i
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI
KOMPREHENSIF (PONEK) 24 JAM
KEDUA : Dengan ditetapkan keputusan ini maka Keputusan Direktur
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
nomer 0831/SK.3.2/XII/2015 tentang Pedoman Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24
Jam diyatakan tidak berlaku kembali
KETIGA : Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 Jam sebagaimana dimaksud
diktum pertama dipergunakan sebagai acuan dalam
penanganan obstetri dan neonatal emergensi di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Sleman
Pada Tanggal : 17 Oktober 2016
Direktur,
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wata’ala, Tuhan semesta alam
yang telah memberikan Ridlo dan Petunjuk – Nya, sehingga Buku Pedoman
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dapat diselesaikan
dan dapat diterbitkan.
Buku ini diterbitkan untuk menjadi panduan kerja bagi semua staf dalam
memberikan pelayanan yang terkait dengan Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) di RS PKU Muhammadiyah Gamping . Dalam
pedoman ini diuraikan tentang Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit,
Gambaran Umum Rumah Sakit, di RS PKU Muhammadiyah Gamping .
Tidak lupa penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-
dalamnya atas bantuan semua pihak sehingga Buku Pedoman Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) RS PKU Muhammadiyah Gamping
dapat terbit. Kepadanya, semoga Allah memberikan balasan yang setimpal.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI
19
ii
BAB V LOGISTIK
A. OBAT-OBATAN MATERNAL KHUSUS PONEK 22
B. OBAT-OBATAN NEONATAL KHUSUS PONEK 22
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. DEFINISI 24
B. TUJUAN 24
C. STANDAR PATIENT SAFETY 24
D. PROGRAM PENGAMANAN 25
E. TATA LAKSANA 26
BAB VII KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN 27
B. TUJUAN 28
C. TINDAKAN YANG BERESIKO TERPAJAN 28
D. PRINSIP KESELAMATAN KERJA 28
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
A. ON THE JOB TRAINING 29
B. IN HOUSE TRAINING
30
C. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA
31
BAB IX PENUTUP
33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
merupakan suatu proses pelayanan perlindungan pada ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna untuk mendukung terlaksananya Rumah Sakit
Sayang Ibu dan Bayi. Untuk dapat mencerminkan penyelenggaraan
PONEK yang profesional maka perlu dibuat Pedoman PONEK sebagai
proses untuk menilai terlaksananya PONEK secara efektif dan efisien di
RS PKU Muhammadiyah Gamping
B. TUJUAN
Pedoman PONEK agar dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan
dalam pemberian asuhan medis dan keperawatan kepada ibu dan bayi baru
lahir secara terkoordinasi selama kehamilan dan persalinan, bayi baru lahir
dan keluarga setelah kelahiran.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
a. Pelayanan Kehamilan
b. Pelayanan Persalinan normal dan Persalinan dengan tindakan
operatif
c. Pelayanan Nifas
d. Klinik Laktasi
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologis
a. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (level I)
b. Inisiasi Menyusui Dini
c. Penggunaan ASI eksklusif
d. Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK)
3. Pelayanan Kesehatan Maternal Risiko Tinggi
a. Masa Antenatal
b. Masa Intranatal
c. Masa Postnatal
4. Pelayanan Kesehatan Neonatal Risiko Tinggi Asuhan bayi baru lahir:
Level III
5. Pelayanan Ginekologis
6. Pelayanan Penunjang Medik
a. Pelayanan Darah
b. Perawatan Intermediate / Intensif
c. Pencitraan
1) Radiologi
2) USG Ibu dan Neonatal
3) CT-Scan
d. Laboratorium
e. TPNM (Total Parenteral Nutrition and Medication)
f. Ruang Pencucian dan Penyimpanan alat steril yang sudah
dibersihkan
g. Ruang Menyusui dan tempat penyimpanan ASI perah baik dari
