i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) masih tinggi. Di Jawa Timur pada
2017, dilaporkan 529 kematian ibu dan 3.234 kematian bayi neonatal
di Jawa Timur. Dibandingkan dengan 2016, jumlah AKI tergolong
stagnan sedangkan AKB neonatal turun sebesar 16persen. Di
Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada tidak ada kematian ibu
dan bayi dalam 3 bulan terakhir.
Upaya penurunan AKI dan AKB dan peningkatan mutu
pelayanan di Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada diantaranya
adalah persiapan seksio sesaria emergensi kurang dari30 menit
sejak diputuskan operasi, dan penyediaan darah kurangdari 60
menit.
Kegiatan IMD di Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada
telah dilaksanakan dengan baik diruang bersalin(persalinanspontan),
ruang RR untuk persalinan dengan seksio sesaria yang mana IMD
dilaksanakan pada ibu dan bayi yang memenuhi syarat.
Ibu dan bayi yang memenuhi syarat rawat gabung di Rumah Sakit
Khusus Bedah Hasta Husada di upayakan dilakukan rawat gabung di ruang
obgyn (Kasuari), ruang Camar, ruang Rajawali, dan ruang Garuda. Dengan
rawat gabung diharapkan bayi mendapat ASI setiap saat sesuai dengan
kebutuhannya.
Kegiatan perawatan metode kanguru di Rumah Sakit Khusus
Bedah Hasta Husada dilaksanakan di ruang perinatologi dan ruang
Kasuari yang mana bayi prematur yang memenuhi syarat sedapat
mungkin dilakukan perawatan metode kanguru dengan tujuan kontak
kulit ibu dan bayi dapat menurunkan hilangnya panas melalui
kondukasi dan radiasi untuk mempertahankan neutral
environmen/NTE. Sehingga bayi dapat mempertahankan suhu
tubuhnya tetap normal.
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sampai
usia 6 bulan tanpa pemberian makanan tambahan ataupun minuman
lain kecuali obat. Upaya ini dilakukan pada masa prenatal, segera
sesudah persalinan dan postnatal.
Selanjutnya diharapkan Pedoman Penyelenggaraan PONEK
di Rumah Sakit ini dapat dijadikan panduan bagi Tim PONEK
1
Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta Husada sehingga dapat
dipergunakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi(AKB )di wilayah kabupaten Malang.
B. Tujuan Pedoman
1. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh manajemen
dalam pelayanan PONEK
2. Terbentuknya tim PONEK Rumah Sakit Khusus Bedah Hasta
Husada yang dilantik oleh Direktur RS dan memiliki SK/Surat
tugas.
3. Tercapainya kemampuan teknis Tim PONEK Rumah
Sakit Khusus Bedah Hasta Husada sesuai Standar Kinerja
Manajemen dan Standar Kinerja Klinis
4. Adanya proses konsultasi dan pembinaan dalam pelayanan
obstetri dan neonatal emergensi antara RS PONEK, Puskesmas
PONED, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Dokter dan Bidan
Praktik Swasta, RS swasta.
2
10. Pemberian ASI Eksklusif
D. Batasan Operasional
1. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis
a. Pelayanan Kehamilan
b. Pelayanan Persalinan normal dan Persalinan dengan tindakan
operatif
c. Pelayanan Nifas
d. Klinik Laktasi
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologi
a. Fungsi Unit:
1) Resusitasi neonatus
3
2) Persalinan dengan distensi uterus
3) Gawat janin dalam persalinan
4) Pelayanan terhadap syok
5) Ketuban pecah dini
6) Persalinan macet
7) Induksi dan akselerasi persalinan
8) Aspirasi vakum manual
9) Ekstraksi Cunam
10) Seksio sesarea
11) Episiotomi
12) Kraniotomi dan kraniosentesis
13) Malpresentasi dan malposisi
14) Distosia bahu
15) Prolaps tali pusat
16) Plasenta manual
17) Robekan serviks
18) Perbaikan robekan vagina dan perineum
19) Perbaikan robekan dinding uterus
20) Reposisi Inversio Uteri
21) Histerektomi
22) Sukar bernapas
23) Kompresi bimanual dan aorta
24) Dilatasi dan kuretase
25) Ligase arteriuterina
26) Anestesia umum dan local untuk seksio sesaria
27) Anestesia spinal, ketamine
28) Blok pudendal
c. Masa Post Natal
1) Masa nifas
2) Demam pasca persalinan /infeksinifas
3) Perdarahan pasca persalinan
4) Nyeri perut pasca persalinan
5) Keluarga Berencana
4. Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan RisikoTinggi
a. Asuhan bayi baru lahir Fungsi Unit:
1) Kemampuan unit perinatal level II yaitu CPAP
(Continuous Positive AirwayPressure)
4
2) Bayi premature >32minggu
3) Bayi dari ibu dengan Diabetes
4) Bayi yg lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau
persalinan dengan komplikasi
5) Gawat napas yg tidak memerlukan ventilasi bantuan
6) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)>1,5kg
7) Hiperbilirubinemia yang perlu terapi sinar
8) Hipotermia
5. Pelayanan Ginekologis
a. Kehamilan Ektopik
b. Perdarahan uterus disfungsi
c. Perdarahan menoragia
d. Kista ovarium akut
e. Radang Pelvik akut
f. Abses Pelvik
g. Infeksi Saluran Genitalia
h. HIV –AIDS
6. Pelayanan Inisiasi menyusu dini(IMD)
a. Begitu lahir, bayi di letakkan di perut ibu yang sudah dialasi
kaink ering.
