Anda di halaman 1dari 90

POLRI DAERAH JAWA TIMUR

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

PROSEDUR TETAP
OBSTETRI GYNEKOLOGI

RS. BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

Editor:
Dr. Andoko, SpOG
Dr, Pandu Setiawan, SpOG
Dr. Ahmad Suhaedi, SpOG

Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung


Jl. I Gusti Ngurah Rai 25 27

SAMBUTAN KEPALA
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

Dengan penuh rasa Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami sambut dengan
gembira atas upaya Komite Medis dan semua SMF dilingkungan Badan Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung, sehingga Buku Standar Pelayanan Medis Rumah Sakit
Bhayangkara Tulungagung telah terwujud.
Harapan kami, agar buku standar pelayanan medis ini dapat dipelajari, dipahami dan
digunakan oleh seluruh anggota SMF di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara
Tulungagung, sebagai acuan dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Dengan demikian kita harapkan pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan medis,
penunjang medis dan asuhan medis di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Bhayangkara
dapat dijaga dan ditingkatkan mutunya, sesuai standar, etika profesi, demi kepuasan pelanggan,
berdasarkan motto kita: Kepuasan Pelanggan Dambaanku.
Akhirnya kami sampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan buku standar pelayanan medis ini, semoga upaya kita
semua dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Polri dan masyarakat di sekitar
Tulungagung.

TULUNGAGUNG, JANUARI 2010


KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

Dr. ANDOKO, SpOG


KOMISARIS POLISI NRP 62071023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan buku Kumpulan Prosedur Tetap Pelayan Kebidanan dan
Kandungan.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya buku ini.
Tujuan penyusunan buku ini untuk membantu dan merupakan pedoman bagi petugas
medik, paramedik, dan mahasiswa dalam belajar dan bertugas melaksanakan pelayanan
Kebidanan dan Kandungan, khususnya di lingkungan RS Bhayangkara Tulungagung.
Meskipun demikian, buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh kaena itu kritik dan saran
yang membangung dari pembaca dan pengguna buku ini masih sangat kami harapkan demi
kesempurnaan buku ini.

Tulungagung, Maret 2009


Editor

POLRI DAERAH JAWA TIMUR


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

PROSEDUR TETAP
OBSTETRI GYNEKOLOGI

RS. BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

DISAHKAN BERDASARKAN
SURAT KEPUTUSAN KARUMKIT
BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
No. Pol : Skep/
/ I / 2009

Rumah Sakit Bhayangkara Tulungagung


Jl. I Gusti Ngurah Rai 25 27

POLRI DAERAH JAWA TIMUR


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG

S U R AT K E P U T U S AN
No. Pol. : Skep /
/ I / 2009
tentang
PROTAP BAGIAN ILMU OBSTETRI GYNEKOLOGI
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
Menimbang

Mengingat

a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medis,


menangani masalah etis medis dan meningkatkan mutu tenaga medis
di RS. Bhayangkara Tulungagung.
b. Bahwa untuk lancarnya pelaksanaan dan tujuan sebagai mana
dimaksud di atas, maka dipandang perlu menetapkan pembentukan
komite medis di RS. Bhayangkara Tulungagung dengan surat
keputusan.

1. SK Menkes Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang


kesehatan.
2. SK Kapolri No. Pol. : Skep / 1776 / XII / 2001 tentang Naskah
Sementara Buku Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Umum
Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Polri.
3. SK Kapolri No. Pol. : Skep / 1777 / XII / 2001 tentang naskah
Sementara Buku Petunjuk Pokok pokok Penyelenggaraan Sistem
Pelayanan Kesehatan Polri.
M E M U T U S K AN

Menetapkan

1. Revisi Prosedur Tetap Bagian Ilmu Obstetri Gynekologi di RS.


Bhayangkara Tulungagung.
2. Tidak memberlakukan SK Karumkit No. Pol : Skep / 327 / I / 2008,
dan mengeluarkan SK yang baru.
3. Surat Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan akan ditinjau
kembali jika dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini.
Ditetapkan di
Pada tanggal

: Tulungagung
:
Januari

2009

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


TULUNGAGUNG

Dr. ANDOKO, SpOG


KOMISARIS POLISI NRP 62071023

RS BHAYANGKARA TULUNGAGUNG
PROSEDUR TETAP (PROTAP)
ILMU OBSTETRI GYNEKOLOGI
DAFTAR ISI
I.

Pasien MRS dari Poli Spesialis Obsgyn 1

II.

Pemeriksaan Obstetrik ..

III.

Pemeriksaan Ginekologi ... 12

IV.

Penatalaksanaan Hyperemesis Gravidarum . 16

V.

Pertolongan Persalinan Normal 18

VI.

Pemasangan IUD/AKDR . 25

VII.

Pelepasan IUD/AKDR . 30

VIII.

Pemasangan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Susuk KB 36

IX.

Pencabutan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Susuk KB . 39

X.

Tubektomi 41

XI.

Kuldosentesis .. 44

XII.

Perawatan Pra Intra dan Postoperatif pada Seksio Sesarea 47

XIII.

Perdarahan setelah bayi lahir .. 52

XIV.

Histerektomi Subtotal dan Total . 54

XV.

Pelepasan MD/AKDR 57

XVI. Pemasangan Kontrasepsi Bawah Kulit/Susuk KB . 58


XVII. Pencabutan Kontrasepsi Bawah Kulit/Susuk KB .. 62
XVIII. KB Suntik .. 64
XIX. Pemberian Pil KB .. 66
XX.

Penjahitan Robekan Perineum Tingkat DI & TV .. 68

XXI. Histerektomi Sub Total Daan Total ... 69


XXII. Kompresi Bimanual dan Aorta .. 70
XXIII. Reparasi Robekan Dinding Uterus 71
XXIV. Pertolongan Persalinan Pervaginam pada Gemelli (Bayi Kembar) .. 72