ibunya sendiri atau dari donor
h. Klinik Laktasi
i. Ruang Susu
E. LANDASAN HUKUM
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pelatihan
No Kualifikasi Jumlah Resusitasi Manajemen Kegawatan USG PONED/
neonates laktasi Fetomatenal PONEK
1 DokterSpO 3 3 - 3 3 2
2 GGG
DokterSpA 3 3 1 3 - 1
3 Dokter 22 9 - 9 - 2
Umum
Tabel.2 Kualifikasi tenaga keperawatan
Pelatihan
No Kualifikasi Jumlah Resusitasi Manajemen Kegawatan PONED/P
neonates laktasi Neonatus APN ONEK
1 S 1 Keperawatan 2 - - - - -
2 D 4 Kebidanan 1 1 1 1 - 1
3 D 3 Keperawatan 5 5 - 5 -
4 D 3 Kebidanan 8 8 1 8 -
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan di ruang maternal dan perinatal yaitu :
1) Untuk Dinas Pagi :
Petugas yang ada berjumlah 3-4 orang dengan katagori :
1 (satu) orang Ka Ru
1 – 2 orang Pelaksana
1 (satu) orang Pekarya
2) Untuk dinas Sore :
Petugas yang ada berjumlah 2-3 orang dengan kategori :
1 (satu) orang PJ Shift
2 (dua) orang pelaksana
3) Untuk Dinas Malam :
Petugas yang ada berjumlah 2 (dua) orang dengan kategori :
1 (satu) orang PJ Shift
2 (dua) orang pelaksana
C. PENGATURAN JAGA
- Pengaturan jadwal dinas perawat/bidan dibuat dan dipertanggung
jawabkan oleh supervisor dan disetujui oleh Manajer Keperawatan
- Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
perawat atau bidan pelaksana / pekarya
- Untuk tenaga perawat/bidan yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat/bidan tersebut dapat mengajukan permintaan dinas
/ pemesanan jadwal. Permintaan akan disesuaikan dengan keputusan
tenaga yang ada (apabila tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui)
- Setiap tugas jaga/shift harus ada perawat/bidan penanggung jawab shif
(PJ Shift) dengan syarat pendidikan D3 Keperawatan/Kebidanan
pengalaman minimal 2 tahun, serta memiliki sertifikat kegawatan
maternal dan neonatal
- Setiap shif merupakan tim emergensi yang terdiri dari orang pertama ,
kedua dan ketiga, dan tim ini melakukan penanganan kegawatdaruratan
- Khusus ruang bersalin koordinator shif merupakan ketua tim sekaligus on
call di IGD
- Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur, dan cuti
- Apabila ada tenaga perawat/bidan karena sesuatu hal tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat
yang bersangkutan harus memberitahu supervisor sebelum dinas.
Sebelum memberitahu supervisor, diharapkan perawat/bidan yang
bersangkutan sudah mencari pengganti. Apabila perawat/ bidan yang
bersangkutan tidak mendapatkan perawat/ bidan pengganti, maka
supervisor akan mencari tenaga perawat /bidan pengganti yaitu perawat
/bidan yang pada hari itu libur atau perawat/bidan on call
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
KEBIDANAN
IGD
KAMAR
BAYI
RUANG
BERSALIN
B. STANDAR FASILITAS
No Kriteria Kelengkapan
1 Struktur Spesifikasi Ruangan:
Fisik -Unit ini harus berada disamping ruang bersalin
atau setidaknya jauh dari area yang sering dilalui. -
Paling kecil, ruangan berukuran 18 m2 (6-8m2
untuk masing-masing pasien)
-Diruang dengan beberapa tempat tidur, sedikitmya
ada jarak 8 kaki (2,4m) antara ranjang bayi.
-Harus ada tempat bayi untuk isolasi di area
terpisah
Kebersihan
Pencahayaan
Ventilasi
Wastafel
Steker listrik : ruang harus dilengkapi paling sedikit 6
steker yang dipasang dengan tepat untuk peralatan
listrik. Steker harus mampu memasok beban listrik
yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
Oksigen melalui pipa dinding, penghisap lendir,
sistem udara bertekanan : harus ada (3 --> 4) outlrt (2
--> 2) outlet oksigen, 1 outlet udara bertekanan dan 1
outlet penghisap lendir untuk setiap incubator
2 Mebel Lemari instrumen : harus ada 1 lemari dan meja untuk
penyimpanann bahan pasokan umum, selain dari
lemari meja untuk penyimpanan bahan-bahan untuk
ruang isolasi. Rak dan lemari tidak boleh retak (agar
tidak luka).
