Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Metode Kanguru diperkenalkan
pada tahun 1979 oleh Dr. Edgar Rey dan Dr. Hector Martinez, keduanya spesialis anak yang
bekerja di Rumah Sakit Bogota, Kolombia. Pada tahun 1983 UNICEF mulai memperkenalkan
metode ini ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Perawatan Metode Kanguru (PMK)
merupakan asuhan kontak kulit dengan kulit agar bayi memperoleh kehangatan dari tubuh
ibunya. PMK adalah cara perawatan BBLR seperti kanguru merawat bayinya yang selalu lahir
prematur. Bayi kanguru berada di dalam kantung ibunya selama diperlukan untuk
sebagai tindak lanjut hasil Kongres Nasional VI di tahun 1997. Perinasia menganggap PMK
sebagai cara yang mudah, murah dan manfaat karena hanya memerlukan perlengkapan sangat
sederhana yaitu kain gendongan. PMK memberi manfaat bagi rumah sakit karena tidak
memerlukan sarana dan prasarana yang canggih dan mahal serta mempercepat pemulangan
bayi dari rumah sakit. Bagi ibu dan keluarga, PMK meringankan beban ekonomi dan
kerepotan karena meninggalkan rumah karena bayi tidak harus dirawat lama di rumah sakit.
PMK terdiri dari 4 komponen yang perlu diperhatikan untuk keberhasilannya yakni:
1) Posisi PMK
4) Dukungan keluarga bayi dalam PMK dan pemantauan kondisi bayi, terutama ketika
pelayanan PMK dan ibu serta keluarganya. Terapan PMK di Indonesia telah ditetapkan oleh
1) Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Perawatan
Metode Kanguru di Rumah Sakit dan Jejaringnya, terbitan Kemkes RI tahun 2009. Di
2) Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C
3) Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, terbitan Kemkes RI
tahun 2009.
B. Dasar Hukum
Pelayanan PMK di rumah sakit memerlukan dasar hukum yang tertuang dalam penerbitan
sakit:
dalam lampiran SK
Penetapan berlakunya SK
2. SOP PMK
- Pengertian
- Tujuan
- Prosedur
- Unit Terkait
Pelayanan PMK di rumah sakit memerlukan susunan organisasi yang dilengkapi dengan
pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas. Struktur organisasi termuat sebagai
2) Anggota:
Perawat perinatologi
Penanggung jawab:
Pelaksana:
4) Melakukan pencatatan
Anggota:
5. Sosialisasi PMK
Pelayanan PMK di rumah sakit perlu melibatkan semua unit yang terkait dengan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi (maternal dan neonatal). Sosialiasi kepada petugas
kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan ibu dan bayi dapat dilakukan
dalam pertemuan rutin yang biasa diadakan rumah sakit dalam rangka penyampaian
informasi, pemantauan, pelaporan dan evaluasi. Sosialiasi juga dapat dilakukan melalui
kegiatan khusus, seperti orientasi PMK dan alih teknologi dari petugas yang sudah
mengikuti pelatihan PMK kepada petugas yang belum melakukan PMK. Dalam hal ini
dengan program sosialisasi kepada pengunjung rumah sakit, terutama pada unit yang
terkait dengan kesehatan ibu dan bayi. Pemberian informasi dan edukasi secara intensif
kepada ibu dan keluarganya yang disampaikan dalam bentuk penyuluhan kelompok
informasi, edukasi (KIE). Penganggaran untuk produksi materi KIE perlu dimasukkan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi di lini terdepan yaitu bidan di desa yang bekerja di
bawah koordinasi dari Puskesmas. Pengembangan jejaring pelayanan PMK bisa bersifat
dua arah yaitu dari rumah sakit ke Puskesmas dan dari Puskesmas ke rumah sakit.