b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya,
kecuali kedua tangannya.
c. Tali pusat dipotong, lalu diikat dan dilakukan IMD
7. Pelayanan rawat gabung
a. Pelaksanaan rawat gabung hendaknya disiapkan semenjak
perawatan kehamilan (ANC)
b. Diawali dengan inisiasi dini pada masa persalinan di kamar
bersalin
c. Dilanjutkan Rawat Gabung d iRuang nifas
8. Perawatan metode kanguru
a. Segera setelah lahir
b. Awal, setelah umur 24jam
c. Menengah, setelah 7 hari perawatan
d. Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2
e. Setelah keluar dari perawatan incubator
9. Pemberian ASI Eksklusif
Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia
bayi
5
E. Landasan Hukum
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di
Rumah Sakit
2. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Kesehatan Ibu ,bayi baru lahir dan anak
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Adanya SK pengangkatan dari direktur RS Khusus Bedah Hasta
Husada kepada penanggungjawab/manajer pelayanan maternal dan
perinatal untuk mengelola sumberdaya manusia yang ada di
pelayanan tersebut.
E. Petugas Administrasi
1. Kegiatan administrasi Khusus untuk Poli obsgyn oleh bidan Poli
Obsgyn
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
9
B. Prasarana Dan Sarana
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelanggaraan
PONEK harus dipenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrument dan bahan
yang lengkap
3. Ruang pulih/observasi pasca tindakan
4. Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk
koordinasi interna
C. Kriteria Umum Ruangan
1. Struktur Fisik
2
a. Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15–20 m
b. Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik
c. Dinding harus ditutup dengan porselen atau di cat dengan
bahan yang bisa di cuci ataudilapisi keramik
d. Langit-langit di cat dengan cat yang bisa di cuci.
e. Unit harus memiliki area untuk menyiapkan susu formula dan
area laktasi
f. Minimal tersedia 6 outlet listrik untuk setiap pasien
g. Harus ada 1 lemari dan meja untuk penyimpanan bahan di
ruangan
h. Harus tersedia kulkas khusus untuk susu formula dan ASI
2. Kebersihan
a. Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat
terlihat denganmudah.
b. Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau
limbah rumah sakit
c. Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan,
instrumen, pintu, jendela, dinding, steker listrik dan langit-
langit.
3. Pencahayaan
a. Pencahayaan harus memadai dan sesuai dengan area dalam
ruangan.
b. Pencahayaan harus terang dan memadai baik cahaya alami
atau buatan atau listrik
c. Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak
masuk.
10
d. Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak
membahayakan dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh
e. Tersedia lampu emergensi
f. Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus.
4. Ventilasi
a. Ventilasi dapat mencakup sumber alami(jendela), harus
cukup jika dibandingkan dengan ukuran ruang.
b. Kipas angina atau pendingin ruang harus berfungsi baik.
c. Diperlukan pendingin ruangan, suhuruangan dipertahankan
pada240C –260C
d. Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya
antibakteri)
5. Pencucian tangan
a. Tersedia 1 wastafel (uk 50 cm x 60 cm x 15 cm) dengan
campuran air panas dan dingin (bila memungkinkan), kran
harus dapat dibuka dengan siku
b. Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau
disinfektan yang dikendalikan dengan siku atau kaki.
c. Wastafel, keran air dan dispenser harus dipasang pada
ketinggian yang sesuai (dari lantai dan dinding).
d. Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka.
e. Pasokan air panas harus cukup.
f. Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu sekali pakai untuk
mengeringkan tangan, diletakkan di sebelah wastafel.
g. Di ruangan perawatan neonatus, untuk setiap incubator
harus tersedia 1 wastafel.
