PANDUAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT BUAH HATI CIPUTAT
NOMOR: 003.15/PER/DIR/BHC/VII/2022
TENTANG
ii
Rumah Sakit Buah Hati Ciputat;
6. Keputusan Direktur PT Buah Hati Medika Nomor
003/Per/Dir/BHM/I/2022 tentang Pengangkatan dr. Rianayanti
Asmira Rasam, M.A.R.S. sebagai Direktur Rumah Sakit Buah Hati
Ciputat.
MEMUTUSKAN
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. DEFINISI 1
BAB V DOKUMENTASI 23
A. PENCATATAN DAN PELAPORAN 23
iv
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Buah Hati Ciputat
Nomor : 003.15/PER/DIR/BHC/VII/2022
Tanggal : 20 Juli 2022
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Neonatal (AKN) di Indonesia masih tertinggi diantara negara ASEAN dan
penurunannya sangat lambat. AKI dari 390/100.000 kelahiran hidup (SDKI tahun
1994), menjadi 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Demikian pula
AKN 28,2/1000 kh 1987-92 menjadi 21,8/1000 kelahiran hidup pada tahun 1992-
1997.
Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti Berat
Badan Lahir Rendah (40,4%), asfiksia (24,6%) dan infeksi (sekitar 10%). Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan
mengobati. Sedangkan kematian ibu umumnya disebabkan perdarahan (25%), infeksi
(15%), pre-eklampsia / eklampsia (15%), persalinan macet dan abortus. Mengingat
kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses
persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu. Pelayanan
obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan
bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit.
Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam
pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK
adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana,sarana dan
manajemen yang handal. Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga
kesehatan memerlukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien.
B. DEFINISI
1. Maternal adalah jangka waktu dari mulai kehamilan, bersalin sampai masa nifas
(42 hari setelah melahirkan).
1
2. Perinatal adalah jangka waktu dari masa konsepsi sampai 7 hari setelah lahir;
sebagai batasan operasional, periode perinatal dimulai pada usia kehamilan 28
minggu hingga bayi baru lahir sampai 7 hari.
3. Neonatal adalah periode bayi baru lahir sampai usia 28 hari
4. Kematian maternal adalah kematian seorang wanita hamil atau yang dalam 42
hari sesudah melahirkan, tidak pandang usia dan letak kehamilan, disebabkan
atau berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
disebabkan kecelakaan.
5. Kematian perinatal adalah kematian yang terjadi pada janin dalam kandungan
mulai usia kehamilan 28 minggu sampai bayi baru lahir usia 0-7 hari.
6. Kematian neonatal adalah kematian yang terjadi pada bayi baru lahir (0-28 hari
setelah lahir).
7. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram, yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam
pertama setelah lahir.
8. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
9. PONEK adalah Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif RS 24 jam
yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu
hamil/ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau
atas rujukan, Bidan, Puskesmas dan Puskesmas PONED.
10. ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan terpisah yang berada di dalam
rumah sakit yang dikelola khusus untuk merawat pasien sakit berat dan kritis
dengan melibatkan tenaga terlatih khusus serta didukung dengan peralatan
khusus.
11. NICU (Neonatal Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan terpisah yang
berada di dalam rumah sakit yang dikelola khusus untuk merawat bayi sakit
atau prematur dengan melibatkan tenaga terlatih khusus serta didukung dengan
peralatan khusus.
2
BAB II RUANG LINGKUP
A. UPAYA PONEK
1. Stabilisasi di IGD dan persiapan untuk pengobatan definitif
1. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan
2. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sektio caesaria
3. Perawatan intensif ibu dan bayi.
4. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi
6
Daftar Ketenagaan Tim PONEK RS
No Jenis Tenaga Tugas Jumlah
1 Dokter spesiallis Obstetri & Penanggung jawab pelayanan kesehatan 1
Ginekologi maternal & neonatal
2 Dokter spesialis Anak Pelayanan kesehatan perinatal & anak 1
3 Dokter spesialis Anastesi Pelayanan anestesi 1
4 Dokter Umum Penyelenggaraan pelayanan medic 1
5 Bidan ketua tim Koordinator asuhan pelayanan kesehatan 1
6 Bidan pelaksana Pelayanan asuhan kebidanan 1
7 Perawat pelaksana Asuhan keperawatan 1
8 Petugas laboratorium Pelayanan pemeriksaan penunjang 1
9 Pekarya kesehatan Membantu pelaksanaan pelayanan 1
kesehatan
10 Petugas administrasi Administrasi dan keuangan 1
F. RUANGAN MATERNAL
1. Kamar Bersalin
a. Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi
b. Ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
c. Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
d. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
e. Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.
