Anda di halaman 1dari 39

PEDOMAN

PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL


EMERGENSI KOMPREHENSIF
(PONEK) 24 JAM DI RUMAH SAKIT

RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING


Jl. Wates KM 5,5 Gamping, Sleman, Yogyakarta—55294
Telp. 0274 499704,6499706, Fax. 0274 6499726 i
Email: rsmuhammadiyah@pkugamping.com Web: pkugamping.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
Nomor : 1739/SK.3.2/X/2016
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI NEONTAL EMERGENSI
KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM

DIREKTUR RUMAH UTAMA SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien obstetri dan neonatal emergensi
maka diperlukan penanganan secara komprehensif di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.
a. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Pedoman
Pelayanan Obstetri Neontal Emergensi Komprehensif
(PONEK) 24 jam di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gamping.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman
Penyelengaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit
5. Surat Keputusan Badan Pelaksana Harian Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta nomer 0163/B-
II/BPH-III/III/2016 tanggal 2 Maret 2016 M, tentang
Penetapan Susunan Direksi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Gamping periode 2016 – 2020.

i
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
PERTAMA KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI
KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM
KEDUA : Dengan ditetapkan keputusan ini maka Keputusan Direktur
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
nomer 0831/SK.3.2/XII/2015 tentang Pedoman Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24
Jam diyatakan tidak berlaku kembali
KETIGA : Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 Jam sebagaimana dimaksud
diktum pertama dipergunakan sebagai acuan dalam
penanganan obstetri dan neonatal emergensi di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Sleman
Pada Tanggal : 17 Oktober 2016
Direktur,

dr. H. Ahmad Faesol, Sp. Rad. M. Kes.


NBM: 797.692

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wata’ala, Tuhan semesta alam
yang telah memberikan Ridlo dan Petunjuk – Nya, sehingga Buku Pedoman
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dapat diselesaikan
dan dapat diterbitkan.

Buku ini diterbitkan untuk menjadi panduan kerja bagi semua staf dalam
memberikan pelayanan yang terkait dengan Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) di RS PKU Muhammadiyah Gamping . Dalam
pedoman ini diuraikan tentang Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit,
Gambaran Umum Rumah Sakit, di RS PKU Muhammadiyah Gamping .
Tidak lupa penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya atas bantuan semua pihak sehingga Buku Pedoman Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) RS PKU Muhammadiyah Gamping
dapat terbit. Kepadanya, semoga Allah memberikan balasan yang setimpal.

Sleman, Oktober 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI

A. LATAR BELAKANG Hal:


1
SURATB.KEPUTUSAN DIREKTUR
TUJUAN PEDOMAN 1
KATA PENGANTAR ii
C. RUANG
DAFTAR ISI LI 1
iii
NGKUP PELAYANAN
A. DEFINISI 12
B. TUJUAN 12
D. BATASAN OPERASIONAL
C. RUANG LINGKUP 1
E. LANDASAN
D. TATA LAKSANAHUKUM 3
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA 5
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN 4
C. PENGATURAN JAGA 6
BAB IIISTANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG 7
B. STANDAR FASILITAS 8
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL FISIOLOGIS 15
B. PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL FISIOLOGIS
15
C. PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL RISIKO TINGGI
D. PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL DENGAN RISIKO 16
TINGGI (MINIMAL LEVEL II B) 18
E. PELAYANAN GINEKOLOGIS
F. PERAWATAN KHUSUS / HIGH CARE UNIT DAN
19
TRANFUSI DARAH
G. PELAYANAN PENUNJANG MEDIK 19

19

ii
BAB V LOGISTIK
A. OBAT-OBATAN MATERNAL KHUSUS PONEK 22
B. OBAT-OBATAN NEONATAL KHUSUS PONEK 22
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. DEFINISI 24
B. TUJUAN 24
C. STANDAR PATIENT SAFETY 24
D. PROGRAM PENGAMANAN 25
E. TATA LAKSANA 26
BAB VII KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN 27
B. TUJUAN 28
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN 28
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA 28
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
A. ON THE JOB TRAINING 29
B. IN HOUSE TRAINING
30
C. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA
31
BAB IX PENUTUP
33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
merupakan suatu proses pelayanan perlindungan pada ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna untuk mendukung terlaksananya Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Bayi. Untuk dapat mencerminkan penyelenggaraan
PONEK yang profesional maka perlu dibuat Pedoman PONEK sebagai
proses untuk menilai terlaksananya PONEK secara efektif dan efisien di
RS PKU Muhammadiyah Gamping

B. TUJUAN
Pedoman PONEK agar dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan
dalam pemberian asuhan medis dan keperawatan kepada ibu dan bayi baru
lahir secara terkoordinasi selama kehamilan dan persalinan, bayi baru lahir
dan keluarga setelah kelahiran.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang Lingkup Pedoman pelayanan PONEK meliputi:

1. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan ibu


dan bayi secara terpadu dan paripurna
2. Mengembangkan kebijakan dan SPO sesuai dengan standar
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepedulian terhadap ibu dan bayi
4. Meningkatkan kesiapann rumah sakit dalam melaksanakan fungsi
pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan kegawat
daruratan (PONEK 24 jam)
5. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis
dalam pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif
6. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya
7. Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode kanguru
(PMK) pada BBLR
8. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
RSSIB 10 langkah menyusui dan peningkatan kesehatan ibu