MAS
DIDI
KAN
RS. BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

PASIEN MRS DARI POLI SPESIALIS OBSGYN

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/1
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS
PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Tata cara pasien MRS jika pasien periksa ke dokter spesialis obsgyn
Agar pasien yang MRS segera mendapat penanganan
kegawatdaruratan
Sebagai landasan kerja bagi dokter spesialis obsgyn dan petugas
lainnya
1. dr. Spesialis Obsgyn
2. TPPRI
3. Perawat / bidan
1. Dokter poli spesialis obsgyn menentukan bahwa pasien perlu
dirawat di rumah sakit dengan membuat Surat Keterangan MRS
2. Pasien ke VK bersalin untuk dilakukan penanganan awal oleh
bidan berdasarkan pada advis dokter spesialis obsgym
3. Bidan menginformasikan ke keluarganya tentang prosedur MRS
yaitu ke TPPRI. Pihak TPPRI menginformasikan tentang
lingkungan rumah sakit
4. Ruangan, fasilitas, tata tertib dan biaya perawatan. Keluarga
pasien diberi kebebasan untuk memilih kamar rawat inap sesuai
kemampuannya.
5. Bidan VK menghubungi ruangan yang dituju dan
menginformasikan bahwa ada pasien baru yang akan MRS.
6. Setelah selesai, bidan VK mengirim pasien ke ruangan sesuai
dengan permintaan pasien dan keluarga.

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
RS. BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009

Halaman:
1/10
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN
PETUGAS
INDIKASI

PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Suatu pemeriksaan yang diperlukan pada pemeriksaan anternatal,
pemeriksaan panggul, palpasi dan auskultasi.
- Pemeriksaan antenatal : untuk menfokuskan pada hal-hal yang
penting yang harus segera dikenali dan bagaimana kondisi-kondisi
tertentu berubah sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan
- Pemeriksaan panggul : Untuk mengetahui luas pintu panggul dan
penggolongan jenis panggul seorang ibu
- Pemeriksaan palpasi : untuk mengetahui usia kehamilan, letak
presentasi, jumlah bayi, kondisi bayi dan kesesuaian muatan dengan
jalan lahir
Pemeriksaan obstetri diperlukan mutlak bagi wanita hamil dan bersalin
1.
2.
3.

Dokter spesialis Obsgyn


Dokter umum
Bidan
Asuhan antenatal.
Deteksi dini suatu kondisi patologik dalam kehamilan.
Merencanakan persalinan.
Persiapan penyelesaian persalinan
Kemajuan perkembangan kehamilan.
Mengetahui letak, posisi presentasi dan kondisi bayi.
Penatalaksanaan masalah yang ditemukan dalam kehamilan.

PEMERIKSAAN ANTENATAL
A. KELUHAN UTAMA
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri anda.
2. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan.
3. Dengan sopan, tanyakan identitas ibu.
4. Tanyakan tentang tujuan ibu mendatangi fasilitas kesehatan ini.
B. ANAMNES1S
1. Tanyakan tantang :
Riwayat perkawinan.
Riwayat haid, hari pertama haid terakhir.
Riwayat penyakit ibu dan keluarga yang berkaitan dengan

PROSEDUR
TETAP

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
No. Revisi
Halaman:
0
2/10
masalah kehamilan.
Riwayat persalinan.
Tentukan usia kehamilan menurut anamnesis haid dan buat
taksiran
persalinan.

No. Dokumen

2.

C. PEMERIKSAAN
1. UMUM
Keadaan umum.
Tinggi badan ( astenikus, atletikus. piknikus ).
Tinggi badan
Berat badan
Warna konjunvtiva, ikterus, edeni, kloasma gravidaruin.
Mulut, tenggorokan, karies dentis, tonsil dan faring.
Tanda vital (tekanan darah, nadi,pemapasan,suhu tubuh ).
Kondisi jantung dan paru.
Palpasi limpa dan hati
2. KHUSUS
(bila kehamilan di atas 20 minggu, lansung ke langkah 5)
Inspeksi
Tinggi fundus (Penonjolan supra simfisis),
Hiperpigmentasi (areola mammae, linea nigra) dan striae.
Palpasi
Tinggi fundus uteri,
Keadaan dinding perut,
Massa, cairan bebas / nyeii tekan abdomen.
3. Pada kehamilan 16-20 minggu, mulai di lakukan pemeriksaan
auskultasi. Karena pada usia kehamilan tersebut, sulit untuk
menentukan punggung bayi maka ujung stetoskop laenec
diletakkan pada daerah subumbilikus.
Dengan alat feioskop Doppler denyut jantung sudah dapat di
dengar pada kehamilan 12 minggu atau lebih.
Dengan bunyi dan hitung frekuensi bunyi jantung bayi. Untuk
membandingkan dengar, bising aorta. Pegang nadi ibu saat
memeriksa bunyi jantung bayi.
4.

STATUS LOKALIS
Inspeksi :
Labium dan parineum,
Muara urctha,
Fluor albus atau sekret abnormal
Inspekulo :
Dinding vagina dan fomiks,

PEMERIKSAAN OBSTETRIK

PROSRDUR
TETAP

No. Revisi
0
Warna dan besai porsio,
Fluor albus atau sekret dalam lumen vagina

No. Dokumen

Halaman:
3/10

Periksa Periksa dalam :


Vagina.
Besar dan konsistensi porsio,
Besar dan arah korpus uteri,
Tanda hegar,
Adneksa.
5.

KHUSUS OBSTETRI
Inspeksi :
Tinggi fundus uteri, di ukur dalam cm setelah kehamilan 20
minggu,
Hipermigmentasi dan striae,
Parut bekas operasi,
Palpasi :
Leopold 1,
Janin tunggal atau ganda,
Leopold 2,
Leopold 3,
Besar janin normal, PJT atau makrosomia,
Leopold 4
Auskultasi :
Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin (Bila kehamilan
memasuki usia 38 minggu, pada primigravida dan
multigravida yang kepala bayi belum masuk pintu atas
panggul, lakukan pemeriksaan panggul).

D. PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Lakukan pemeriksaan tambahan bila di perlukan :
Labolatorium rutin atau khusus,
Pe'vimetri (kehamilan > 36 minggu),
USG.
E. KESIMPULAN
IMBANGAN JANIN PANGGUL (untuk pemeriksaan kehamilan
< 20 minggu. langsung ke nomor F1)
Buat kesimpulan hasil pemeriksaan panggul.
Buat kesimpulan imbangan feto pelvik.
F. KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN / DIAGNOSIS
1. Buat pemeriksaan hasil pemeriksaan.
2. Cantumkan kondisi kehamilan / ibu dan bayi dalam kesimpulan.

