Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan “Pedoman Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif ( PONEK ).”
Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif ( PONEK ) Rumah
Sakit St.Gabriel Kewapante selama menyusun Pedoman Pelayanan Ponek dalam rangka
memberikan acuan bagi semua jajaran di RS.St.Gabriel Kewapante dalam memberikan
pelayanan yang bermutu kepada setiap pasien.
Ucapan terima kasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan dan penerbitan pedoman ini. Semoga keinginan untuk
dapat lebih meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat tercapai.
Pedoman ini tentu saja masih belum dapat memuat semua prosedur pelayanan PONEK
karena keterbatasan ilmu dan referensi yang ada pada kami. Oleh karena itu permohonan
maaf kami haturkan apabila dalam penyusunan pedoman ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
BAB V LOGISTIK................................................................................................ 22
BAB IX PENUTUP................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Pedoman PONEK RS.St.Gabriel Kewapante untuk memberikan kejelasan dalam
petunjuk pelaksanaan pedoman PONEK berdasarkan standar akreditasi Rumah Sakit.
2. Pedoman PONEK agar dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan dalam pemberian
asuhan medis dan keperawatan kepada ibu dan bayi baru lahir secara terkoordinasi
selama kehamilan dan persalinan, bayi baru lahir dan keluarga setelah kelahiran. Dan
untuk mengurangi dua pertiga (2/3) tingkat kematian anak-anak usia dibawah 5 tahun.
Serta mengurangi tiga per empat (3/4) rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
a. Pelayanan Kehamilan
b. Pelayanan Persalinan normal
c. Pelayanan Nifas
d. Pojok Laktasi
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologis
1
a.Asuhan Bayi Baru Lahir Normal (level I)
b.Inisiasi Menyusui Dini
c.Penggunaan ASI eksklusif
d.Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
E. Landasan Hukum
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Memiliki Tim PONEK esensial yang terdiri dari :
1. 2 dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
2. 2 dokter Spesialis Anak
3. 2 dokter di Unit Gawat Darurat
4. 3 orang bidan ( 1 koordinator dan 2 penyedia )
5. 2 orang perawat.
b. 1 Perawat Anesthesi
c. 6 Bidan Pelaksana
3
e. 1 Petugas Laboratorium ( setingkat Analis )
f. 1 Petugas Radiologi
g. Petugas Administrasi
h. Tenaga Elektronik
Staf :
1. Dokter Spesialis Anak yang telah mengikuti pelatihan khusus PONEK, harus tersedia /
dapat dihubungi 24 jam.
2. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, harus tersedia / dapat dihubungi 24 jam.
3. Dokter Spesialis Anesthesi, harus tersedia/ dapat dihubungi 24 jam.
4. Dokter dan perawat harus terlatih dalam asuhan neonatal ( ASI, Resusitasi Neonatus,
kegawat daruratan neonatus). Tim UGD sebaiknya sebagai pemeriksa awal dan cepat
untuk menemukan kegawat daruratan dan melakukan tindakan stabilisasi untuk
penyelamatan jiwa, sedangkan tindakan definitif sebaiknya dilakukan di Kamar Bersalin.
5. Rasio perawat : pasien = 1 : 2-4 dalam setiap tugas jaga.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan yang berhubungan dengan pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif
:
1. Ruang Bersalin ( VK )
2. Ruang Nifas
3. Ruang Bayi
4. Poli Kebidanan dan Kandungan
5. Poli Anak
B. Standar Fasilitas
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK harus dipenuhi
hal hal sebagai berikut :
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman.
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap.
3. Ruang pulih / observasi pasca tindakan
Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal.
C. Kriteria Umum Ruangan :
1. Struktur Fisik
a. Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2
b. Lantai harus ditutup dengan laantai porselen atau plastic
c. Dinding harus ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yang bisa dicuci
atau dilapis keramik.
d. Langit-langit dicat dengan cat yang bisa dicuci.
e. Unit harus memiliki area untuk menyiapkan susu dan area laktasi.
f. Minimal tersedia 6 outlet listrik untuk setiap pasien
g. Harus ada 1 lemari dan meja untuk penyimpanan bahan di ruangan
h. Harus tersedia kulkas khusus untuk susu.
