Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka upaya menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan
ibu, Rumah Sakit melaksanakan program PONEK (Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergency Komprehensif).
Pelayanan obstetrik dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan
bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) di rumah sakit dan Pelayanan Obstetrik Neonatal
Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan
kedaruratan dalam maternal dan neonatal yang sangat berperan dalam menurunkan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga-
tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang
handal.
Rumah Sakit dalam melaksanakan program PONEK sesuai dengan Pedoman PONEK
yang berlaku, dengan langkah-langkah pelaksanaan sebagai berikut:
1. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara
terpadu dan paripurna.
2. Mengembangkan kebijakan dan SPO sesuai dengan standar.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian
terhadap ibu dan bayi.
4. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetric
dan neonatal termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK 24 jam).
5. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan Pembina teknis dalam
pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Ekslusif.
6. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi.
7. Meningkatkan fungsi rumah sakit dalam Perawatan Metode Kangguru (PMK) pada
BBLR.
8. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program RSSIB (Rumah
Sakit Sayang Ibu dan Bayi), 10 langkah menyusui dan peningkatan kesehatan ibu.

1
B. TUJUAN
1. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh manajemen dalam pelayanan
PONEK.
2. Terbentuknya tim PONEK Rumah Sakit yang dilantik oleh Pimpinan RS dan
disahkan dalam bentuk SK Tim.
3. Adanya koordinasi antar unit di RS dalam menyempurnakan program PONEK di
Rumah Sakit, sehingga tujuan khusus PONEK dapat tercapai :
 Menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan angka kesehatan ibu.
 Memberikan pelayanan obstetrik neonatal komprehensif agar kondisi ibu dan
janin dalam kondisi optimal.
 Terlaksananya penyuluhan antenatal, intranatal, dan postnatal yang baik.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan PONEK dimulai dari garis depan / UGD dilanjutkan ke kamar
operasi / ruang tindakan sampai ke ruang perawatan. Secara singkat dapat di deskripsikan
sebagai berikut:
 Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitive.
 Penanganan kasus gawat darurat oleh Tim PONEK RS di ruang tindakan.
 Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi dan seksio sesaria.
 Perawatan Intermediate dan Intensif Ibu dan Bayi di unit ICU/NICU/PICU.
 Pelayanan Asuhan Antenatal Risiko Tinggi di ruang Dahlia Mawar Melati.
Ruang Lingkup pelayanan kesehatan maternal dan neonatal pada RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado (RS Kelas A), meliputi:
1. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
 Pelayanan kehamilan
 Pelayanan persalinan normal dan Persalinan dengan tindakan operatif
 Pelayanan nifas
 Klinik Laktasi
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologis
a. Asuhan bayi baru lahir (level 1  asuhan dasar neonatal/asuhan neonatal normal)
 Fungsi unit:
1. Resusitasi neonatus
2. Rawat gabung bayi sehat – ibu sehat
3. Asuhan evaluasi paska lahir neonatus sehat
4. Stabilisasi dan pemberian asuhan bayi baru lahir usia kehamilan 35-37
minggu yang stabil secara fisiologis

2
5. Perawatan neonatus usia kehamilan < 35 minggu atau neonatus sakit
sampai dapat pindah ke fasilitas neonatal spesialistik
6. Terapi sinar
 Kriteria rawat inap neonatus:
1. Nenonatus normal, stabil, cukup bulan dengan berat badan > 2,5 kg
2. Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan 35-37 minggu) stabil
secara fisiologis, bayi dengan resiko rendah
b. Imunisasi dan stimulasi, deteksi, intervensi dini tumbuh kembang

3. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dengan resiko tinggi


a. Masa antenatal
 Pendarahan pada kehamilan muda
 Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut
 Gerak janin tidak dirasakan
 Demam dalam kehamilan dan persalinan
 Kehamilan ektopik (KE) dan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
 Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang atau koma,
tekanan darah tinggi
b. Masa intranatal
 Induksi oksitosin pada hamil lewat waktu, IUFD
 Pelayanan terhadap syok
 Persalinan dengan parut uterus
 Persalinan dengan distensi uterus
 Gawat janin dalam persalinan
 Penanganan Ketuban pecah dini
 Persalinan lama / macet
 Penanganan malpresentasi dan malposisi
 Penanganan distosia bahu
 Penanganan prolapsus tali pusat
 Kuret pada blighted ovum/kematian medis, abortus inkomplit  mola hidatosa
 Aspirasi vakum manual
 Ekstraksi cunam
 Seksio sesaria
 Episiotomy
 Kraniotomi dan kraniocentesis
 Placenta manual
 Perbaikan robekan serviks

3
 Perbaikan robekan vagina dan perineum
 Perbaikan robekan dinding uterus
 Reposisi inversio uteri
 Melakukan penjahitan
 Histerektomi
 Ibu sukar bernafas / sesak
 Kompresi bimanual dan aorta
 Ligasi arteri uterine
 Bayi baru lahir dengan asfiksia
 Penanganan BBLR
 Resusitasi bayi baru lahir
 Anestesi umum dan lokal untuk seksio sesaria
 Anestesi spinal, ketamin
 Blok paraservikal
 Blok pudendal
 IUC post placenta
 IUD durante seksio sesaria
c. Masa post natal
 Masa nifas
 Demam paska persalinan
 Perdarahan paska persalinan
 Nyeri perut paska persalinan
 Keluarga berencana

4. Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan resiko tinggi (minimal level II B)


Asuhan bayi baru lahir (level II A: asuhan neonatal dengan ketergantungan tinggi 
ruang rawat neonatus asuhan khusus)
a. Level II A : Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi dasar (sesuai dengan
kemampuan pelayanan puskesmas/PONED)
Fungsi unit:
 Resusitasi dan stabilisasi bayi prematur dan / atau sakit, termasuk
memberikan bantuan CAP (Continuous Passive Airway Pressure) dalam
waktu < 24 jam atau sebelum pindah ke NICU
 Pelayanan bayi baru lahir dengan usia kehamilan > 32 minggu dan berat
lahir > 1500 gr yang memiliki ketidakmampuan fisiologis seperti apneu,
prematur, tidak mampu menerima asupan oral, menderita sakit yang tidak

4
diantisipasi sebelumnya dan membutuhkan pelayanan subspesialistik
dalam waktu mendesak
 Oksigen nasal dengan pemantau saturasi oksigen
 Infus intravena perifer dan nutrisi parenteral untuk jangka waktu terbatas
 Memberikan asuhan bayi dalam masa penyembuhan paska perawatan
intensif
b. Level II B : Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (sesuai
dengan kemampuan standar PONEK)
Fungsi unit:
 Kemampuan unit perinatal level IIA ditambah dengan tersedianya ventilasi
mekanik selama jangka waktu singkat (<24 jam) dan CPAP (Continuous
Positive Airway Pressure)
 Infus intravena, nutrisi parenteral total, jalur sentral menggunakan tali
pusat dan jalur sentral melalui intravena perkutan
Kriteria rawat inap:
 Bayi premature >32 minggu
 Bayi dari ibu dengan diabetes
 Bayi yang lahir dari kehamilan resiko tinggi atau persalinan dengan
komplikasi
 Gawat napas yang tidak memerlukan ventilasi bantuan
 BBLR <1,5 kg
 Hiperbilirubinemia yang memerlukan terapi sinar
 Sepsis neonatorum
 Hipotermia
c. Level III : Perawatan neonatal intensif
Level III A
Fungsi unit:
 Memberikan asuhan menyeluruh bayi yang lahir usia kehamilan > 28
minggu dengan BB > 1000 gram.
 Memberi dukungan kehidupan terus-menerus yang tidak hanya terbatas
pada ventilasi mekanik, tapi juga mengunakan HFO.
 Melakukan Prosedur pembedahan minor (misal: penggantian kateter
vena sentral atau perbaikan hernia inguinal)
 Akses segera berbagai konsultan ahli semua subspesialistik
5. Pelayanan Ginekologis
 Kehamilan ektopik

5
 Perdarahan uterus disfungsi
 Perdarahan menoragia
 Kista ovarium akut
 Radang Pelvik Akut
 Abses pelvic
 Infeksi saluran genitalia
 HIV-AIDS

6. Perawatan khusus / High Care Unit dan transfusi darah


7. Pelayanan Penunjang Medik
a. Pelayanan darah
Jenis Pelayanan:
 Merencanakan kebutuhan darah di RS
 Menerima darah dari PMI yang telah memenuhi syarat uji saring (non reaktif)
dan telah dikonfirmasi golongan darah
 Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah
 Memantau persediaan darah harian / mingguan
 Melakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus pada darah donor
dan darah resipien
 Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah resipien
 Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golongan darah (ABO) /
Rhesus ke unit transfusi darah secara berjenjang
 Melakukan tes lab infeksi VDRL, Hepatitis, HIV
Tempat pelayanan
 Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)
Kompetensi
 Mempunyai kemampuan untuk mengelola transfusi darah dan Bank Darah
Rumah Sakit
 Mempunyai sertifikasi pengetahuan dan keterampilan tentang transfusi darah,
penerimaan darah, penyimpanan darah, pemeriksaan golongan darah,
pemeriksaan uji silang serasi, pemantapan mutu internal, pencatatan,
pelaporan dan pelacakan, dokumentasi
Sumber Daya Manusia
 Dokter
 Analis / para medis
 Tenaga administrator

6
Ruang Pelayanan Darah
 Ukuran minimal 25 m², berisi lemari pendingin, meja, kursi, lemari, telepon,
kamar petugas, dsb

Fasilitas Peralatan
 Memiliki standar fasilitas sesuai standar peralatan maternal dan neonatal

b. Perawatan Intensif
Jenis Pelayanan
 Pemantauan terapi cairan
 Pengawasan gawat nafas
 Perawatan sepsis
Tempat Pelayanan
 Unit Perawatan Intensif (ICU)
Kompetensi
 Pelayanan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien gawat
 Ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana
Sumber Daya Manusia
 Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru
 Dokter Spesialis anestesiologi
Ruang Pelayanan
 Ruang Pelayanan ICU 75m2

c. Pencitraan
 Radiologi, termasuk rontgen portable
 USG Ibu dan Neonatal
 MRI/CT SCAN

