TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL
EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)24 JAM DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG
Menetapkan :
KESATU : KEBIJAKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF
(PONEK) 24 JAM DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 08 Januari 2019
Direktur,
dr. Suwarni
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Gotong Royong
Nomor : 04-003/Per/Dir/RSGR-KEBIJ/I/2019
Tanggal : 08 Januari 2019
1. Kebijakan Umum
a. Regionalisasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal adalah suatu sistem pembagian
wilayah kerja rumah sakit dengan cakupan area pelayanan yang dapat
dijangkau oleh masyarakat dalam waktu kurang dari 1 jam, agar dapat
memberikan tindakan darurat sesuai standar. Regionalisasi menjamin agar
sistem rujukan kesehatan berjalan secara optimal.
b. Rumah Sakit PONEK 24 Jam adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan
terintegrasi 24 jam.
c. Tenaga professional yang terlibat dalam PONEK adalah tenaga yang telah
mengikuti pelatihan PONEK dan pelatihan penanganan kegawat daruratan
obstetrik dan neonatus.
1) Dokter spesialis kebidanan dan kandungan
2) Dokter Spesialis Anak
3) Dokter Spesialis Anestesi
4) Dokter Umum
5) Bidan
6) Perawat
d. Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana
pelayanan primer kepada sarana kesehatan sekunder dan tersier.
e. Tersedianya pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK, seperti
1) laboratorium
2) radiologi selama
3) recovery room 24 jam
4) obat dan alat penunjang yang selalu siap sedia.
5) Tersedianya pelayanan darah siap 24 jam.
f. Adanya dukungan semua pihak dalam pelayanan PONEK, baik dari tenaga
medis, paramedis maupun non medis di Rumah Sakit Gotong Royong.
2. Kebijakan Khusus
a. Kegawat daruratan obstetri adalah asesmen / penentuan diagnosis dan
penentuan rencana pelayanan pasien obstetri emergensi dilakukan oleh
dokter spesialis obstetri, dan atau dokter umum, dan atau bidan jaga
(diutamakan yang telah mengikuti pelatihan PONEK/Pelatihan kegawat
daruratan obstetri dan Neonatologi).
b. Maternal
1) Setiap pasien inpartu, ibu dengan kegawat daruratan obstetric ditangani
melalui IGD, diperiksa oleh bidan jaga Ponek IGD, dibantu oleh perawat
IGD, kolaborasi dengan dr jaga IGD untuk selanjutnya dilakukan tindakan
di Kamar Bersalin atau Unit Kamar Operasi atau dilakukan rujukan
2) Pasien inpartu adalah keadaan ibu hamil dengan disertai tanda-tanda
persalinan berupa
a) kontraksi yang timbul minimal 2 kali dalam 10 menit dan lama
kontraksi 20 detik;
b) keluarnya darah dan atau lendir (bloedslijm)
c) keluarnya cairan ketuban.
3) Observasi pasien inpartu dilakukan di Kamar Bersalin oleh bidan dengan
melakukan asesmen lanjutan dan penentuan rencana pelayanan oleh DPJP.
4) Penanganan persalinan pada ibu inpartu dengan pembukaan lengkap dan
kepala sudah dalam keadaan crowning, dilakukan oleh dokter IGD dan atau
bidan di Ponek IGD dengan tetap melakukan kolaborasi dengan dr Spesialis
kebidanan dan kandungan.
5) Penentuan Kasus Resiko ibu hami menggunakan KSPR
c. Neonatal
1) Asesmen pasien dengan inpartu di IGD juga meliputi kondisi janin berupa
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) oleh dokter dan atau bidan di IGD.
2) Bayi dengan kondisi fisiologis baik dari persalinan normal atau patologis
pervaginam dan atau perabdominam, segera mendapatkan ASI (IMD)
sejauh tidak ada kontra indikasi pada ibu dan neonatus, dilanjutkan
dengan rawat gabung.
3) Setiap neonatus yang lahir dari ibu yang melahirkan di Rumah Sakit
Gotong Royong dilakukan pelayanan rawat gabung di unit rawat inap
maternal
4) Apabila didapatkan kegawat daruratan janin, maka ditetapkan rencana
pelayanan terhadap neonatus yang akan dilahirkan sesuai intruksi DPJP,
meliputi persiapan sarana dan prasarana penanganan kegawat daruratan
janin tersebut.
5) Kegawat daruratan neonatus meliputi
a) kegawat daruratan jalan napas
b) kejang pada neonatus
c) perdarahan, penyakit jantung bawaan dan kelainan bawaan lainnya
yang berhubungan dengan asupan.
6) Neonatus bermasalah (asphyxia sedang sampai berat / AS < 8) dilakukan
perbaikan kondisi, jika membaik maka dilakukan pengawasan pasca
resusitasi dan dilanjutkan perawatan rawat gabung ( sesuai rencana
pelayanan dan instruksi DPJP) .
d) Neonatus hanya mendapatkan ASI dari ibunya sampai dengan usia 6
sampai 24 bulan. Apabila sampai dengan 24 jam ibu tidak dapat
memproduksi ASI maka atas instruksi dokter spesialis anak, dapat
dilakukan pemberian Pengganti ASI yang sesuai kondisi medis bayi dan
dibantu melalui model Panel oleh Unit Farmasi RS.
e) Penentuan kegawat daruratan neonatus menggunakan Down Score
d. Rujukan dilakukan ke RS lain pada kasus :
1) Maternal
a) Ibu hamil dan bersalin dengan Preeklamsia/ Eklamsia.
b) Ibu bersalin dengan partus prematur dengan BBLR.
2) Neonatal
a) Bayi dengan gagal C-Pap.
b) Berat Badan Lahir Rendah ( BB < 2000 gram ).
c) Bayi dengan kelainan koongenital.