Pelibatan semua pihak terkait dalam jejaring dapat dilakukan melalui sosialisasi
dalam kegiatan rutin dari Dinas Kesehatan atau penyelenggaraan orientasi dan pelatihan
PMK. Kerjasama lintas program dan lintas sektor juga dapat dipertimbangkan untuk
mengaktifkan pelibatan pihak terkait dalam jejaring pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
C. Sarana dan Prasarana
Bangunan fisik perlu diperhatikan yaitu dalam hal ukuran ruangan dan tata ruangan
karena berkaitan dengan pelaksanaan jenis PMK: sporadis, intermiten, kontinu. Secara
umum yang diperlukan adalah kecukupan ruang untuk menempatkan kursi yang dipakai
ibu agar bisa duduk santai dalam melakukan PMK di ruang bayi. PMK kontinu
a. Ruang bersalin
Untuk bayi bugar dan berat lahir > 1800 gram boleh dimulai dengan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)
b. Ruang nifas
Di ruang bayi perlu diperhatikan jarak antara inkubator agar dapat ditempatkan sebuah
Di ruang PMK ada tempat tidur untuk ibu yang melakukan PMK kontinu, sebaiknya
b. Timbangan digital
c. Termometer digital yang dapat mengukur suhu rendah
g. Topi bayi
h. Popok
i. Peralatan untuk pemberian ASI kalau masih belum bisa menetek langsung
a. Status bayi
b. Buku Pemantauan
membantu ibu dan keluarganya agar melaksanakan PMK, dimulai dari rumah sakit dan
berlanjut di rumah.
a. Orientasi PMK
c. Pelaksanaan PMK
Materi orientasi dan pelatihan PMK meliputi:
d. Tata laksana PMK di rumah sakit (medis teknis; sosialisasi; pencatatan dan
pelaporan; rujukan)
E. Tata Laksana
BBLR
o Diperlukan surat rujukan dari rumah sakit yang ditujukan kepada bidan setempat.
o Diperlukan lembar pemantauan yang dilakukan oleh bidan setempat untuk pendampingan
ibu dalam masa tumbuh kembang bayi, sekaligus catatan seandainya diperlukan rujukan
o Sosialisasi PMK secara luas sehingga semua bidan terpapar dengan PMK dan dapat
Napas adekuat, frekuensi denyut jantung > 120 kali /menit, tonus otot baik
Tidak perlu dimandikan, cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat
Bayi dipakaikan topi untuk menjaga agar kepalanya tetap hangat dan popok.
Perhatikan bahwa popok bayi harus segera diganti setiap kali basah karena buang air
e. Persiapan ibu/pengganti:
Memahami PMK
Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi memakai sabun (kecuali
setempat.
Memotong kuku
Mencuci tangan dengan cara yang benar menggunakan sabun dan mengeringkannya
f. Pelaksanaan PMK:
Posisi: Ajari ibu memegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher
sampai punggung bayi, topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak menutupi saluran napas ketika bayi
berada pada posisi tegak, tempatkan tangan lainnya di bawah bokong bayi.
Bayi diletakkan dalam posisi tegak, dapat di tengah, di antara kedua payudara dan
dimiringkan ke kanan/kiri saat akan disusukan. Kaki dan tangan bayi pada posisi fleksi
Ibu dibantu petugas/keluarga untuk mengikatkan kain gendongan dari arah depan ke
belakang. Kain gendongan diikat cukup kencang lalu ditarik lagi ke depan untuk diikat
di bawah bokong bayi. Kalau kain gendongan kurang panjang untuk diikatkan di
bagian depan (bawah bokong bayi), pakai gendongan PMK dengan model segi empat
o Dada bayi menempel ke dada ibu (kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu)
o Kain penggendong diikatkan, cukup kuat, tidak terlalu ketat, tidak longgar,
kain penggendong menopang leher bayi, tepi atas gendongan berada di batas
Ibu diajari menyusui bayinya dalam gendongan PMK. Ketika menyusui, pastikan
gendongan PMK tidak menghalangi bayi menyusu. Kalau bayi masih belum bisa
sendok/pipet/cangkir.
