DINAS KESEHATAN
UPTD. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. LA PALALOI
Jalan Poros Maros-Makassar Km. 03 Telp 08114229094 Kode Pos 90516
E-Mail : rs.drlapalaloi.maros@gmail.com website: rsuddrlapalaloimaros.com
TENTANG
MEMUTUSKAN :
Ditetapkan di : Maros
Pada tanggal :
DIREKTUR,
Tembusan:
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maros di Maros;
2. Pejabat Struktural RSUD masing-masing di Tempat;
3. Pertinggal.
TANGGAL :
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) merupakan
suatu proses pelayanan perlindungan pada ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna untuk mendukung terlaksananya Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi,
dimana dalam Pelayanan Program Rumah sakit sayng Ibu dan Bayi, terdapat 10
langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna :
1. Ada kebijakan tertulis menagemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu
dan bayi termasuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD), pemberian ASI Eksklusif dan
indikasi yang teap untuk pemberian susu formula serta Perawatan Metode
Kanguru (PMK) untuk bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk edukasi dan konseling
kesehatan maternal dan neonatal serta konseling pemberian ASI.
3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi
baru lahir dengan Inisiasi Menyusui Dini dan kontak kulit ibu-bayi
4. Menyelenggarakan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) selama 24 jam sesuai standar minimal berdasarkan RS tipe C.
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat nifas, rawat gabung termasuk
membantu ibu menyusui yang benar, termasuk mengajarkan ibu memerah ASI
bagi yang tidak menyusu langsung dari ibu dan tidak memberikan ASI perah
melalui botol serta pelayanan neonatus sakit
6. Menyelenggrakan pelayan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain
7. Menyelenggarakan pelayana imunisasi bayi dan tumbuh kembang
8. Menyelenggarakan pelayana kesehatan Keluarga Berencana termasuk
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi
lainnay
9. Menyelenggarakan Audit Medik RS dan Audit Maternal dan Perinatal
Kabupaten
10. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pemberian
ASI Ekslusif dan PMK.
Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah dr. La Palaloi Maros siap melayani
kasus komplikasi maternal dan neonatal. Dengan adanya pelayanan obstetri dan
neonatal secara komprehensif di harapkan dapat mempercepat penurunan Angka
Kematian ibu (AKI) dan angka Kematian Perinatal serta meningkatkan kesehatan
ibu dan bayi.
Untuk dapat mencerminkan penyelenggaraan PONEK yang profesional
maka perlu dibuat pedoman PONEK sebagai proses untuk menilai terlaksananya
PONEK secara efektif dan efisien di UPTD Rumah Sakit Umum Daerah dr. La
Palaloi Maros
5. Pelayanan Ginekologis
a. Kehamilan Ektopik
b. Perdarahan Uterus Disfungsi
c. Perdarahan Menoragia
d. Kista Ovarium akut
e. Radang Pelvik akut
f. Infeksi saluran genitalia
g. HIV-AIDS kerjasama dengan bagian Penyakit Dalam dalam hal Konseling
pemberian Obat ARV nya dan melakukan perujukan ke RS yang lebih
lengkap untuk pelayanan Persalinannya.
D. BATASAN OPERASIONAL.
1. PONEK merupakan singkatan dari Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif
2. Regionalisasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal adalah suatu sistem
pembagian wilayah kerja rumah sakit dengan cakupan area pelayanan yang
dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu kurang dari 1 jam, agar dapat
memberikan tindakan darurat sesuai standar. Regionalisasi menjamin agar
system rujukan kesehatan berjalan secara optimal.
3. Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari
sarana pelayanan primer kepada sarana kesehatan sekunder dan tersier.
4. Rumah Sakit PONEK 24 Jam adalah Rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan
terintegrasi 24 jam.
5. Periode Perinatal adalah jangka waktu dari masa kehamilan 22 minggu
sampai 7 hari setelah lahir. Sebagai batasan operasional periode perinatal
dimulai pada usia kehamilan 28 minggu hingga bayi baru lahir usia 0-7 hari.
6. Perinatologi adalah ilmu yang mempelajari tumbuh kembang manusia sejak
masa konsepsi hingga 1 bulan setelah kelahiran, sehat, utuh, serta sanggup
berkembang secara optimal sehingga tercipta generasi masa depan yang
berkualitas.
7. Kematian Perinatal adalah kematian yang terjadi pada janin dalam
kandungan usia 28 minggu sampai bayi baru lahir usia 0-7 hari.