f. Kamar bersalin dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke
ruang rawat (post partum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan
dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
g. Kamar mandi-toilet berhubungan kamar bersalin.
h. Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
i. Fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
j. Tiap pasien punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke koridor).
k. Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obsgin, kursi
pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile
dan troli emergensi.
l. Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar
bersalin.
m. Ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care: untuk kuret, penjahitan
dsb berisi: meja operasi lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi
kecil, wastafel cuci tangan operator, mesin anestesi, inkubator, perlengkapan
kuret.
n. Ruang tunggu bagi keluarga pasien
2. Unit Perawatan Intensif
9
a. Unit ini harus berada disamping ruang bersalin, atau setidaknya jauh dari
area yang sering dilalui.
b. Di ruang dengan beberapa tempat tidur.
c. Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang
dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok beban
listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
G. RUANGAN NEONATAL
1. Unit Perawatan Intensif
a. Unit ini harus berada di samping ruang bersalin, atau setidaknya jauh dari
area yang sering dilalui,
b. Harus ada tempat untuk isolasi bayi di area terpisah
c. Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang dipasang dengan
tepat untuk peralatan listrik,
2. Unit Perawatan Khusus
a. Unit ini harus berada di samping ruang bersalin, atau setidaknya jauh dari
area yang sering dilalui
b. Minimal ruangan berukuran 12 m (4 m untuk masing-masing pasien)
c. Harus ada tempat untuk isolasi bayi di tempat terpisah
d. Paling sedikit harus ada jarak 1 m antara inkubator atau tempat tidur bayi
3. Area laktasi
H. RUANG OPERASI
1. Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio cesarea dan laparotomi.
2. Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m 2 dengan lebar minimum 4
m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang kurangnya ada sebuah bagi
bagian kebidanan.
3. Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Didalam kamar
operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator dan perlengkapan dewasa
dan bayi.
4. Recovery Room (RR) ialah ruangan bagi pasien pasca bedah, sekurang-
kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah: meja, kursi perawat,
10
lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medik,
inkubator bayi, troli darurat.
5. Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
6. Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta
telepon. Sekurang kurang ada 4 sumber listrik/bed.
7. Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi :
a. Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas orang.
b. Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih- ruang ini berfungsi
membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci wastafel
besar untuk cuci tangan dan fasilitas air panas/dingin. Ada meja kerja dan
kursi-kursi, troli-troli.
c. Saluran pembuangan kotoran/cairan.
d. Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi
e. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf
besar berguna bila darurat.
f. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
g. Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di depan
kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak
membuat basah lantai. Air cuci tangan haruslah steril.
h. Kamar ganti: pria dan wanita.
i. Kamar jaga dokter.
j. Ruang tempat brankar.
I. RUANGAN PENUNJANG
1. Ruang perawat/bidan
2. Kantor perawat
3. Ruang rekam medis
4. Toilet staf
5. Ruang staf medik
6. Ruang loker staf/perawat
7. Ruang rapat/konferensi
11
8. Ruang keluarga pasien
9. Ruang cuci
10. Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
11. Gudang peralatan
12. Ruang kotor peralatan harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang ini
mempunyai tempat cuci dengan air panas-dingin, ada meja untuk kerja.
13. Ruang obat: wastafel, meja kerja dsb. Ruang linen bersih.
K. PERALATAN ESENSIAL
1. Peralatan Maternal Essensial
No Jenis Peralatan Jumlah
1 Kotak resusitasi :
Balon yang bisa mengembang sendiri berfungsi baik 1
Bilah laringoskop berfungsi baik 1
Batre AA (cadangan) untuk bilah laringoskop 1
12
No Jenis Peralatan Jumlah
Pipa minuman/sedotan 1
Alat suntik 1, 2 ½, 3, 5, 10, 20 cc 1
Ampul epinefrin/adrenalin 1
NaCL 0,9%/RL 1
MgSO4 40% 1
14
M. SISTEM INFORMASI
PONEK merupakan suatu program pelayanan dimana setiap unsur tim yang ada di
dalamnya melakukan fungsi yang berbeda, sangat membutuhkan keterpaduan,
kecepatan dan ketepatan informasi yang ditujukan kepada peningkatan mutu,
cakupan dan efektifitas layanan kepada masyarakat.
Keberadaan sistem informasi ditujukan untuk medukung proses pelaksanaan
kegiatan pelayanan di rumah sakit dalam rangka pencapaian misi yang ditetapkan.