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
a. Pelayanan Kehamilan
b. Pelayanan Persalinan normal dan Persalinan dengan tindakan
operatif
c. Pelayanan Nifas
d. Klinik Laktasi
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologis
a. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (level I)
b. Inisiasi Menyusui Dini
c. Penggunaan ASI eksklusif
d. Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK)
3. Pelayanan Kesehatan Maternal Risiko Tinggi
a. Masa Antenatal
b. Masa Intranatal
c. Masa Postnatal
4. Pelayanan Kesehatan Neonatal Risiko Tinggi Asuhan bayi baru lahir:
Level III
5. Pelayanan Ginekologis
6. Pelayanan Penunjang Medik
a. Pelayanan Darah
b. Perawatan Intermediate / Intensif

c. Pencitraan
1) Radiologi
2) USG Ibu dan Neonatal
3) CT-Scan
d. Laboratorium
e. TPNM (Total Parenteral Nutrition and Medication)
f. Ruang Pencucian dan Penyimpanan alat steril yang sudah
dibersihkan
g. Ruang Menyusui dan tempat penyimpanan ASI perah baik dari
ibunya sendiri atau dari donor
h. Klinik Laktasi
i. Ruang Susu

E. LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang


Pokok-pokok Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan
3. Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 1991 tentang Penyusunan,
Penarapan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia.
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI 436/Menkes/SK/VI/1993
tanggal 3 Juni 1993 tentang Berlakunya Standar Pelayanan Rumah
Sakit dan Standar Pelayanan Medis di Indonesia.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1333/Menkes/SK/XII/1999
tanggal 8 Desember 1999 tentang Penerapan Standar Pelayanan
Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medik.
6. SK Dir.Jen.Yan.Med No : YM.00.03.2.6.7637/1993 tentang penetapan
berlakunya Standar Asuhan Keperawatan.
7. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Versi Tahun 2007 Departemen
Kesehatn RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi Petugas Rumah Sakit harus dapat menangani kasus
rujukan yang tidak mampu ditangani oleh petugas kesehatan di tingkat
pelayanan primer (dokter, bidan, perawat). Dan harus terus menerus
meningkatkan kemampuan sehingga melakukan tindakan sesuai dengan
standar dan kewenangannya untuk menyelesaikan kasus darurat.
Penyelenggaraan PONEK dilakukan oleh tiap disiplin dalam ruang
lingkup praktik, lisensi, undang-undang dan peraturan yang berlaku atau
sertifikasi.

Tabel.1 Tenaga Dokter

Pelatihan
No Kualifikasi Jumlah Resusitasi Manajemen Kegawatan USG PONED/
neonates laktasi Fetomatenal PONEK
1 DokterSpO 3 3 - 3 3 2
2 GGG
DokterSpA 3 3 1 3 - 1
3 Dokter 22 9 - 9 - 2
Umum
Tabel.2 Kualifikasi tenaga keperawatan

Pelatihan
No Kualifikasi Jumlah Resusitasi Manajemen Kegawatan PONED/P
neonates laktasi Neonatus APN ONEK
1 S 1 Keperawatan 2 - - - - -
2 D 4 Kebidanan 1 1 1 1 - 1
3 D 3 Keperawatan 5 5 - 5 -
4 D 3 Kebidanan 8 8 1 8 -

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan di ruang maternal dan perinatal yaitu :
1) Untuk Dinas Pagi :
Petugas yang ada berjumlah 3-4 orang dengan katagori :
 1 (satu) orang Ka Ru
 1 – 2 orang Pelaksana
 1 (satu) orang Pekarya
2) Untuk dinas Sore :
Petugas yang ada berjumlah 2-3 orang dengan kategori :
 1 (satu) orang PJ Shift
 2 (dua) orang pelaksana
3) Untuk Dinas Malam :
Petugas yang ada berjumlah 2 (dua) orang dengan kategori :
 1 (satu) orang PJ Shift
 2 (dua) orang pelaksana

C. PENGATURAN JAGA
- Pengaturan jadwal dinas perawat/bidan dibuat dan dipertanggung
jawabkan oleh supervisor dan disetujui oleh Manajer Keperawatan
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat atau bidan pelaksana / pekarya
- Untuk tenaga perawat/bidan yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat/bidan tersebut dapat mengajukan permintaan dinas
/ pemesanan jadwal. Permintaan akan disesuaikan dengan keputusan
tenaga yang ada (apabila tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui)
- Setiap tugas jaga/shift harus ada perawat/bidan penanggung jawab shif
(PJ Shift) dengan syarat pendidikan D3 Keperawatan/Kebidanan
pengalaman minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat kegawatan
maternal dan neonatal
- Setiap shif merupakan tim emergensi yang terdiri dari orang pertama ,
kedua dan ketiga, dan tim ini melakukan penanganan kegawatdaruratan
- Khusus ruang bersalin koordinator shif merupakan ketua tim sekaligus on
call di IGD
- Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur, dan cuti
- Apabila ada tenaga perawat/bidan karena sesuatu hal tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat
yang bersangkutan harus memberitahu supervisor sebelum dinas.
Sebelum memberitahu supervisor, diharapkan perawat/bidan yang
bersangkutan sudah mencari pengganti. Apabila perawat/ bidan yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat/ bidan pengganti, maka
supervisor akan mencari tenaga perawat /bidan pengganti yaitu perawat
/bidan yang pada hari itu libur atau perawat/bidan on call