8. Kematian Maternal adalah kematian yang terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin,
sampai masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tidak memandang usia dan
letak kehamilan, disebabkan atau berhubungan dengan kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan disebabkan kecelakaan.
E. LANDASAN HUKUM.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
5. Kepmenkes. RI No. 1045/Menkes/Per/ XI/2006 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan / Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam Di Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
8. Direktorat Jendreral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Jakarta
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelengaraan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) 24 Jam di Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Rumah Sakit PONEK 24 jam adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi
24 jam dalam sehari 7 hari dalam seminggu. Untuk kelancaran penyelenggaraan ini,
salah satu kriteria umum Rumah Sakit PONEK adalah tersedianya dokter jaga yang
terlatih di UGD untuk mengatasi kasus emergensi baik secara umum maupun
emergensi obstetri-neonatal. Disamping itu, dokter, bidan dan perawat harus terlatih
melakukan resusitasi neonatus dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatus.
KUALIFIKASI
NAMA JABATAN
FORMAL NON FORMAL
Dokter spesialis
Kebidanan dan
Ketua Tim PONEK Pelatihan PONEK
Penyakit
Kandungan
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN.
Pelayanan PONEK dipimpin oleh dokter dan staf yang terdiri dari tenaga
medis, tenaga keperawatan yang berkualitas untuk menjamin dilaksanakannya
pelayanan yang telah ditentukan, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Ketua Tim PONEK adalah spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang
terlatih.
2. Koordinator IGD adalah dokter umum yang bertugas di IGD yang sudah
terlatih
3. Koordinator Poli kebidanan adalah lulusan DIII Kebidanan, masa kerja minimal
3 tahun
4. Koordinator pelayanan ruang bersalin dan nifas adalah lulusan DIII
Kebidanan, masa kerja minimal 3 tahun.
5. Koordinator pelayanan ruang perinatologi adalah lulusan DIII kebidanan atau
keperawatan masa kerja 3 tahun.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG.
(Ada pada lampiran)
Ruangan yang berhubungan dengan pelayanan obstetri neonatal emergensi
komprehensif (PONEK) termasuk penunjang yang terkait :
1. IGD Maternal
2. Ruang bersalin
3. Ruang Nifas
4. Ruang Bayi
5. Ruang Operasi
6. Poli Kebidanan dan Kandungan
7. Laboratorium
8. Radiologi
9. ICU/HCU
10.UTD/PMI
2. KRITERIA KHUSUS
a. SUMBER DAYA MANUSIA.
Tabel 1.
Daftar ketenagaan penyelenggara PONEK di Rumah Sakit Umum Daerah
dr.La Palaloi Kab. Maros
1. Ruangan maternal
a. Kamar bersalin
- Lokasi berdekatan dengan kamar operasi dan IGD Maternal
- Paling kecil, ruangan berukuran 12 m 2 (6 m2 untuk masing-
masing pasien)
- Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
- Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat
hadir.
- Ruangan bersalin tdak boleh merupakan tempat lalu lalang
orang.
- Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap Rumah Sakit
Umum.
- Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal,
untuk memudahkan transfer bayi dengan komplikasi ke ruang
rawat.
- Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi :
kala 1, kala 2 dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlukan
utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi.
Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan 2 kamar kala 1,
dan sebuah kamar kala 2.
- Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat
( nurse station ) agar memudahkan pengawasan ketat setelah
pasien partus sebelum di bawah ke ruang rawat (post partum).
- Selanjutnya, jika diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke
kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
- Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan dengan kamar
bersalin.
- Ruang post partum harus cukup luas, standar 8 m 2 per
tempat tidur (bed) dalam kamar dengan multibed atau standar
1 bed minimal 10 m2.
- Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antara tempat
tidur minimum 1-2 m dan antara dinding 1 m.
- Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum 4.
- Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan
udara cukup.
- Harus ada fasilitas untuk cuci tangan di setiap ruangan.
- Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa
ke koridor).
- Kamar periksa berisi : tempat tidur pasien obstetri dan
ginekologi, kursi pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli
alat, lemari obat kecil, USG dan troli emergensi.
- Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11
m2. Bila ada beberapa tempat tidur maka per pasien
memerlukan 7 m2. Perlu disediakan toilet yang dekat dengan
ruang periksa.
- Ruang perawat berisi : meja, telepon, lemari berisi
perlengkapan darurat/obat.
- Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada
kamar bersalin.
- Ruang tindakan : untuk kuret, penjahitan dsb berisi : tempat
tidur ginekologi, lampu sorot, lemari perlengkapan , wastafel
cuci tangan operator, perlengkapan kuret dsb.
