
6. Penggunaan peralatan secara benar efektif dan aman
a. Penyegaran SPO penggunaan alat kesehatan : monitor, syringe pump, infuse
pump, incubator dll
7. Pelayanan prima
a. Komunikasi

20
BAB V
STANDAR FASILITAS

A. PRASARANA DAN SARANA


Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK harus di penuhi hal-
hal sebagai berikut :
 Ruang rawat inap yang leluasa'dan nyaman
 Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
 Ruang pulih /observasi paska tindakan
 Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal
1. Kriteria umum ruangan
a. Struktur Fisik
 Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20m2
 Lantai harus porselen atau plastic
 Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau dilapis keramik
b. Kebersihan
 Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan
mudah
 Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit
 Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan, instrument, pintu,
jendela, dinding steker listrik dan langit-langit.
c. Pencahayaan
 Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik
 Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar sehingga tidak masuk
 Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua
lampu berfungsi baik dan kokoh
 Tersedia peralatan gawat darurat
 Harus ada cukup lampu untuk semua neonatus
d. Ventilasi
 Ventilasi, termasuk jendela harus cukup jika dibandingkan dengan ukuran ruang
 Kipas anginatau pendingin ruang harus berfungsi baik
 Suhu ruangan harus dijaga 24-26 oC
 Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri)
e. Pencucian tangan
 Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau

21
disinfektan yang dikendalikan dengan siku atau kaki.
 Wastafel,keran dan dispenser harus di pasang pada ketinggian yang sesuai (
dari lantai dan dinding).
 Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka. Pasokan air panas harus
cukup dan dilengkapi pemanas air yang di pasang kokoh di dinding, pipa ledeng
sesuai dan tidak ada kawat terbuka.
 Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan tangan, diletakkan
disebelah Wastafel.

2. Kriteria khusus ruangan


a. Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
 Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur adalah 6 meter
dengan Wastafel
b. Area resusitasi dan stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus/UGD
 Paling kecil, ruangan berukuran 6 meter dan ada Unit Perawatan Khusus
 Kamar PONEK di unit gawat darurat harus terpisah dari kamar darurat lain. Sifat
privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayi
 Tujuan kamar ini adalah memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasai kondisi
pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila perlu
menolong partus darurat serta resusitasi
 Perlu di lengkapi meja resusitasi bayi, dan incubator
 Kamar PONEK membutuhkan :
 Ruang berukuran 15 m2
 Berisi meja, kursi, lemari ( berisi : perlenkapan persalinan, vakum, forcep,
kuret, obat, infuse ), troli darurat
 TT bersalin serta tiang infuse
 Incubator transport
 Pemancar panas
 Aliran udara bersih dan sejuk
 Lampu sorot dan lampu darurat
 Mesin isap
 Defibrillator, USG mobile, alat resusitasi dewasa / bayi, oksigen dan
tabungnya atau berasal dari sumber dinding ( outlet )
 Wastafel dengan air mengalir dan antiseptik
 Alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin

22
 Nurse station dan lemari rekam medik
 Sarana pendukung, meliputi : toilet, kamar tunggu keluarga, kamar persiapan
peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga, ruang sterilisator
dan jalur ke ruang bersalin/kamar operasi terletak saling berdekatan dan merupakan
bagian dari unit gawat darurat
3. Ruangan Maternal
a. Kamar bersalin
 Lokasi berdekatan dengan UKBS dan UGD
 Luas minimal :6 m2 per orang. Berarti bagi 1 pasien, 1 penunggu, dan 2 penolong
diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2.
 Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 ( 6 m2 untuk masingmasing pasien ).
 Harus ada untuk tempat isolasi ibu di tempat terpisah.
 Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
 Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang
 Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada
keharusan melintas pada ruang bersalin
 Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit
 Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat
 Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintregasi: kala I, kala 2, dan
kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan utuh sampai kala 4 bagi ibu
bersama bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan maka diperlukan dua
kamar kala I dan sebuah kamar kala 2
 Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa keruang
rawat (postpartum). Selanjutnya bila diperlukan operasi,pasien akan dibawa
kekamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
 Harus ada kamar mandi - toilet berhubungan kamar bersalin
 Ruang postpartum harus cukup luas, standar : 8m2 per tempat tidur (bed) dalam
kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal: 10 m2.
 Ruang tersebut terpisah dari fasilitas: toilet, kloset, lemari.
 Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimum 1m
s.d 2m dan antara dinding 1m.
 Jumlah TT per ruangan maksimum 4
 Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.

23
 Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
 Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke koridor).
 Kamar periksa/ diagnostik berisi: tempat tidur pasien/ob/gin, kursi pemeriksa,
meja, kursi, lampu sorot, trolli alat, lemari obat kecil,USG mobile dan trolli
emergensi.
 Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11m2. Bila ada
beberapa tempat tidur maka per pasien memerlukan 7m2 Perlu disediakan toilet
yang dekat dengan ruang periksa.
 Ruang perawat – nurse station –berisi : meja, telepon, lemari berisi perlengkapan
darurat/obat.
 Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar bersalin.
 Ruang tindakan operasi / kecil darurat lone day care : untuk kuret, penjahitan dsb
berisi : meja operasi lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi
kecil,wastafel cud tangan operator,mesin anastesi,inkubator,perlengkapan
kuret(MVA)dsb.
 Ruang tunggu bagi keluarga pasien minimal 15m2,berisi meja,kursi-kursi serta
telepon.
b. Unit perawatan intensif / eklamsia / sepsis
 Unit ini harus berada disamping ruang bersalin,atau setidaknya jauh dari area
yang sering dilalui.
 Paling kecil, ruangan berukuran 18m2 (6-8m2 untuk masing- masing pasien )
 Di ruang dengan beberapa tempat tidur,sedikitnya ada jarak 8 kaki (2,4 m) antara
ranjang ibu.
 Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang dengan
tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok beban listrik yang
diperlukan, aman dan berfungsi baik
4. Ruangan Neonatal
a. Unit perawatan intensif
 Unit ini harus berada disamping ruang bersalin, atau setidaknya jauh dari area
yang sering dilalui.
 Minimal ruangan berukuran 18m2 (6-8m2 untuk masing-masing pasien)
 Di ruang dengan beberapa tempat tidur sedikitnya ada jarak 8 kaki (2,4 m) antara
ranjang bayi.
 Harus ada tempat untuk isolasi bayi diarea terpisah
 Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam saklar yang dipasang dengan tepat

24
untuk peralatan listrik.
b. Unit perawatan khusus
 Unit ini harus berada disamping ruang bersalin,atau setidaknya jauh dari area
yang sering dilalui.
 Minimal ruangan berukuran 12m2 (4m2 untuk masing-masing pasien)
 Harus ada tempat untuk isolasi bayi di tempat terpisah


 Paling sedikit harus ada jarak 1m2 antara inkubator atau tempat tidur bayi
c. Area laktasi
 Minimal ruangan berukuran 6 m2
d. Area pencucian incubator
 Minimal ruangan berukuran 6 – 8 m2
5. Ruang Operasi
a. Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan laparatomi.
b. Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas : 25 m2 dengan lebar minimum 4m,
diluar fasilitas : lemari dinding. unit ini sekurang kurangnya ada sebuah bagian
kebidanan.
c. Harus di sediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Didalam kamar operasi
harus tersedia : pemancar panas, inkubator transport dan perlengkapan resusitasi
dewasa dan bayi.
d. Ruang resusitasi ini berukuran : 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
e. Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar luas : 8
m2/bed, sekurang kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah : meja,
kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi, oksigen dsb, tempat rekam
medic, incubator bayi, trolli darurat.
f. Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat
pasien.Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca
g. Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta
telepon sekurang kurangnya ada 4 sumber listrik/bed
h. Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi :
 Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas orang
 Ruang kerja - kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih ruang ini berfungsi
membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci wastafel besar
untuk cuci tangan dan fasifitas air panas / dingin. Ada meja kerja dan kursi kursi,
troli troll.
 Saluran pembuangan kotoran / cairan.
 Kamar pengawas UKBS :10m2

25
 Ruang tunggu keluarga : tersedia kursi kursi ,meja dan tersedia toilet
 Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf besar
berguna bila darurat.
 Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
 Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat didepan
kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak membuat
basah lantai. Air cuci tangan harus steril.
 Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju dan
perlengkapan operasi. juga terdapat trolli pembawa linen.
 Ruang gas / tabung gas
 Gudang alat anestesi : alat / mesin yang sedang di reparasi – dibersihkan, meja
dan kursi
 Gudang 12 m2: tempat alat alat kamar bersalin dan kamar operasi
 Kamar ganti : pria dan wanita masing masing 12m2,berisi loker , meja,kursi dan
sofa/ tempat tidur,ada toilet 3 m2
 Kamar diskusi bagi staf dan paramedik : 15m2
 Kamar jaga dokter 15m2
 Kamar jaga paramedik : 15m2
 Kamar rumatan rumah tangga (house keeping) : berisi lemari, meja, kursi,
peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan, dsb
 Ruang tempat brankar dan kursi roda.
6. Ruangan penunjang harus disediakan seperti :
a. Kantor perawat/bidan, ruang perawat/bidan, loker staf, meja kerja
b. Ruang obat
c. Ruang rekam medik
d. Ruang staf medik
e. Wastafel, Toilet staf
f. Ruang rapat / konferensi
g. Ruang keluarga pasien
h. Ruang cuci, ruang linen bersih
i. Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat / bahan
j. Gudang peralatan
k. Ruang kotor- peralatan- harus terpisah dari ruang cuci/ steril. Ruang ini
mempunyai tempat cuci dengan air panas–dingin, ada meja untuk kerja.
l. Dapur kecil untuk pembagian makan pasien

26
B. PRASARANA DAN SARANA PENUNJANG
1. Unit Transfusi Darah
a. Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes kecocokan,pengambilan donor dan tes
lab: infeksi VDRL, hepatitis dan HIV.
b. Diperlukan ruang 25m2, berisi lemari pendingin, meja kursi, lemari, telepon, kamar
petugas,dsb.
c. Memiliki peralatan sesuai dengan standar minimal peralatan maternal dan neonatal.
d. Bagi rumah sakit yang tidak memiliki faislitas unit transfusi darah/bank darah
dianjurkan untuk membuat kerjasama dengan penyedia fasilitas tersebut
2. Laboratorium
Unit ini berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam penaganan kedaruratan
maternal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk pre eklampsia dan
neonatal.
3. Radiologi
Unit ini harus berfungsi untuk diagnosis obstetri dan thoraks

C. DENAH RUANGAN PONEK RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH KALITIDU

D. STANDAR FASILITAS DAN SARANA


1. NURSE STATION
a. Standar fasilitas di Nurse station adalah :
No Nama Alat Jml Spesifikasi Ukuran Ket.
1 Tensimeter 1 Air raksa Standar
2 Stetoskop 1 Riester Standar
3 Bak instrument 1 Stainleisteel Kecil
4 Kom tertutup 1 Stainless Kecil
5 Light box 1 Fiber Single
6 Timbangan 1 Stainless Dewasa
7 Trolly obat 1 Stainless Standar
8 Glukometer 1 Achu-check Standar
9 Tourniquet 1 Karet Standar
10 Thermometer 1 Digital Dewasa

27
b. ATK ( alat tulis kantor )
N Ukuran
Nama Alat Jml Spesifikasi Ket.
o
1 Tempat isoiatif Standar
2 Perforator 1 Stainless Standar
3 Computer 1 Pentium 4
4 Printer 1 Standar
5 CPU 1 Standar
6 Box file jumbo 7 Plastic Standar
7 Penggaris 30 cm 1 Plastic Standar
8 Lemb. Askep/askeb 30 kertas Standar
9 Papan penugasan 1 White board 1,5 x 1 m
perawat / bidan
10 Papan rencana 1 White board 1,5 x 1 m
tindakan pasien
11 Papan pengumuman 1 White board 1,5 x 1 m

c. ART ( alat rumah tangga )


N Ukuran
Nama Alat Jml Spesifikasi Ket.
o
1 Medicon / Standar
Nurse station 1
kayu
2 Kotak saran 1 kayu Standar
3 Kursi kantor 4 kayu Standar
4 Pesawat telepon 1 Panasonic Standar

2. RUANGAN PERAWATAN
a. Ruangan perawatan VIP
N Ukuran
Nama Alat Jml Spesifikasi Ket.
o
1 Tempat tidur pasien 1 Stainless Dewasa
2 Kasur 1 Busa Dewasa
3 Bantal 1 Dakron Standar
4 Meja 1 Kayu