2. Kebersihan
a. Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan mudah.
b. Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit
c. Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan, instrumen, pintu, jendela,
dinding, steker listrik, dan langit-langit
5
3. Pencahayaan
a. Pencahayaan harus memadai dan sesuai dengan area dalam ruangan
b. Pencahayaaan harus terang dan memadai baik cahaya alami atau buatan atau listrik
c. Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk
d. Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua
lampu berfungsi baik dan kokoh.
e. Tersedia lampu emergensi
f. Harus ada cukup lampu untuk neonates
4. Ventilasi
a. Ventilasi, dapat mencakup sumber alami (jendela), harus cukup jika
dibandingkan dengan ukuran ruang.
b. Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik.
c. Diperlukan pendingin ruangan, suhu ruangan dipertahankan pada 24-26 derajat
Celsius.Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri).
d. Pencucian tangan :
Tersedia 1 wastafel ( ukuran 50 cm x 60 cm x 15 cm ) dengan campuran air panas
dan dingin ( bila memungkinkan), kran harus dapat dibuka dengan siku.
Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau desinfektan yang
dikendalikan dengan siku atau kaki.
Wastafel, keran air dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari
lantai dan dinding).
Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka.
Harus ada handuk (kain bersih) atau tissue sekali pakai untuk mengeringkan tangan,
diletakkan di sebelah wastafel.
Di ruangan perawatan neonatus, untuk setiap 3 inkubator harus tersedia 1 wastafel.
D. Kriteria Khusus Ruangan :
Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus di ruang lebih dari satu tempat tidur, jarak
tempat tidur dengan wastafel paling jauh 6 meter dan paling dekat 1 meter.
1. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus / UGD
a. Paling kecil, ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit Perawatan Khusus.
b. Kamar di Unit Gawat Darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat lain. Sifat
privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayi.
c. Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi dan apabila
perlu menolong partus darurat serta ressuscitasi.
d. Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan peralatan resusitasi
lengkap
6
e. Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar persiapan peralatan
(linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga,ruang sterilisator dan jalur ke
ruang bersalin terletak saling berdekatan dan merupakan bagian dari unit gawat
darurat.
f. Masing-masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal paling kecil berukuran 6 m2.
2. Ruang Maternal
Kamar Bersalin
a. Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
b. Luas minimal : 6m2 per orang. Berarti bagi pasien; 1 pasien, 1 penunggu dan 2
penolong, diperkirakan 4 x 4 m2 = 16 m2.
c. Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 ( 6 m2 untuk masing-masing pasien).
d. Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
e. Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
f. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang
g. Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada keharusan
melintas pada ruang bersalin.
h. Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum
i. Kamar Bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk memudahkan
transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
j. Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala 1, kala 2, dan kala
1) yang berarti setiap pasien diperlukan utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama
bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan maka diperlukan 2 kamar kala
1 dan sebuah kamar kala 2.
2) Kamar Bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat ( nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke ruang
rawat ( post partum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa
ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
3) Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan kamar bersalin
k. Ruang post partum harus cukup luas, standar : 8 m2 per tempat tidur ( bed) alam
kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal : 10 m2.
l. Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari.
m. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimum 1m s/d 2 m
dan antar dinding 1m.
n. Jumlah tempat tidur per-ruangan maksimum 4-5.
o. Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
p. Harus ada fasuilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
q. Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke koridor).
r. Kamar pasien/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgyn, kursi pemeriksaan, meja,
kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile, dan troli emergensi.
7
s. Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangan 11 m2. Bila ada beberapa
tempat tidur maka per pasien memerlukan 7m2. Perlu disediakan toilet yang dekat
dengan ruang periksa.
t. Ruang perawat-nurse station- berisi: meja, telepon, lemari berisi perlengkapan
darurat/obat.
u. Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar bersalin.
v. Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one day care: untuk kuret, penjahitan dan
sebagainya berisi: meja operasi lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi
kecil, wastafel cuci operator, mesin anestesi, inkubator, perlengkapan kuret (Manual
Vacum Aspiration) dsb.
w. Ruang tunggu bagi keluarga pasien: minimal 15 m2, berisi meja, kursi-kursi serta
telepon.