PROSEDUR
TETAP

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
No. Revisi
Halaman:
0
4/10
G. PROGNOSIS DAN RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Tuliskan prognosis kehamilan berkaitan dengan hasil
pemeriksaan yang baru di lakukan.
1. Jelaskan tentang kondisi kehamilan dan rencana asuhan
antenatal yang akan di jalankan.
2. Diskusikan tentang jadwal pemeriksaan dan hasil yang di
harapkan dan penatalaksanaan asuhan antenatal.
3. Jelaskan apabila di perlukan pemeriksaan khusus atau
konsultasi ke bidang ke ilmuan lain.
4. Rila diperlukan, ibu dapat di rujuk ke tenaga ahli dan Fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap
5. Beritau tentang beberapa hal atau gejala klinis penting dalam
kehamilan yang menyebabkan ibu harus melakukan
kunjungan ulang.
6. Beritahukan tentang fasilitas kesehatan dan sistem yang ada
untuk melakukan rujukan
7. Pastikan ibu mengerti tentang informasi dan hasil
pemeriksaan/diagnosis
serta
penatalaksanaan
asuhan
antenatal.
8. Berikan kartu / buku pemeriksaan ibu hamil, antarkan ibu
keluar dan Ucapkan salam.
No. Dokumen

PEMERIKSAAN PANGGUL
A. PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
1. Jelaskan tentang proscdur pemeriksaan.
2. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan.
3. Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan
menimbulkan perasaan khawatir atau kurang menyenangkan
tetapi tidak akan menimbulkan gangguan pada kandungan.
4. Pastikan bahwa ibu telah mengerti prosedur dan tujuan
pemeriksaan.
5. Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
B. PERSIAPAN
a. IBU
Ranjang periksa
Kapas dan larutan antiseptik
b. PEMERIKSA
Sarung tangan
Sabun dan air
Apron
C. MEMASANG SARUNG TANGAN
1. Setelah cuci tangan, keringkan tangan dengan handuk bersih
dan kering.

PROSEDUR
TETAP

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
No. Dokumen
2.
3.
4.
5.
6.

No. Revisi
0

Halaman:
5/10

Lepaskan lipatan sarung tangan dan letakkan di atas meja,


ambil sarung tangan kanan dengan ibu jari tangan kiri (pada
tepi atas lipatan).
Masukkan tangan kanan ke dalam sarung tangan dan
sesuaikan jari-jari tangan dengan alur-alur jari yang tersedia.
Kencangkan sarung tangan dengan jalan menarik ujung
lipatan kemudian tarik lingkaran sarung tangan ke atas.
Ambil sarung tangan kiri dengan menyelipkan jari-jari tangan
kanan di antara lipatan sarung tangan (tahan sarung tangan
dengan ibu jari).
Masukkan jari-jari tangan kiri ke dalam alur jari yang tersedia,
kencangkan dengan jalan mendorong lipatan sarung tangan ke
atas kemudian tarik lingkaran sarung tangan dengan ibu jari
dan telunjuk tangan kanan, untuk menghilangkan lipatannya.

D. PEMERIKSAAN
1. Setelah mengosongkan kandung kemih, persilahkan ibu untuk
berbaring di atas ranjang periksa.
2. Persiapkan ibu pada posisi litotomi.
3. Dengan ibu jari dan telunjuk tangam kiri, sisihkan labium
mayus ke lateral untuk membuka vulva.
4. Masukkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam
lumen vagina melalui introitus yang terbuka.
5. Pindahkan tangan kanan ke fundus uteri.
6. Arahkan bagian ventral / palmar jari-jari tangan dalam ke
simfisis os pubis, tentukan besar sudut yang di bentuk antara
os pubis kiri dan kanan.
7. Dengan ujung bagian ventral jari-jari dalam, telusuri linea
inominata kiri sejauh mungkin, kemudian lakukan pula pada
bagian kanan dengan cara yang sama.
8. Letakkan jari dalam pada sekitar pertengahan linea inominata
kiri kemudian geser ke bawah (sejajar sumbu badan ibu)
menelusuri dinding samping panggul untuk menilai arah dan
sudutnya (rata menyudut ke dalam atau ke luar).
9. Menjelang akhir dinding samping panggul (sekitar 5 sentimeter
dari pintu atas panggul) akan teraba tonjolan tulang, kearah
dalam jalan lahir dan berbentuk segitiga, yang disebut dengan
spina
iskiadika.
Nilai derajat penonjolan spina ke jalan lahir.
10. Lakukan hal yang sama pada dinding sanping panggul bagian
kanan (gunakan bagian atau sisi medial jari tengah) kemudian
nilai distansia interspinarum.
11.Raba tuberositas iskiadikum dengan meneruskan rabaan
dinding samping panggul hingga bagian paling ujung.

PROSEDUR
TETAP

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
No. Dokumen

12.

13.
14.

15.
16.

17.

No. Revisi
0

Halaman:
6/10

Lakukan untuk dinding kiri dan kanan, kemudian nilai


distansia intertuberosum (jarak antara kedua tuberositas).
Geser tangan dalam ke arah belakang sehingga teraba bagian
tulang yang rata dan mempunyai lekukan ke belakang, bagian
ini disebut dengan sakrum. Nilai konkafitas tulang tersebut
dengan menelusurinya ke arah atas dan bawah.
Teruskan perabaan bagian tengah sakrum hingga mencapai
ruas dan bagian ujung tulang koksigis. Nilai inklinasi tulang
tersebut, kedepan (mengarah ke jalan lahir) atau ke belakang.
Pindahkan jari tangan dalam ke linea inominata kanan
kemudian telusuri sejauh mungkin ke belakang hingga posisi
jari mengarah ketengah (sumbu badan ibu). Bila di tengah
teraba tonjolan tulang kebagian dalam jalan lahir
(Promontorium) maka pindahkan (jari) tangan kanan ke
tangan kiri untuk menentukan batas atau jarak dari titik
tersebut ke ujung jari kanan.
Keluarkan telunjuk dan jari tengah tangan kanan sementara
jari telunjuk tangan kiri yang menentukan batas tadi. tetap
pada posisinya
Ambil alat ukur / penggaris dengan tangan kiri, dekatkan
dengan jari tengah tangan kanan dan batas yang telah di buat
tadi untuk menentukan konyugata vera yang kemudian
dikonversikan menjadi konyugata diagonalis.
Beritahukan kepada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
persilahkan ibu untuk mengambil tempat yang sudah di
sediakan.