28
5 Stainless &
Bed side cabinet I Standar
berlaci
6 Lemari pakaian 1 stainlees
7 Tempat tidur
1 kayu Dewasa
penunggu
8 Televise 1
9 Kursi penunggu 2 Kayu
10 AC 1 1 PK
11 Kamar mandi 1 1 x 1,5 m
12 Wastafel 1
13 Tempat sampah 1 Plastik

b. Ruangan perawatan Kelas I


N Ukuran
Nama Alat Jml Spesifikasi Ket.
o
1 Tempat tidur pasien 1 Stainless Dewasa
2 Kasur 1 Busa Dewasa
3 Bantal 1 Dakron Standar
4 Meja 1 Kayu
5 Stainless &
Bed side cabinet I Standar
berlaci
6 Lemari pakaian 1 stainlees
7 Kursi penunggu 1 Kayu
8 Kipas angin 1
9 Kamar mandi 1 1 x 1,5 m
10 Tempat sampah 1 Plastik

c. Ruangan perawatan Kelas II


N Ukuran
Nama Alat Jml Spesifikasi Ket.
o
1 Tempat tidur pasien 1 Kayu Dewasa
2 Kasur 1 Busa Dewasa
3 Bantal 1 Dakron Standar
4 Meja 1 Kayu

29
5 Lemari pakaian 2 Kayu
6 Kursi penunggu 2 Kayu
8 Kipas angin 1
9 Kamar mandi luar 1 1 x 1,5 m
10 Tempat sampah 1 Plastik

d. Ruangan perawatan Kelas III


N Ukuran
Nama Alat Jml Spesifikasi Ket.
o
1 Tempat tidur pasien 3 Kayu Dewasa
2 Kasur 3 Busa Dewasa
3 Bantal 3 Dakron Standar
4 Meja 3 Kayu
5 Kursi penunggu 4 Kayu
6 Kipas angin 1
7 Tempat sampah 1 Plastik

e. Ruang perawatan Bayi


 Kamar bayi level I ( Alkes )
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Inkubator 2 Tesena •Standar
2 Suction 1 DXX – 1 Standar
3 Timbangan Bayi 1 One Med Standar
4 Korentang 1 Stainless Standar
5 Tempat Steril 1 Baby safe Standar
Botol
6 Oxygen Dinding 2 Standar
7 Tangga Pasien 1 Standar
8 Humidifier 1 Standar
9 Lampu Emergency 1 Standar
10 Tas Emergency 1 Standar
11 Stabilizer 1 Matsuta Standar
12 Box Bayi 8 Stainless Standar
13 Termometer 1 Terumo Standar
14 Timbangan 1 Standar

30
Pampers
15 Photo therapy 2 Tesena Standar

 ATK
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Telephon 1 Panasonic Standar
2 Jumbo Box 2 KartonPlastik Standar
File
3 Papan 3 Kayu/Kertas Standar
Reklame
4 Bok Plastik 1 Plastik Standar
5 Meja 1 Kayu Standar
6 Lemari 1 Kayu Standar
Pakaian

 ART
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Kursi Kantor 2 Mubaric Standar
beroda
2 Kursi Betawi 2 Kayu Standar
3 Meja Bundar 1 Kayu Standar
Betawi
4 Toples 2 Gelas Standar
5 Remote AC 1 Daikin Standar
6 Jam Dinding 1 Standar
Tempat Sampah 2 Plastik
Ember Tertutup 1 Plastik
Termos 1 Plastik
Hand Soap 1 Plastik
AC 1
 Obat-obatan
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Minyak Talon 1 Cair Standar
2 Baby Oil 1 Cair Standar
3 Neo K 4 Ampul Standar

31
4 Erlamicetyn 1 Tube Standar
5 Sagestam 1 Cream Standar
6 Salep Genoint 1 Salep Standar

 Kamar bayi level II


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 incubator 2 Tesena •Standar
2 timbangan 1 Standar
3 CPAP 1 Standar
4 Terapy sinar 1 Standar
5 Patient monitor 1 Standar
6 Infant warmer 1 Standar
7 set infus 1 Standar
8 Incubator transport 1 Standar
9 tiang infuse 1 Standar
10 stetoskop 2 Standar

 Alkes
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 extension tube 1 Tesena •Standar
2 three way 1 Standar
3 hypafix 1 Standar
4 feeding tube no.8 1 Standar
5 feeding tube no.6 1 Standar
6 spuit no. 10 cc 1 Standar
7 spuit No.50 cc 1 Standar
8 Spuit no.1 cc 2
9 spuit no.2,5 cc 2 Standar
10 extension tube 1 Standar
11 urine collector 1 Standar
12 Normal saline 1
13 Dex 10 /0 1
14 NaCI 0,9% 100cc 1
15 Xyloxain jelly 2 /0 1
16 Kaca mata foto tx 1

32
17 Gelang bayi biru 1 Plastik
18 Gelang bayi pink 1 Plastik
19 ETT 3.0 1
20 Mayo 00 1
21 Mayo 0 1

 Obat-obatan
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Lasix 1 Standar
2 Phenitoin 1 Standar
3 Ranitidine 1 Standar
4 Dexamethasone 1 Standar
5 Heparin 1 Standar
6 Morphine 1 Standar
7 Aminophylin 1 Standar
8 OMZ 1 Standar

 Umbilical kateter set


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Duk Alas 1 Standar
2 Duk Belong 1 Standar
3 Kassa Steril 3 Standar
4 Pinset Anatornis 1 Standar
5 Pinset Sirurgis 1 Standar
6 Arteri Klem , 1 Standar
7 Gunting Kecil 1 Standar
8 Korn Kecil 1 Standar
9 Nallpuder 1 Standar

 Infuse set
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Pinset anatomis 1 Standar
2 Gunting Kecil 1 Standar
3 Duk alas 1 Standar
4 Duk belong kecil 1 Standar

33
5 Alkhohol swab 1 Standar
6 Kassa 1 Standar

f. Tas emergency kamar bayi


 Obat obatan
N Ukuran
Nama Alat Jml Spesifikasi Ket.
o
1 Epineprin 2 1cc
2 Ca.Glukonas 1 10cc
3 Sulfa atropine 2 1 cc
4 Neo K 2 1 cc
5 Meylon 1 25 cc
6 Dektrose 10% 1 500 cc
7 NaCL 0,9% 2 25 cc
8 N5 1 500 cc
9 Water for inj 2 25 cc
10 KCL 2 25 cc
11 Dormicum 1 5 cc

 Alkes
N Ukuran
Nama Alat Jml Spesifikasi Ket.
o
1 Abocath no 24 2 Standar
2 Abocath no 24 2 Standar
3 Abocath no 26 2 Standar
4 Wing nidle 1 Standar
5 ETT no 2,5 1 Standar
6 E l l - no 3 1 Standar
7 ETT no 3,5 1 Standar
8 ETT no 4 1 Standar
9 Feeding tube no 3,5 1 Standar
10 Feeding tube no 5**' 1 Standar
11 Feeding tube no 8 1 Standar
12 Extension tube 1 Standar
13 Gelang bayi biru 1 Standar

34
14 Gelang bayi pink 1 Standar
15 Face mouth 4 Standar
16 Goodel no 0 (04) 2 Standar
17 Goodel no 00(06) 3 Standar
18 Goodel no 000(08) 4 Standar
19 Nasal canul pediatri 2 Standar
20 Mikropore 1 Standar
21 Mokri drip 1 Standar
22 Suply tubing 1 Standar
23 Suction cath no 8 1 Standar
24 Spuit 1 cc 1 Standar
25 Spuit 2,5 cc 3 Standar
26 Spuit 10 cc 1 Standar
27 Spuit 20 cc 1 Standar
28 Umbilical cord 1 Standar
29 Ambu bag bayi 1 Standar
30 Xyfocain jelly 1 Standar
31 Silet 1 Standar
32 Laringoscop 1 Standar

g. Ruangan Bersalin / VK
 Alkes
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Bed Partus 1 Stainless Standar
2 Infant Warmer 1 Standar
3 Meja Mayo 1 Standar
4 Timbangan Bayi 1 Stella Standar
5 Korentang 1 Stainless Standar
6 Tromol 1 Stainless Sedang
7 Tromol 1 Stainless Besar
8 Kom Tertutup 1 Stainless Standar
9 Pispot 1 Stainless Standar
10 Nierbekken 2 Stainless Standar

 ART

35
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Kursi Bundar 1 1 Standar
2 Box Container 2 Plastic Besar
3 Toples 1 Kaca Besar
4 Toples 2 Kaca Kecil
5 Telephon 1 Standar

 Emergency stok ( obat )


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Alinamin F 2 10cc
2 Atropin Sulfat 10 1cc
3 Cytotec 4 Tablet
4 Nairet 2 2cc
5 Dormicum 33 3mg
6 Epidosin 3
7 Fenthanyl 2
8 Kanamycin 1 1gr
9 Ketalar 1 20cc
10 Kalrnethason 3 2cc
11 Lidocain 10 2cc
12 Methergin 10 2cc
13 MGSC4 2 25cc
14 Primperan 3 2cc
15 Phenergan 3 2cc
16 Papaverin 5 1cc
17 Phytaminadion 6
18 Pethidin 1 2cc
19 Profapol 5
20 Syntocinon 10 2cc
21 Transamin 5 5cc
22 Toradol 2 2cc
23 Valium 5 2cc
24 Vit K 5 1cc
25 Xylocain 2% 2 50cc
26 Xilocain Jelly 2 20gr

36
27 Sufratul 5
CAIRAN
1 Dextrose 2,5% 1 500cc
2 Dextrose 5% 5 500cc
3 NaCI 0.9% 2 100cc
4 NaCI 0,9% 5 500cc
5 Water For Injection 5 5 25cc
6 Ringer Lactat 5 5 500cc
7 Ringer Dextrose 5 5 500cc
8 HAES 2 500cc

 Alkes disposibel
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Ansel Gammex 5 No 6
2 Ansel Gammex 5 No 6,5
3 Ansel Gammex ' 5 No 7
4 Ansel Gammex 5 No 7,5
5 Ansel Gammex 5 No 8
6 Apron disposibel 5
7 Blood set 5
8 Chromic 5 2/0
9 Canule curet 2 No 5
10 Canule curet 2 No 6
11 Canule curet 2 No 8
12 Canule curet 2 No 10
13 Folley catheter 2 No 10
14 Folley catheter 2 No 12
15 Folley catheter 2 No 14
16 Folley catheter 2 No 16
17 Folley catheter 2 No 18
18 Folley catheter 2 No 22
19 Folley catheter 1 No 24
20 Female catheter 5 No 24
21 Hansaplas 10

37
bethadin
22 Hypavix 2
23 Infuse set 4
24 IV catheter 2 No 14
25 IV catheter 2 No 18
26 IV catheter 2 No 20
27 IV catheter 2 No 22
28 IV catheter 1 No 24
29 IV catheter 1 No 26
30 Kassa steril 2
31 Kapas husada 50 25 gr
32 Vakum disposibel 1
33 Masker disp. 2
34 Masternity post 6
partum
35 Pampers bayi 5
36 Under pad 1
37 Spuit 1cc 10
38 Spuit 2,5 cc 10
39 Spuit 5cc 10
40 Spuit 10cc 10
41 Spuit 20cc 2
42 Spuit 50cc 1
43 Suction cateter 5 No 8
44 Tegaderm 2
45 Umbilical cord 5
46 Urine bag 4
47 Uterine injector 1
48 Venvlon 5 No 18
49 Venvlon 5 No 20
50 Venvlon 2 No 22

38
h. Nurse station ruang bersalin
 Alkes
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Timbangan badan 1 Dewasa
2 Bag emergency 1 Standar

 ART
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Meja kantor 2 Standar
2 Meja bundar 1 Standar
3 Tempat sampah 2 Besar
medis
4 Tempat sampah 2 Sedang
5 Tissue 1 Standar
6 Rak sepatu 1 Standar
7 Sandal 3 Besar
8 Sepatu bot 1 Besar

 ATK
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Jumbo box file 4 Standar
2 Telephon 1 Standar
3 Perforator 1 Standar
4 Map status 1 Standar
5 Map platik 1 Standar
6 Clear box 1 Standar

i. Ruang Kala II
 Alkes
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Tempat tidur partus 1
2 Tempat tidur 2
standar
3 Bed side cabinet 1
4 Over bed table 2

39
5 CTG 1
6 USG 1
7 Dopler 1
8 Tensimeter 1
9 Standar infuse 2 Stainleis
10 Bengkok 1 Stainleis
11 Spuit gliserin 1 Stainleis
12 Kom tetutup 1 Stainleis
13 Pispot 1
14 Pisau cukur 1
15 Tromol kecil 1 Stainleis
16 Tromol sedang 3 Stainleis
17 Tromol besar 1 Stainleis
18 korentang 1 Stainleis