3. Ruang Neonatal
Unit Perawatan Neonatal Normal
a. Ruangan terpisah (ruang rawat neonatus) atau rawat gabung ibu-bayi harus tersedia di
semua RS atau pusat kesehatan dengan unit atau ruang bersalin (tidak memandang
berapa jumlah persalinan tiap hari)
b. Jumlah box bayi harus melebihi jumlah persalinan rata – rata setiap hari.
c. Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24-260C). Unit Perawatan Neonatal dengan
Risiko Tinggi Level II
a. Unit asuhan khusus harus dekat dengan ruang bersalin, bila tidak memungkinkan
kedua ruangan harus berada di gedung yang sama dan harus jauh dari tempat lalu
lintas barang/orang.
d. Area terpisah
g. Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang dengan tepat
untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan,
aman, dan berfungsi baik.
h. Minimal harus ada jarak 1 m antar inkubator atau tempat tidur bayi.
i. Area Laktasi Minimal ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi, wastafel dan
tempat sampah
8
4. Ruang Operasi
a. Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan laparotomia.
b. Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar minimum 4 m, di
luar fasilitas: lemari pendingin. Unit ini sekurang kurangnya ada sebuah bagi bagian
kebidanan.
c. Harus disediakan unit komunikasi dengankamar bersalin. Di dalam kamar operasi
haru tersedia: pemancar panas, inkubator, dan perlengkapan resusitasi dewasa dan
bayi.
d. Ruang resuitasi ini berukuran 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
e. Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan luas 8 m2/bed, sekurang
kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah: meja, kursi perawat,
lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medis, inkubator
bayi, troli darurat.
f. Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
g. Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi serta
telepon. Sekurang – kurangnya ada 4 sumber listrik/bed.
h. Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
Nurse Station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawasan lau lintas orang.
Ruang kerja-kotor terpisah dari ruang kerja bersih- ruang ini berfungsi
membersihkan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci wastafel besar
untuk cuci tangan dan fasilitas air panas/dingin. Ada meja kerja, kursi, dan troli.
Saluran pembuangan kotora/cairan.
Kamar pengawas OK: 10 m2.
Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi, meja, dan toilet.
Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi.
Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk 2 orang, terdapat di depan kamar
operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak membuat basah
lantai. Air cuci angan dianjurkan air steril yang mengalir.
Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju dan
perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
Ruang gas/tabung gas.
Gudang alat anestesi: alat dan mesin yang sedang direparasi-dibersihkan, meja
dan kursi.
Gudang 12 m2: terdapat alat – alat kamar bersalin dan kamar operasi.
9
Kamar ganti: pria dan wanita masing – masing 12m2, berisi loker, meja, kursi,
dan sofa/tempat tidur. Ada toilet 3m2.
Kamar diskusi bagi para staf dan paramedik: 15m2.
Kamar jaga dokter: 15m2.
Kamar paramedik: 15m2.
Kamar rumatan rumah tangga (house keeping): berisi lemari, meja, kursi,
peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan, dsb.
Ruang tempat branker dan kursi dorong.
Level II
a. Harus ada dua tabung oksigen dan empat tabung medical air, masing-masing satu
regulator dan pengatur aliran.
- Aliran (jika ada oksigen dan medical air dengan sistem pipa di dinding, lihat
standar tingkat III/NICU)
- Tabung oksigen dan medical air cadangan harus selalu terisi penuh
- Harus ada pengatur kadar oksigen dan medical air
b. Lampu darurat
e. Timbangan bayi
Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik di setiap ruangan
f. Alat/Instrumen
- Harus ada ektraktor vakum yang berfungsi baik
- Ada forceps naegle
- Ada AVM (Aspirasi Vakum Manual)
- Harus ada pompa vakum listrik yang dapat dibawa dengan pengatur hisapan,
selang dan reservoar bersih atau kanister sebagai cadangan
g. Pulse Oximeter
i. Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber listrik sebanyak
4 pada titik yang berbeda.
12
F. Jenis Peralatan Neonatal
1. Minimal 1 inkubator termasuk inkubator asuhan intensif
Level II dengan asumsi 1 ruangan minimal 12 m2, dengan maksimal 1 inkubator
tersedia:
1 unit terapi sinar
1 alat pemantau kardio-respirasi
1 pulse oksimeter
1 syringe pump
8 steker untuk setiap incubator
Untuk setiap inkubator harus tersedia:
1 outlet oksigen pada Level II
1 outlet udara bertekanan pada level II
1 penghisap pada level II
2. 2 unit alat terapi sinar konvensional dan atau intensif
3. 1 alat pengukur ikterus
4. Alat pemeriksa glukosa
5. Tabung oksigen cadangan/konsentrator oksigen
6. Tabung medical air cadangan
7. Perangkat resusitasi
8. Analisis Gas Darah
9. Lemari es untuk penyimpanan ASI perah
13
BAB IV
TATA LAKSANA
a. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas, termasuk laryngoscope bayi
dan dewasa.