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

KEBIDANAN
IGD
KAMAR
BAYI

RUANG

BERSALIN

B. STANDAR FASILITAS

1. Area Cuci Tangan

No. Kriteria Kelengkapan


1 Struktur Spesifikasi Ruangan: Di ruang dengan lebih dari 1
Fisik tempat tidur, jarak tempat tidur adalah 6 meter dengan
wastafel
Kebersihan
Pencahayaan
Ventilasi
Wastafel cuci tangan ukurannya cukup besar, sehingga
air tidak terciprat dan dirancang agar air tidak tergenang
atau tertahan
2 Bahan- Sabun: tersedia dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun
bahan cair antibakteria dalam dispenser dengan pompa
Handuk : harus ada handuk untuk mengeringkan tangan.
Bisa kain bersih atau tissue.
3 Mebel Wadah baju bekas pakai
Rak/gantungan pakaian
Rak sepatu
Lemari untuk barang pribadi
Wadah tertutup dengan kantung plastik : harus
disediakan wadah terpisah untuk limbah organik dan non
organic

2. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/IGD

No. Kriteria Perlengkapan


1 Struktur Spesifikasi Ruangan : paling kecil, ruangan
Fisik berukuran 6-15 cm dan ada di dalam unit perawatan
khusus
Kebersihan
Pencahayaan
Ventilasi
Wastafel
Steker Listrik :ruang harus dilengkapi paling sedikit 3
steker yang dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik.
Steker harus mampu memasok beban listrik yang
diperlukan, aman dan berfungsi dengan baik
2 Mebel Meja periksa untuk bayi : meja harus ditutup lapisan
busa, lembar plastik utuh dan seprai bersih. Bagian
logam harus bebas karat.
Jam dinding : harus menunjukkan waktu yang tepat dan
berfungsi baik
Meja perlengkapan
Selimut : harus cukup untuk menutupi neonates dalam
jumlah yang sesuai dengan perkiraan persalinan
3 Perleng Pasokan oksigen: Tangkai III
kapan - Harus ada 2 tabung oksigen dengan sistem pipa
dengan jumlah outlet yang sama dengan jumlah
penghangat.
- Harus ada 2 tabung oksigen dengan 1 regulator dan
pengatur aliran sebagai cadangan.
- Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh
Lampu darurat
Stetoskop neonates
Kotak resusitasi harus berisi perlengkapan sebagai
berikut:
1. Bilah laringoskop, berfungsi baik
2. Bilah laringoskop ukuran 0 dan 1 (miler)
3. Baterai AA (cadangan) untuk laringoskop
4. Selang reservion oksigen
5. Masker oksigen (ukuran bayi cukup bulan dan
premature)
6. Pipa endotrakeal ukuran 2 1/2, 3 dan 31/2
7. Plaster
8. Gunting
9. Balon penghisap lender
10. Kateter penghisap ukuran 6, 8 dan 10
11. Sondeukuran5dan8
12. Alat suntik 1, 2, 21/2, 3, 5, 10, 20 dan 50 cc
13. Ampul epinefrin
14. Salin 0,9% larutan ringer laktat
15. Dextrosee 5%
16. Sodium bikarbonat 8,4%
Penghangat (radiant warmer) harus ada sedikitnya 1
penghangat yang berfungsi baik
Kateter umbilikus 31/2, 5 dan 8F
Peralatan pemasangan kateter umbilicus

3. Unit Perawatan Khusus

No. Kriteria Kelengkapan


1 Struktur Spesifikasi Ruangan:
Fisik - Unit ini harus berada disamping ruang bersalin
atau setidaknya jauh dari area yang sering dilalui.
- Plaing kecil, ruangan berukuran 12 m2 (4m2 untuk
masing-masing pasien).
- Harus ada tempat untuk isolasi bayi di tempat
terpisah
Kebersihan
Pencahayaan
Ventilasi
Wastafel
Steker listrik : ruang harus dilengkapi paling sedikit 6
steker yang dipasang engan tepat untuk peralatan
listrik. Steker mampu memasok beban listrik yang
diperlukan,, aman dan berfungsi baik.
2 Mebel Lemari instrument
- Harus ada 1 lemari dan meja untuk menyimpan
bahan pasokan umum, selain meja untuk
menyimpan bahan-bahan untuk ruang isolasi
- Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak
luka)
Lemari es
Meja: harus ada dia area administrasi dan
penyuluhan, harus dicat dengan bahan yang dapat
dibersihkan.
Kursi : harus ada 3 kursi diarea administrasi dan
edukasi yang berfungsi baik
Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik
Jam dinding : harus menunjukkan waktu yang tepat
dan berfungsi baik
3 Perlengka Balon yang dapat mengembang sendiri: harus
pan tersedia balon yang dapat ,mengembang sendiri yang
berfungsi baik untuk setiap 2 inkubator
Pulse Oximeter: 1 untuk setiap 2 inkubator
Stetoskop : harus ada stetoskop yang berfungsi baik
untuk setiap 3 inkubator atau tempat tidur bayi.
Generator : harus ada generator listrik cadangan yang
dioperasikan jika pasokan listrik utama tidak ada.
4 Bahan- Gaun
bahan Masker
Sarung tangan
Alat suntik 1, 21/2, 31/2, 10, 20, 50 cc
Pipa minum, ukuran 5 dan 8
Kanula, ukuran 22 dan 24
Kateter umbilikus ukuran 31/2, 5 dan 8
Masker oksigen neonates
Head box
Penutup mata untuk terapi sinar
Popok mata untuk terapi sinar
Penutup sepatu untuk sekali pakai
Betadine / alkohol untuk disinfeksi
Kantong plastik untuk wadah sampah besar
5 Obat- Dextrose 5%
obatan Dextrose 10%
Dextrose 40%
Saline 0,9%
Sodium klorida 3%
Potasium klorida 7,4%
Kadalex / ampul KCL
Larutan ringer laktat
Kalsium glukose 10%
Ampisilin
Gentamisin
Antibiotik untuk sepsis neonatorum
Xanthines / aminophylline
Ampul epinefrin
Dopamine
Dobutamine
Sodium bikarbonat 8,4%