Ibu diajari memerhatikan tanda yang perlu diwaspadai karena menunjukkan bayi
sakit dan karenanya harus segera meminta pertolongan tenaga kesehatan yaitu :
o Diare
g. Pencatatan
Status bayi
Buku Pemantauan
Rekam medik
h. Pelaporan
laporan untuk masing-masing bayi (jenis PMK, perkembangan BB, panjang badan,
laporan keseluruhan berupa jumlah kelahiran, jumlah BBLR, jumlah BBLR dengan
A. Defenisi
Rumah sakit sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit maupun privat, umum
maupun khusus yang telah melaksanakan 10 langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara
10 Langkah Menuju Perlindungan Ibu dan Bayi secara Terpadu dan Paripurna.
1. Ada kebijakan tertulis manajamen yang mendukung pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi,
termasuk IMD (Inisiasi Menyusu Dini) meberikan ASI eksklusif dan indikasi yang tepat
untuk memberikan susu formula serta perawatan metode kanguru (PMK), untuk bayi
3. Menyelenggarakan perslinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru lahir
dengan IMD
menyusui yang benar dengan cara mengerjakan cara posisi dan perlekatan yang benar,
mengajarkan ibu cara memerah ASI bagi bayi yang tidak bisa menyusui langsung pada
ibu dan tidak memberikan ASI perah melalui botol serta pelayanan neonates sakit
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan pelayanan
B. Ruang Lingkup
2. Rumah sakit khusus yang menangani ibu dan anak (Rumah sakit bersalin dan RS Ibu
Anak)
C. Tata Laksana
1. Langkah I
Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan
bayi termasuk inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI eksklusif dan indikasi yang
tepat untuk pemberian susu formula serta perawatan metode kanguru (PMK) untuk bayi
Pelaksanaan :
a) Pelaksanaan program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) dengan
penerapan 10 langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna
petugas kesehatan
d) Pelaksanaan PMK pada BBLR
tentang proses rujukan pasca persalinan dalam rangka monev ASI eksklusif dan
2) Direktur rumah sakit membuat SK tentang pemberian ASI dan penerapan kode
pemasaran PASI yang secara rutin dikomunikasikan kepada seluruh petugas RS dan
pampangkan
a) Kegawatdaruratan kebidanan
b) Kegawatdaruratan neonatal
c) Pelayanan antenatal
(untuk bayi normal setelah IMD, bayi sakit setelah resusitasi) dan salep
mata
k) Hygne perineum
o) Keluarga berencana
p) Imunisasi
dan bayi
d) Setiap rumah sakit mempunyai ruang dan klinik laktasi dengan konselor
menyusui yang berada ditempat pada waktu kerja dan diluar jam kerja dapat
Pelaksanaan :
1) Adanya pelayanan antenatal sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil
2) Melakukan penapisan dan pengenalan dini kehamilan resiko tinggi dan komplikasi
kehamilan
kepercayaan/agama/tradisi/adat
9) Semua petugas dibagian kebidanan dan anak dapat memberikan informasi kepada
ibu-ibu paca persalinan mengenai cara menyusui yang benar dan pentingnya ASI
3. Langkah III
Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru lahir
dengan IMD
Pelaksanaan :
9) Adanya pelatihan bagi dokter, bidan, perawat dalam penanganan persalinan aman
11) Penanggung jawab program perinatal resiko tinggi dan program RSSIB
berkoordinasi melalui lintas sector maupun lintas program pada bayi baru lahir
4. Langkah IV
(PONEK)
5. Langkah V
membantu ibu menyusui yang benar, termasuk mengajarkan ibu cara memerah ASI bagi
bayi yang tidak bisa menyusu langsung dari ibu dan tidak memberikan ASI perah melalui
6) Melaksanakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi atau sesering semau bayi
7) Tidak memberikan minuman dan makanan kepada bayi baru lahir selain ASI kecuali ada
indikasi medis
Mother Care)
11) Tetap mempertahankan laktasi walaupun harus terpisah dari bayinyadengan memerah
ASI
15) Pencegahan infeksi nosokomial pada ibu yang dirawat RS dapat mengembangan
kunjungan rumah)
d) Pemberian susu formula hanya atas indikasi medis dan keadaan-keadaan khusus
e) Persediaan susu formula hanya atas indikasi medis dan tidak diberikan gratis
6. Langkah VI
Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan pelayanan
PELAKSANAAN
4) Menyelenggarakan pelatihan PONEK atau pelatihan YanKes ibu bayi lainnya bagi semua
petugas yang terkait dan bagi petugas Puskesmas/Rumah Bersalin dan Bidan praktek
PELAKSANAAN
2) Memantau tumbuh kembang bayi sejak lahir (stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang)
8. Langkah VIII
PELAKSANAAN
Amenorhea Laktasi (LAM) untuk pasien dan suami sebelum meninggalkan RS.