b. Alat hisap / suction baik sentral maupun portable
c. Peralatan akses vaskuler
d. Peralatan monitor invasif dan non invasive
e. Defibrilator dan alat pacu jantung.
f. Alat pengatur suhu pasien
g. Peralatan drain thorak
h. Pompa infus dan pompa syringe
i. Peralatan portable untuk transportasi
j. Tempat tidur khusus dan incubator
k. Timbangan Bayi dan timbangan dewasa
l. Lampu untuk tindakan dan lampu terapi sinar.
Peralatan lain ( Peralatan hemodialisis dan lain-lain) untuk prosedur diagnosis dan
14
atau terapi khusus tersedia bila secara klinis ada indikasi dan untuk mendukung fungsi
perawatan intensif.
2. Peralatan
15
Mesin isap
EKG dan Defibriliator
Oksigen dinding ( outlet )
Perlengkapan perslinan : partus set, vakum, forsep
Alat Resusitasi dewasa dan bayi
Wastafel dan air mengalir dan antiseptik
Alat komunikasi dan telpon ke Kamar Bersalin
Nurse station dan lemari rekam medic
Penanganan pasien maternal dan neonatal yang datang ke IGD dilakukan sesuai alur
pelayanan IGD dan Triase.Bila pasien dalam keadaan gawat darurat maka akan langsung
diberikan pertolongan di IGD, sementara keluarga/ penanggung jawab pasien melakukan
pendaftaran di Bagian Registrasi.Setelah dilakukan stabilitas di IGD akan dikonsulkan ke
DPJP untuk perawatan / tindakan lebih lanjut.
D. Penanganan Kegawat Darutan Neonatal diRuang Kebidanan
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di Ruang observasi bayi mengacu pada Buku Pedoman
Penyelenggaraan PONEK di Rumah Sakit Kementrian RI Tahun 2012 untuk
penunjang kegiatan pelayanan terhadap kegawatan neonatal.
Peralatan yang dimiliki Ruang Observasi Bayi terdiri dari :
Oksimetri
Alat Hisap/Suction baik sentral maupun portable
Pompa infus dan pompa syringe
16
Babby Pulmotor
Foto terapi
Timbangan bayi
Lampu Tindakan
Oksigen Tabung
Set Umbilical Catheter
17
E. Penanganan Kegawatan Maternal di Ruang Kebidanan
1. Fasilitas dan Sarana
Pelayanan kegawatan maternal di RSU Tanjung Selamatterdiri dari dua layanan yaitu
Ruang Bersalin dan Ruang Rawat Ibu, yang menempati Ruang Nusa Indah dengan
kapasitas:
- Ruang Bersalin : 1 bed untuk partus, 1 bed untuk tindakan ginekologi.
- Ruang Rawat Ibu : 1 kamar kelas III dengan kapasitas tempat tidur 10 tempat
tidur
Sarana yang ada di Ruang Kebidanan adalah area pasien dengan luas 12,25
m2/tempat tidur dengan jarak antar tempat tidur adalah 85 cm, masing-masing tempat
tidur terdapat satu outlet oksigen dan stop kontak 2 buah.
2. Peralatan
Peralatan yang tersedia di ruang kebidanan mengacu pada Buku Standar Pelayanan
Rumah Sakit Kemenkes RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap kegawatan
maternal.
Peralatan yang dimiliki :
- Ruang Bersalin :
Tempat tidur untuk melahirkan ( birthing bed)
Mesin Penghisap ( Suction )
Meja Ginekologi
Partus Set
Peralatan partus dengan penyulit( vakum,forcep dll)
Lampu Sorot
Bed side monitor
Alat untuk cauterisasi
Doppler untuk bunyi jantung janin
Kulkas Obat
Ruang Rawat Ibu
Timbangan BB
Doppler
Mesin EKG
Trolly Obat Emergensi
Alat Resusitasi lengkap
Lemari Obat
Lemari penyimpanan alat 2 dan linen bersih
18
Oksigen tabung
19
Tidak semua kasus Gawat Darurat Obstetri dapat dideteksi & dicegah, namun skrining
kehamilan Risiko Tinggi dapat dipakai untuk mendeteksi beberapa kasus, bahkan
mencegah terjadinya kasus Gawat Darurat.