Lemari es
Meja : harus ada di area administrasi dan
penyuluhan, harus dicat dengan bahan yang mudah
dibersihkan.
Kursi : harus ada 3 kursi di area administrasi dan
edukasi yang berfungsi baik.
Wadah sampah tertutup dengan kantong plastic
Jam dinding : harus menunjukkan waktu yang tepat
dan berfungsi baik
3 Bahan- Pasokan Oksigen Tingkat III:
bahan - Harus ada oksigen dengan sistem pipa dengan
dan jumlah outlet yang sama dengan jumlah alat
peralatan penghangat
- Harus ada 2 tabung oksigen dengan 1 regulator
pengatur aliran sebagai cadangan.
Lampu darurat
Alat penghangat (radiant warmer) : paling sedikit
harus ada 1 penghangat yang be rfungsi baik
Syringe pump : harus ada 1 syringe pump yang
berfungsi baik untuk setiap 3 inkubator
Monitor denyut jantung / pernafasan : paling sedikit
harus ada 1 monitor denyut jantung dan pernafasan
yang berfungsi baik.
Untuk terapi sinar : parling sedikit harus ada 1 unit
terapi sinar yang berfungsi baik untuk setiap
inkubator.
Timbangan bayi : paling sedikit harus ada 1
timbangan bayi yang berfungsi baik disetiap 3
inkubator
Penghisap lenemdir tingkat III:
- Harus ada sistem vakum penghisap melalui pipa
dengan pengatur hisapan, selang dan
reservoar/kamister bersih.
- harus ada outlet penghisap d alam jumlah yang
cukup, 1 untuk setipa inkubator.
- harus ada pompa vakum listrik yang bisa dipindah
dengan regulator penghisap, selang dan reservoar
bersih / kamister sebagai cadangan.
Balon yang bisa mengembang sendiri : haris tersedia
balon yang bisa mengembang sendiri dan berfungsi
baik untuk setiap inkubator.
Pulse oximeter: 1 untuk setipa inkubator.
Stetoskop : harus adastetoskop yang berfungsi baik
untuk setiap inkubator.
Generator listrik darurat : harus ada generator listrik
cadangan yang dioperasikan jika pasokanlistrik utama
tidak ada.
Inkubator : harus ada sedikitnya 10 inkubator yang
berfungsi dengan baik.
Infusion pump :harus ada infusion pump yang
berfungsi baik untuk setiap inkubator.
Ventilator
Analisis gas darah
Dapur susu
4 Bahan- Gaun
bahan Masker
Sarung tangan
Selimut untuk asuhan metode kangguru
Alat suntik 1, 21/2, 31/2, 10, 20, 50 cc
Pipa asupan, ukuran 5 dan 8
Pipa penghisap lendir, ukuran 6 dan 8.
Kanula, ukuran 22 dan 24
Kateter umbilikus, ukuran 31/2, 5 dan 8
Masker oksigen neonatus
Head box
Penutup mata untuk terapi sinar
Popok mata untuk terapi sinar
Penutup sepatu sekali pakai
Betadine/alkohol untuk desinfeksi
Kantung plastik untuk wadah sampah besar
Pipa endotrakea, ukuran 21/2, 3, dan 31/2
Peralatan lengkap transfusi tukar atau katupnya.
5 Obat- Dextrose 5%
obatan Dextrose 10%
Dextrose 40%
Saline 0,9%
Sodium klorida 3%
Potasium klorida 7,4%
Kadalex / ampul KCL
Larutan ringer laktat
Kalsium glukose 10%
Ampisilin
Gentamisin
Antibiotik untuk sepsis neonatorum
Xanthines / aminophylline
Ampul epinefrin
Dopamine
Dobutamine
Sodium bikarbonat 8,4%
5. Area Laktasi
No Kriteria Kelengkapan
1 Struktur Spesifikasi ruangan : paling kecil, ruangan
Fisik berukuran 6m2
Kebersihan
Pencahayaan
Wastafel : ukurannya cukup besar, sehingga air tidak
terciprat dan dirancang agar air tidak tergenang.