 ART
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Toples 1 Kaca Standar
2 Ember sedang 2 Plastic Standar
3 Hand scrub 1 Standar
4 Tempat alkhohol 1 Standar
5 Box container 1 Plastic Besar
6 AC 1 Standar
7 Kulkas 1 Sedang
8 Lampu emergency 1 Standar
9 Jam dinding 1 Standar
10 Telepon 1 Standar
11 Pijakan kaki 1 2 tangga Standar

j. Ruangan tindakan
Alkes
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Gynecoloc chair 1
2 Suction 2 5 lt
3 Lampu sorot 2 Standar

40
4 Monitor EKG 1 Standar
5 Tabung oksigen 1 Besi 1000 lt
dorong
6 Korentang 1 Stainleis Standar
7 Bak instrument 1 Stainleis Besar
8 Kom tertutup 1 Stainleis Sedang
9 Tromol kecil 1 Stainleis No 21
10 Ambu bag 1 Karet dewasa
11 Troly stanlies 1 Stainleis Standar
12 Humidifier o2 1
13 Meja mayo 1 Stainleis Standar

 ART
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Kursi bundar 1 Standar

k. Ruangan tunggu keluarga pasien


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Sofa 1 Jok busa
2 Meja tamu 2 Kayu
3 Kursi 10 Besi jok
4 TV 1
5 AC 1 1 PK

l. Ruangan kepala ruangan


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Meja kantor 1 Kayu
2 Kursi beroda 4 Besi jok
3 Filing cabinet 2 Besi
4 Papan pengumuman 1 White 90x90
board cm
5 Computer set 1

m. Ruangan obat dan perlengkapan


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket

41
1 Trolly obat 1 Stainleis
2 Suction 1 3 lt
3 EKG 1
4 Tabung oksigen 1 Besi 1000 lt
5 Korentang 1 Stainleis Standar
6 Kom tertutup 1 Stainleis Sedang
7 Martil stumper ( set ) 1 Keramik Standar
n. Ruangan linen
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Boven laken 15 Katun
2 Laken 15 Katun
3 Stick laken 15 Katun
4 Sarung bantal 15 Katun
5 Sarung guling 15 Katun
6 Baju pasien 15 Katun Standar
7 Baju kemotherapi 10 Katun Standar
8 Baju dokter 5 Katun Standar
9 Bed cover 8 Katun Standar
10 Baju petugas 15 Katun Standar
11 Handuk 10 Handuk 90x40cm
12 Lap tangan Handuk 40x40cm
13 Keset Handuk 60x100cm
14 Baju pengantar 5 Katun Standar
jenazah

o. Ruangan pantry
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Microwave 1 Standar
2 Dispenser 1 Standar
3 Kitchen set 1 Kayu Standar
4 kursi 2 Kayu Standar
5 Piring 12 Kaca Standar
6 Gelas 12 Kaca 200 cc
7 Sendok 12 Stainleis Standar
8 Garpu 12 Stainleis Standar

42
9 Tatakan dan tutup 12 Stainleis Standar
gelas
10 Pisau 1 Stainleis Standar
11 Baki 1 Stainleis Standar
12 Termos 3 Melamin Standar
13 Gallon air 2 Plastic 6 lt
14 Troly makan 1 Fiber Standar
15 Tempat sampah 1 Plastic 6 lt
16 Meja 1 Kayu Standar

p. Ruangan spoelhok
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Waskom 10 Stainles Standar
2 Pispot 10 Stainles Standar
3 Gelas ukur 1 plastik 2 lt
4 Urinal 3 plastik Standar
5 Commode chair 1 plastik Standar

q. Ruangan spoelhok kamar bersalin


 ALKES
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Waskom besar 1 stainleis Standar
2 Waskom sedang 1 stainleis Standar
3 Waskom kecil 1 stainleis Standar
4 Pispot 1 stainleis Standar
5 Bengkok 3 stainleis Standar
6 Piring plasenta 1 stainleis Standar
7 Saringan besar 1 stainleis Standar

 ART
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Ket
1 Kain pel 1 plastik Standar
2 Sikat wc 1 plastik Standar
3 Sapu 1 plastik Standar
4 Ember besar 1 plastik Standar

43
5 Ember sedang 1 plastik Standar
6 Ember kecil 1 plastik Standar
7 Rak handuk 1 stainleis Standar

3. Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi peralatan


Setiap peralatan yang ada baik medis dan non medis harus dilakukan pemeliharaan,
perbaikan dan kalibrasi agar peralatan dapat tetap terpelihara dan dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya.
a. Tujuan
 Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuan
 Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang
diinginkan
 Agar peralatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan
 Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan medis
yang diperlukan
b. Prosedur
 Untuk perbaikan peralatan yang rusak mengisi buku permintaan perbaikan
rangkap 3 ( putih, merah dan kuning ) dan diantar kebagian tehnisi beserta
alat yang rusak
 Setelah alat diperbaiki ditehnisi, alat dikembalikan keruangan
 Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh tehnisi internal, maka alat diperbaiki oleh
tehnisi luar melalui bagian pembelian )

44
BAB VI
STANDAR PELAYANAN

ALUR PELAYANAN

Dokter OBGYN / BPS Ibu hamil & neonatal

UGD URJ

URI terkait

Kamar Tindakan

Kamar Operasi

Kamar Bersalin

Bank Darah

Farmasi

Pemeriksaan penunjang

Administrasi Keuangan

45
TINGKAT PELAYANAN PERINATAL RESIKO TINGGI

a. PENGERTIAN
Perawatan bayi baru lahir disesuaikan dengan keadaan klinis bayi setelah lahir dan
tingkat kemampuan perawatan di rumah sakit

b. TUJUAN
 Mempertahankan kondisi bayi baru lahir dalam keadaan sehat secara optimal
 Melakukan perawatan terhadap bayi baru lahir sesuai dengan tingkat pelayanan
(tingkat I, II, dan III)

c. PEMBAGIAN TINGKAT PELAYANAN


1. Pelayanan tingkat I ( ruang rawat gabung )
i. Merupakan pelayanan keperawatan dasar pada neonatus normal meliputi:
 Neonatus normal, stabil, cukup bulan-dengan berat badan ≥ 2,5 kg
 Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan 35-37 minggu)
ii. Saat rawat gabung dengan bantuan tenaga paramedis ibu belajar merawat bayinya,
mulai dari memandikan bayi, merawat tali pusat dan menyusui bayinya
iii. Pelayanan difokuskan pada :
 Resusitasi neonatus
 Asuhan dan perawatan neonatus
 Evaluasi pasca lahir untuk neonatus yang sehat
 Stabilisasi dan pemberian asuhan untuk bayi yang lahir pada usia 35 sd 37
minggu yang tetap dalam keadaan stabil secara fisiologis
 Perawatan neonatus dengan usia kehamilan <35 minggu atau sakit sampai
neonatus djpindahkan ke fasilitas yang menyediakan asuhan neonetel
spesialistik (level II-111)
 Therapi sinar

2. Pelayanan tingkat II (unit perawatan khusus neonatus )


Merupakan pelayanan keperawatan neonatus dengan ketergantungan tinggi.
Pelayanan tingkat II dibagi 2 kategori yaitu II A dan II B yang dibedakan berdasarkan
kemampuan memberikan ventilasi dengan alat bantu termasuk CPAP (Continous
Positive Airway Presure)
a. Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat II A :
 Bayi prematur dan atau sakit yang memerlukan resusitasi stabilisasi sebelum

46
dipindahkan ke fasilitas asuhan keperawatan intensif neonatus
 Bayi yang lahir dengan usia kehamilan > 32 minggu dan memiliki berat badan
lahir > 1500 gram yang tidak memiliki ketidakmatangan fisiologis seperti apnoe,
prematuritas, ketidakmampuan menerima asupan oral atau menderita sakit yang
tidak diantisipasi sebelumnya
 Bayi yang memerlukan oksigen nasal dengan pemantuan saturasi oksigen
 Bayi yang memerlukan infus intravena perifer dan mungkin nutrisi parenteral
untuk jangka waktu terbatas
 Bayi yang sedang dalam penyembuhan setelah perawatan intensif
b. Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat II B:
Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat ini sama dengan pelayanan
keperawatan IIA ditambah dengan pelayanan keperawatan pada bayi dengan
penggunaan ventilasi mekanik selama jangka waktu yang singkat (<24 jam)
c. Pelayanan tingkat III (unit perawatan intensif neonatus )
 Pelayanan dengan pengawasan paling ketat, dari segi penyakitnya dan
kemamapuan dokter dan paramedik serta peralatannya
 Setiap bayi yang tidak dapat dirawat di tingkat II merupakan kandidat untuk
pelayanan tingkat III
 Indikasi perawatan tingkat III : bayi dengan apneu berulang yang tidak dapat
diatasi dengan rangsangan taktil dan obat, bayi dengan gawat napas berat yang
memerlukan bantuan ventilator (misal sindrom aspirasi mekoneum,
pneumotoraks, penyakit membrane hyalin, gagal napas, hernia diafragmatika),
bayi yang memerlukan transfusi tukar, bayi sebelum dan sesudah operasi
sebelum dikatakan layak dirawat di tingkat II, semua bayi dengan BB < 1500
gram, sebelum diputuskan dapat dirawat di tingkat II.

d. BAYI BARU LAHIR SEHAT


 NCB-SMK
 NKB ( gestasi < 36 minggu, dan atau BL > 2000 gram )
 BBLR dengan asfiksia ringan
Riwayat kehamilan, persalinan, kelahiran dan pasca persalinan normal. Bila
setelah di observasi di kamar bayi dan secara klinis tidak ada kelainan (tanda vital dan
pemeriksaan fisik normal), maka bayi dilaksanakan rawat gabung (pelayanan tingkat I)
,paling lambat 4 jam setelah lahir

e. BAYI RESIKO TINGGI

47
 NKB < 36 minggu
 BBLR < 2000 gram
 Bayi BMK / IUGR
 NLB
 Bayi dengan riwayat asfiksia berat
 Ibu mempunyai komplikasi dalam kehamilan , persalinan atau kelahiran
bayi dengan kriteria tersebut diobservasi di ruang kamar bayi URI selama 4-6
jam , bila klinis balk bayi dapat dilakukan rawat gabung, sedangkan bila bayi
mengalami perburukan/ sakit maka bayi dirawat di tingkat pelayanan II atau III

f. BAYI SAKIT
 Bayi baru lahir yang tampak tidak bugar dan atau disertai tanda klinis yang tidak
normal.
 Bayi dalam kelompok ini mungkin saja sebelumnya termasuk kelompok bayi
sehat atau bayi dengan resiko tinggi
 Bayi dengan kriteria tersebut di atas dapat di rawat pada pelayanan tingkat II
atau III
Setiap keputusan merawat bayi baru lahir ditentukan oleh dokter Spesialis anak

48
HOME VISIT

A. PENGERTIAN
Memberikan pelayanan lanjutan langsung di rumah pasien

B. TUJUAN
a. Memantau kondisi pasien pasca rawat inap
b. Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien dan keluarga
c. Mengikutsertakan keluarga dalam perawatan ibu dan bayi
d. Memperpendek hari perawatan

C. PELAKSANAAN
a. Pelaksanaan home visite 1 kali kunjungan
b. Kunjungan dilakukan 3 hari atau lebih setelah pasien pulang atau setelah bayi pulang
c. Waktu pelaksanaan pukul 07.00 — 10.00 WIB
d. Petugas yang melakukan home care adalah petugas shif pagi atau petugas
shif malam bila petugas shif pagi tidak dapat melaksanakan home care

D. PELAYANAN DIBERIKAN
a. Pelayanan post partum
 Perawatan payudara (breast care)
 Perawatan luka operasi/luka episiotomi
 Perawatan nifas
 Edukasi laktasi
b. Pelayanan bayi
 Memandikan bayi
 Perawatan tali pusat
 Cara menjemur bayi
 Cara memberikan ASI/Forrnula

E. KETENTUAN HOME VISIT


1. Rumah Sakit Rumah sakit Muhammadiyah Kalitidu adalah sebagai rumah sakit yang
menerima rujukan dari puskesmas, bidan praktek swasta di wilayah Kabupaten
Bojonegoro.
2. Pasien rujukan yang dirawat di Rumah Sakit Muhammadaiyah Kalitidu, setelah
dinyatakan sudah tidak perlu tindakan/pengobatan/perawatan di Rumah Sakit Rumah

49
Sakit Muhammadiyah Kalitidu akan dikembalikan ketempat/sarana yang merujuk
pasien tersebut.
3. Pasien rujukan pasca rawat inap dianjurkan untuk berobat ke sarana kesehatan
terdekat/sarana yang merujuk sesuai waktu/jadwal kontrol yang dianjurkan oleh
dokter yang merawat atau sewaktu — waktu jika dibutuhkan harus kontrol ulang ke
Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu.
4. Pelayanan lanjutan terhadap ibu dan bayi pasca rawat inap dari Rumah Sakit
Rumah sakit Muhammadiyah Kalitidu tidak dilakukan home visit oleh petugas
dari pelayanan perinatal resiko tinggi, karena pasien disarankan kembali ke tempat
sarana kesehatan yang merujuk pasien tersebut.
5. Pada pasien non rujukan terlebih dahulu petugas menawarkan kepada pasien dan
keluarga untuk pelayanan home visit, jika pasien dan keluarga menyetujui maka
petugas dari pelayanan perinatal resiko tinggi akan melakukan home visit.