Masa Antenatal
Masa Intranatal
20
- Distosia bahu
- Prolapsus talipusat
- Placenta manual
- Perbaikan robekan cervix
- Perbaikan robekan vagina dan perineum
- Perbaikan robekan dinding uterus
- Reposisi inversion uteri
- Histerektomi
- Sukar bernafas
- Kompresi bimanual dan aorta
- Dilatasi dan Kuretase
- Ligase arteri uterine
- Anastesia umum dan local untuk seksio sesaria
- Anastesia spinal
- Blokpudendal
21
2. Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut /Kehamilan ektopik
- Pasien ditempatkan di Ruang Bersalin
- Dilakukan identifikasi
- Lakukan anamnesa kapan hari pertama haid terakhir/HPHT
- Pemeriksaan tanda-tanda vital (Suhu ,Nadi, Tensi, Pernafasan)
- Lakukan pemeriksaan pengeluaran /perdarahan
- Kaji tingkat nyeri pasien dengan skala nyeri
- Anjurkan pasien untuk tirah baring
- Laporkan kepada dokter jaga ruangan atau dokter penanggung jawab pasien /DPJP
22
- Pasien ditempatkan di ruang bersalin
- Dilakukan identifikasi
- Lakukan anamnesa kapan HPHT
- Lakukan pemeriksaan TTV (suhu,nadi,tensi,pernafasan)
- Lakukan palpasi untuk mengetahui TFU,letak janin
- Observasi perdarahan
- Observasi Bunyi jantung janin
- Anjurkan pasien untuk tirah baring
- Berikan obat obat untuk mengurangi perdarahan sesuai instruksi dokter
- Laporkan kepada dokter jaga ruangan /DPJP
23
BAB V
LOGISTIK
24
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah disiplin ilmu yang relatif baru dalam bidang
ilmu kesehatan yang menekankan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error guna
mencegah terjadinya efek medikasi yang tidak dikehendaki. Dengan mempertimbangkan bahwa
kesalahan medikasi melibatkan 1 dari 10 pasien di seluruh dunia, maka World Health
Organization (WHO) menetapkan bahwa keselamatan pasien merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan.
1. Tujuan
a. Menurunnya IKP (Insiden Keselamatan Pasien KNC, KTD dan Kejadian Sentinel)
b. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di RSTS
c. Menuntun pekerja RSTS dalam upaya menerapkan Sistem Pelaporan IKP sesuai dengan
alur pelaporan
d. Mengarahkan pembuatan Analisis Matrix Grading Risiko
e. Merupakan Petunjuk Pengisian Laporan IKP
f. Contoh Format Formulir Laporan IKP baik Internal RSTS maupun External ke KKPRS.
2. Pengertian – pengertian
a. Sasaran Keselamatan Pasien RS , dalam buku Panduan ini (sesuai dengan ketentuan
Akreditasi RS tahun 2012 dan JCIA 4th edition) meliputi:
1) Ketepatan identifikasipasien
2) Peningkatan komunikasi yangefektif
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications)
4) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasienoperasi
5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanankesehatan
6) Pengurangan risiko pasienjatuh
b. Keselamatan / safety
Bebas dari bahaya atau risiko (hazard).
c. Hazard / bahaya
Adalah suatu “Keadaan, Perubahan atau Tindakan” yang dapat meningkatkan risiko
pada pasien.
1) Keadaan
Adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu “Peristiwa
Keselamatan Pasien/Patient safety event, Agent atau Personal”
2) Agent
Adalah substansi, obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan.
25
d. Keselamatan Pasien / Pasien Safety
Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / sosial psikologis, cacat, kematian dll),
terkait dengan pelayanan kesehatan. Suatu sistem dimana klinik membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko; identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
26
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja di Rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap adalah salah satu
aspek penting yang harus diperhatikan. Bekerja di klinik rawat jalan dan ruang rawat inap
dengan nyaman akan mempengaruhi kelancaran aktivitas kerja dan kecelakaan kerja dapat
dihindari. Kecelakaan kerja di ruangan perawatan pasien menimbulkan kerugian materi serta
adanya korban manusia. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan korban mengalami luka, cacat
fisik, gangguan kesehatan, trauma, bahkan dapat mengancam nyawa seseorang. Tindakan yang
dilakukan bila terjadi kecelakaan merupakan upaya untuk menangani suatu keadaan yang tidak
terencana dan tidak terkontrol yang merupakan salah satu aksi dan reaksi dari obyek zat dan
manusia yang dapat merugikan sumber daya manusia, keuangan dan material.