Sistem informasi dimaksud pada PONEK adalah:
1. Sistem informasi sehubungan dengan PONEK yang sejalan dengan visi dan misi
rumah sakit
2. Sistem informasi yang dapat mengintegrasikan seluruh data penting dari kamar
bersalin dan ruang neonatal yang melaksanakan PONEK yang dapat diakses
secara transparan melalui workstation.
3. Sistem informasi yang mampu memberikan peningkatan mutu pelayanan PONEK
bagi pasien, yaitu dengan tersedianya data PONEK yang lengkap dan akurat.
4. Sistem informasi yang dapat mendukung mekanisme pemantauan dan evaluasi.
5. Sistem informasi yang dapat membantu para pengambil peraturan dengan
adanya ketersediaan data yang lengkap, akurat dan tepat waktu.
6. Sistem informasi yang dapat mendukung kegiatan operasional (rutin) serta dapat
meminimalkan pekerjaan yang kurang memberikan nilai tambah, meningkatkan
kecepatan aktivitas rumah sakit serta dapat menciptakan ‘titik kontak tunggal’
atau case manager bagi pasien.
7. Sistem informasi yang dapat memberdayakan karyawan (empowering).
8. Sistem informasi yang dapat mengakomodasi aktivitas yang dibutuhkan untuk
keperluan penelitian dan pengembangan keilmuannya di bidang obstetri dan
ginekologi dengan ketersediaan teknologi informasi yang mampu untuk
memperoleh, mentransmisikan, menyimpan, mengolah atau memproses dan
menyajikan informasi dan data baik data internal maupun data eksternal.
Pelayanan ibu dan bayi berupa 10 langkah menuju perlindungan Ibu dan Bayi
secara terpadu dan paripurna yaitu sebagai berikut:
15
a. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu dan bayi termasuk pemberian ASI eksklusif dan Perawatan
Metode Kangguru (PMK) untuk bayi Berat Badan Lahir Rendah.
b. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan
maternal dan neonatal.
c. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi
baru lahir dengan Inisiasi menyusui dini dan kontak kulit ibu-bayi.
d. Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK)
e. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk
membantu ibu menyusui yang benar, dan pelayanan neonatus sakit.
f. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring
rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
g. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang
h. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi lainnya.
i. Menyelenggarakan Audit Maternal dan Perinatal Rumah Sakit secara periodik
dan tindak lanjut.
j. Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti
pemberian ASI eksklusif dan PMK.
16
BAB III KEBIJAKAN
A. Kebijakan Umum
1. Regionalisasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal adalah suatu sistem pembagian
wilayah kerja rumah sakit dengan cakupan area pelayanan yang dapat dijangkau
oleh masyarakat dalam waktu kurang dari 1 jam, agar dapat memberikan
tindakan darurat sesuai standar. Regionalisasi menjamin agar sistem rujukan
kesehatan berjalan secara optimal.
2. Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana
pelayanan primer kepada sarana kesehatan sekunder dan tersier.
3. Rumah Sakit PONEK 24 Jam adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan
terintegrasi 24 jam.
4. Setiap pasien inpartu, ibu dengan kegawat daruratan obstetri ditangani melalui
IGD, untuk selanjutnya dilakukan tindakan di Kamar Bersalin
5. Pasien inpartu adalah keadaan ibu hamil dengan disertai tanda-tanda persalinan
berupa: 1) kontraksi yang timbul minimal 2 kali dalam 10 menit dan lama
kontraksi 20 detik; 2) keluarnya darah dan atau lender (bloedslijm); atau 3)
keluarnya cairan ketuban.
6. Setiap neonatus yang lahir dari ibu yang mengalami kegawat daruratan obstetri
di Rumah Sakit, dilakukan pelayanan rawat gabung di ruang rawat inap,
sedangkan neonatus bermasalah (asfiksia sedang sampai berat / AS < 8) diunit
neonatologi level 2.
7. Tenaga profesional yang terlibat dalam PONEK meliputi dokter, bidan dan
perawat telah mengikuti pelatihan PONEK, meliputi resusitasi neonatus,
kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus.
8. Adanya dukungan semua pihak dalam pelayanan PONEK, antara lain dokter
kebidanan, dokter anak, dokter/petugas anastesi, dokter penyakit dalam, dokter
spesialis lain serta dokter umum, bidan dan perawat.
9. Tersedianya pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK, seperti
laboratorium dan radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat dan alat
penunjang yang selalu siap sedia.