E. PENCEGAHAN INFEKSI
1. Kumpulkan semua alat yang telah digunakan dan mabukkan ke
dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%.
2. Seka dengan larutan klorin 0,5% pada bagian atau benda yang
di kenai sekret atau cairan tubuh pasien.
3. Masukkan dan bersihkan sarung tangan ke dalam wadah yang
berisi larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam di
dalam wadah tersebut selama 10 menit.
4. Cuci tangan dengan sabun dan bilas di bawah air mengalir.
5. Keringkan tangan dengan handuk kering dan bersih.
F. PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN
1. Beritahukan hasil pemeriksaan tadi kepada ibu.
2. Jelaskan tentang sx yang dibuat berdasar pada hasil
pemeriksaan tersebut.
3. Bila diperlukan lakukan konseling spesifik tentang diagnosa
dan penatalaksanaan lanjutan.

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
7/10

G. PENATALAKSANAAN
1. Catat hasil pemeriksaan dan diagnosa / kesimpulan
pemeriksaan pada buku / kartu pasien.
2. Buat penatalaksanaan atau penjadwalan kunjungan ulang id
dalam buku kontrol dan catatan medik.
3. Pastikan ibu mengerti tentang penatalaksanaan atau jadwal
asuhan antenatal yang telah dibuat.
4. Berikan buku kontrol kepada ibu dan ucapkan salam ( apabila
pemeriksaan dilakukan di kamar bersalin, masukkan hasil
pemeriksaan ke dalam status pasien )
PALPASI ( Menurut Leopold Dan Auskultasi Monoaural Laenec )
A. PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
1 Jelaskan prosedur pemeriksaan ini kepada ibu.
2 Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan
ini.
3 Jelaskan bahwa pemeriksaan ini kadang-kadang menimbulkan
perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak akan
membahayakan bayi yang ada di dalam kandungan.
4 Bila ibu mengerti apa yang tetali di sampaikan, mintakan
persetujuan lisan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
B. PERSIAPAN
a. IBU
Ranjang obstetrik/periksa
Selimut atau kain penutup
Stetoskop monoaural (laenec)
b. PEMERIKSA
Air hangat dan wadahnya
Tempat bilas dan gayung
Handuk bersih dan kering
C. PEMERIKSAAN
1. Persilahkan ibu untuk berbaring
2. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh bagian perut ibu tampak
jelas kemudian minta ibu untuk meletakkan kedua telapak
kaki pada ranjang sehingga terjadi sedikit fleksi pada sendi
paha (coxae) dan lutut (genu), untuk dinding perut.
3. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah di sediakan.
4. Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat
kemudian keringkan kedua tangan tersebut dengan handuk.
5. Pemeriksa berada di sisi kanan ibu, menghadap bagian lateral
kanan

PROSEDUR
TETAP

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
8/10

6. Beritahukan kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai


proses pemeriksaan
7. Leopold 1
Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus
uteri untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar
jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika di
perlukan, fiksasi uterus bawah dengan meletakkan ibu
jari dan telunjuk tangan kanan di bagian lateral depan
kanan dan kiri, setinggi tepi atas simpisis).
Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi
uterus bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga
menghadap ke bagian kepala ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada pada
bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara
bergantian.
8. Leopold 2 :
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral
kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama.
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau
bersamaan (simultan) telapak tangan kiri dan kanan,
kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian
yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (ekstremitas).
9. Leopold 3:
Atur posisi pemeriksaan pada sisi kanan dan menghadap
ke bagian kaki ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral
kiri bawah. Telapak tangan kanan pada dinding lateral
kanan bawah perut.
Tekan secara lembut dan bersamaan / bergantian untuk
menentukan bagian terbawah bayi ( bagian keras, bulat
dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan
yang lunak dan kurang simetris adalah bokong ).
10. Leopold 4 :
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada
lateral kiri dan kanan uterus bawah, ujung - ujung jari
tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simpisis.
Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan
semua jari tangan yang meraba dinding bawah uterus,
Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan
kanan ( konvergen atau divegen ).

PROSEDUR
TETAP

PEMERIKSAAN OBSTETRIK
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
9/10

Setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri


pada bagian terbawah bayi ( bila presentasi kepala,
upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan
bila presentasi bokong, upayakan untuk memegang
pinggang bayi).
Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas pangg
kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian
terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
Pemeriksaan Auskultasi
1. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian
ambil stetoskop monoaural dengan tangan kiri, kemudian
tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu yang sesuai
dengan posisi punggung bayi ( bagian yang memanjang
dan rata ).
2. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi
jantung bayi ( pindahkan titik dengar apabila pada titik
pertama, bunyi jantung tersebut kurang jelas, uapayakan
untuk mendapatkan punetum maksimum).
Apabila dinding perut cukup tebal sehingga suiii
mendengarkan bunyi jantung bayi, pindahkan
ujung stetoskop pada dinding perut yang relatif
tipis yaitu sekitar 3 cm dibawah pusat (sub
umbilikus).
3. Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi setiap 5 detik
sebanyak 3 kali pemeriksaan dengan interval 5 detik
diantara tiap-tiap hitungan
4. Jumlahkan hasil penghitungan 1, 2 dan 3 kemudian
dikalikan dengan angka 4 untuk mendapatkan frekuensi
denyut jantung bayi per menit ( perhatikan perbedaan
jumlah masing - masing penghitungan untuk menilai
irama dan keteraturan bunyi jantung ).
5. Letakkan semua peralatan yang telah, digunakan pada
tempat semula.
6. Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai,
angkat kain penutup dan rapikan kembali pakaian ibu.
7. Persilakan ibu untuk duduk kembali dan catat hasil
pemeriksaan pada lembar yang telah tersedia di dalam
status pasien.
D. PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN
Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi yang meliputi:
Usia kehamilan

PEMERIKSAAN OBSTETRIK

PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
10/10

Letak janin
Posisi janin
Presentasi
Kondisi janin ( sesuai dengan hasil pemeriksaan auskultasi)