4. Laboratorium
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam penanganan
kedaruratan maternal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk preeklamsia
dan neonatal, meliputi:
a. Pemeriksaan darah rutin, urin
b. Septik marker untuk infeksi neonatus yaitu DPL (Darah Perifer
Lengkap), CRP (C- Reaktif Protein). IT Ratio, Kultur darah, Kultur
Urin

7
c. Pemeriksaan gula darah, bilirubin, elektrolit dan AGD
5. TPNM (Total Parenteral Nutrition and Medication)
6. Ruang BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)
7. Ruang pencucian dan penyimpanan alat steril yang sudah dibersihkan
8. Ruang menyusui dan tempat penyimpanan ASI Perah baik dari ibunya sendiri maupun
ASI donor
9. Klinik Laktasi

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada
pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
berbagai multidisiplin dan memberikan pelayanan 24 jam
2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Antenatal care / post natal di BKIA/Klinik Spesialis
Adalah pelayanan antenatal oleh bidan (di BKIA) maupun dokter spesialis kandungan,
meliputi konsultasi, pemeriksaan kehamilan, KB dll
Pelayanan post natal meliputi konsultasi paska persalinan, pelayanan KB, pelayanan
imunisasi bayi, perawatan luka operasi, tindik telinga bayi, dll
4. Ruang rawat inap (kamar bersalin)
Adalah pelayanan pranatal dan intranatal tanpa resiko, dapat ditangani oleh bidan /
dokter spesialis
5. ICU/NICU
Adalah pelayanan intensif dimana bayi/ibu memerlukan penanganan dan fasilitas
peralatan yang khusus karena kondisi yang tidak memungkinkan dirawat di ruang
maternity
6. Kamar bedah
Adalah pelayanan pasien kebidanan yang memerlukan tindakan operasi, baik secara
elektif maupun cito / emergensi
7. Laboratorium
Adalah pelayanan darah yang ready 24 jam, dan memiliki respontime pelayanan darah
< 1 jam dari permintaan dokter
8. Radiologi
Adalah pelayanan radiologi meliputi USG, CT Scan, MRI

8
E. LANDASAN HUKUM
Berdasarkan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1051/MENKES/SK/XI/2008, menyatakan tentang Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) 24 jam di Rumah Sakit, maka RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado sebagai salah satu Rumah Sakit PONEK 24 jam di wilayah Sulawesi Utara,
berpedoman pada acuan hukum:
1. Undang -undang Republik Indonesia No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 436/Men
KES/SK/VI/1993 tentang berlakunya standar pelayanan Rumah Sakit dan standar
pelayanan medis Rumah Sakit.
3. Memberlakukan SK Direktur No. 191/DIR/In/2016 mengenai Susunan Tim Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif 24 Jam RS Telogorejo.

9
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Sesuai dengan SK Direktur Utama RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado No


191/DIR/In/2016 tentang Susunan Tim Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) ditetapkan Pola Ketenagaan sebagai berikut:

Jumlah
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
Kebutuhan

Ketua Tim Spesialis Obstetri PONEK (+) 1


dan Gynecology
PONEK

Wakil Ketua Dokter umum ACLS/ATLS/Resusitasi Neonatus 1


/UGD (+)
Sekretaris Dokter umum / PONEK (+) 1
UGD
Anggota Dokter Spesialis  Manajemen Laktasi (+) 2
Anak  Resusitasi Neonatus (+)
 PONEK tersertifikasi 1 dokter
Dokter Spesialis - 1
Obstetri dan
Gynecology
Dokter Spesialis - 1
Anestesi
Perawat Kamar Resusitasi Neonatus (+) 1
Bedah
Perawat Ruang  PONEK (+) 1 orang sudah 2
Kebidanan tersertifikasi,
 Resusitasi Neonatus (+)
 Manajemen Laktasi (1 orang)

Perawat Ruang  Resusitasi Neonatus (+) 1


ICU/NICU  Pelatihan ICU/ICCU (+)

Bidan 1 orang telah tersertifikasi PONEK 3

10
A. KUALIFIKASI PENDIDIKAN YANG DIBUTUHKAN

1. Ketua Tim : Dokter spesialis Obsgyn bersertifikasi PONEK (+)


2. Wakil ketua : Dokter umum / UGD bersertifikasi ACLS/ATLS/Resusitasi Neonatus
3. Sekretaris : Dokter umum bersertifikat ACLS, PONEK (+)
4. Anggota
Perawat : S1 Kep / D3 Keprawatan dengan pengalaman kerja
minimal 1 tahun bersertifikat Resusitasi Neonatus
Dokter Spesialis : Bersertifikasi resusitasi neonatus (untuk dokter anak)
Bidan : D3/S1 Kebidanan, untuk di unit rawat inap bersertikasi resusitasi
neonatus, manajemen laktasi