50
RAWAT GABUNG

A. PENGERTIAN
Rawat gabung adalah suatau cara perawatan dimana bayi baru lahir ditempatkan
bersama ibunya dalam suatu runangan. Hal ini dimaksudkan agar bayi mudah dijangkau
oleh ibunya selama 24 jam/ hari sehingga memungkinkan pemberian ASI kepada bayi
sesuai dengan kebutuhannya

B. TUJUAN
Tujuan dilakukan rawat gabung adalah :
a. Agar bayi segera mendapatkan colostrum maupun ASI
b. Agar bayi memperoleh stimulasi mental dini demi tumbuh kembang anak
c. Agar ibu mendapat pengalaman dalam hal merawat payudara dan cara menyusui yang
benar
d. Agar ibu dan keluarganya mendapatkan pengataman cara merawat bayi baru lahir
e. Agar bayi bisa mendapat ASI setiap saat di inginkan

C. JENIS
Terdapat dua jenis rawat gabung yang dapat dilakukan di Rumah Sakit, yaitu :
a. Rawat Gabung penuh : cara perawatan ibu dan bayi bersama-sama dalam suatu
ruangan secara terus menerus selama 24 jam
b. Rawat gabung Parsial : cara perawatan ibu dan bayi terpisah dalam waktu-waktu
tertentu ( misalnya malam hari dan waktu kunjungan)

D. MANFAAT
Rawat gabung merupakan cara yang sangat bermanfaat bagi ibu , keluarga dan juga bagi
petugas kesehatan serta Rumah Sakit
1. Manfaat terhadap ibu
a. Manfaat ditinjau dari segi psikologi ibu
 Meningkatkan keakraban ibu dan bayi, apabila sentuahan fisik antara ibu dan
bayi terjadi segera setelah lahir
 Memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat sendiri bayi yang baru
dilahirkannya
 Memberikan rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat
bayinya
 Memberi kesempatan pada ibu untuk belajar mengenal tangisan sakit, lapar dan

51
mania
b. Manfaat dari segi fisik ibu
 Involusi uterus akan terjadi dengan balk, oleh karena dengan menyusui bayi
akan terjadi kontraksi rahim dengan baik akibatnya perdarahan post partum
dapat dikurangi
 Mempercepat mobilisasi ibu, karena aktifitas ibu merawat sendiri bayinya
 Mempercepat produksi ASI
 Menghindari pembengkakan payudara
2. Manfaat terhadap bayi
a. Manfaat ditinjau dari segi psikologi bayi
Dengan rawat gabung sentuahan fisik ibu dan anak segera terjadi. Hal ini
merupakan stimulasi mental dini yang diperlukan bagi tumbuh kembang anak
khususnya dalam memberikan rasa aman dan kasih sayang
b. Manfaat ditinjau dari segi fisik bayi
 Melindungi bayi dari bahaya infeksi karena ASI terutama kolostrum mengandung
zat-zat antibodi kekebalan)
 Bayi akan mendapatkan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya
 Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi nosokomialinfeksi yang berasal dari
RS)
 Mengurangi bahaya aspirasi yang disebabkan oleh susu botol
 Mencegah timbulnya penyakit alergi terhadap susu buatan
 Mengurangi Maloklusi gigi (pertumbuhan /penutupan gigi yang jelek)
 Mengajar bayi untuk menghisap puting dan areoal dengan benar
 Memperlancar pengeluaran mekoneum
3. Manfaat terhadap keluarga
 Manfaat ditinjau dari segi psikologi keluarga
 Manfaat ditinjau dari segi ekonomi keluarga
4. Manfaat bagi petugas kesehatan
 Manfaat ditinjau dari segi psikologi petugas kesehatan
 Manfaat ditinjau dari segi fisik petugas kesehatan
5. Manfaat terhadap rumah sakit
a. Manfaat dari segi kebutuhan susu formula dan perlengkapannya serta obat-obatan :
 Kebutuhan Rumah Sakit akan susu formula serta perlengkapannya menurun
 Kebutuhan Rumah Sakit akan obat-obatan, cairan infus, dan lain-lain menurun,
sehingga mengurangi anggaran belanja rumah sakit

52
b. Manfaat dari segi kebutuhan tenaga medis
Kebutuhan akan tenaga paramedis untuk perawatan ibu dan bayi berkurang,
sehingga tenaga yang ada dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Selain itu
tenaga paramedis mempunyai kesempatan untuk menambah ketrampilan yang
akan bermanfaat pula bagi rumah sakit
 Manfaat dari segi pengurangan morbiditas
Morbiditas ibu dan bayi berkurang, sehingga mengurangi hari perawatan serta
subsidi yang diberikan Rumah Sakit. Frekuensi pergantian pengguna tempat
tidur menjadi lebih tinggi sehingga daya tampung rumah sakit lebih banyak
 Manfaat dari segi kebutuhan ruangan
Ruangan khusus untuk bayi dapat dikurangi. Sehingga dapat merighemat
penggunaan ruangan atau juga dapat digunakan sebagai perluasan ruangan
untuk keperluan lainnya

E. PERSYARATAN RAWAT GABUNG


Syarat utama dari Rawat Gabung Penuh dapat dilihat pada algoritme di bawah ini
Algoritme Perawatan Bayi
Baru Lahir

Bayi Sehat Bayi Risiko Tinggi Bayi Sakit

 NCB-SMK - NKB (
 NKB < 36 mgg  Bayi baru lahir yang
 BBLR < 200 g tampak tidak bugar
gestasi>36 mgg, dan
 Bayi BMK / IUGR dan atau disertai
atau B.L 2000g)
 NLB tanda klinis yang
 BBLR > 2000 gram
 Bayi dengan riwayat tidak normal
 Bayi dengan aspiksia asfiksia berat  Bayi dalam kelompok
ringan  Ibu mempunyai mungkin saja
 Riwayat kehamilan komplikasi sebelumnya termasuk
dalamkehamilan, kelompok bayi sehat
persalinan atau atau bayi dengan
kelahiran resiko tinggi

Ruang Bayi Stabilitas dikamar bayi ≤ 4 Stabilitas dikamar bayi

Rawat Gabung Level I atau level II


Kondisi membaik Perburukan / sakit

53
F. PELAKSAAN RAWAT GABUNG DI RUMAH SAKIT
Rawat gabung dapat dilakukan sesuai dengan tujuannya, hal-hal yang dilakukan
berkenaan dengan pelaksanaan rawat gabung adalah sebagai berikut:

1. Di Unit Rawat Jalan Kebidanan


a. Melaksanakan KIE dengan pesan antara lain tentang manfaat ASI dan rawat
gabung pesan antara lain tentang perawatan payudara dan makanan ibu hamil
b. Melaksanakan KIE tentang KB, imunisasi dan kebersihan
c. Mengatasi masalah pada payudara ibu, kalau perlu dirujuk ke klinik laktasi
d. Menyelenggarakan senam hamil

2. Di Ruang Bersalin
a. segera setelah bayi dilahirkan, bayi di keringkan (kecuali telapak tangan) kemudian
di letakkan di atas perut ibu untuk d lakukan inisiasi menyusu dini.
b. Untuk ibu yang mendapat narkose umum, bayi disusukan setelah ibunya sadar

3. Di Ruang Rawat Gabung


a. Bayi didekatkan di dekat ibunya
b. Pararnedis di ruang rawat gabung, harus mengawasi agar bayi disusukan paling
sedikit 8 kali dalam 24 jam tanpa perlu dilakukan penjadwalan sesuai keinginan
dan kebutuhan bayi – on demand feeding ). Setiap kali menyusukan, bayi harus
mendapatkan susu dari kedua payudara secara bergantian
c. Pada hari pertama tidak boleh Prelacteal Feeding ( larutan guala, madu, air putih ).
Bayi harus segera mendapatkan ASI dari ibunya, bila pada hari berikutnya ASI
belum keluar dan bayi rewel, boleh diberi minum akan tetapi harus diberikan
dengan sendok. Bila bayi tidak rewel tetap diberikan ASI saja
d. Memberi KIE tentang perawatan payudara dan tali pusat, cara-cara
mempertahankan atau memperbanyak produksi ASI, cara memberi ASI pada ibu
bekerja, makanan ibu menyusui, KB, cara memandikan bayi, imunisasi dan
penanggulangan diare
e. Memotivasi ibu pada saat pulang dari rumah sakit tentang manfaat klinik laktasi

4. Di Klinik Laktasi
Klinik Laktasi adalah tempat konsultasi dimana dilakukan kegiatan-kegiatan ;
a. Memantau kesehatan ibu nifas dan bayi
b. Memberi KIE dengan pesan tentang gizi ibu, mengatasi kesulitan proses laktasi,

54
dan menjaga kelangsungan proses menyusui
c. Melakukan demontrasi perawatan bayi

G. PERAN DOKTER DALAM RAWAT GABUNG


Peranan yang dapat dilakukan dokter dalam rawat gabung adalah :
1. Menggariskan kebijaksanaan dan tata tertib rawat gabung
2. Melaksanakan perawatan ibu dan anak
3. Merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan-kegiatan KIE kepada ibu dan
keluarganya tentang laktasi dan gizi ibu

H. PERAN TENAGA KEPERAWATAN DALAM RAWAT GABUNG


Peranan tenaga keperawatan dalam rawat gabung adalah :
1. Mengajak atau memotivasi ibu melakukan pearawatan payudara, cara menyusui,
merawat bayi, dan tali pusat serta memandikan bayi
2. Mengatasi masalah laktasi
3. Memantau keadaan ibu dan bayi terutama dapat mengidentifikasi keadaan yang tidak
biasa

I. PERAN IBU DALAM RAWAT GABUNG


Pada rawat gabung ibu dapat berperan sbb ;
1. Mempraktekan hal-hal yang diajarkan petugas kesehatan misalnya tentang merawat
payudara, menyusui bayinya, merawat tali pusat, dan lain-lainya
2. Mengamati hal-hal yang tidak biasakelainan yang terjadi pada bayi atau dirinya dan
melaporkan pada petugas

J. PERSYARATAN RAWAT GABUNG YANG IDEAL


1. Bayi
a. Bayi ditempatkan dalam box tersendiri dekat tempat tidur ibu sehingga mudah
dijangkau dan dilihat oleh ibu. Bila tidak terdapat tempat tidur bayi, bayi boleh
diletakan di tempat tidur ibu. Agar rnengurangi bahaya bayi jatuh dari tempat tidur,
sebaiknya dua tempat tidur ibu didekatkan.
b. Tersedianya pakaian bayi
2. Ibu
a. Tempat tidur ibu
b. Tempat tidur ibu diusahakan rendah agar memudahkan untuk naik/ turun
c. Tersedianya perlengkapan perawatan nifas

55
3. Ruangan dan sarana
a. Ruangan cukup hangat, sirkulasi udara cukup
b. Ruang unit ibu / bayi yang masih memerlukan perawatan harus dekat dengan
ruang petugas
4. Petugas
Mempunyai kemampuan dan ketrampilan pelaksanaan rawat gabung
5. Adanya sistem pencatatan dan pelaporan
Catatan medis diperlukan untuk mencatat keadaan bayi dan ibu setiap hari

56
BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR) DENGAN PERAWATAN METODE
KANGURU ( PMK )

A. FALSAFAH
Sesuai isi deklarasi tentang PMK tahun 1998 :
a. Perawatan Metode Kanguru harus menjadi hak dasar bagi bayi baru lahir
b. Perawatan Metode Kanguru harus menjadi bagian integrasi dari manajemen BBLR dan
bayi Normal, dalam berbagai kondisi dan pada semua tingkat pelayanan disemua
negara
Progam PMK terdiri atas empat komponen :
1. Kangaroo position yaitu posisi kanguru ( kangaroo position merujuk pada kontak kulit
ibu dengan kulit bayi)
2. Kangaroo nutrition yaitu kangaroo nutrition merujuk pada praktek pemberian ASI yang
di perkuat dengan kontak kulit ibu dengan kulit bayi
3. Kangaroo discharge yaitu kangaroo discharge merujuk pada kelanjutan praktek PMK di
rumah setelah keluar dari rumah sakit
4. Kangaroo support yaitu kangaroo support merupakan bentuk dukungan pada PMK
dapat berupa dukungan fisik maupun ernosional kepada ibu.