17
B. Kebijakan Khusus
1. Kegawatdaruratan obstetri adalah asesmen/penentuan diagnosis dan penentuan
rencana pelayanan pasien obstetri emergensi dilakukan oleh dokter spesialis
obstetri, dan atau dokter umum, dan atau bidan jaga (diutamakan yang telah
mengikuti pelatihan PONEK).
2. Asesmen pasien dengan inpartu di IGD juga meliputi kondisi janin berupa
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) oleh dokter dan atau bidan di IGD.
3. Apabila didapatkan kegawatdaruratan janin, maka ditetapkan rencana pelayanan
terhadap neonatus yang akan dilahirkan, meliputi persiapan sarana dan
prasarana penanganan kegawatdaruratan janin tersebut.
4. Penanganan persalinan pada ibu inpartu dengan pembukaan lengkap dan kepala
sudah dalam keadaan crowning, dilakukan oleh dokter IGD dan atau bidan Kamar
Bersalin di IGD.
5. Observasi pasien inpartu Fase Laten dilakukan di Unit Rawat Inap, sedangkan
Fase Aktif dilakukan di Kamar Bersalin oleh bidan dengan melakukan asesmen
lanjutan dan penentuan rencana pelayanan.
6. Kegawatdaruratan neonatus meliputi kegawatdaruratan jalan napas, kejang pada
neonatus, perdarahan, penyakit jantung bawaan dan kelainan bawaan lainnya
yang berhubungan dengan asupan.
7. Neonatus yang baru dilahirkan segera mendapatkan ASI sejauh tidak ada kontra
indikasi ibu dan neonatus.
8. Neonatus hanya mendapatkan ASI dari ibunya sampai dengan usia 6 bulan.
Apabila sampai dengan 24 jam ibu tidak dapat memproduksi ASI maka atas
instruksi dokter spesialis anak, dapat diberikan pemberian Pengganti ASI yang
sesuai kondisi medis dan disediakan di Unit Farmasi RS.
9. Bayi dengan kondisi fisiologis baik dari persalinan normal atau patologis per
vaginam dan atau per abdominam dilakukan rawat gabung dengan ibunya dan
segera mendapatkan ASI.
18
BAB IV TATA LAKSANA
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS dan
Standar Prosedur Operasional.
B. SISTEM PEMBIAYAAN
Pembiayaan untuk pelayanan maternal & perinatal ditetapkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku atas dasar jenis pelayanan dan kelas perawatan. Sistem
pembiayaan:
1. Sumber
a. Biaya sendiri
b. Asuransi: Askes, Askes sukarela
c. Perusahaan
d. Lain-lain
2. Pola tarif terdiri dari
a. Konsul dokter
b. Tindakan:
1) Jasa medik
2) Jasa Rumah Sakit
3) Bahan dan alat
20
a. Rujukan pasien
Rujukan pasien internal adalah rujukan antar spesialis dalam satu rumah
sakit. Rujukan ekstenal adalah rujukan antar spesialis keluar rumah sakit
dengan mengikuti sistem rujukan yang ada.
b. Dapat berupa permintaan kepada unit yang lebih mampu atau bantuan
kepada unit yang kurang mampu untuk menyelesaikan suatu masalah
tertentu, yang tidak dapat diatasi sendiri.
2. Sistem pelayanan menerima rujukan maternal dan perinatal
Bila ada pasien yang dirujuk dari Puskesmas/BPS, berpedoman kepada prosedur
rujukan di dalam rumah sakit dan mekanisme kerja dibagian/instalasi Anak dan
Obstetri & Ginekologi. Rujukan eksternal mengikuti mekanisme rujukan sesuai
jenjang pelayanan.
a. Persiapan menerima Pasien:
1) Menyiapkan petugas yang terlatih untuk menerima pasien.
2) Memberitahu penjelasan kepada pasien dan pihak keluarga tindakan yang
akan dilakukan di rumah sakit adalah untuk menyelamatkan ibu dan
bayinya.
3) Pada saat menerima pasien rujukan harus ada surat rujukan dan resume
medik pasien meliputi: riwayat penyakit, penilaian kondisi pasien yang
dibuat saat kasus diterima perujuk, tindakan atau pengobatan yang telah
diberikan dan keterangan lain yang perlu atau ditemukan sehubungan
dengan kondisi pasien.
21
3. Mekanisme Alur Meneripma Pasien Rujukan Maternal & Neonatal
IGD
MATERNAL
UNIT
NEONATOLOGI
FARMASI
ICU/NICU
22
BAB IV DOKUMENTASI
24