11
d. Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk
stabilisasi kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung,
hipotermia, asfiksia dan apabila perlu menolong partus
darurat serta resusitasi.
e. Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan
peralatan resusitasilengkap.
f. Masing - masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal
paling kecil berukuran 6m2
3. Ruang Maternal
a. Kamar Bersalin
1) Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
2) Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi pasien 1
pasien,1 penunggu dan 2 penolong, diperlukan 4x4m2
=16m2.
3) Paling kecil, ruangan berukuran 12 m 2 (6 m2 untuk masing-
masing pasien)
12
12) Tiap ruangan harus menpunyai jendela sehingga cahaya
dan udara cukup.
13) Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
14) Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi
(tanpa ke koridor).
15) Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgin,
kursi pemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari
obat kecil, USG mobile dan troli emergensi.
16) Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-
kurangnya 8m2. Perlu disediakan toilet yang dekat
dengan ruang periksa.
17) Ruang perawat/nurse station berisi : meja, telepon, lemari
berisi perlengkapan darurat/obat.
18) Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one day care : untuk
kuret, penjahitan dan sebagainya berisi; meja operasi
lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi kecil,
wastafel cuci operator, mesin anestesi, inkubator,
perlengkapan kuret (MVA) dsb.
19) Ruang tunggu bagi keluarga pasien: minimal 15 m 2, berisi
kursi–kursi
4. Ruang Neonatal
a. Unit Perawatan Neonatal Normal
1) Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat
gabung ibu bayi tersedia di semua RS atau pusat
kesehatan dengan unit atau ruang bersalin (tidak
memandang berapa jumlah persalinan setiap hari)
2) Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-
rata setiap hari
3) Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24–26°C)
4) Unit asuhan khusus harus dekat dengan ruang bersalin,
bila tidak memungkinkan kedua ruangan harus berada
digedung yang sama dan harus jauh dari tempat lalu lintas
barang/orang.
5) Area yang diperlukan tidak boleh < 12 m² (4 m² untuk tiap
pasien)
6) Unit harus memiliki kemampuan untuk mengisolasi bayi:
a) Area terpisah
b) Area terpisah dalam 1 unit
c) Inkubator di area khusus
13
7) Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang
dipasang dengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus
mampu memasok beban listrik yang diperlukan, aman dan
berfungsi baik.
b. Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6m2, dilengkapi dengan kursi,
wastafel dan tempat sampah.
c. Ruang Operasi
1) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea
dan laparotomi.
2) Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan
lebar minimum 4 m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini
sekurang-kurangnya ada sebuah bagian kebidanan.
3) Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin.
Didalam kamar operasi harus tersedia: pemancar panas,
couvese dan perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
4) Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m 2. Harus tersedia 6 sumber
listrik.
5) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan
standar luas: 6m2/bed, sekurang-kurangnya ada 2 tempat
tidur, selain itu isi ruangan ialah: meja, kursi perawat, lemari
obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam
medik, couvese bayi, troli darurat. Harus dimungkinkan
pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
6) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar
operasi, serta telepon.Sekurang-kurangnya ada 2
sumberlistrik/bed.
7) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
14
f) Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
g) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang,
terdapat di depan kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel
itu harus dirancang agar tidak membuat basah lantai. Air
cuci tangan dianjurkan air yang steril dan mengalir.
h) Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari
berisilinen, baju dan perlengkapan operasi. Juga terdapat
troli pembawa linen.
i) Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi
dibersihkan, meja dan kursi.
j) Gudang 12m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar
operasi.
k) Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 4m2.
l) Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 10m2
m) Ruang tempat brankar dan kursi dorong.
16
j. Pasokan oksigen dan medical air/udara tekan.
1) Level II
Harus ada dua tabung oksigen dan empa ttabung medical
air, masing-masing satu regulator dan pengatur aliran.
a) Aliran (jika ada oksigen dan medical air dengan
sistem pipa di dinding),
b) Tabung oksigen dan medical air cadangan harus
selalu terisi penuh.
c) Harus ada pengatur kadar oksigen dan medical air.