E. RENCANA ASUHAN ANTENATAL


1. Jelaskan hasil temuan atau penilaian klinis ibu.
2. Jelaskan tentang rencana asuhan antenatal berkaitan dengan
hasil temuan tersebut.
3. Catat pada buku kontrol ibu hamil dan jelaskan tentang
langkah atau asuhan lanjutan serta jadwal pemeriksaan
ulangan.
4. Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang (walaupun di luar
jadwal yang telah ditentukan) apabila ibu merasakan beberapa
kelainan / gangguan kehamilan.
5. Serahkan kembali buku kontrol ibu hamil dan ucapkan salam

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
RS. BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/4
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN
PETUGAS
INDIKASI

PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Suatu prosedur klinik yang dilakukan secara bimanual dengan dua jari
tangan yang meliputi pemeriksaan vagina dan periksa panggul.
Untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genetalia berkaitan
dengan upaya pengenalan atas penentuan ada tidaknya kelainan pada
bagian tersebut.
Pemeriksaan genetalia dilakukan di kamar bersalin, Poli KIS dan atau
Poli Spesialis Obsgyn
1. Dokter spesialis obsgyn
2. Dokter Umum
3. Bidan
1. Pemeriksaan bentuk, arah, besar dan konsistensi uterus
2. Pemeriksaan adnexa dan parametriurn
3. Pemeriksaan ballotemen
4. Konfirmasi kehamilan intra atau ekstrauteri
5. Konfirmasi peradangan atau infeksi
6. Pemeriksaan fluor albus, perdarahan dan tumor pelviks
A. PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
1. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan.
2. Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan.
3. Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan
menimbulkkan perasaan khawatir atau kurang menyenangkan
tetapi pemeriksa berusaha menghindarkan hal tersebut.
4. Pastikan bahwa pasien telah mengerti prosedur dan tujuan
pemeriksaan.
5. Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan.
B. PERSIAPAN BAHAN DAN PERALATAN
1. Pasien
Kapas dan larutan antiseptik
Kateter nelaton
Spekulum cocor bebek ( grave's spekulum).
Meja instrumen
Ranjang ginekologi dengan penopang kaki.
Lampu sorot.

PROSEDUR
TETAP

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
2/4

2. Pemeriksa
Sarung tangan DTT
Apron dan baju periksa
Sabun dan air bersih.
Handuk bersih dan kering.
C. MEMPERSIAPKAN PASIEN
1. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan
melepas pakaian dalam.
2. Persilakan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi.
3. Atur posisi pasien litotomi.
4. Nyalakan lampu sorot arahkan dengan benar pada bagian
yang akan diperiksa.
D. MEMAKAI SARUNG TANGAN
1. Cuci tangan kemudian keringkan dengan handuk bersih.
2. Buka lipatan sarung tangan, ambil sarung tangan dengan ibu
jari dan telunjuk tangan kanan pada bagian sebelah dalam
kemudian pasang sesuai dengan jari - jari tangan kiri. Tarik
pangkal / gelang sarung tangan untuk mengencangkannya.
3. Ambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri ( yang telah
menggunakan sarung tangan ) dengan menyelipkan jari-jari
tangan kiri dibawah lipatan sarung tangan, kemudian tahan
pangkal sarung tangan tersebut dengan ibu jari tangan kiri.
4. Pasang sarung tangan tersebut pada tangan kanan, sesuaikan
dengan alur masing-masing jari tangan, kemudian kencangkan
dengan cara menarik pangkal / gelang sarung tangan.
E. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan, menghadap
ke aspektus genitalis.
2. Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian
usapkan pada daerah vagina, vulva dan perineum.
3. Lakukan inspeksi pada daerah vulva dan perineum.
4. Buka celah antara kedua labia mayus, perhatikan muara uretra
dan introitus ( bila kandung kemih belum dikosongkan,
lakukan pemasangan kateter untuk mengeluarkan air kemih ).
5. Raba dan telusuri labium mayus kanan dan kiri ( terutama
dibagian kelenjar Bartolini ) dengan ibu jari dan ujung
telunjuk ( perhatikan dan catat kelainan yang ditemukan ).
6. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung
telunjuk kiri pada introitus ( agar terbuka ), masukkan ujung
spekulum dengan arah sejajar introitus ( yakinkan bahwa tidak
ada bagian yang terjepit ) lalu dorong bilah kedalam lumen

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
3/4

vagina.
7. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90
hingga tangkainya kearah bawah, atur bilah atas dan bilah
bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah
( hingga masing-masing bilah menyentuh dinding atas dan
bawah vagina ).
7. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks
tampak jelas ( perhatikan ukuran dan warna portio, dinding
dan sekret vagina atau fomiks).
8. Setelah inspeksi selesai lepaskan pengungkit dan pengatur jarak
bilah kemudian keluarkan spekulum.
9. Letakkan spekulum pada tempat yang disediakan.
10. Pemeriksa berdiri untuk melakukan ruse vaginal, buka labium
mayus kiri dan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri,
masukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanan kedalam
vagina ( vagina toucher).
11.Letakkan ujung - ujung jari tangan kiri pada suprasimpisis,
tentukan tinggi fundus uteri (apabila besar kandungan
memungkinkan untuk diraba dari luar).
Tangan dalam memeriksa dinding vagina, kemudian
secara bimanual tentukan besar uterus, konsistensi dan
arahnya. Periksa konsistensi serviks dan keadaan
parametrium.
Pindahkan jari-jari tangan luar dan dalam kebagian
isthmus ( tentukan apakah ada tanda Hegar, dengan
mempertemukan kedua ujung jari tangan luar dan dalam )
12. Tangan kiri menahan uterus pada bagian sunrasimpisi,
keluarkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan.
13. Angkat tangan kiri dari dinding perut, usapkan larutan
antiseptik pada bekas sekret/cairan di dinding peait dan sekitar
vulva perineum
14. Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
persilakan ibu untuk mengambil tempat duduk.
F. PENCEGAHAN INFEKSI
1. Kumpulkan semua peralatan yang telah dipergunakan
kemudian masukkan dalam wadah yang berisi larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
2. Masukkan sampah bahan habis pakai pada tempat yang telah
disediakan. Seka bagian yang tercemar sekret / cairan tubuh
dengan larutan klorin 0,5%.
3. Masukkan tangan kedalam larutan klorin 0,5% bersihkan dari
sekret / cairan tubuh, kemudian lepaskan sarung tangan secara
terbalik dan rendam dalam larutan tersebut selama 10 menit.