1. DISTRIBUSI KETENAGAAN :
1. UGD
Dokter Jaga:
o 1 orang dokter jaga Obsgyn oncall
o 1 orang dokter jaga Anak oncall
Dokter UGD
o Jumlah dokter UGD (dan ICU): 8 orang, jaga 1 dokter/shift
o Jumlah dokter inpatient : 8 orang, jaga 1 dokter/shift
o Jadwal Jaga Hari Biasa : Hari Biasa Pagi jam 07.00 s/d 14.00
Siang Jam 14.00 s/d 21.00
Malam jam 21.00 s/d 07.00
o Jadwal jaga hari besar : 2 shift (07.00-19.00 dan 19.00—7.00)
Ketenagaan Perawat
o Jumlah perawat 37 orang, 9 perawat /shift
o Shift pagi jam 07.00 s/d 14.00 ( 8-9 orang/shift)
o Shift siang jam 14.00 s/d 21 .00 (8-9 orang /shift)
o Shift malam jam 21.00 s/d 07. 00 (8-9 orang/shift)
Admininistrasi
o Jumlah 4 orang (1orang/shift)
Kebersihan
o Jumlah 1 orang jaga pagi jam 07.00 s/d 14.00
o Diluar jam tersebut di bantu perawat dan tenaga kebersihan outsource

2. RUANG MATERNITY
11
Dokter Jaga Obgyn
o 1 orang dokter jaga Obsgyn oncall /hari (koordinasi dengan UGD)
o 1 orang dokter jaga Anak Patologis/fisiologis oncall /hari (koordinasi dengan
UGD)
Ketenagaan Perawat / Bidan
o Jumlah perawat 15 orang, 3-4 perawat /shift
o Jumlah bidan 20 orang, 4 bidan/shift (saat ada partus lebih dari satu k/p akan
memanggil bidan oncall)
o Shift pagi jam 07.00 s/d 14.00 ( 8 orang/shift)
o Shift siang jam 14.00 s/d 21 .00 (7 orang /shift)
o Shift malam jam 21.00 s/d 07. 00 (6 orang/shift)
Admininistrasi
o Jumlah 4 orang (1 orang/shift)
Kebersihan
o Dikelola tenaga kebersihan outsource 24 jam

3. RUANG ICU/NICU

Dokter Jaga ICU/NICU


o 1 orang dokter jaga ICU/shift
Ketenagaan Perawat
o Jumlah perawat 45 orang, 10-12 perawat /shift
o Shift pagi jam 07.00 s/d 14.00 ( 10 orang/shift)
o Shift siang jam 14.00 s/d 21 .00 (10 orang /shift)
o Shift malam jam 21.00 s/d 07. 00 (10 orang/shift)
Admininistrasi
o Jumlah 4 orang (1orang/shift)
Kebersihan
o Dikelola tenaga kebersihan outsource 24 jam

4. KAMAR BEDAH
Dokter Jaga Spesialis Anestesi
o Pukul 00.00-12.00  3 dokter jaga Sp An
o Pukul 13.00-24.00  3 orang dokter jaga Sp An
o Hari minggu jaga 12 jam  2 dokter
o Tanggal merah/hari libur sesuai jaga harian

12
Ketenagaan Perawat
o Jumlah perawat 42 orang,
o Shift pagi jam 07.00 s/d 14.00 ( 10 orang/shift)
o Shift siang jam 14.00 s/d 21 .00 (13 orang /shift)
o Shift malam jam 21.00 s/d 07. 00 (6-7 orang/shift)
o Hari minggu/libur 7 orang/shift
Admininistrasi
o Hari minggu dan hari besar hanya 1 orang/shift (07.00-14.00)
o Hari biasa Pagi 1 orang/shift, siang 1 orang/shift, tengah 1 orang/shift
o Hari minggu pagi 1 orang / shift
Kebersihan
o Jumlah 6 orang
o Jaga pagi jam 07.00 s/d 14.00 (pagi 2 orang, siang 2 orang)
o Jaga siang jam 14.00-21.00 (2 orang)
o Malam 1 orang
o Hari besar dan hari minggu 1 orang/shift
o Tenaga kebersihan outsource & permanen untuk membersihkan keseluruhan
lantai di
kamar bedah

PENGATURAN JADWAL JAGA


1. Pengaturan jadwal dinas Perawat / Bidan
 Pengaturan jadwal dinas perawat/bidan dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Supervisor dan disetujui oleh Manager Unit
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana unit setiap satu bulan
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila
tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka
permintaan disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada bidan/perawat penanggung jawab shift (PJ
Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja
minimal 2 tahun
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam,
libur dan cuti.

13
 Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Supervisor unit : 2 jam sebelum dinas pagi, 4
jam sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Supervisor
unit diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti,
Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka Supervisor akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat
yang dinas pada shift sebelumnya akan dimintakan tolong untuk menggantikan
dinas

2. Pengaturan Jaga Dokter UGD


 Pengaturan jadwal dokter jaga UGD menjadi tanggung jawab Kepala UGD
 Jadwal dokter jaga UGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum
jaga di mulai.
 Apabila dokter jaga UGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke kepala Unit Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga,
serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kepala Unit Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Kepala Unit Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang
pada saat itu libur. Apabila dokter jaga pengganti tidak di dapatkan maka
dokter jaga shift sebelumnya dimintakan untuk menggantikan dinas

3. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen/Dokter Jaga


 Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen/Dokter jaga menjadi tanggung jawab
Bagian Personalia Rumah Sakit dan diketahui oleh Manager UGD
 Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah
diedarkan ke unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu
sebelum jaga di mulai.
 Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
14
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Bagian Personalia, serta dokter tersebut wajib
menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Bagian Personalia dan di harapkan dokter tersebut
sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Bagian personalia akan mencarikan
dokter jaga konsulen pengganti.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN RUANG MATERNITY (terlampir)