2 Mebel Wadah sampah dengan kantung plastic
Kursi (1-3): harusmudah dibersihkandan didisinfeksi.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
E. PELAYANAN GINEKOLOGIS
1. Kehamilan ektopik
2. Perdarahan uterus disfungsi
3. Perdarahan menoragia
4. Kista ovarium akut
5. Radang Pelvik akut
6. Abses pelvik
7. Infeksi saluran Genitalia•
8. HIV-AIDS
Ruang Persiapan:
Ruang Pencucian
BAB V
LOGISTIK
A. DEFINISI
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman
B. TUJUAN
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta unit 2
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
D. PROGRAM PENGAMANAN
1. Program pengamanan Fasilitas dan Peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua
peralatan untuk pertolongan maternal dan perintal anata lain : alat-alat
listrik, gas medis (O2), AC, saluran udara (ventilasi), peralatan anasthesi,
alat-alat gawat darurat, dan alat-alat resusitasi. Daerah pengaman listrik
paling sedikit diperiksa 2 (dua) bulan sekali dan catat daerah-daerah yang
diperiksa, procedure yang diikuti dan hasilnya harus disimpan dengan
baik. Alat-alat itu harus dipelihara oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin
pemeliharaan oleh ahli teknik atau konsultan dari luar rumah sakit
E. TATA LAKSANA
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga ruangan
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. PENDAHULUAN
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi labih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap
hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15
- 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25 % terjadi di
Negara-negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan
peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV/AIDS terjadi
akibat masuknya kasus secara langsung kemasyarakat melalui penduduk
migrant, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya
melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum
aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik,
penggunaan bersama peralatan menembus kulit: tato, tindik, dll).
Penyakit hepatitis B dan C, yang keduanya potensi untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak meberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan procedure yang bias
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dinel melalui “kewaspadaan Umum” atau “Universal
Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menerus menjadi ancaman bagi “ Petugas Kesehatan”
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal
B. TUJUAN
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “Universal Precaution”
a) Standar Masukan
b) Standar Manajemen
Daftar Tilik Pemantauan Pengelolaan menurut bagiannya antara
lain: Referensi, Catatn medis, Sumber daya manusia, Manajemen
Kualitas, Manajemen Pemeliharaan.
3. Peserta
Peserta adalah unit maternal neonatal beserta berbagai unit
pendukungnya. Hal ini dilakukan dalam waktu bersamaan, sehingga
jika ada masalah dapat diselesaikan bersama. Kesehatan ibu dan anak
merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan.
4. Pelaksanaan
OJT dilakukan selama 2 hari. Hari pertama secara bersama-sama
mengevaluasi kinerja manajemen dan kinerja klinis RS PONEK
tersebut. Di hari pertama ini juga sekaligus diberikan bimbingan dan
arahan yang diperlukan. Hari kedua memberikan laporan kepada
Direktur Rumah Sakit sekaligus membicarakan langkah selanjutnya
yang perlu diupayakan.
5. Instrumen
Agar lebih seragam dan terarah, sediakan instrumen untuk melakukan
OJT yaitu:
a) Standar Kinerja Manajemen (Standar masukan dan Standar
manajemen)
b) Standar Kinerja klinis (Protokol Asuhan Neonatal Essensial dan
buku Paket pelatihan PONEK : Protokol Bagi Tenaga Pelaksana)
6. Target
Target Pengendalian Mutu pada Pelayanan PONEK RS PKU
Muhammadiyah Gamping yaitu Mengurangi dua per tiga (2/3)
tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun dan mengurangi
tiga per empat (3/4) rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
B. IN HOUSE TRAINING
In House Training adalah suatu kegiatan berupa lokakarya yang
melibatkan seluruh personil RS PKU Muhammadiyah Gamping yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan
PONEK. Materi lokakarya dapat meliputi pelatihan manajemen maupun
bidang klinis.
BAB IX
PENUTUP