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
4/4

4. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.


5. Keringkan dengan handuk bersih.
G. PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN
1. Jelaskan pada pasien tentang hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan tentang diagnosa dan rencana pengobatan.
3. Pastikan pasien mengerti apa yang telah dijelaskan.
4. Minta persetujuan tertulis apabila akan dilaksanakan
pemeriksaan lanjutan.
5. Persilakan ibu ke ruang tunggu bila pemeriksaan selesai atau
ke ruang tindakan untuk tindakan selanjutnya.

PENATALAKSANAAN HYPEREMESIS
GRAVIDARUM
RS. BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/2
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN

KOMPOL NRP. 62071023


Gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trisemester l
yang ditandai dengan mual dan muntah yang berlebihan

TUJUAN

- Agar mual dan muntah berkurang


- Agar ibu tidak dehidrasi dan tetap mendapatkan nutrisi

KEBIJAKAN

Hyperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah


pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dengan alkalosis
hypokloremik. Oleh karena itu harus rawat inap. Rawat inap yang
dipakai untuk pasien hyperemesis gravidarum adalah : Ruang bersalin
(Kelas II & III), R. VIP, Ruang kelas l.
1. Dokter spesialis obsgyn
2. Dokter jaga
3. Bidan / perawat
4. TPPRI
1. Pasien MRS bisa kiriman UGD ( dr. jaga ) jika pasien datang
sendiri.
2. Pasien MRS bisa kiriman dokter spesialis obsgyn yang telah
diberikan surat pengantar MRS, jika periksa melalui dokter
spesialis obsgyn.
3. Pasien yang telah membawa surat pengantar MRS langsung
datang ke VK bersalin untuk dilakukan penanganan awal oleh
bidan jaga, sementara keluarganya mengurus prosedur MRS ke
TPPR1.
4. Jika sudah terjadi kesempatan kelas / ruangan yang dimaksud,
bidan jaga mengantar ke ruangan yang dimaksud.
5. Bidan / perawat melaporkan ke dokter jaga atau langsung ke
dokter spesialis obsgyn yang merawat untuk mendapatkan advis /
terapi.
6. Pengelolaan
a. Konseling pada pasien dan keluatganya bahwa hiperemesis
gravidarum adalah suatu keadaan yang sering terjadi dan
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilah muda dan
akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
b. Anjurkan mengubah pola makan yaitu dengan makan
makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.

PETUGAS

PROSEDUR

PENATALAKSANAAN HYPEREMESIS
GRAVIDARUM

PROSEDUR
TETAP

No. Revisi
Halaman:
0
2/2
Waktu bangun tidur jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi
dianjurkan untuk makan roti kering / biskuit dengan teh
Obat-obatan
Therapi perlu diingat agar tidak memberikan obat yang
teratogen.
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital.
Antihistamin yang dianjurkan adalah vitamin BI & B6.
Pada keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik
seperti disiklomin, hidrokloride atau klorpromazin.
Ruangan
Pasien sebaiknnya dirawat dikamar yang tenang tetapi cerah
dan peredaran udara baik. Catat cairan yang masuk dan keluar,
jika muntah hebat sebaiknya tidak diberikan makanan /
minuman selama 24 jam sampai gejala berkurang.
Terapi psikologi
Perlu keyakinan bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
Hilangkan rasa takut terhadap kehamilan.
Kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan
konflik yang sekiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit,
karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% sebanyak 2-3
lt/hr.
Buat daftar kontrol cairan yang masuk dan keluar.
Observasi tanda - tanda vital, urine setiap 4 jam. Selama
24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dapat dicoba untuk minum dan lambat
laun ditambah makanan cair.

No. Dokumen
c.
d.

e.

f.

g.

PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL


RS. BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Revisi
0

No. Dokumen

Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/7
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


Tanggal Terbit
Januari 2009

PROSEDUR
TETAP

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

KOMPOL NRP. 62071023


Persalinan normal adalah proses keluarnya buah kehamilan (janin, uri,
selaput ketuban) secara spontan belakang kepala dengan tenaga ibu
sendiri melalui jalan lahir.
Agar pertolongan persalinan berjalan lancar
Mencegah / menurunkan angka kematian ibu dan bayi
Persalinan normal dapat ditolong oleh bidan dan atau dokter
spesialis Obsgyn

PETUGAS

1. Dokter spesialis obsgyn


2. Bidan jaga

PROSEDUR

I.

Melihat tanda dan gejala kala II


Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala II
Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran.
Ibu merasa adanya tekanan pada anus
Perineum ibu menonjol
Vulva dan anus membuka

II. Menyiapkan alat


Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oxytocyn dan memasukkan 1 buah alat suntik
sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set.
III. Menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan persalinan.
1. Memakai celemek plastik.
2. Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir.
3. Memakai sarung tangan DDT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
4. Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang
bersarung tangan, isi dengan oxytocyn dan letakkan kembali
ke dalam wadah partus set.
IV. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.
1. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas basah
dengan gerakan dari vulva ke perineum. ( bila daerah

PROSEDUR
TETAP

PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL


No. Dokumen

No. Revisi
Halaman:
0
2/7
perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar,
bersihkan daerah tersebut dari kotoran).
2. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah
Bila pembukaan belum lengkap, catat hasil pemeriksaan
pada partograf dan nilai kemajuan persalinan.
Bila selaput ketuban belum pecah lakukan pemecahan
selaput ketuban :
Pastikan kepala sudah masuk, tidak teraba bagian
kecil janin atau tali pusat
Masukkan kocker yang dipegang tangan kiri
dengan bimbingan telunjuk dan jati tengah tangan
kanan hingga menyentuh selaput ketuban.
Saat His berkurang kekuatannya gerakkan ujung jari
tangan kanan membimbing ujung kocker
menggores selaput ketuban hingga ketuban pecah.
Keluarkan kocker dari vagina ibu dengan tangan
kiri. masukkan ke dalam ember berisi larutan klorin
0,5%
Pertahankan jari-jari tangan kanan tetap dalam vagina
sehingga yakin bahwa kepala turun dan sudah teraba
tali pusat setelah selaput ketuban dipecahkan.
Keluarkan jari-jari tangan kanan dari vagina.
3. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
4. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai - pastikan DJJ dalam batas normal ( 120- 160 x/menit).