B. STANDARD FASILITAS DAN KETENAGAAN


Dalam rangka program menjaga mutu pada penyelenggaraan PONEK harus terpenuhi hal-
hal sebagai berikut:

o Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman


o Ruang tindakan gawat darurat dengan instrument dan bahan yang lengkap
o Ruang observasi pasca tindakan

Berikut ini adalah detail kriteria yang harus dipenuhi dan telah tersedia di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado :

1. Kriteria umum ruangan


a. Struktur
o Spesifikasi ruangan cukup luas (tidak kurang dari 15-20m2)
o Lantai harus ditutup dengan porselen atau plastik (saat ini telah terpasang
porselen)
o Dinding harus di cat dengan bahan yang bisa dicuci
o Unit harus memiliki area untuk laktasi / area menyiapkan susu formula pada kasus
neonatal tertentu
o Ada lemari dan meja untuk penyimpanan bahan di ruangan
o Tersedia kulkas khusus untuk menyimpan ASI / susu formula pada kasus neonatal
tertentu
b. Kebersihan
o Cat dan lantai berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan mudah.

15
o Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah dan limbah RS
c. Pencahayaan
o Pencahayaan memadai dan sesuai dengan area dalam ruangan
o Pencahayaan terang dan memadai baik cahaya alami / buatan
o Listrik berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan
o Tersedia lampu emergensi
d. Ventilasi
o Pendingin berfungsi dengan baik
o Suhu ruangan dipertahankan 24°C- 26°C
o Pendingin ruangan dilengkapi filter
e. Pencucian tangan
o Tersedia wastafel yang dilengkapi dengan dispenser sabun atau desinfektan
o Wastafel, keran air dan dispenser harus dipasang sesuai dengan ketinggian dari
lantai dan dinding
o Tidak ada saluran pembuangan air yang terbuka
o Pasokan air panas cukup
o Ada tissue disposable untuk mengeringkan tangan, diletakkan d isebelah wastafel
o Di ruangan neonatus, setiap 3 inkubator harus ada 1 wastafel
2. Kriteria khusus ruangan
a. Area cuci tangan di Ruang obstetric dan neonates
Jarak antara 1 tempat tidur dengan wastafel paling jauh 6 m dan paling dekat 1 m
b. Area resusitasi dan stabilisasi di UGD
o Ukuran ruangan resusitasi di UGD 12 m2 (minimal 6 m2)
o Untuk ruang bersalin di UGD terpisah dengan ruangan lain (tersedia ruang
Prosedur untuk penanganan pasien obstetrik yang membutuhkan privasi dari
pasien lainnya)
o Tujuan kamar ini adalah memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi
pasien, misal pasien syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila perlu
menolong partus
o Peralatan:
1. Tersedia oksigenasi di setiap dinding
2. Tabung oksigen cadangan selalu terisi penuh
3. Ada pengatur kadar oksigen
4. Tersedia bed pasien + set ginekologi di UGD
5. Ada selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah sesuai dengan perkiraan
persalinan di UGD

16
6. Lampu darurat tersedia
7. Stetoskop dewasa
8. Set resusitasi: airviva, laringoskop berfungsi baik, Baterei AA (cadangan
untuk laringoskop), bola lampu laringoskop cadangan, selang reservoir
oksigen, masker oksigen (ukuran bayi cukup bulan dan prematur), ET,
Plester, gunting, Kateter penghisap, Pipa minuman, spuit 1 cc, 3 cc, 5 cc,
10 cc, 20 cc, Ampul epinephrine/Adrenalin, NaCL 0,9% / RL, MgSO4,
Sodium Bikarbonat
9. Radiant Warmer 1 buah
10. Kateter

c. Ruang maternal (Kamar bersalin)  level 1


o Lokasi di Lantai 2 gedung IGD
o Luas 12 m2 / pasien
o Tersedia ruang isolasi
o Terdapat 1 kamar bersalin dengan total 5 tempat tidur
o Dalam ruang kamar bersalin terdapat counter perawat
o Tersedia toilet di dalam kamar bersalin
o Tersedia fasilitas untuk cuci tangan (wastafel dll)
o Tersedia oksigen dinding di setiap bed
o Tersedia tabung oksigen cadangan yang selalu penuh
o Tersedia 1 inkubator
o Tersedia 1 radiant warmer
o Tersedia 2 timbangan bayi
o Tersedia ekstraktor vakum yang berfungsi baik 1 buah
o Tersedia pompa vakum listrik yang bisa dibawa dengan pengatur suction, selang
dan reservoir bersih
o Oksimetri 2 buah
o Tersedia genset RS dengan respontime 10 detik dari lampu padam

d. Ruang neonatal normal


o Ruang perawatan neonatus infeksi dan non infeksi terpisah
o Suhu ruangan terkontrol 24-26°C