maupun pria.
pranikah.
9. Langkah IX
Melaksanakan Audit Maternal dan Perinatal rumah sakit secara periodik dan tindak lanjut
PELAKSANAAN
1) Komite medik agar dapat bertindak sebagai tim AMP yang mengadakan pertemuan
secara rutin yang berfungsi melaksnakan audit, tidak mencari kesalahan tetapi membantu
maternal/perinatal
4) Melakukan intervensi dan tindak lanjut dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan
Kematian Ibu dan Bayi dapat diperoleh secara cepat dan mudah serta akurat
melalui komputerisasi
Audit maternal perinatal adalah suatu kegiatan untuk menyelusuri sebab kesakitan dan
kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kematian dan kesakitan di masa
Pelindung : Direktur RS
Anggota :
gizi)
Tim ini juga berfungsi untuk menghimpun sumber daya yang dapat dimafaatkan dan
Pihak lain yang terkait, sesuai kebutuhan, misalnya bidan, perwat dan lain-
lain.
Pada awal kegiatan, pihak yang mutlak perlu dilibatkan adalah pelaksanaan program
c) Melaksanaan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan tim
AMP
d) Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak lanjutnya dan
dukungan.
lanjut temuan dari kegiatan audit, yang berkaitan dengan di luar kesehatan.
i) Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan dan rencana
tindak lanjut, yang akan dibahas dalam pertemuan tim AMPyang akan datang
10. Langkah X
dan PMK
PELAKSANAAN
1) Adanya kelompok binaan rumah sakit sebagai pendukung ASI dan PMK, dimana angota
kelompok ini akan saling membantu dan mendukung pemberian ASI eksklusif termasuk
pelaksanaan PMK
2) Adanya fasilitas tempat penitipan anak dan bayi bagi pegawai RS dan lingkungannya
a) Melatih anggota pendukung ASI yang diluar RS (Posyandu, ibu-ibu yang pernah
b) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap semua kelompok ASI yang dibina dan
d) Mengupayakan merujuk ibu yang baru melahirkan setelah pulang ke rumah kepadav
1. UMUM
RSSIB adalah program pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi yang merupakan koordinasi
berbagai unit kerja(multi sektor) dan didukung berbagai kegiatan profesi (multi disiplin
dan multi profesi) untuk menyelenggarakan perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu
dan paripurna.
b) Pelayanan di UGD adalah pelayanan pertama bagi kasus bagi kasus gawat
c) Poliklinik adalah pelayanan rawat jalan bagi ibu hamil dan menyusui. Di sini
pelayanan dan konseling mengenai kesehatan kesehatan ibu dan bayi termasuk
KB, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang. Tersedia juga pojok laktasi untuk
menyusui.
d) Kamar bersalin adalah ruangan tempat ibu melakukan persalinan dimana selalu
ada bidan jaga 24 jam, yang dilengkapi dengan peralatan (forseps, vakum dan
e) Kamar operasi adalah ruangan tempat dilakukan operasi sesar, yang dilengkapi