V. Menyiapkan Ibu & Keluarga untuk membantu proses


pimpinan meneran
1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his bila ia sudah
merasa ingin meneran.
2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran. ( pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman ).
VI. Pimpinan meneran
1. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
kuat untuk meneran :
Memimpin ibu untuk meneran pada saat timbul his,
menyesuaikan pimpinan meneran dengan kecepatan
lahirnya kepala.

PROSEDUR
TETAP

PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL


No. Revisi
Halaman:
0
3/7
Mendukung usaha ibu untuk meneran.
Memberi ibu kesempatan istirahat di saat tidak ada his
( diantara his ).
Meminta bantuan keluarga untuk memberi ibu minum
saat istirahat.
Memeriksa DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Catatan:

Bila ibu belum mempunyai dorongan kuat untuk


meneran, tunggu hingga ibu mempunyai dorongan kuat
untuk meneran ( maksimum 60 menit ). Ibu dapat
dianjurkan untuk ganti posisi meneran : miring, jongkok,
atau merangkak.

Bila bayi belum lahir setelah dipimpin meneran selama 2


jam primiparal / 1 jam multipara segera lakukan rujukan.

No. Dokumen

VII. Persiapan Pertolongan Kelahiran Janin


1. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada
perut ibu.
2. Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkan di
bawah bokong ibu.
3. Membuka tutup partus set.
4. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
VIII. Menolong kelahiran Ibu
1. Saat sub occiput tampak dibawah simpisis, tangan kanan
melindungi perineum dengan dialis lipatan kain dibawah
bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncak kepala
agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir
( Minta ibu untuk tidak meneran dengan bernapas pendekpendek).
Bila didapatkan mekonium pada air ketuban segera setelah
kepala lahir lakukan pengisapan pada mulut dan hidung
janin dengan menggunakan penghisap lendir De Lee.
2. Mengusapkan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka
janin dari lendir dan darah.
3. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
4. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
1. Setelah kepala janin menghasp paha ibu, tmpatkan kedua
telapak tangan biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati
ke

PROSEDUR
TETAP

PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL


No. Dokumen

IX.

X.

No. Revisi
Halaman:
0
4/7
arah bawah sampai bahu anterior / depan lahir, kemudian tarik
secara hati-hati keatas sampai bahu posterior / belakang lahir.
Bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga
menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu
berhenti meneran, dengan perlindungan tangan kiri, pasang
klem di dua tempat pada tali pusat dan patung tal
pusat di antara 2 klem tersebut.
Lahirnya Badan dan Tungkai
1. Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan
bahu janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher
( bagian bawah kepala ) dan keempat jari pada bahu dan
dada / punggung janin, sementara tangan kiri memegang
lengan dan bahu janin bagian anterior saat badan dan lengan
lahir.
2. Setelah bagan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri
diatara kedua lutut janin ).
Penanganan Bayi Baru Lahir.
1. Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada
lengan kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke
arah penolong. Nilai bayi, kemudian letakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala lebih rndah dari badan ( Bila
tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi ditempai yang
memungkinkan ).
2. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan
bayi bayi kecuali bagian tali pusat.
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu
dan memasang klem kedua, 2 cm dan klem pertama
4. Memegang tali pusat diatara 2 klem menggunakan tangan kiri,
dengan perlindungan jari - jari tangan kiri, memotong tali
pusat diantar kedua klem.
5. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,
membungkus bayi hingga kepala.
6. Memberikan bayi kepada ibu untuk disusui bila ibu
menghendaki
Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
1. Memeriksa fundus uteru untuk memastikan kehamilan
tunggal.
2. Memberitahu ibu akan disuntik.
3. Menyuntikkan oksitosin 10 unit IM pada bagian luar paha
kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu

PROSEDUR
TETAP

PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL


No. Revisi
Halaman:
0
5/7
untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai
pembuluh darah.

No. Dokumen

Penegangan Tali Pusat Terkendali


1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 - 10 cm
dari vulva.
2. Meletakkan tangan kiri atas simpisis menahan bagian bawah
uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat
menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak 5 - 10 cm dari
vulva.
3. Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati - hati
kearah dorsokranial.
Mengeluarkan Plasenta
1. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali, tali pusat akan
terlihat bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan
plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan
kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian keatas
sesuai dengan kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada
vulva.
Bila tali pusat bertambah panjang tetapi plasenta belum
lahir, pindahkan kembali klem hingga berjarak 5 - W cm
dari vulva.
Bila plasenta belum lepas setelah mencoba
2. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati . Bila perlu (terasa ada tahanan),
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran
searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah
robeknya selaput ketuban.
Bila selaput ketuban robek, dapat digunakan klem untuk
menarik robekan selaput ketuban tersebut keluar atav
memasukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke
dalam vagina untuk melepaskan selaput ketuban dari mulut
rahim.
Masase Uterus
1. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus
uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan
bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontrasi uterus baik
(fundus teraba keras).

PROSEDUR
TETAP

PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL


No. Dokumen
XI.

No. Revisi
0
kemungkinan adanya

Halaman:
6/7
perdarahan pasca

Memeriksa
persalinan.
1. Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri,
periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon
dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan ke
dalam kantong plastik yang tersedia.
Bila plasenta tidak lahir lengkap atau ada perdarahan,
lihat Bab V.
Bila kontrasi uterus tidak baik setelah 15 detik
melakukan masase, mulai kompresi bimanual interna.
2. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan
perineum yang menimbulkan perdarahan aktif.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif,
segera lakukan penjahitan

XII. Pasca tindakan


1. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya
perdarahan pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik.
2. Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam
larutan klorin 0,5% kemudian bilas tangan yang masih
mengenakan sarung tangan dengan air yang sudah
didesinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan.
Mengikat tali pusat.
1. Mengikat tali pusat 1 cm dari umbilikus dengan simpul
mati.
2. Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua
kalinya.
3. Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya ke
dalam wadah berisi larutan klorin 0,5%.
4. Membungkus kembali bayi.
5. Berikan bayi kepada ibu untuk disusui.
Evaluasi
1. Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda
perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu.
Pastikan
2-3 kali dalam 10 menit pertama
kontraksi
setiap 15 menit pada jam pertama
uterus
setiap 20 - 30 menit pada jam kedua
Bila kontraksi uterus tidak baik, lakukan masase uterus dan
beri metil ergometrin 0,2 mg IM.
2. Mengajarkan ibu / keluarga untuk memeriksa / merasakan
uterus yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan untuk