B. DEFINISI
1. Perawatan Metode Kanguru ( PMK) adalah perawatan Bayi Berat Lahir Rendah
dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu ( skin to skin
contact)
2. Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) adalah kelompok bayi lahir dengan berat kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia kehamilannya, baik prematur atau cukup bulan
3. PMK berselang ( continuous KMC )adalah perawatan Metode kanguru yang di
praktekkan selama 24 jam terus menerus dalam sehari
4. PMK berselang ( intermitten KMC ) adalah Perawatan Metode Kanguru yang di
praktekkan selama beberapa jam atau tiap beberapa hari
5. Bangsal PMK adalah sarana kesehatan untuk mempraktekkan PMK

C. PELAYANAN PMK
1. Komponen PMK
a. Kangaroo Position
b. Kangaroo Nutrition
c. Kangaroo Discharge

57
d. Kangaroo Support
2. Konsep Pelayanan
a. Dilakukan secara komprehensif promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
b. Hospital based dan community based
c. Harus integritas dengan pelayanan yang ada
d. Semua tindakan harus terdokumentasi
e. PMK utamanya merupakan intervensi perawatan dengan dukungan medis
3. Alur Pasien dalam Pelayanan
Bayi dengan Berat Lahir Rendah bisa mendapatkan Perawatan Metode Kanguru (
PMK ) di dalam dan luar rumah sakit bayi-bayi yang masih memerlukan fasilitas
perawatan spesialistik dirawat di Rumah Sakit . Sedangkan bayi-bayi dengan kondisi
umum stabil, toleransi minum baik dan ibu dianggap mampu melakukan PMK dapat
dirawat di luar RS atau di rumah dengan pengawasan tenaga kesehatan terhtih. Jika
bayi kembali masuk dalam keadaan gawat dapat langsung datang ke Rumah Sakit /
UGD

Pasien

UGD Poliklinik

Ruang Bersalin

NICU / Level III Special care / Ruang RG/Level I


Level II

Discharge

Rumah Poliklinik / PKM

4. Prosedur / Algoitme Pelayanan


Pelayanan PMK diberikan sesuai dengan standar profesi, prosedur pelayanan
sbb:
a. PMK pada BBLR dilakukan setelah pemeriksaan dan persetujuan oleh tenaga

58
medis ( dokter).
b. Setelah dokter memutuskan bahwa BBLR dapat di lakukan PMK, selanjutnya
inisiasi oleh tenaga keperawatan
c. Keluarga pasien diberikan informasi mengenai pelayanan PMK, setelah setuju
maka keluarga menandatangani informed consent.
d. Edukasi kepada keluarga pasien mengenai pelaksanaan PMK, sesuaikan dengan
level perawatan bayi:
 Ruang Rawat PMK ( level I ) : dilakukan PMK secara kontineu
 Level II-Hi : PMK intermiten
e. Melatih keluarga untuk melakukan PMK terutama mengenai posisi bayi ,cara
menyusui dan personal hygiene. Setelah keluarga dilatih maka dilakukan uji coba
penerapan PMK ( dengan persetujuan dokter).
f. Perawat melakukan observasi terhadap pasien dan keluarga pasien selama
melaksanakan perawatan PMK.
g. Pulang dan kunjungan kontrol:
 Pemulangan ( discharge) pasien dapat di lakukan setelah
mendapat persetujuan dari dokter
 Pada saat pulang keluarga diberikan edukasi mengenai hal-hal yang perlu di
lakukan dan diperhatikan selama melakukan PMK di rumah. Dapat di berikan
catatan mengenai kesehatan bayi menggunakan buku KIA atau sejenisnya.
Kunjungan kontrol dapat dilakukan ditempat pemberi layanan RS atau fasilitas
kesehatan di luar rumah sakit ( puskesmas,klinik, dokter/ bidan swasta)
apabila pasien sebelumnya merupakan kiriman/rujukan dari sarana pelayanan
kesehatan tersebut.
5. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan suatu rangkaian kegiatan keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan bayi baru lahir dan keluarganya. Pendekatan yang digunakan
adalah proses keperawatan yaitu suatu pendekatan sistematis dimulai dari pengkajian,
perumusan masalah, intervansi, implementasi, dan evaluasi. Untuk mengidentifikasi
masalah pemenuhan kebutuhan dasar bayi baru lahir secara optimal, pengkajian harus
dilakukan secara seksama baik itu pengkajian pada bayi maupun pengkajian terhadap
kebutuhan belajar dari orang tua bayi
Perawatan metode kanguru utamanya intervensi perawatan BBLR dengan
dukungan medis.Sehinaga yang lebih banyak berperan untuk melatih dan mendidik ibu
adalah perawat atau bidan terlatih.Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal yang terkait
dengan asuhan keperawatan yang diberikan tidak hanya kepada si bayi tetapi juga

59
kepada ibu, bahkan keluarganya. Dalam memberikan asuhan keperawatan PMK,
komponen yang perlu dilakukan adalah :
a. Edukasi kepada ibu
Ada dua macam edukasi yaitu saat :
 Periksa kehamilan / ANC
 Setelah persalinan dengan BBLR
Edukasi diberikan yang berisi :
 Apa dan bagaimana terjadinya BBLR
 Penanganan BBLR, dimana diantaranya dengan PMK
 Informasi tentang PMK mulai dari tujuan sampai manfaatnya
 Membangun kesadaran akan pentingnya mencegah dan menangani
masalah BBLR
b. Konseling
Konseling adalah berhubungan dengan orang dimana anda mengerti apa yang
mereka rasakan dan menolong mereka untuk memutuskan yang harus dilakukan.
Prinsip-prinsip konseling :
 Menggunakan komunikasi bahasa non verbal
 Pertanyaan terbuka
 Merespon bahasa tubuh yang menunjukkan minat
 Mengulang ucapan ibu
 Empati perlihatkan bahwa anda mengerti yang ibu rasakan
 Hindari kata-kata yang menghakimi
Setelah dikonseling dan ibu memutuskan untuk PMK maka dilanjutkan dengan
!atihan penerapan.
Pendidikan dan konseling merupakan metode pemberian informasi dalam
upaya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keluarga, informasi tentang
PMK merupakan dasar bagi Keluarga dalam memutuskan kesediaanya melakukan
PMK. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah keluarga mampu melaksanakan
perawatan metode kanguru di rumah.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, perawat dan tenaga kesehatan lain
harus memiliki ketrampilan dalam memberikan informasi, memahami kesiapan
keluarga dalam menerima informasi. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi
kualitas informasi yang diterima oleh keluarga yang pada akhirnya mempengaruhi
perubahan perilaku keluarga terhadap pelaksanaan PMK
Keluarga merupakan pemberi asuhan utama bayi premature keluar dari rumah
sakit melalui pemberian pendidikan kesehatan dan konseling sangatlah penting
60
mengingat bayi premature memerlukan perawatan khusus dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya
c. Perawatan Metode Kanguru
 Persiapan
Sebelum ibu mampu melakukan PMK dilakukan latihan untuk adaptasi selama
Iebih kurang 3 hari. Saat melakukan latihan ibu di ajarkan juga personal hygiene
, dibiasakan mencuci tangan , kebersihan kulit bayi tidak di mandikan hanya
dengan baby oil), kebersihan tubuh ibu dengan mandi sebelum melakukan PMK.
Serta diajarkan tandatanda bahaya seperti :
 Kesulitan bernapas ( dada tertarik ke dalam , merintih)
 Bernapas sangat cepat atau sangat lambat
 Serangan henti nafas ( apnea ) sering dan lama
 Bayi terasa dingin : suhu bayi di bawah normal walaupun telah
dilakukan penghangatan
 Sulit minum : bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum atau
mulut Kejang
 Diare
 Sklera/kulit menjadi kuning
 Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PMK perlu diperhatkan PMK yaitu :
 Posisi bayi
Letakkan bayi di antara payudara dengan posisi tegak, dada bayi
menempel kedada ibu.Posisi bayi di jaga dengan kain panjang atau
pengikat lainya. Kepala bayi dipalingkan kesisi kanan atau kiri, dengan
posisi sedikit tengadah ( ekstensi). Ujung pengikat tepat berada dibawah
kuping bayi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi " kodok", tangan harus
dalam posisi fleksi. Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari
duduk, bayi tidak tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari
kain tersebut menutupi dada sibayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan
sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu Dengan cara ini bayi dapat
melakukan pernapasan perut.
Berikut adalah cara mamasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju kanguru,
misalnya saat akan di susui :
 Pegang bayi dengan satu tangan di letakkan di belakang leher sampai
punggung bayi.
 Topang bagian bawah rahang hayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar
61
kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran napas ketika bayi
berada pada posisi tegak.
 Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi
 Nutrisi pemberian ASI
Dengan melakukan PMK , proses menyusui menjadi.lebih berhasil dan sebagian
besar bayi yang di pulangkan memperoleh AS1. Bayi pada kehamiian kurang
dari 30-32 rninggu biasanya perlu di beri minum melalui pipa nasogastrik, untuk
ASI yang di peras ( expressed breast milk). Bayi dengan masa kehamilan 32-34
minggu dapat di beri minum melalui gelas kecil. Sedangkan bayi-bayi dengan
usia kehamiian sekitar 32 minggu atau lebih, sudah dapat mulai menyusu pada
ibu
 Dukungan / support
Saat bayi telah lahir, ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya
berupa
 Dukungan emosional . Ibu memerlukan dukungan untuk melakukan PMK.
Banyak ibu-ibu muda yang mengalami keraguan yang sangat besar untuk
memenuhi kebutuhan bayi pertamanya sehingga membutuhkan dukungan
dari keluarga , teman serta petugas kesehatan
 Dukungan fisik : Selama beberapa minggu pertama PMK , merawat bayi
akan sangat menyita waktu ibu. Istirahat dan tidur yang cukup sangat
penting pada peranannya pada PMK. Oleh karena itu, ibu memerlukan
dukungan untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas rumah
 Dukungan edukasi : sangat penting memberikan informasi yang ibu
butuhkan agar ia dapat memahami seluruh proses PMK dan mengetahui
manfaat PMK. Hal ini membuat PMK menjadi lebih bermakna dan akan
meningkat kemungkinan bahwa ibu akan berhasil menjalankan PMK baik di
rumah sakit ataupun saat di rumah
Dukungan bisa diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota keluarga,
ibu dan masyarakat.Tanpa adanya dukungan, akan sangat sulit bagi ibu
untuk dapat melakukan PMK dengan berhasil
 Pemulangan
Pemulangan bayi dilakukan atas persetujuan dokter berdasarkan laporan
perawat. Bayi PMK dapat di pulangkan dari rumah sakit setelah memenuhi
kriteria dibawah ini :
 Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada henti
nafas (apnea) atau infeksi

62
 Bayi minum dengan baik
 Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk
sekurang kurangnya tiga hari berturut-turut
 Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan
follow up
 Mereka akan tetap memerlukan dukungan meskipun tidak sering dan
seintensif seperti sebelumnya. Jika tidak ada layanan tindak lanjut atau
lokasi rumah sakit letaknya jauh, pemulangan dapat di tunda ,senelum di
pulangkan , pastikan ibu sudah mengerti tanda-tanda bahaya pada bayi ,
jadwal kontrol bayi, monitoring tumbuh kembangr dan bagaimana cara
merujuk ke rumah sakit jika ada bahaya.
 Monitoring kondisi bayi
Hal-hal yang harus di monitoring adaiah:
 Tanda vital 3x/ hari ( setiap ganti shift)
 Timbang Berat Badan Bayi 1x/hari
 Panjang badan dan lingkar kepala lx/minggu Predischarge score setiap hari
 Jejas pasca persalinan
 Skrining Bayi baru lahir
 Tumbuh kembang bayi : terutama panca indranya
 Monitoring kondisi ibu
Hal-hal yang perlu dimonitoring al :
 Tanda-tanda vital
 Involusi uteri
 Laktasi
 Perdarahan post partum
 Luka operasi
 Luka perineum
 Penanganan pencegahan
 Untuk mencegah BBLR mendapat penyakit , maka BBLR perlu mendapat
imunisasi sesuai jadwal yang di anjurkan
 Tanya dan cari tanda-tanda apapun yang mengindikasikan adanya
penyakit, baik yang dilaporkan atau tidak oleh ibu.
 Tangani setiap penyakit berdasarkan standar operasional prosedur dan
juklak lokal
 Jika pertambahan berat badan tidak mencukupi, tanya dan cari