- Ruang tunggu untuk keluarga pasien
2. Ruangan Neonatal
a. Unit Perawatan Neonatal Normal
- Ruangan terpisah (ruangan perawatan neonatus) ataunrawat
gabung ibu-bayi harus tersedia
- Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24-260C)
b. Unit perawatan Neonatal dengan Risiko Tingi Level II
- Unit ini harus berada di samping ruang bersalin, atau
setidaknya jauh dari area yang sering dilalui.
- Minimal ruangan berukuran 12 m2 (4 m2 untuk masing-masing
pasien).
- Harus ada tempat untuk isolasi bayi di tempat terpisah.
- Paling sedikit harus ada jarak 1 m 2 antara inkubator atau
tempat tidur bayi.
c. Area laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2
3. Ruang Operasi
- Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea
dan laparatomi
- Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas : 25 m 2 dengan
lebar minimum 4 m, diluar fasilitas : lemari dinding. Unit ini
sekurang-kurangnya ada sebuah bagi bagian kebidanan.
- Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di
dalam kamar operasi harus tersedia : pemancar panas, inkubator
dan perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
2. Inkubator 1
3. Penghangat (Radian Warmer) 1
4. Ekstraktor Vakum 1
8. Monitor denyut jantung / pernapasan 1
9. Foetal Doppler 1
10. Set Sectio Saesaria 1
E. PERALATAN UMUM
1. Area Cuci Tangan
a. Wastafel
- Wastafel cuci tangan ukurannya cukup besar sehingga air tidak
terciprat dan dirancang agar air tidak tergenang atau tertahan
b. Wadah gaun bekas
c. Rak/gantungan pakaian
d. Rak sepatu
e. Lemari untuk barang pribadi
f. Wadah tertutup dengan kantung plastic
- Harus disediakan wadah terpisah untuk limbah organik dan non
organik
g. Sabun
- Tersedia sabun dengan jumlah cukup, lebih di sukai sabun cair anti
bakteri
h. Handuk
- Harus ada handuk untuk mengeringkan tangan ,bisa kain bersih atau
tissue
2. Area resusitasi dan stabilitasi di ruang IGD
a. Steker listrik
- Ruangan harus di lengkapi paling sedikit 3 steker yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik .
- Steker harus mampu memasok beban listrik yang di perlukan, aman
dan berfungsi baik
b. Meja periksa untuk ibu
- Meja harus di tutup dengan lapisan kasur busa ,lembar plastik utuh
dan sprei bersih
- bagian logam harus bebas karat
c. Jam dinding
- Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
d. Meja perlengkapan
e. Selimut
- Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah yang
sesuai dengan perkiraan persalinan.
f. Perlengkapan : pasokan oksigen
g. Lampu darurat
h. Stetoskop dewasa
i. Balon yang bisa mengembang sendiri berfungsi baik
j. Bilah laringoskop berfungsi baik
k. Bilah laringoskop ,ukuran dewasa
l. Batere AA (cadangan ) untuk bila laringoskop
m. Bola lampu laringoskop cadangan
n. Selang reservoar oksigen
o. Masker oksigen (Untuk bayi cukup bulan dan prematur)
p. Pipa endotrakeal
q. Plaster
r. Gunting
s. Kateter penghisap
t. Naso Gastric Tube (NGT)
u. Alat suntik 1,2 ½ 3,5,10, 20, 50 cc
v. Ampul Epinefrin /Adrenalin
w. NaCL 0,9 %/ Larutan Ringer Asetat /RL
x. Dextrose 5%
y. Sodium bikarbonat 8,4%
z. Penghangat ( Radiant warmer)
- Harus ada sedikitnya satu penghangat yang berfungsi baik
F. OBAT –OBATAN
1. OBAT-OBATAN MATERNAL KHUSUS PONEK
a. Ringer Asetat
b. Dextrose 10%
c. Dextran 40/HES
d. Salin 0,9%
e. Adrenalin /epinefrin
f. Metronidazol kadelex atau ampul KCL
g. Larutan Ringer laktat
h. Kalsium Glukonat 10%
i. Ampisilin
j. Gentamisin
k. Kortison /Dexametason
l. Aminophyline
m. Transamin
n. Dopamin
o. Dobutamin
p. Sodium bikarbonat 8,4%
q. MgSO4 40%
r. Nifedifin
s. Kina
t. Oksitosin
u. Ergometrin
v. Misoprostol
w. Isosorbid Dinitrat
x. Insulin
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Alur Rawat Jalan
PASIEN
BARU LAMA
TP2RJ
POLI OBGIN/
ANAK
(TRIASE )
LABORATORIUM
FARMASI
BANK DARAH
RADIOLOGI
C. Sistem Rujukan
Rujukan diartikan sebagai proses yang bermula dan timbal balik pada
saat seorang petugas kesehatan pada salah satu tingkat pelayanan mengalami
kekurangan sumber daya (sarana, prasarana, alat, tenaga, anggaran/uang)
dan kompetensi untuk mengatsi sesuatu kondisi, sehingga harus meminta
bantuan kepada sarana pelayanan kesehatan lain baik yang setingkat
(horisontal) maupun berbeda tingkat (vertikal), Rujukan vertikal dapat
dilakukan dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayana
yang lebih tinggi atau sebaliknya.