17
o RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado : Total kamar rawat inap 17 kamar (1 kamar
VVIP, 2 kamar VIPA, 4 kamar VIP B, 2 kamar kelas 2, 2 kamar kelas 3, 2 kamar
klas I, 1 kamar neonates infeksi, 1 kamar neonates non infeksi, 1 ruang transit
bayi, 1 ruang isolasi tekanan negatif)
o Ruang bersalin total 1 kamar dengan 5 tempat tidur
o Tersedia trolley emergensi yang berisi obat-obat pendukung kegawatan PONEK

e. Ruang neonatal resiko tinggi (NICU)


o Lokasi di lantai 1 Gedung Irina E.
o Ukuran ruangan 12 m2 untuk setiap pasien
o Tersedia incubator dalam 1 ruangan
o Tersedia 2 NICU
o Tersedia oksigen dinding/sentral disetiap bed
o Tersedia tabung oksigen cadangan yang selalu penuh
o Tersedia 2 inkubator
o Tersedia monitor denyut jantung / pernafasan / bed
o Tersedia 1 radiant warmer
o Tersedia timbangan bayi 1 buah
o Tersedia pompa tabung untuk resusitasi bayi (air viva)
o Tersedia suction sentral di setiap bed
o Oximetri di setiap bed

f. Ruang operasi
o Jumlah total: 9 ruang operasi
o Tersedia 1 ruang operasi untuk tindakan operasi Seksio Sesaria dan laparotomi
o Luas 1 kamar operasi 50 m2
o Tersedia infant warmer 1 buah, incubator 1 transport, perlengkapan resusitasi anak
dan bayi (+)
o Tersedia recovery room dengan 5 bed yang berhadapan langsung dengan counter
perawat
o Untuk saluran pembuangan cairan/kotoran telah diatur langsung ke IPAL RS
o Tersedia ruang tunggu keluarga
o Tersedia kamar obat untuk distribusi dan pemenuhan permintaan obat-obatan
o Tersedia 8 ruang untuk cuci tangan (scrub)
o Tersedia oksigen dinding di setiap bed ruang pemulihan

18
o Tersedia tabung oksigen cadangan yang selalu penuh
o Tersedia monitor denyut jantung /pernafasan/bed
o Tersedia timbangan bayi 1 buah
o Tersedia suction sentral
o Tersedia sungkup dan balon resusitasi dewasa yang bisa mengembang sendiri
o Oximetri di setiap bed
o Tersedia 1 ventilator portable untuk dewasa
o Bahan-bahan yang harus tersedia:
1. Gaun/celemek disposable
2. Masker
3. Sarung tangan
4. Spuit 1cc,3cc,5cc,10cc,20 cc
5. Pipa asupan ukuran 5 dan 8
6. Pipa penghisap lender
7. Kateter urin
8. Masker oksigen ibu
9. Ekstraksi Forceps
10. Elstraksi Vakum
11. Pampers
12. Laken
13. Betadine untuk desinfektan
14. Kantung plastic untuk wadah sampah besar
15. Pipa ET
16. Set HPP (Spekulum, fensfer dan peralatan menjahit)
17. Set partus
18. Set jahit
19. Kantong urin
o Obat-obatan:
1. Ringer asetat
2. Dextrose 10%
3. Saline 0,9%
4. Adrenalin/Epinephrin
5. Metronidazole
6. KCL
7. Larutan RL
8. Kalsium Glukonas 10%
9. Gentamisin
19
10. Dexamethason
11. Aminophilin
12. Transamin
13. Dopamin
14. Dobutamine
15. Sodium Bikarbonat
16. Mg SO4
17. Nifedipine

20
21
22
DATA TROLLEY EMERGENCY UGD
NO. OBAT/ ALKES jmh NO. OBAT/ ALKES jmh
LACI 1 MEDIKASI LACI 2
1 Adenosin ATP 2 4 Tounge tang/magyl forcef 1
2 Adrenalin / Epineprin Inj di kulkas 10 5 Mask Non Rebreathing Anak/ Dewasa 1/1 pcs
3 Cordaron 150mg 2 6 Mask Rebreathing Anak/ Dewasa 1/1 pcs
4 Atropin Sulfas Inj 0.25 mg/1 ml 10 7 Mask Nebul anak/dewasa 1/1 pcs
5 Aminophilin 2 8 Oxygen canul Anak/Dewasa 1/1 pcs
6 Calcii Gluconas inj 1 gr 2 9 Suction Chateter no. 6/8/10/12 1/1/2/2
7 Dextrose 40% 25 ml 5 10 Laringoscope 1/1 pcs
8 Dilantin Inj 250 mg/ Phenytoin 100 Inj 1/1 pcs 11 Plester & Gunting 1/1 pcs
9 Diphenhidramin 1 12 KY jelly 1 pcs
10 Dexamethazon 1 13 Baterai/senter 1 pcs
11 Dobuject Inj 250 mg 2 LACI 3
12 Dopamin Inj 200 mg 2 1 Perfusor Tubing 2
13 Fargoxin 1 2 Three Way Stopcock 2
14 Farsix 1 3 Infuse Set 2
15 Herbeser 1 4 Tranfusi Set darah 1
16 Hipnoz 5 mg/15 mg 1/1 pcs 5 Surflow 18/20/22/24 1/1/1/1
17 Mg SO4 25 ml 20%/40% 1/1 pcs 6 ETT no. 6/6,5/7/7,5/8 1/1/2/2/1
1/1/1/1/1/1/1/
18 Meylon Inj 25 ml 2 7 ETT No. 2/2,5/3/3,5/4/4,5/5/5,5 1
19 NaCl 0,9% 25 ml 5 8 Dispo 1/3cc/5cc/10cc/20cc50 cc 2/3/3/3/2/2
20 GTN 1 9 Kapas Pastik 5
21 Vascon 4 mg inj 1 10 Jarum 21 5
22 Valium 10 mg 1 11 tranparan dressing 2
23 Water for Inj 25 ml 1 LACI 4 (CAIRAN)
24 Methylprednisolon 1 1 Fimahaes 1
Supp 2 Manitol 1
1 Stesolid supp 5mg/10mg 1/1 pcs 3 RL 1
2 Dumin supp 125mg/250mg 1/1 pcs 4 NaCl 0,9% 1
Tablet 5 Asering 1
1 Cedocard 5 mg 2 6 Nacl 0,9% 100cc 1
2 aspilets 2 7 Dextrose 5%/10% 1/1 pcs
3 Plavix 4 8 Folley Catether no 8/16/Urine Bag 1/1/1 pcs
Nebulezer 9 Schorsteen anak/dewasa 1/1 pcs
1 pulmicort 1 10 Stomach tube16 1/1 pcs
2 ventolin 1 LACI 5
3 combivent 1 1 Face Mask Disposible 3
LACI 2 2 Kasa Hydrofil 1 set
1 Ambu Bag 1/1/1 PCS 3 Handschon Non steril 5 psg
2 Mouth Tube Dewasa/Anak 1/1 pcs 4 Handschon steril no. 6,5/7/7,5 1/1/1 pcs
3 Tounge Spatel dispo 10 5 Elektrode Monitor anak/dewasa 3/3 pcs