63
permasalahannya, penyebab dan solusi. Semua ini umumnya
berhubungan dengan pemberian minum dan penyakit.
6. Pencatatan Pelaporan
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan maka kualitas asuhan dapat diidentifikasi dan
ditingkatkan.
a. Pencatatan
Beberapa lembar pencatatan yang dapat digunakan dalam pelaksanaan PMK:
 Lembar Observasi Bayi dalam PMK: di gunakan untuk memantau bayi setiap hari
, mencakup tanda-tanda vital, barat badan , dukungan khusus yang diberikan
seperti oksigen.
 Catatan Harian Berat Badan Bayi digunakan untuk melihat kenaikan berat badan
yang dilakukan PMK secara keseluruhan . Catatan diisi setiap hari oleh
penanggung jawab PMK,
 Lembar Penilaian Kesiapan Pulang ( predischarge scoring) : format ini berisi
tentang kondisi bayi saat menyusu, produksi ASI, rasa percaya diri ibu dalam
merawat bayi, dukungan sosial ekonomi, pertambahan berat badan setiap hari,
pengetahuan tentang PMK, rasa percaya diri ibu dalam memberikan obat,
penerimaan dan menerapakan FMK. Masing-masing pernyataan diberi nilai
dengan rentang 0-2. Nilai tinggi menggambarkan lebih slap. Kriteria bayi boleh
pulang adalah apabila nilai predischarge score lebih dari 16, Penilaian dilakukan
oleh pemberi asuhan
b. Pelaporan
Laporan tentang proses pelaksanaan harus mencakup:
 Waktu pelaksanaan PMK : hal ini mencakup pada usia berapa hari rata-rata PMK
dilakukan
 Tipe PMK : apakah PMK dilaksanakan berselang intermiten ) atau 24 jam secara
terus menerus / continuos).
 Masalah kendala yang di hadapi : kendala selama pelaksanaan PMK dapat
diidentifikasi melalui proses pemantauan .
Sesuai dengan sifatnya laporan dibagi dua yaitu :
 Laporan internal: laporan terkait pelakanaan PMK di ruang rawat , di lakukan
secara berkala setiap bulan .
 Laporan eksternal : laporan yang di sampaikan ke divisi laporan mencakup
semua hal terkait dengan pelaksaan PMK. Laporan di lakukan 6 bulan sekali.
7. Model Implementasi Perawatan Model Kanguru ( PMK )
 Model A :

64
Perawat metode kanguru berselang sukarela dan tidak menyediakan pelayanan PMK
terus menerus
 Model B :
Berada dalam bangsal neonatal, dimana dilakukan PMK terus menurus
Terdapat ruang terpisah untuk PMK dan dekat dengan NICU dan high care.Jika
pemondokan tersedia, ibu dan bayi langsung dimasukkan ke bangsal PMK dan
ibu melakukan sebagian besar perawatan bayi. Sedang jika fasilitas pemondokan
tidak tersedia, ibu pulang dan datang untuk melakukan PMK berselang juga
pemberian ASI
 Model C :
Bangsal PMK terpisah dengan bangsal neonatal.Perawatan di NICU dan high care
menggunakan inkubator dan PMK berselang. Pada tahap ini bangsal PMK
sebagai persiapan bayi untuk dipulangkan
 Model D :
Merupakan variasi dari model C dimana terdapat unit PMK terpisah dengan NICU
tersendiri. Ibu dapat memutuskan apakah akan dirawat secara PMK atau
konvensional .Ibu mulai dengan PMK berselang di ruang khusus walaupun bayi
dengan ventilator. Setelah kondisi bayi membaik dapat di tingkatkan menjadi PMK
terus menerus sampai bayi siap di pulangkan. Sesudah ibu dan bayi pulang akan
dilakukan kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan. Model D sangat memakan
biaya dan bukan pilihan yang balk untuk negara miskin
 Model E :
Fasilitas high care tidak tersedia RS tidak punya ruang atau pemondokan ibu dapat
merujuk ibu dan bayi ke fasiiitas lain sampai sampai bayi mencapal berat yang cukup
 Model F :
Ini model perawatan PMK di rumah setelah bayi dipulangkan .bayi dirawat secara
PMK terus menerus, dan ibu membawa ke klinik khusus setiap hari atau dua kali
seminggu untuk kontrol . Semakin kuat bayi, frekuensi kunjungan kontrol semakin
jarang Model ini hanya dapat bekerja dimana sistem rawat jalan dan transportasi
umum tersedia

65
RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI ( RSSIB )

A. DEFINISI
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit pemerintah maupun
swasta, umum maupun khusus yang telah melaksanakan 10 Iangkah Menuju
Perlindungan bayi dan ibu secara terpadu dan paripurna.

B. TUJUAN
Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam upaya
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu.
Khusus :
a. Melaksaan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna
b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian
terhadap ibu dan bayi
c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik
dan neonatus termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK 24 jam)
d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi sarana pelaksanaan kesehatan lainnya.
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis dalam pelaksaan
IMD dan pemberian ASI Eksklusif
f. Meningkatkan fungsi Rumah Sakit dalam perawatan metode kanguru (PMK)

C. SASARAN
a. Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Swasta
b. Rumah Sakit Khusus (Rumah Sakit Bersalin dan Ibu anak) Pemerintah dan Swasta

D. STRATEGI PELAKSANAAN
Melaksanakan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu melalui 10(sepuluh ) langkah
menuju keberhasilan menyusui sbb :
1. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu
dan bayi termasuk pemberian ASI Eksklusif dan perawatan metode kanguru (PMK)
untuk bayi BBLR.
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan

66
neonatal.
3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan bayi baru lahir
dengan inisiasi menyusu dini dan kontak kulit ibu-bayi
4. Menyelenggarakan pelayanan obstetrik dan neonatal emergency komperhensif
(PONEK).
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu
menyusui yang benar dan pelayanan neonatus sakit.
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang anak.
8. Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan dan
penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi.
9. Menyelenggarakan audit maternal dan perinatal rumah sakit secara periodik dan
tindak lanjut.
10. Mernperdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindak lanjuti pemberian
ASI Eksklusif dan PMK.

67
INISIASI MENYUSUI DINI

A. DEFINISI
Segera menaruh bayi didada ibunya, kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact)
segera setelah lahir setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri.
Apabila bayi sehat diletakan segera pada perut dan dada ibu setelah lahir untuk kontak
kulit ibu dan kulit bayi, bayi memperiihatkan kemampuan yang menakjubkan.Bayi dapat
merangkak, dirangsang oleh sentuhan ibu yang lembut, melintasi perut ibu mencapai
payudara. Sentuhan awal yang lembut oleh tangan atau kepala bayi pada payudara
merangsang produksi oksitosin ibu, sehingga mulailah ASI mengalir dan juga
meningkatkan rasa cinta kasih pada bayi. Kemudian bayi mencium, menyentuh dengan
mulut dan menjilat puting ibu.Akhirnya bayi melekat pada payudara dan menghisap
minum ASI.

B. TATA LAKSANA INISIASI MENYUSUI DINI SECARA UMUM


1. Dianjurkan suami atau keluarga mendamping ibu saat persalinan.
2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan.
Dapat diganti dengan cara non kimiawi, misalnnya pijat aromatherapi atau gerakan.
3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan
normal, didalam air atau jongkok.
4. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tanggannya. Pertahankan lemak putih alami
(vernix) yang melindungi kulit baru bayi.
5. ibu. Posisi kontak kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal
selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi.
6. Biarkan bayi mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan
lembut, tetapi tidak memaksa bayi ke puting susu.
7. Ayah di dukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi
sebelum menyusu.
8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu yang melahirkan
dengan tindakan, misalnya oprasi seksio caesar.
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk di timbang, di ukur dan di cap setelah satu jam atau
menyusu awal selesai. Prosedur yang invansif misalnya suntikan vitamin K dan tetesan
mata bayi dapat di tunda
10. Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat sakit kamar selama 24 jam- bayi tetap tidak
dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal (cairan
yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan

68
C. TATA LAKSANA INISIASI MENYUSUI DINI PADA SEKSIO CAESAREA
1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif
2. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-25 C. Disediakan selimut untuk menutupi
punggung bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.
3. Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi epidural.
4. Tataklaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum diatas.
5. Jika inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin, kamar atau bayi harus dipindah
sebelum satu jam maka bayi tetap diletakan didada ibu ketika dipindahkan ke kamar
perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dianjurkan di kamar perawatan ibu atau
kamar pulih.

69
SISTEM RUJUKAN

A. PENGERTIAN
Sistem rujukan merupakan penyelenggaran kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas
dan tanggung jawab secara timbal balik vertikal maupun horisontal, maupun struktural
dan fungsional terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau masalah penyakit
atau permasalahan kesehatan. Kegiatan rujukan mencakup
a. Rujukan pasien
Rujukan pasien internal adalah rujukan antar spesialis dalam satu rumah sakit.
Rujukan eksternal adalah rujukan antar spesialis keluar rumah sakit dengan
mengikuti sistem rujukan yang ada
b. Rujukan pengetahuan dan tehnologi, termasuk peningkatan kemampuan tenaga
kesehatan (dana, alat dan sarana).
c. Rujukan manajemen
Dapat berupa permintaan kepada unit yang lebih mampu atau bantuan kepada unit
yang kurang mampu untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu, yang tidak
dapat diatasi sendiri

B. SISTEM PELAYANAN RUJUKAN MATERNAL PERINATAL


Bila pasien maternal dan perinatal tidak dapat ditangani sendiri segera rujuk ke sarana
kesehatan yang lebih lengkap fasilitas dan tenaga kesehatannya.harus ada koordinasi,
mudah, sehingga tidak memperlambat pertolongan dan tidak merugikan pasien mudah,
cepat dan tepat adalah yang utama.
Rujukan internal rumah sakit berpedoman kepada prosedur rujukan didalam rumah sakit
dan mekanisme kerja dibagian/instalasi Anak dan Obstetri&Ginekologi.Rujukan eksternal
mengikuti mekanisme rujukan sesuai jenjang pelayanan.
1. Persiapan rujukan pasien
a. Menyiapkan petugas yang terlatih untuk mendampingi pasien
b. Memberitahu penjelasan kepada pihak keluarga alasan pasien dirujuk ke rumah
sakit
c. Pada saat merujuk pasien harus disertakan surat rujukan dan resume medik
pasien meliputi : riwayat penyakit, penilaian kondisi pasien yang dibuat saat
kasus diterima perujuk, tindakan atau pengobatan yang telah diberikan dan
keterangan lain yang perlu atau ditemukan sehubungan dengan kondisi pasien.
2. Dirumah sakit
a. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan

70
yang dilakukan adalah untuk menyelamatkan ibu dan bayinya
b. Persiapan pihak keluarga untuk memberikan darah jika dibutuhkan
c. Pasien/ keluarga penje!asan mengenai tindakan/ perawatan yang akan
dilaksanakan.
C. Skema Rujukan

YanMed Spesialistik dan


RS Kelas A/B Pendidikan
subspesialistik luas

RS kelas B non Pendidikan YanMed Spesialistik dan


subspesialistik terbatas

RS Kelas C YanMed Dasar dan


Spesialistik terbatas

RS Kelas D YanMed Dasar dan


Spesialistik terbatas

Puskesmas PONED Pelayanan Medis dasar

Bidan / BPS Polindes Pelayanan Komunitas


Dasar

Posyandu
/Masyarakat/ Kader/
Bumil

71
SECTIO CAESARIA

A. DEFINISI
Adalah suatu prosedur operatif untuk mengeluarkan bayi melalui insisi dinding abdomen
dan uterus.

B. JENIS SECTIO CAESAREA


Standar international tentang jenis seksio sesaria masih terus diperdebatkan tetapi
klasifikasi praktis yang digunakan saat ini adalah :
a. Primary and repeat CS
b. Emergency and elective CS
c. Lower Segment CS dan Upper segment CS
d. Postmortem CS
e. Cesarean hysterectomy

C. INDIKASI SECTIO CAESAREA


1. Maternal ( disproporsi )
a. Disproporsi kepala panggul berat
b. Disproporsi kepala panggul ringan dengan trial of labor gagal
c. Panggul sempit absolute, panggul miring, panggul android
d. Presentasi dahi
e. Presentasi muka dengan dagu dibelakang yang tidak mau memutar kedepan
f. Oksipito posterior persisten , deep transverse arrest yang UUK-nya gagal memutar
kedepan baik setelah dipimpin mengejan atau setelah Vakum Ekstraksi
g. Presentasi bokong pada primigravida dengan TBJ > 3000gram
h. Presentasi bokong pada sekundi atau muitigravida dengan TBJ > 3000 gram
Presentasi bokong dengan tali pusat ditunggangi
i. Letak lintang dalam persalinan
j. Inkoordinasi uteri yang tidak dapat dikoreksi dengan obat-obatan. Servikal distosia
k. Tumor menutupi jalan lahir
l. Rupture uteri yang membakat
m. Janin besar dengan TBJ 4000 gram atau lebih pada primigravida
n. Hight head at term pada primigravida
o. lnduksi atau pasca persalinan yag gagal
p. Hidrosephalus dengan jaringan otak yang masih baik