Sistem rujukan merupakan penyelanggaraan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik vertikal maupun
horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau
masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Kegiatan rujukan mencakup:
Bila pasien meternal dan perinatal tidak dapat ditangani di Rumah
Sakit type/kelas C, segera rujuk ke sarana kesehatan yang lebih lengkap
fasilitas dan tenaga kesehatannya. Harus ada koordinasi, mudah, sehingga
tidak memperlambat pertolongan dan tidak merugikan pasien.
Untuk RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.LA PALALOI KABUPATEN
MAROS, melakukan rujukan pelayanan kesehatan baik secara horisontal
maupun secara vertikal ke rumah sakit terdekat , seperti Rumah Sakit AURI
dr. DODY SARJOTO, atau ke Rumah Sakit yang ada di Makassar.
Juga melaksanakan rujukan balik ke fasilitas kesehatan yang telah
melakukan rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah dr.La Palaloi Kab.Maros.
BAB V
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)
A. Definisi
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di UPTD Rumah Sakit Umum
Daerah dr.La Palaloi
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
1. Hak Pasien
Pasien/keluarga pasien mempunyai hak mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD
D. Program Pengamanan
1. Program pengamanan Fasilitas dan Peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua peralatan
untuk pertolongan maternal dan perintal anata lain : alat-alat listrik, gas medis
(O2), AC, saluran udara (ventilasi), peralatan anasthesi, alat-alat gawat
darurat, dan alat-alat resusitasi. Daerah pengaman listrik paling sedikit
diperiksa 2 (dua) bulan sekali dan catat daerah-daerah yang diperiksa,
prosedur yang diikuti dan hasilnya harus disimpan dengan baik. Alat-alat itu
harus dipelihara oleh teknisi yang terlatih. Bila mungkin pemeliharaan oleh
ahli teknik atau konsultan dari luar rumah sakit
E. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden
Keselamatan”
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi
labih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Dari keseluruhan
kasus baru 25 % terjadi di Negara-negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat
bekerja maksimal
B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”
A. Indikator Mutu
Indikator mutu yang digunakan di UPTD Rumah Sakit Umum Daerah dr.La Palaloi
Kab. Maros dalam memberikan pelayanan adalah :
1. Indikator kecepatan penanganan pertama pasien gawat darurat
a. Waktu tunggu pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (5 menit)
b. Waktu tunggu sebelum operasi cito sc ( < 30 menit)
c. Waktu tunggu pelayanan Darah (tranfusi < 1 jam)
2. Indikator Pelayanan Ibu dan Bayi
a. Angka kematian ibu karena eklamsia
b. Angka kematian ibu karena perdarahan
c. Angka kematian ibu karena sepsis
d. Angka kematian bayi dengan BBLR > 2000 gram
e. Penatalaksanaan kasus Perdarahan Post partum
f. Penatalaksanaan Kasus Preeklamsia/Eklamsia
g. Pelaksanaan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
h. Pelaksanaan PMK
i. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Indikator tersebut dilaporkan setiap bulan dalam laporan kerja bulanan, dan
dilaksanakan evaluasi setiap enam bulan sekali.
Pedoman ini dibuat untuk memberikan arahan tindakan Bagi Tim PONEK 24 jam
Rumah Sakit Umum Daerah dr.La Palaloi Kab. Maros. Dengan demikian Pedoman
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) ini harus
dilaksanakan dengan disertai tekad dan kemauan yang kuat guna mengurangi dua
per tiga (2/3) tingkat kematian anak-anak usia dibawah 5 tahun, mengurangi tiga per
empat (3/4) rasio kematian ibu dalam proses melahirkan, serta meningkatkan mutu
pelayanan PONEK UPTD Rumah Sakit Umum Daerah dr.La Palaloi Kab. Maros.
DIREKTUR,