2) Lampu darurat
a) Inkubator, asuhan normal
b) Penghangat (Infant Warmer)
Paling sedikit harus ada satu penghangat yang
berfungsi baik.
c) Timbangan bayi
Paling sedikit harus ada dua timbangan bayiyang
berfungsi baik disetiap ruangan.
d) Alat/Instrumen
Harus ada ekstraktor vakum yang berfungsi.
Hisapan, selang dan reservoir bersih atau canister
sebagai cadangan.
e) Pulse Oximeter
f) Generator listrik darurat. Harus ada generator listrik
cadangan yang dioperasikan jika pasokan listrik
utama tidak ada.
g) Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong
dan sumberlistrik sebanyak 4 pada titik yang berbeda.
G. Jenis Peralatan Neonatal
1. Peralatan resusitasi neonates (pemanas, balon resusitasi, balon
resusitasi yang dilengkapi dengan alat untuk memberikan
PEEP, selang oksigen/connector, dan masker
2. Laringoskop neonatus dengan 3 bilah lurus (ukuran 1, 0
dan00). Batere AA (cadangan) untuk bilah laringoskop dan bola
lampu laryngoskop cadangan.
3. Inkubator.
Untuk tiap incubator tersedia:
a. 1 pulse oksimeter
4. Complete set Nasal CPAP
5. Alat ukur ikterus (pengambilan sampel darah dan diolah oleh
petugas laboratorium)
17
6. Balon yang bisa mengembang sendiri berfungsi baik.
7. Selang reservoir oksigen
8. Masker oksigen (ukuran bayi cukup bulan dan prematur)
9. Plester
10. Gunting
11. 1 Kateter penghisap
12. Naso Gastric Tube
14. Alat suntik 1, 21/2, 3, 4, 10, 20, 50cc
15. NaCl 0,9%/ Larutan Ringer Asetat/RL
16. Dextrose 10%
17. Penghangat (Infant Warmer). Harus ada sedikitnya satu
penghangat yang berfungsi baik.
18. Kateter Vena
19. Alat uji glukosa
20. Sumber oksigen
18
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
20
c. Semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian
yang longgar atau tidak stabil)
d. Permukaan yang di cat harus utuh dan bebas dari goresan
besar
e. Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi
baik
f. Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
g. Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar,
kabel dan steker menempel kokoh)
12. Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan unit ini.
21
BAB V
LOGISTIK
22
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Definisi
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
B. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan(KTD) di rumah sakit
d. Terlaksananya program program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan
D. Program Pengamanan
1. Program penanganan Fasilitas dan peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap
semua peralatan yang ada di ruang penitipan ibu
2. Listrik wajib dievaluasi tiap 2 bulan sekali atau saat terjadi
kerusakan
3. Program pengamanan infeksi nosocomial
Ada sistem yang digunakan untuk mengurangi resiko INOS
melalui program PPI di rumah sakit.
23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja / aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun
rumah sakit.
B. Tujuan.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Khusus Bedah
Hasta Husada
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
24
o HIV/AIDS (sesuai prinsip pencegahan infeksi).
o Flu burung
Kewaspadaan standar karyawan / petugas ICU dalam
menghadapi penderita dengan dugaan flu burung adalah :
Cuci tangan
Cuci tangan dilakukan dibawah air mengalir dengan
menggunakan sikat selama ± 5 menit, yaitu dengan
menyikat seluruh telapak tangan maupun punggung
tangan.
Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa
penderita.
Memakai masker N95 atau minimal masker badan
Menggunakan pelindung wajah/kacamata goggle (bila
diperlukan)
Menggunakan apron/gaun pelindung
Menggunakan sarung tangan
Menggunakan pelindung kaki(sepatu boot)
o Hepatitis B/C(sesuai prinsip pencegahan infeksi)
25
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Tujuan
1. Peningkatan mutu pelayanan
2. Keselamatan pasien
3. Pengembangan jangkauan pelayanan
4. Peningkatan kemampuan kemandirian RS
B. Pembinaan
Work shop dan pelatihan yang diajukan melalui Renja unit dan RS
C. Pengawasan
Pengawasan meliputi :
1. Kompetensi SDM
2. Saran dan Prasarana
3. Keamanan dan Keselamatan pasien
4. Kepuasan pelanggan
26
BAB IX
PENUTUP
27