4. Unit Perawatan Intensif

No Kriteria Kelengkapan
1 Struktur Spesifikasi Ruangan:
Fisik -Unit ini harus berada disamping ruang bersalin
atau setidaknya jauh dari area yang sering dilalui. -
Paling kecil, ruangan berukuran 18 m2 (6-8m2
untuk masing-masing pasien)
-Diruang dengan beberapa tempat tidur, sedikitmya
ada jarak 8 kaki (2,4m) antara ranjang bayi.
-Harus ada tempat bayi untuk isolasi di area
terpisah
Kebersihan
Pencahayaan
Ventilasi
Wastafel
Steker listrik : ruang harus dilengkapi paling sedikit 6
steker yang dipasang dengan tepat untuk peralatan
listrik. Steker harus mampu memasok beban listrik
yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
Oksigen melalui pipa dinding, penghisap lendir,
sistem udara bertekanan : harus ada (3 --> 4) outlrt (2
--> 2) outlet oksigen, 1 outlet udara bertekanan dan 1
outlet penghisap lendir untuk setiap incubator
2 Mebel Lemari instrumen : harus ada 1 lemari dan meja untuk
penyimpanann bahan pasokan umum, selain dari
lemari meja untuk penyimpanan bahan-bahan untuk
ruang isolasi. Rak dan lemari tidak boleh retak (agar
tidak luka).
Lemari es
Meja : harus ada di area administrasi dan
penyuluhan, harus dicat dengan bahan yang mudah
dibersihkan.
Kursi : harus ada 3 kursi di area administrasi dan
edukasi yang berfungsi baik.
Wadah sampah tertutup dengan kantong plastic
Jam dinding : harus menunjukkan waktu yang tepat
dan berfungsi baik
3 Bahan- Pasokan Oksigen Tingkat III:
bahan - Harus ada oksigen dengan sistem pipa dengan
dan jumlah outlet yang sama dengan jumlah alat
peralatan penghangat
- Harus ada 2 tabung oksigen dengan 1 regulator
pengatur aliran sebagai cadangan.
Lampu darurat
Alat penghangat (radiant warmer) : paling sedikit
harus ada 1 penghangat yang be rfungsi baik
Syringe pump : harus ada 1 syringe pump yang
berfungsi baik untuk setiap 3 inkubator
Monitor denyut jantung / pernafasan : paling sedikit
harus ada 1 monitor denyut jantung dan pernafasan
yang berfungsi baik.
Untuk terapi sinar : parling sedikit harus ada 1 unit
terapi sinar yang berfungsi baik untuk setiap
inkubator.
Timbangan bayi : paling sedikit harus ada 1
timbangan bayi yang berfungsi baik disetiap 3
inkubator
Penghisap lenemdir tingkat III:
- Harus ada sistem vakum penghisap melalui pipa
dengan pengatur hisapan, selang dan
reservoar/kamister bersih.
- harus ada outlet penghisap d alam jumlah yang
cukup, 1 untuk setipa inkubator.
- harus ada pompa vakum listrik yang bisa dipindah
dengan regulator penghisap, selang dan reservoar
bersih / kamister sebagai cadangan.
Balon yang bisa mengembang sendiri : haris tersedia
balon yang bisa mengembang sendiri dan berfungsi
baik untuk setiap inkubator.
Pulse oximeter: 1 untuk setipa inkubator.
Stetoskop : harus adastetoskop yang berfungsi baik
untuk setiap inkubator.
Generator listrik darurat : harus ada generator listrik
cadangan yang dioperasikan jika pasokanlistrik utama
tidak ada.
Inkubator : harus ada sedikitnya 10 inkubator yang
berfungsi dengan baik.
Infusion pump :harus ada infusion pump yang
berfungsi baik untuk setiap inkubator.
Ventilator
Analisis gas darah
Dapur susu
4 Bahan- Gaun
bahan Masker
Sarung tangan
Selimut untuk asuhan metode kangguru
Alat suntik 1, 21/2, 31/2, 10, 20, 50 cc
Pipa asupan, ukuran 5 dan 8
Pipa penghisap lendir, ukuran 6 dan 8.
Kanula, ukuran 22 dan 24
Kateter umbilikus, ukuran 31/2, 5 dan 8
Masker oksigen neonatus
Head box
Penutup mata untuk terapi sinar
Popok mata untuk terapi sinar
Penutup sepatu sekali pakai
Betadine/alkohol untuk desinfeksi
Kantung plastik untuk wadah sampah besar
Pipa endotrakea, ukuran 21/2, 3, dan 31/2
Peralatan lengkap transfusi tukar atau katupnya.
5 Obat- Dextrose 5%
obatan Dextrose 10%
Dextrose 40%
Saline 0,9%
Sodium klorida 3%
Potasium klorida 7,4%
Kadalex / ampul KCL
Larutan ringer laktat
Kalsium glukose 10%
Ampisilin
Gentamisin
Antibiotik untuk sepsis neonatorum
Xanthines / aminophylline
Ampul epinefrin
Dopamine
Dobutamine
Sodium bikarbonat 8,4%