72
2. Maternal ( perdarahan antepartum )
a. Plasenta previa totalis atau persialis dalam persalinan
b. Plasenta previa dengan perdarahan banybk
c. Plasenta letak rendah dibelakang dalam persalinan
d. Vasa previa pecah
3. Janin
a. Persistent fetal distress
b. Malpresentasi
c. Pada CTG non reaktif (deselerasi lambat dan deselerasi variable / silent / non
reaktif setelah pemberian oksigen)
d. Prolapsus funikuli dan bayi masih hidup
e. Posmaturitas, terutama bila terjadi gawat janin saat induksi persalinan
f. Kehamilan ganda (multiple pregnancy
4. Preeklamsi dan eklamsi
a. Pre-ekalmsia berat atau eklamsia , janin aterm pada primigravida
b. Pre-eklamsia atau eklamsia, janin aterm pada multi gravida dengan kegagalan
terapi obat-obatan
c. Pre-ekalmsia berat atau eklamsia janin aterm pada multigravida dengan bishoscore
yang rendah ( unripe cervix)
d. Pre-eklamsia berat dan ekalmsia janin preter dengan kegagalan terapi obatobatan
5. Lain-lain
a. Riwayat operasi vagino plastik
b. Riwayat operasi mioma uteri yang cukup luas
c. Herpes genetalis dengan ketuban masih utuh atau ketuban pecan kurang dari... jam
d. Vakum ekstrasi atau forseps gagal
e. Riwayat SC dengan :
 insisi kosporal
 interval < 1 tahun
 TBJ >= 3500 gram
 Kelainan letak
 Tebal SBU <= 5 mm
 postmatur
f. IUGR berat ( lebih dari 2 standar deviasi)
D. Keputusan Sectio Caesaria
1. Yang memutuskan tindakan section caesaria sesuai indikasi medis adalah:
a. Operator seksio sesaria adalah dokter spesialis kebidanan yang memutuskan

73
tindakan seksio sesaria
b. Pemilihan jenis anestesi tergantung dari berbagai hal :
 keadaan umum pasien, makan minum terakhir, dan reaksi emosional pasien.
 Pada kasus gawatdarurat, anestesi umum disiapkan lebih cepat dari anestesi
spinal dan lebih aman pada ibu hipovolemia atau syok
 Bila tersedia cukup waktu (tindakan masih dapat ditunggu hingga 30 menit maka
anestesi spinal (oleh tenaga terampil) dapat mengurangi resiko terhadap ibu dan
bayi
 Pertimbangan untuk pilihan anestesi harus dilakukan antara operator dan
anesthetist
c. Pemilihan jenis insisi :
 Insisi vertical mediana
 Keuntungan
o Memudahkan akses ke kavum abdomen
o Perdarahan lebih sedikit
o Mudah untuk menampilkan bagian atas atau bawah abdomen
o Waktu operasi lebih singkat
 Keterbatasan
o Resiko tinggi terjadi dehiscence dan incicional hernia akibat sistem
vascularisasi yang retatif lebih singkat
o Nilai rendah dari asfek estetika/kosmetik
 Insisi trasnversal ( plannenstiel )
 Keuntungan
o Resiko rendah incional hernia
o Nilai lebih dart asfek estetika/kosmetika
 Keterbatasan
o Butuh waktu lama
o Perdarahan lebih banyak
o Lebih sulit untuk menampilkan bagian atas rongga abdomen
b. Menentukan jenis section caesaria
 Tanyakan riwayat reproduksi penyakit masa lampau yang mencakup riwayat
perkawinan, kehamilan, persalinan dan keguguran
 Periksa perut ibu, apakah ada bekas operasi. Bila ada, tanya operasi apa, kapan
dan apa sebabnya. bila pernah dilakukan SC tanyakan kapan operasi tersebut
dilakukan, apa penyebab operasi perkiraan ), berat bayi, lama dirawat, apakah ada
febris sebelum dan sesudah operasi ( perawatan ). Apakah luka operasi tidak
74
menyembuh dalam waktu satu minggu/ bawah.
 Lihat jelas di dinding abdomen melintang atau memanjang dan apakah jejas
E. Pejelasan terhadap pasien terhadap tindakan section caesaria
1. Dokter yang merawat pasien tersebut harus
a. memberi penjelasan mengapa harus dilakukan operasi seksio sesarea. Apabila
pasien maupun keluarganya ragu maka harus dapat memberiakn penjelasan ulang
b. memberikan informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan
dilakukan (membuka perut untuk mengeluarkan bayi )
c. menjelaskan risiko ( perdarahan / infeksi / pengaruh anastesi ) yang mungkin terjadi
baik yang diduga maupun yang tidak terduga sebelumnya
d. memberikan penjelasan tentang alternative tindakan medis lain yang tersedia serta
risikonya masing-masing
e. memberiakn informasi dan penjelasan tentang hasil diagnosis pasien
f. memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya umtuk mendapatkan
penjelasan ulang
2. Dokter yang merawat pasien tersebut harus
a. memberi penjelasan mengapa harus dilakukan operasi seksio sesarea. Apabila
pasien maupun keluarganya ragu maka harus dapat memberikan penjelasan ulang
b. memberikan informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang akan
dilakukan (membuka perut untuk mengeluarkan bayi )
c. menjelaskan risiko ( perdarahan / infeksi / pengaruh anastesi ) yang mungkin terjadi
baik yang diduga maupun yang tidak terduga sebelumnya
d. memberikan penjelasan tentang alternative tindakan medis lain yang tersedia serta
risikonya masing-masing
e. memberikan informasi dan penjelasan tentang hasil diagnosis pasien
f. memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan penjelasan
ulang
3. Meminta persetujuan tertulis uatuk tindakan operasi dengan menandatangani lembar
Persetujuan Tindakan Medik
F. Persiapan sebelum tindakan
1. Anamnesis
a. Usia ibu dan kehamilan (HPHT)
b. Riwayat persalinan sebelumnya (jumlah, cara, dan hasil kehamilan persalinan)
c. Riwayat medik dan tindakan operasi
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadan umum (vital sign,chest and heart)

75
b. Pemeriksaan abdomen (letak, presentasi dan DJJ)
c. Status lokalis (pembukan, kondisi selaput ketuban, penurunan dan presentasi)
3. Pemeriksaan tambahan
a. HB dan Hematokrit
b. Golongan darah (ABO dan Rh)
c. Uji silang darah resipien dan donor
d. Uji tapis penyakit menular/berbahaya
e. Gula darah sewaktu
f. Analisis urin
G. Perawatan pasca section caesaria
1. Perawatan pasca bedah dengan anestesi spinal
a. Mobilisasi setelah 24 jam
b. Bila 6 jam tidak mual dan muntah-muntah boleh minum sedikit demi sedikit
c. Mobilisasi duduk dan berjalan setelah 24 jam
2. Asuhan Keperawatan
 Posisi pasien terlentang tanpa diberi bantal, dst
3. Perawatan pasca bedah dengan anestesi umum
a. Mobilisasi dini setelah keadaan memungkinkan
b. Realimentasi setelah bising usus positif
4. Standar peralatan
a. Ruang operasi terdiri dari
 Meja operasi
 Lampu operasi yang tidak berbayang
 Kereta dorong untuk meletakan peralatan
 Tiang infus
 Alat pendingin ruangan
 Lemari
 Rak
 Tempat untuk cucian
 Alat diatermi
 Peralatan suction
 Alat sterilisasi
b. Set operasi seksio sesaria
NO NAMA ALAT NO CATALAOC JUMLAH
1 Kom 14 cm - 1

76
2 Kom 10 cm - 1
3 Desinfektan klem BF 120 R 1
4 Doek kiem BF 432 R 6
5 Scaple handle no3 BB 073 R 1
6 Scaple handle no4 BB 084 R 1
7 Needle case (boxjarum) BL 941 R 1
8 Pinset anatomis pendek BD 027 R 1
9 Pinset chirurgis pendek BD 547 R 1
10 Pinset chirurgispanjang BD 562 R 1
11 Pinset Diatermi BD 669 R 1
12 Gunting Mayo panjang BC 615 R 1
13 Gunting Mayo pendek BC 606 R 1
14 Gunting benang BC 580 R I 1
15 Gunting benang BC 413 R 1
16 Nald voeder BM 235 R 1
17 Nald voeder BM 236 R 1
18 Nald voeder BM 237 R 1
19 Pean lurus BH 444 R 2
panjang
20 Pean lurus pendek BH 160 R 2
21 Pean bengkok pendek BH 413 R 2
22 Pean Kasar (chrome) BH 445 R 2
23 Kocher BH 630 R 2
24 Abdominal retractor BT 617 R 1
25 Abdominal retractor BT 658 R 1
26 Langen back BT 352 R 2
27 Oog hack BT 405 R 1
28 Fenster klem BF 122 R 7
29 Peritonium kiem BJ 310 R 4
30 Canul suction GF 944 R 1
31 Tempat instrument JF 223 R 1

c. Set operasi seksio sesaria (linen dan baju )


 Laken operasi besar dan kecil
 Pembungkus alat ( laken berlapis

77
 Alas meja dorong
 Duk bolong
 Duk operasi
 Baju dan celana operasi
 Jas operasi
 Topi operasi
 Barakschort
 Penutup kepala pasien
 Sarung kaki
 Sarung tabung oksigen
 Sarung meja mayo
 Handuk / lap tangan
 Baju pasien kamar bedah
 Perlak besar dan kecil
 Schort plastik / karet

78
TATA LAKSANA PENERIMAAN PASIEN BARU

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


Perawat / bidan pelaksana

B. PERANGKAT KERJA
a. Surat pengantar
b. Berkas rekam medic
c. Alat tulis
d. Stetoskop, thermometer
e. Timbangan badan

C. TATA LAKSANA
1. Bayi masuk ruangan perawatan dengan membawa surat pengantar rawat inap dari
UGD atau surat rujukan
2. Perawat menerima pesanan kamar dari admission
3. Perawat dibantu TPK menyiapkan inkubator ( lihat SPO Menerima Pasien Baru)
4. Perawat menghubungi petugas UGD / URJ bahwa kamar perawatan sudah siap untuk
digunakan
5. Perawat UGD / URJ mengantarkan pasien ke ruang perawatan
6. Pasien diterima diruang perawatan dengan rarnah dan perawat mengucapkan salam
kepada pasien.
7. Perawat UGD / URJ melakukan serah terima pasien beserta satatus pasien dengan
perawat ruang rawat
8. Perawat membaca instruksi dokter dan menjalankan instruksi tersebut
9. Perawat memeriksa tanda-tanda vital pasien serta mendokumentasikannya pada
Berkas Rekam Medis pasien
10. Apabila pasien dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaaan laboratorium atau radiologi
maka petugas menghubungi petugas laboratorium atau radiologi

79
TATA LAKSANA
PEMERIKSAAN PASIEN ( VISITE ) DOKTER PENANGGUNG JAWAB

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


a. Dokter penanggung jawab pasien ( DPJP )
b. Perawat / bidan PJ shift

B. PERANGKAT KERJA
a. Berkas rekam medic pasien
b. Stetoskop

C. TATA LAKSANA
1. Perawat memberitahukan dokter Penanggung Jawab Pasien bahwa pasien sudah
masuk ruang rawat dan menanyakan rencana waktu visite.
2. Perawat menemani dokter visite dengan membawa rekam medis dan peralatan medis
yang dibutuhkan dokter tersebut.
3. Dokter memeriksa kondisi dan perkembangan pasien serta mengisi / melengkapi
rekam medis pasien.
4. Dokter penanggung jawab memberikan informasi kepada pasien keluarga tentang
kondisi penyakit serta perkembangan pasien yang bersangkutan.
5. Perawat mencatat semua instruksi dokter di catatan kegiatan harian.
6. Perawat mencatat kondisi dan perkembangan pasien dalam buku laporan harian untuk
diinformasikan kepada perawat jaga shift berikutnya.