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

PASIEN DATANG

TRIAGE  UGD
23
DI TANGANI
DOKTER

OBSTETRIK NEONATAL

PERAWATAN DI OPERASI ICU PERAWATAN DI NICU


RI CITO RI

PENJELASAN:

 Pasien datang ke UGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, diterima Triage dan
diperiksa oleh dokter jaga UGD
 Untuk pasien obstetrik dimasukkan ke ruangan Prosedur/PONEK yang berlokasi
bersebelahan dengan ruang tindakan. Dalam ruangan tersebut telah tersedia fasilitas
pendukung untuk PONEK
 Untuk pasien neonatal emergensi segera ditangani oleh dokter jaga UGD dengan
asistensi perawat UGD/Bidan. Peralatan emergensi meliputi: Intubasi set, obat
emergensi dalam trolley emergency, baby transport,dll
 Saat ada pasien kasus obstetrik dan neonatal emergensi di UGD, dokter jaga UGD
akan menghubungi dokter jaga spesialis Obgyn /Anak untuk koordinasi lebih lanjut
 Untuk pasien obstetrik emergensi yang setelah konsultasi dokter jaga Obsgyn
diperbolehkan untuk perawatan ke rawat inap, maka petugas UGD akan
berkoordinasi dengan ruang perawatan untuk proses penghantaran
 Bila dari hasil pemeriksaan diperlukan operasi cito, maka akan segera menghubungi
bagian kamar bedah dan bidan di IBS untuk koordinasi rencana persiapan operasi
cito dengan respontime < 30 menit
 Bila dari hasil pemeriksaan dinilai perlu perawatan secara intensif, pasien akan
ditransfer ke ruang ICU
 Setelah kondisi pasien stabil (layak transfer), pasien di bawa ke ruang rawat inap

24
BAB V
LOGISTIK

Logistik adalah tata cara pengadaan dan pengajuan barang alkes dan obat yang
diperlukan unit ke gudang logistik.

Pengajuan pengadaan Alkes/obat-obatan terkait PONEK dilakukan setiap kali minggu


sekali, terkecuali apabila stok obat/alkes kosong dikarenakan suatu hal, misalnya: kondisi
pasien ramai, pemakaian otomatis akan lebih cepat mengurangi stok.

25
Pengendalian stok obat/alkes di UGD/ICU/OK :

 Pengendalian obat/alkes di trolley emergency dilakukan setiap shift dan


didokumentasikan dalam form kartu stok trolley emergency
 Setiap pemakaian barang di Trolley emergency, setelah shift perawat penanggungjawab
ruang akan mengganti stok yang dipakai
 Setiap kunci trolley emergency yang dibuka akan didokumentasikan nomor serinya
 Untuk peralatan pendukung lainnya seperti baby warmer, partus set dilakukan
maintenance sesuai jadwal dari tehnik medis

Tata cara pengajuan barang ke Logistik:

A. Permintaan barang / Alkes dan Obat di Unit


 Administrasi bertugas mengendalikan pemakaian dan stok barang /Alkes /obat –
obatan yang ada di setiap unit
 Apabila Alkes/obat hampir habis stoknya maka petugas Admin akan segera
membuat pengajuan barang (anfrah) ke gudang medis atau non medis
 Print 2 lembar indent barang tersebut, lembar indent dimintakan tandatangan ke
kepala bagian. Lembar pertama untuk unit gudang, lembar kedua untuk arsip Unit
 Petugas Admin mengirim bukti permintaan barang dengan menggunakan buku
ekspedisi
 Barang diambil di gudang dan disertai buku serah terima barang
 Barang dimasukkan ke stok Unit

B. Retur obat ke gudang obat


1. Petugas administrasi membuat inden return ke mainstore yang di tuju
2. Petugas administrasi membawa obat yang akan di retur tersebut ke mainstore yang
di tuju.dan menyerahkan obat tersebut.
3. Petugas gudang menerima obat dan mencocokan obat yang di retur.
4. Setelah selesai di lakukan indent retur acknwledgement di system
5. Petugas gudang menyimpan obat sesuai dengan prosedur yang berlaku.
6. Petugas membawa pulang bukti penyerahan barang yang di retur untuk di expedisi.