5. Area Laktasi

No Kriteria Kelengkapan
1 Struktur Spesifikasi ruangan : paling kecil, ruangan
Fisik berukuran 6m2
Kebersihan
Pencahayaan
Wastafel : ukurannya cukup besar, sehingga air tidak
terciprat dan dirancang agar air tidak tergenang.
2 Mebel Wadah sampah dengan kantung plastic
Kursi (1-3): harusmudah dibersihkandan didisinfeksi.

6. Area Pencucian Inkubator

No. Kriteria Kelengkapan

1 Struktur Spesifikasi ruangan : paling kecil, ruangan


Fisik berukuran 6-8m2
Kebersihan
Pencahayaan
Ventilasi
Wastafel : ukurannya cukup besar sehingga air tidak
terciprat dan dirancang agar air tidak tergenang

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL FISIOLOGIS


1. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan ibu
dan bayi secara terpadu dan paripurna
2. Mengembangkan kebijakan dan SPO sesuai dengan standar
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepedulian terhadap ibu dan bayi
4. Meningkatkan kesiapann rumah sakit dalam melaksanakan fungsi
pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk pelayanan kegawat
daruratan (PONEK 24 jam
5. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembina teknis
dalam pelaksanaan IMD dan pemberian ASI eksklusif
6. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya
7. Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode kanguru
(PMK) pada BBLR
8. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
RSSIB 10 langkah menyusui dan peningkatan kesehatan ibu

B. PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL FISIOLOGIS


1. Asuhan Bayi Baru Lahir (Level I --> Asuhan Dasar Neonatal/Asuhan
Neonatal Normal)
Fungsi Unit:
a) Resusitasi neonates
b) Rawat gabung bayi sehat – ibu
c) Asuhan evaluasi pascalahir neonatus sehat
d) Stabilisasi dan pemberian asuhan bayi baru lahir usia kehamilan
35-37 minggu yg stabil secara fisiologis
e) Perawatan neonatus usia kehamilan <35 minggu atau neonatus
sakitsampai dapat pindah ke fasilitas asuhan neonatal spesialistik
f) Stabilisasi neonatus sakit sampai pindah ke fasilitas asuhan
neonatal spesialistik
g) Terapi sinar

Kriteria Rawat Inap Neonatus

a) Neonatus normal, stabil, cukup bulan dengan berat lahir ≥ 2,5 kg


b) Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan 35-37 mgg), stabil
secara fisiologis, bayi dengan risiko rendah
2. Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK)

C. PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL RISIKO TINGGI


1. Masa antenatal
a) Perdarahan pada kehamilan muda
b) Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut
c) Gerak janin tidak dirasakan
d) Demam dalam kehamilan dan persalinan
e) Kehamilan Ektopik (KE) dan Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET)
f) Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan
atau koma, tekanan darah tinggi.
2. Masa intranatal
a) Induksi oksitosin pada hamil lewat waktu, IUFD
b) Pelayanan terhadap syok
c) Penanganan pecah ketuban
d) Penanganan persalinan lama
e) Persalinan dengan parut uterus
f) Gawat janin dalam persalinan
g) Penanganan malpresentasi dan malposisi
h) Penanganan distosia bahu
i) Penanganan prolapsuus tali pusat
j) Kuret pada blighted ovum/kematian medis, abortus inkomplit -->
mola hidatosa
k) Aspirasi vakum manual
l) Ekstraksi cunam
m) Seksio sesarea
n) Episiotomy
o) Kraniotomi dan kraniosentesis
p) Plasenta manual
q) Perbaikan robekan serviks
r) Perbaikan robekan vagina dan perineum
s) Perbaikan robekan dinding uterus
t) Reposisi Inversio uteri
u) Ibu sukar bernafas/ sesak
v) Kompresi bimanual dan aorta
w) Ligasi arteri uterine
x) Bayi baru lahir dengan asfiksia
y) Penanganan BBLR
z) Resusitasi bayi baru lahir
aa) Anestesia umum dan lokal untuk seksio sesaria
bb) Anestesia spinal, ketamine
cc) Blok paraservikal
dd) Blok pudendal
ee) IUD post plasenta
ff) IUD durante Seksio Cesarea
3. Masa Post Natal
a) Masa nifas
b) Demam pasca persalinan/ infeksi nifas
c) Perdarahan pasca persalinan
d) Nyeri perut pasca persalinan
e) Keluarga Berencana

D. PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL DENGAN RISIKO


TINGGI (MINIMAL LEVEL II B)
Level 1: Asuhan bayi baru lahir
Level II: Asuhan Neonatal dengan Ketergantungan Tinggi (Ruang
Rawat Neonatus Asuhan Khusus)
1. Level II A: Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar
(sesuai dengan kemampuan pelayanan puskesmas/PONED).
Fungsi Unit:
a) Resusitasi dan stabilisasi bayi prematur dan/atau sakit,
termasuk memberikan bantuan CPAP (Continuous Positive
Airway Pressure) dalam jangka waktu < 24 jam, atau
sebelum pindah ke fasilitas asuhan intensif neonatus.
b) Pelayanan bayi yang lahir dengan usia kehamilan> 32
mgg dan berat lahir> 1500 gr yang memiliki
ketidakmampuan fisiologis seperti apnea, prematur , tidak
mampu menerima asupan oral, menderita sakit yg tidak
diantisipasi sebelumnya dan membutuhkan pelayanan sub
spesialistik dlm waktu mendesak.
c) Oksigen nasal dengan pemantau saturasi oksigen
d) Infus intravena perifer dan nutrisi parenteral untuk jangka
waktu terbatas
e) Memberikan asuhan bayi dalam masa penyembuhan pasca
perawatan intensif.
2. Level II B: Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komprehensif (sesuai dengan kemampuan standar PONEK).
Fungsi Unit:
a) Kemampuan unit perinatal level II A ditambah dengan
tersedianya ventilasi mekanik selama jangka waktu singkat
(<24 jam) dan CPAP (Continuous Positive Airway
Pressure)
b) Infus intravena, nutrisi parenteral total, jalur sentral
menggunakan tali pusat dan jalur sentral melalui intravena
per kutan

Kriteria Rawat Inap

a) Bayi prematur> 32 mgg


b) Bayi dari ibu dengan Diabetes
c) Bayi yg lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau persalinan
dengan komplikasi
d) Gawat napas yg tidak memerlukan ventilasi bantuan
e) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) >1,5 kg
f) Hiperbilirubinemia yang perlu terapi sinar
g) Sepsis neonatorum
h) Hipotermia

E. PELAYANAN GINEKOLOGIS
1. Kehamilan ektopik
2. Perdarahan uterus disfungsi
3. Perdarahan menoragia
4. Kista ovarium akut
5. Radang Pelvik akut
6. Abses pelvik
7. Infeksi saluran Genitalia•
8. HIV-AIDS

F. PERAWATAN KHUSUS / HIGH CARE UNIT DAN


TRANFUSI DARAH

G. PELAYANAN PENUNJANG MEDIK


1. Pencitraan
Unit ini harus berfungsi untuk mendiagnosis Obstetri dan
Neonatus
a) Radiologi, termasuk rontgen portable
b) USG Ibu dan Neonatal
c) CT–scan
2. Laboratorium bekerja sama dengan Laboratorium Pusat
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes laboratorium
dalam penanganan kedaruratan maternal dalam pemeriksaan
hemostasis penunjang untuk pre eklampsia dan neonatal.
a) Pemeriksaan rutin darah, urin.
b) Septic marker untuk infeksi neonatus yaitu DPL (Darah
Perifer Lengkap)
c) CRP (C-Reactive Protein), IT Ratio, kultur darah, kultur
urin, kultur pus.
d) Pemeriksaan gula darah, bilirubin, elektrolit, AGD.
3. TPNM (Total Parenteral Nutrition and Medication)
a) Pada bayi prematur, bayi sakit dan apsca operasi
yang tidak mendapat nutrisi enteral adekuat
memerlukan dukungan nutrisi parenteral. Hal ini untuk
mengurangi kesakitan dan agar bsyi tetap bertumbuh
dengan memperhatikan komplikasi yang mungkin
menyertai.
b) Mencegah balans negatif energi dan nitrogen.
c) Mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit & fungsi
metabolik.
4. Ruang BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)
5. Ruang Pencucian dan Penyimpanan alat steril yang sudah
dibersihkan Area membersihkan alat merupakan tempat yang
digunakan untuk alat yang kotor untuk didekontaminasi tingkat
tinggi/sterilisasi. Area penyimpanan alat bersih merupakan
tempat yang digunakan untuk menyimpan alat kedokteran yang
sudha dibersihkan / didekontaminasi tingkat tinggi / steril dan
siap pakai.
6. Ruang Menyusui bagi ibu yang bayinya masih dirawat dan
tempat penyimpanan ASI perah
7. Klinik Laktasi
8. Ruang Susu
Dapur susu merupakan tempat yang digunakan untuk
menyiapkan susu formula bagi neonatus. Dapur susu terdiri
dari 2 ruang yaitu ruang penyimpanan dan ruang persiapan
yang digabung menjadi satu ruang. Ruang Penyimpanan:
a) Ruangan mampu menampung rak-rak penyimpanan
b) Ruangan terletak tidakjauh dari ruang persiapan
c) Barang-barang yang disimpan pada rak dan tidak langsung
di atas lantai
d) Suhu penyimpanan berkisar 10-150C dan dimonitor setiap
hari
e) Rotasi barang berdasarkan sistem FIFO (First In First Out)
f) Petugas mengisi kartu stok setiap kali mengeluarkan dan
memasukkan barang ke dalam rak penyimpanan

Ruang Persiapan:

a) Petugas menggunakan perlengkapan APD secara lengkap


pada saat berada di ruang persiapan
b) Petugas mencuci tangan dengan sabun dan/atau dengan
cairan disinfektan sebelum bekerja
c) Petugas membersihkan meja kerja dengan cairan
disinfektand. Selama persiapan susu, pintu ruang persiapan
harus selalu tertutup dan yang boleh berada di dalam ruang
hanya petugas gizi yang bertugas menyiapkan susu

Ruang Pencucian

Ruang pencucian memiliki akses yang terpisah untuk


membawa botol kotor dari ruangan dan botol bersih dari ruang
pencucian.