Hal tersebut bertujuan untuk melindungi pekerja Klinik danruangrawatinapdan
meminimalisasikan kecelakaan, untuk mencapai produktivitas yang optimal.
- Kebakaran Besar
Bilamana terjadi kebakaran besar dan membahayakan penghuni serta asset
perusahaan sehingga dinyatakan bencana oleh fire chief, maka tindakan
penanggulangan sebagai berikut :
1) Fire chief, para pejabat OPKD dan tim manajeen segera mengambil posisi di
lokasi kejadian untuk mengendalikan penanggulangan bencana.
2) Sementara regu bantuan pemadam kebakaran belum tiba di lokasi kejadian,
usaha pemadaman, penyelamatan dan evakuasi tetap dilaksanakan oleh
petugas yang ada di lingkungan RSTS.
3) Pada saat bersamaan semua petugas pelaksana OPKD melaksanakan upaya
dan tindakan yang diperlukan sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing –
masing dengan pengawasan dan pengendalian dari para pejabat OPKD terkait
di lokasi kejadian.
28
- Kebakaran besar
Petugas – petugas jaga lainnya : teknik, medis dan pekerja – pekerja yang sedang
melaksanakan kerja lembur, membantu kelancaran pelaksanaan usaha
penanggulangan kebakaran, setelah semua pejabat / fungsi OPKD berada di lokasi
kejadian, maka operasi penanggulangan kebakaran dilaksanakn sesuai prsedur
kebakaran besar dalam jam kerja.
4. Gempa Bumi
- Tetap tenang dan jangan panik.
- Sebelum ada perintah evakuasi dari komandan lantai, tetap tinggal di tempat dan
berlindung pada tempat yang aman dan terhindar dari kemungkinan kejatuhan benda
– benda.
- Bila gempa bumi berkelanjutan dan membahayakan, disaster chief menyatakan
bencana.
- Komandan gedung akan menginstruksikan kepada para komandan lantai untuk
melaksanakan evakuasi penghuni lantai masing – masing secara berurutan dimulai
dari lantai terjauh hingga terdekat.
- Setelah kejadian gempa bumi selesai, komandan gedung, LK3, komandan operasi
teknik dan komandan operasi sekuriti melakukan pengkajian terhadap kondisi
gedung dan hasilnya dilaporkan pada fire chief.
- Bilamana dari hasil pemeriksaan kondisi gedung tidak terdapat hal – hal yang
membahayakan, maka fire chief menyatakan aman (bencana berakhir).
29
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
30
BAB IX
PENUTUP
Demikianlah Pedoman Pelayanan PONEK dibuat untuk dapat dilaksanakan oleh semua
petugas yang terkait, terutama IGD, Kamar Bedah / Anesthesi, Ruang Kebidanan/ Ruang
Observasi Bayi, ICU.
Untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/
kesehatan , agar Buku Pedoman ini selalu dievaluasi sekurang-kurangnya setiap 3 tahun sekali.
31
DAFTAR PUSTAKA
Arifah AT. ( 2007 ). Kematian Bayi Menurut Karaktristik Demografi dan Sosial Ekonomi
Rumah Tangga di Propinsi Sumatera ( Analisis Data SDKI 2007 )
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs.index.php/article/view/100/97
Depkes RI, ( 2008 ).Buku Panduan Pelatihan Manajemen Asfiksia BBL Untuk Bidan.
http://www.gizikia.depkes.go.id/
Depkes RI, ( 2009 ).Buku PONEK.Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan.Pedoman Rumah
Sakit Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif ( PONEK ) 24 Jam.
http://www.depkes.go.id
Depkes RI,(2009).Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.
Depkes RI.(2008).Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B, C
dan Kelas D. http://www.pdpersi.co.id
Walyani,ElisabethSiwi.2015.Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal.Yoyakarta: Pustaka Baru Press
Purwoastuti, Endang.2015. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
Lampiran 1
R. Anyelir
PERINATOLOGI
Poli
Obgyn
VK Pojok
laktasi
I Kamar
C Bedah
US
LAB
BDRS
R. Asoka, Aster, Dahlia,
Melati (anak)
M
RO
Poli
ana
RUANG k
PONEK
Apotik
Instalasi
22
Gawat Darurat