C. Pemesanan barang ke Aktiva Tetap


1. Pemesanan barang tetap di buat oleh Supervisor di sesuaikan dengan kebutuhan
Unit

26
2. Daftar kebutuhan tersebut diajukan dalam anggaran pendapatan dan belanja
tahunan.
3. Supervisor Unit meminta persetujuan ke manager Unit
4. Setelah di setujui oleh manager, Supervisor membuat surat bukti permintaan barang
untuk di ajukan bagian logistik.
5. Apa bila barang sudah tersedia di Logistik, bagian akan ditelepon untuk mengambil
barang pesanan tersebut
6. Petugas mengambil barang tersebut dengan menggunakan buku expedisi .
7. Setelah sampai ke barang tersebut digunakan sebagaimana mestinya, bukti
penyerahan barang di simpan di arsip dan dicatat di buku infentaris Unit.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian

27
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi :


 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )

ADVERSE EVENT :

28
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh
kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah


Unpreventable Adverse Event :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )
Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS
Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

KEJADIAN SENTINEL
Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi
pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi
pada kaki yang salah), sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan
adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. TATA LAKSANA
1. Menghindari salah identitas (sesuai SPO Identifikasi)
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif

29
Melakukan serah terima pada saat menyerahkan pasien ke ruangan / ICU / OT dan
ke RS lain dengan form yang telah disediakan sesuai SPO.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High Alert Medications)


Setiap obat yang tergolong high alert telah diberikan stiker tanda High alert pada
kemasan obat.

4. Menghindari pasien jatuh


 Pastikan roda bed tidak rusak
 Pastikan pengaman tempat tidur tertutup dengan baik
 Untuk pasien lansia/anak-anak/tidak sadarkan diri/gelisah agar ada keluarga
yang menunggu

3. Menghindari salah obat


 Sebelum menyuntik / memberikan obat pastikan apakah sudah sesuai dengan 6
benar
 Label High alert harus dipastikan ada pada kemasan obat high alert
 Penyimpanan obat narkotika di laci tersendiri dalam kondisi terkunci dan
pemakaiannya harus sesuai dengan prosedur (ada form pemantauan obat
narkotika)

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

30
A. Pendahuluan
Penatalaksanaan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif tidak terlepas dari
pengendalian keselamatan kerja saat melakukan tindakan. Setiap tindakan yang
menggunakan alat tajam berpotensi mengancam keamanan dan keselamatan kerja, semisal
jarum suntik yang tidak steril dapat menyebabkan infeksi. Bahkan untuk beberapa kasus
HIV dapat mengancam nyawa. HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman
penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala.
Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang
memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan
angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua
penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan
Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang
terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan

31
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga
prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
Penanggungjawab keselamatan kerja RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado adalah Panitia
K3 RS (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Setiap karyawan mendapatkan pelatihan mengenai keselamatan kerja setiap tahunnya yang
dijadwalkan oleh Tim K3RS

ALAT PELINDUNG DIRI YANG ADA DI RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
1. Masker hidung
2. Alat pelindung kaki
3. Alat pelindung kepala
4. Alat pelindung mata
5. Alat pelindung tangan

Untuk menjaga dan mengantisipasi kesehatan karyawan maka semua perawat/petugas


diikutsertakan tes kesehatan setiap setahun sekali.

BAB VIII
32
PENGENDALIAN MUTU

PONEK adalah salah satu penunjuk mutu keberhasilan rumah sakit, di tentukan dari
keberhasilan penanganan kasus obstetric neonatal emergensi harus di tangani dengan
baik, penanganan setiap pasien PONEK sampai ke Rawat Inap / Kamar Bedah / ICU dan
sempurna agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, pengendalian mutu PONEK ditentukan oleh:

 Indikator mutu PONEK, yakni:


1. Persentase Angka kematian ibu (target 0 kasus/bulan)
2. Persentase Angka kematian bayi (target 0 kasus/bulan)
3. Respon time persiapan seksio sesaria emergensi <30 menit setelah instruksi
DPJP
 Melakukan Audit Maternal Perinatal setiap kasus kematian ibu/bayi di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado yang menyimpang dari seharusnya
 Merevisi SPO/Pedoman/Kebijakan terkait PONEK

33
BAB IX
PENUTUP

Demikian telah di susun Pedoman Pelayanan PONEK di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado sebagai acuan kerja bagi petugas medis maupun non medis Unit-unit terkait.

Manado, Desember 2021


RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Dr. dr. Joice M. M. Sondakh, Sp.OG(K)-Obginsos


Ketua PONEK RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

34

Anda mungkin juga menyukai