80
TATA LAKSANA MERUJUK PASIEN

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


Perawat / bidan pelaksana

B. PERANGKAT KERJA
a. Form rujukan
b. Ringkasan pasien pulang
c. Resume keperawatan
d. Obat obatan dan barang-barang milik pasien
e. Alat-alat tulis

C. TATA LAKSANA
1. Siapkan formulir rujukan, yang diisi oleh DPJP atau dokter jaga.
2. Perawat menghubungi Rumah Sakit yang dituju, pastikan di Rumah Sakit tersebut
sudah ada tempat untuk pasien tersebut.
3. Perawat menghubungi petugas UGD untuk permintaan ambulance Rumah Sakit
Muhammadiyah Kalitidu
4. Perawat menyiapkan obat — obatan, hasil pemeriksaan lain dan barang — barang
milik pasien dan pesanan pulang.
5. Petugas URI menyelesaikan administrasi ruangan dan mengirim ke kasir.
6. Keluarga diminta untuk menyelesaikan administasi ke bagian kasir dengan membawa
surat pulang rawat inap.
7. Keluarga menunjukkan kwitansi dan surat izin pulang dari kasir kepada perawat
ruangan
8. Antarkan pasien ke Rumah Sakit yang dituju

81
TATA LAKSANA MENDAMPINGI PASIEN UNTUK DIRUJUK

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


Perawat / bidan pelaksana

B. PERANGKAT KERJA
a. Form rujukan
b. inkubator
c. Rambulance
d. Alat-alat tulis

C. TATA LAKSANA
1. Perawat yang mendampingi pasien yang dirujuk harus yang sudah PJ shift
2. D P J P m em b u a t s ur a t r u j uk a n d a n m e l en g k a p i h a s i l – h a s i l pemeriksaan
yang telah dilakukan untuk dibawa perawat pendamping.
3. Perawat menghubungi Rumah Sakit rujukan untuk memastikan adanya
tempat untuk penerimaan pasien di Rumah Sakit rujukan.
4. Cek kesiapan transportasi/ambulance Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu/
ambulance 118
5. Perawat pendamping pasien menyiapkan pasien dan surat rujukan beserta
dokumen medis yang akan dibawa antara lain : fotocopy hasil pemeriksaan, foto
rontgent, dll.
6. Observasi Suhu, Nadi,RR ( lihat SPO ) sebelum pasien dibawa.
7. Perawat pendamping pasien harus selalu memantau keadaan umum pasien
selama dalam perjalanan, antara lain : Suhu, Nadi, Pernapasan pasien (
lihat SPO TTV ), dan mencatat hasil pemantauan di formulir observasi,
8. Perawat pendamping pasien melakukan serah terima pasien dan menyerahkan
surat rujukan pasien, hasil pemeriksaan, obat obatan.

82
TATA LAKSANA PASIEN PULANG DARI RAWAT INAP

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


Perawat / bidan pelaksana
B. PERANGKAT KERJA
a. Ringkasan pasien pulang dan resume keperawatan
b. Foto rongent dll
c. Fotocopy hasil pemeriksaan laboratorium / radiologi
d. Surat pengantar kontrol pulang
e. Alat-alat tulis

C. TATA LAKSANA
1. Beritahu pasien dan keluarga bahwa pasien sudah diperbolehkan pulang pada tanggal
…. Dan jam ………
2. Siapkan berkas – berkas yang harus dibawa pasien pulang seperti ringkasan pulang
dan resume keperawatan, obat-obatan yang akan dibawa pulang, surat istirahat, surat
pengantar kontrol ulang, surat asuransi, foto copy hasil pemeriksaan diagnostic dan
hasil laboratorium.
3. Kirim Resep obat pasien pulang ke farmasi, bila pasien diberikan obat tambahan
dalam bentuk resep, masukan nomor resep dalam transaksi
4. Cek obat – obat pasien, jika ada yang akan diretur maka retur kembali ke instalasi
farmasi , kecuali obat obat yang dibeli diluar farmasi Rumah Sakit.
5. Keluarga diminta untuk menyelesaikan administrasi ke kasir
6. Keluarga menunjukkan kwitansi dari kasir kepada perawat ruangan.
7. Beri penjelasan kepada pasien mengenai pesanan pulang seperti perawatan khusus di
rumah, obat – obatan yang diminum, tanggal kontrol kembali.
8. Serahkan obat – obat yang dibawa pulang, barang milik pasien, foto
rontgent,ringkasan pulang, surat istirahat, keterangan sakit dll, minta pasien / keluarga
memberikan tanda tangan pada buku pemulangan foto / USG dan meminta keluarga
untuk menandatangani resume keperawatan.
9. Buatkan perjanjian untuk kontrol ke paktek dokter sesuai dengan jadwal yang diminta
oleh dokter yang merawat, bila pasien pulang pada hari libur / minggu,catat pada buku
ekspedisi pasien untuk dibuatkan perjanjian setelah hari libur.
10. Bayi diantar oleh perawat sampai di pintu utama tengah Rumah Sakit Muhammadiyah
Kalitidu atau sampai naik kendaraan.
11. Hapus nama pasien pada papan pasien.

83
TATA LAKSANA
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PASIEN DIRAWAT INAP

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


a. Perawat / bidan pelaksana
b. Petugas analis

B. PERANGKAT KERJA
a. Berkas rekam medis
b. Formulir pemeriksaan laboratorium / radiologi

C. TATA LAKSANA
1. Dokter menjelaskan kepada pasien / keluarganya tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan
2. Dokter mengisi formulir pemeriksaan laboratorium
3. Perawat mencatat tentang pemeriksaan Laboratorium yang akan diperiksa pada
catatan kegiatan harian.
4. Petugas analis datang ke rawat inap untuk mengambil sample pemeriksaan
5. Petugas laboratorium menghubungi perawat dan memberitahukan hasil pemeriksaan
sudah selesai dan dapat diambil segera.
6. Perawat mengambil hasil pemeriksaan ke laboratorium
7. Hasil pemeriksaan Laboratorium yang diterima dari bagian Laboratorium, dimasukkan
ke dalam status pasien yang bersangkutan dan perawat melaporkan hasil pemeriksaan
kepada DPJP .

84
TATA LAKSANA
PEMERIKSAAN RADIOLOGI PASIEN DIRAWAT INAP

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


a. Perawat / bidan pelaksana
b. Petugas radiographer

B. PERANGKAT KERJA
a. Berkas rekam medis
b. Formulir pemeriksaan laboratorium / radiologi

C. TATA LAKSANA
1. Dokter menjelaskan kepada pasien / keluarganya tentang pemeriksaan yang akan
dilakukan
2. Dokter mengisi formulir permintaan pemeriksaan radiologi.
3. Perawat mencatatat tentang pemeriksaan Radiologi yang akan dilakukan pada catatan
kegiatan harian.
4. Perawat menginformasikan ke bagian radiologi tentang permintaan pemeriksaan
radiologi
5. Perawat membawa pasien ke bagian radiologi dengan menggunakan inkubator sesuai
kondisi bayi beserta form permintaan pemeriksaan radiologi.
6. Untuk bayi dengan keadaan umum yang tidak memungkinkan maka petugas radiologi
dapat melakukan pemeriksaan di ruang bayi (Bayi level 2)
7. Petugas radiologi menghubungi perawat dan memberitahukan hasil pemeriksaan
sudah selesai dan dapat diambil segera.
8. Perawat mengambil hasil pemeriksaan ke bagian radiologi
9. Hasil pemeriksaan Radiologi diterima dari bagian Radiologi, dimasukkan ke dalam
status pasien yang bersangkutan dan perawat melaporkan hasil

85
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. DEFINISI
Keselamatan pasien (Patient Safety), rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. STANDAR PATIENT SAFETY


Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan maternal dan perinatal
adaiah :
1. Hak Pasien.
Pasien/keluarga pasien mempunyai hak mendapatkan informasi tentang rencana dan
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik Pasien dan Keluarga.
Edukasi kepada keluarga pasien tentang kewajiban dan tanggungjawab keluarga dalam
asuhan perawatan/asuhan kebidanan. Untuk keluarga pasien diajarkan cara mengurangi
resiko terjadinya infeksi nosokomial seperti mencuci tangan.
3. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan.
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga
(dokter, bidan/perawat gizi dll) dan antar unit pelayanan terkait.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
Rumah sakit harus terus memperbaiki pelayanan, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD dan melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja dan keselamatan pasien.
5. Peran pimpinan Rumah Sakit dalam meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan
mendorong dan menjamin implementasi program patient safety melalui penerapan tujuh
standar Patient Safety.

86
6. Mendidik Staf tentang keselamatan pasien.
Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan sesuai
standar profesi, standar pelayanan rumah sakit dan Standar Prosedur operasional untuk
meningkatkan kompetensi staf dalam pelayanan maternal dan perinatal.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Komunikasi antara tenaga kesehatan dan keluarga pasien selama melaksanakan
pelayanan dapat mencegah kemungkinan terjadinya KTD

D. PROGAM PENGAMANAN
1. Program pengamanan Fasilitas dan Peralatan AN,

Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua peralatan untuk
pertolongan maternal dan perinatal antara lain : alat-alat listrik, gas medis (02), AC,
saluran udara (ventilasi), peralatan anasthesi, alat-alat gawat darurat, dan alat-alat
resusitasi. Daerah pengaman listrik paling sedikit diperiksa 2 (dua) bulan sekali dan
catatan daerah-daerah yang diperiksa, prosedur yang diikuti dan hasilnya harus
disimpan dengan baik.Alat-alat ini harus dipelihara oleh teknisi yang terlatih.Bila
mungkin pemeliharaan oleh ahli teknik atau konsultan dari luar rumah sakit.
2. Program Pengamanan lnfeksi Nosokomial
Harus ada sistem yang digunakan untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi
nosokomial. Sistem ini harus merupakan bagian integral dari pengendalian infeksi ( PPI)
di Rumah Sakit Muhammadiyah Kalitidu.

E. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga ruangan
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir " Pelaporan Insiden Keselamatan “

87
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung kemasyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan
angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua
penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan manculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan
Umum " atau "Universal Precaution" yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang
terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan".
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpapar infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip "Universal Precaution".

88
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERTULAR
1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

89
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Rumah sakit Muhammadiyah Kalitidu dalam memberikan
pelayanan adalah :

A. INDIKATOR KECEPATAN PENANGANAN PERTAMA PASIEN GAWAT DARURAT


1. Presentase kematian ibu karena eklamsi
2. Waktu tunggu sebelum operasi
3. Presentase kematian ibu karena melahirkan sepsis
4. Presentase kematian ibu karena perdarahan

B. INDIKATOR PELAYANAN IBU BERSALIN DAN BAYI


1. Angka kematian ibu karena eklamsi
I
2. Angka kematian ibu karena perdarahan
3. Angka kematian ibu karena sepsis
4. Angka perpanjangan waktu rawat inap ibu melahirkan
5. Angka kematian bayi dengan BBLR > 2000 gram
6. Angka seksio sesaria
Indikator tersebut dilaporkan setiap bulan dalam laporan kerja bulanan

90
BAB X
PENUTUP

Angka Kematian Ibu ( AKI )dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) semakin meningkat dan
tidak mengalami perubahan berarti pada lima tahun terakhir. Keadaan ini akan meningkat bila
tidak segera diantisipasi dengan berbagai terobosan yang optimal. Kasus kebidanan yang
sifatnya akut dan fatal akan menurunkan kondisi kesehatan pada ibu hamil dan bayi di
masyarakat dan akan mempengaruhi prestasi dan kinerja generasi mendatang.
Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu agar program pedoman pelayanan
Obstetrik dan neonatal emergenci komperhensif (PONEK) dijadikan prioritas , yang terlihat
pada target upaya kesehatan perorangan (UKP) pada rencana strategi Departement
kesehatan 2005-2009.
Pada saat ini sesuai era desentralisasi, kebijakan ini amat perlu didukung oleh dinas
kesehatan provinsi/kabupaten daerah sehingga terjadi sinkronisasi antara perencanaan
Departemen Kesehatan RI pusat dan daerah yang menghasilkan suatu visi yang saling
memperkuat dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Disamping itu pelaksanaan pelayanan obsterik dan neonatal emergency
komprehensif (PONEK) hendak disesuaikan dengan kondisi spesifik daerah dan keterbatasan
sumber daya sehinggga dapat mencapai target yg optimal yaitu 75% RSU kabupaten/kota
menyelenggarakan PONEK.

91
SUSUNAN TIM PONEK
RS MUHAMMADIYAH KALITIDU

Pembina : Dr. Hj. Diana Kawulaningsari, M.MKes


Ketua : Dr. Ika Maret Tania, SpOG
Koordinator : Dwi Nurhayati, Amd. Kep
Sekretaris : Siti Khikayaton, Amd. Keb
Anggota :
1. Siti Nurhayati, Amd. Keb
2. Nunung Sutartik Amd. Keb
3. Dewi Yunita, Amd. Keb
4. Leli Isniawati, Amd. Keb
5. Ika Puspitaningtyas, Amd. Keb
6. Ajeng Laili Aisyah Arief, Amd. Keb
7. Frida Ainurosalina, Amd. Keb
8. Eli Krisdayanti, Amd. Keb
9. Yenia Eria Lufida, Amd. Keb
10. Putri, Amd. Keb

92

Anda mungkin juga menyukai