BAB V

LOGISTIK

A. OBAT-OBATAN MATERNAL KHUSUS PONEK


No Nama Obat
1 Ringer Asetat
2 Dextrose 10%
3 Dextran40/HES
4 Saline 0,9%
5 Adrenalin / Epinefrin
6 Metronidazol
7 Kadelex atau ampul KCL
8 Larutan Ringer Laktat
9 Kalsium Glukonat 10%
10 Ampisilin
11 Gentamisin
12 Kortison / Dexametason
13 Aminophyline
14 Transamin
15 Dopamin
16 Dobutamin
17 Sodium Bikarbonat 8,4%
18 MgSO4 40%
19 Nifedipin

B. OBAT-OBATAN NEONATAL KHUSUS PONEK


No Nama Obat
1 Dextrose 10%
2 Dextran40/HES
3 N5
4 KCL
5 NaCl 0,9% 25ml
6 NaCl 0,9% 500ml
7 Kalsium Glukonat 10ml
8 Dopamin
9 Dobutamin
10 Adrenalin / Epinefrin
11 Morphin
12 Sulfas Atropin
13 Midazolam
14 Phenobarbital Injeksi
15 MgSO4 20%
16 Sodium Bikarbonat 8,4%
17 Ampisilin
18 Gentamisin
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

A. DEFINISI
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman

B. TUJUAN
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta unit 2
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. STANDAR PATIENT SAFETY


Standar keselamatan pasien untuk pelayanan maternal dan perinatal adalah :
1. Hak Pasien
Pasien/keluarga pasien mempunyai hak mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD
2. Mendidik Pasien dan Keluarga
Edukasi kepada keluarga pasien tentang kewajiban dan tanggung jawab
keluarga dalam asuhan perawatan/asuhan kebidanan. Untuk keluarga
pasien diajarkan cara mengurangi resiko terjadinya infeksi nosokomial
seperti mencuci tangan
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah Sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga (dokter, bidan/perawat, gizi, dll) dan antar unit
pelayanan terkait.
4. Penggunaan metode-metode peningkat kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien
Rumah Sakit harus terus menerus memperbaiki pelayanan, monitor dan
mengavaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif KTD dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja
dankeselamatan pasien
5. Peran pimpinan Rumah Sakit dalam meningkatkan keselamatan pasien
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program patient safety
melalui penerapan tujuh standar Patien Safety
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Rumah Sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan sesuai standar profesi, standar pelayanan rumah sakit dan
Standar Prosedure operasional untuk meningkatkan kompetensi staf dalam
pelayanan maternal dan perinatal
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Komunikasi antar tenaga kesehatan dan keluarga pasien selama
melaksanakan pelayanan dapat mencegah kemungkinan terjadinya KTD

D. PROGRAM PENGAMANAN
1. Program pengamanan Fasilitas dan Peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua
peralatan untuk pertolongan maternal dan perintal anata lain : alat-alat
listrik, gas medis (O2), AC, saluran udara (ventilasi), peralatan anasthesi,
alat-alat gawat darurat, dan alat-alat resusitasi. Daerah pengaman listrik
paling sedikit diperiksa 2 (dua) bulan sekali dan catat daerah-daerah yang
diperiksa, procedure yang diikuti dan hasilnya harus disimpan dengan
baik. Alat-alat itu harus dipelihara oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin
pemeliharaan oleh ahli teknik atau konsultan dari luar rumah sakit

2. Program Pengamanan Infeksi Nosokomial


Harus ada sistem yang digunakan untuk mengurangi resiko terjadinya
infeksi nosokomial. Sistem ini harus merupakan bagian integral dari
pengendalian infeksi (Dalin) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta unit 2.

E. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga ruangan
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi labih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap
hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15
- 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25 % terjadi di
Negara-negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi
akibat masuknya kasus secara langsung kemasyarakat melalui penduduk
migrant, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya
melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum
aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik,
penggunaan bersama peralatan menembus kulit: tato, tindik, dll).
Penyakit hepatitis B dan C, yang keduanya potensi untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak meberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan procedure yang bias
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dinel melalui “kewaspadaan Umum” atau “Universal
Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menerus menjadi ancaman bagi “ Petugas Kesehatan”
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal

B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”

C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN


1. Cuci tangan yang kurang benar
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama procedure Universal Precaution dalam kaitan
keselamatan kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi
rauangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi
5 (lima) kegiatan pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. ON THE JOB TRAINING


1. Pengertian
On The Job Training (OJT) adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengawasi/mengevaluasi kinerja unit maternal neonatal RS PKU
Muhammadiyah Gamping . Di dalam OJT juga terkandung upaya
bimbingan / penyampaian saran jika ditemukan kejanggalan/hal-hal
yang tidak sesuai dengan seharusnya.
2. Pelaksana

Tim pelaksana dapat berasal dari tim PONEK RS PKU


Muhammadiyah Gamping (Self Assessement) maupun Tim PONEK
RS luar, apabila dirasa belum mampu melakukan secara mandiri.
Penilaian oleh tim PONEK RS PKU Muhammadiyah Gamping (Self
Assessement) minimal harus dikerjakan 1 kali dalam 3 bulan
dilanjutkan dengan memberikan laporan kepada Direktur Rumah
Sakit. Hal ini dinilai adalah Standar Kinerja Manajemen yang terdiri
atas:

a) Standar Masukan

Daftar Tilik Pemantauan standar masukan meliputi Area Cuci


Tangan, Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/IGD,
Unit Perawatan Khusus, Unit Perawatan Intensif, Area Laktasi,
Area Pencucian Inkubator.

b) Standar Manajemen
Daftar Tilik Pemantauan Pengelolaan menurut bagiannya antara
lain: Referensi, Catatn medis, Sumber daya manusia, Manajemen
Kualitas, Manajemen Pemeliharaan.

3. Peserta
Peserta adalah unit maternal neonatal beserta berbagai unit
pendukungnya. Hal ini dilakukan dalam waktu bersamaan, sehingga
jika ada masalah dapat diselesaikan bersama. Kesehatan ibu dan anak
merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan.
4. Pelaksanaan
OJT dilakukan selama 2 hari. Hari pertama secara bersama-sama
mengevaluasi kinerja manajemen dan kinerja klinis RS PONEK
tersebut. Di hari pertama ini juga sekaligus diberikan bimbingan dan
arahan yang diperlukan. Hari kedua memberikan laporan kepada
Direktur Rumah Sakit sekaligus membicarakan langkah selanjutnya
yang perlu diupayakan.
5. Instrumen
Agar lebih seragam dan terarah, sediakan instrumen untuk melakukan
OJT yaitu:
a) Standar Kinerja Manajemen (Standar masukan dan Standar
manajemen)
b) Standar Kinerja klinis (Protokol Asuhan Neonatal Essensial dan
buku Paket pelatihan PONEK : Protokol Bagi Tenaga Pelaksana)
6. Target
Target Pengendalian Mutu pada Pelayanan PONEK RS PKU
Muhammadiyah Gamping yaitu Mengurangi dua per tiga (2/3)
tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun dan mengurangi
tiga per empat (3/4) rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.

B. IN HOUSE TRAINING
In House Training adalah suatu kegiatan berupa lokakarya yang
melibatkan seluruh personil RS PKU Muhammadiyah Gamping yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan
PONEK. Materi lokakarya dapat meliputi pelatihan manajemen maupun
bidang klinis.

C. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA


Pemantauan dan evaluasi kinerja ini bersifat:
1. Dapat dilakukan mandiri oleh tim PONEK RS PKU Muhammadiyah
Gamping , tidak tergantung pada siapa pun. Dilakukan setiap saat,
berkesinambungan dan terarah.
2. Bila tim PONEK RS PKU Muhammadiyah Gamping belum dapat
melakukan penilaian mandiri, dapat meminta bantuan pihak luar
(non-self assessment). Pihak luar yang dimaksud adalah RS yang
sudah memenuhi kriteria RS MAMPU PONEK atau kelompok
profesi yang sudah kompeten dalam membentuk pelatihan PONEK
bekerja sama dengan Dinas Kesehatan setempat. Penilaian ini secara
bertahap akan dikurangi dan diupayakan untuk dapat kembali ke
poin 1 yaitu menilai secara mandiri.`1
3. Hasil penilaian dapat meliputi 3 kriteria yaitu:
- RS belum mampu PONEK
- Mampu PONEK
- Mampu PONEK plus.
4. Adapaun kriteria RS PONEK sebagai berikut:
5. Hasil penilaian ini harus dilaporkan ke Direktur RS PKU
Muhammadiyah Gamping . Pihak Dinas Kesehatan setempat yang
bekerja sama dengan profesi terkait perlu mendapat laporan dalam
upaya mendapatkan legitimasi hasil pencapaian ini.
6. Bagi RS PONEK yang ingin meningkatkan hasil pencapaian kinerja
RS PONEKnya (RS BELUM MAMPU PONEK menjadi MAMPU
PONEK atau MAMPU PONEK menjadi MAMPU PONEK PLUS),
dapat melalui berbagai cara yang dirasakan paling sesuai yaitu
magang, sistering atau mengikuti suatu pelatihan yang sudah
terstandarisasi.
7. Untuk mempertahankan/meningkatkan pancapaian kinerja RS
PONEK perlu dilakukan Audit Maternal Perinatal (AMP) secara
berkala (minimal 3 sampai 4 kali dalam setahun)
AMP bukan hanya membicarakan berbagai kasus kematian ibu dan
bayi tetapi juga ditujukan bagi kasus yang NYARIS MATI. Hal ini
perlu dilakukan agar tidak terulang kejadian yang sama. Selain itu
AMP juga membahas pencegahan kesakitan/kematian ibu saat
melahirkan, upaya perluasan cakupan peserta KB agar mencapai 75%.
Berbagai hal yang bersifat nonmedik sepertiyang tertera dibawah ini,
perlu juga dibahas, antara lain:
a. Perlu tidaknya uang muka rumah sakit
b. Siapa yang menanggung biaya transport pasien ke rumah sakit
c. Kelambatan petugas
d. Intensif untuk tenaga medis
e. Persediaan obat dan lain-lain

BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini dibuat untuk memberikan arahan tindakan di Unit


PONEK 24 Jam RS PKU Muhammadiyah Gamping . Dengan demikian
pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) ini
harus dilaksanakan dengan disertai tekad dan kemauan yang kuat guna
mengurangi dua per tiga (2/3) tingkat kematian anak-anak usia dibawah 5
tahun, mengurangi tiga per empat (3/4) rasio kematian ibu dalam proses
melahirkan. Serta meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Unit PONEK
RS PKU Muhammadiyah Gamping .

Anda mungkin juga menyukai