PROSEDUR
TETAP

PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL

No. Revisi
Halaman:
0
7/7
melakukan masase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik.
3. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi.
4. Memeriksa tekanan darah dan nadi ibu.
Bila terdapat robekan jalan lahir yang memerlukan
penjahitan lakukan penjahitan
Kebersihan & Keamanan
1. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5%.
2. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang disediakan.
3. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir, dan darah
dan mengganti pakaian dengan pakaian bersih / kering.
4. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga
untuk membantu apabila ibu ingin minum.
5. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin
0,5%.
6. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%,
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
8. Melengkapi partograf.

No. Dokumen

PEMASANGAN IUD / AKDR


RS. BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

PROSEDUR
TETAP

No. Dokumen
Tanggal Terbit
Januari 2009

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/5
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN

KOMPOL NRP. 62071023


AKDR adalah alat yang dimasukkan ke dalam rahim dalam masa
reproduksi

TUJUAN

- Untuk mencegah terjadinya kehamilan


- Mengatur jarak kehamilan sesuai dengan yang diharapkan

KEBIJAKAN

Pemasangan IUD dilakukan di BKIA atau ruang praktek dokter


spesialis obsgyn. Hari pelayanan setiap hari kerja

PETUGAS

1. Dokter spesialis obsgyn


2. Dokter umum
3. Bidan jaga
MACAM / JENIS IUD
1. IUD inert / non medisinalis dan bahan dasar polietilen tanpa
tambahan bahan bioaktif. Contoh IUD Lippes Loop
2. IUD medisialis yaitu AKDR terdiri atas bahan dasar polietilen
ditambah zat bioaktif seperti hormon progesteron atau logam Cu
(tembaga).
Contoh :
- Progestasert (tidak ada di Indonesia)
- IUD cooper T. IUD cooper 7, IUD multiload, IUD
Nova T.
3. Larutan antiseptik ( Povidon Iodine 10%).
4. Oksigen dengan regulator.
5. Instrumen:
a. Cunam tampon 1
b. Cunam peluru atau tenakulum 1
c. Klem ovum (Foerster / Fenster clamp) lurus dan lengkung 2
d. Sendok kuret 1 set
e. Penera kavum uteri (uterine sound / sondage) 1
f. Spekulum Sims atau L dan kateter karet 2 dan 1.
g. Tabung 5 ml dan jarum suntik no 23 sekali pakai.
h. Dilator.
i.
PENOLONG
1. Baju kamar tindakan, apron, masker dan kacamata pelindung 3 set.
2. Sarung tangan DTT / steril 4 pasang.
3. Alas kaki (sepatu / "boot" karet) 3 pasang.

PROSEDUR

PEMASANGAN IUD / AKDR

PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen
4.

No. Revisi
0

Halaman:
2/5

Instrumen
a. Lampu sorot 1
b. Mangkok logam 2
c. Penampung darah dan jaringan 1

PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN


1. Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik.
Petidine hanya diberikan apabila tersedia antidotum dan alat
resusitasi.
2. Lakukan kateterisasi kandung kemih (lihat prosedur kateterisasi).
3. Lakukan pemeriksaan bimanual- ulang untuk menentukan-bukaan
serviks, besar, arah dan konsistensi uterus. Periksa juga
kemungkinan penyulit atau kondisi patologis lainnya.
4. Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan
larutan klorin 0,5%.
5. Pakai sarung tangan DTT /steri! yang masih baru.
6. Dengan satu tangan masukkan spekulum Sim's/L secara vertikal ke
dalam vagina setelah itu putar kebawah sehingga posisi bilah
menjadi transversal.
7. Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada posisinya.
8. Dengan sedikit menarik spekulum bawah (hingga lumen vagina
tampak jelas ) masukkan bilah spekulum atas secara vertikal
kemudian putar dan tarik keatas hingga jelas terlihat serviks.
9. Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya.
10. Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina ( dengan kapas
antiseptik yang dijepit dengan cunam tampon) tentukan bagian
serviks yang akan dijepit (jam 11 dan 13).
11. Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang sudah
ditentukan.
12. Setelah penjepitan terpasang baik, keluarkan spekulum atas.
13. Lakukan pemeriksaan kedalam dan lengkung uterus dengan penera
kavum uteri. Pegang gagang tenakulum, masukkan klem ovum
yang sesuai dengan bukaan serviks hingga menyentuh fundus
( keluarkan dulu jaringan yang tertahan pada kanalis).
Bila dilatasi serviks cukup besar, lakukan pengambilan jaringan
dengan klem ovum (dorong klem dalam keadaan terbuka
hingga menyentuh fundus kemudian tutup dan tarik ).
Pilih klem ovum yang mempunyai permukaan cincin yang
halus dan rata, agar tidak melukai dinding dalam uterus.
Keluarkan klem ovum jika dirasakan sudah tidak ada lagi
jaringan yang terjepit atau keluar.
14. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk,
masukkan ujung sendok kuret (sesuai lengkung uterus,) melalui

PROSEDUR
TETAP

PEMASANGAN IUD / AKDR


No. Dokumen

No. Revisi
Halaman:
0
3/5
kanalis servikalis kedalam uterus hingga menyentuh fundus uteri (
untuk mengukut kedalam).
15. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum
jam. Hingga bersih ( seperti mengenai bagian bersabut).
Untuk dinding kavum uteri yang berlawanan dengan lengkung
kavum uteri, masukkan sendok kuret sesuai dengan lengkung
uteri, setelah mencapai fundus putar gagang sendok 180 derajat
baru lakukan pengerokan.
16. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang mengenai
lumen vagina bagian belakang.
17. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.
18. Lepaskan spekulum bawah.
19. Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke Laboratorium PA.
DEKONTAMINASI
CUCI TANGAN PASCATINDAKAN
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
beri instruksi apabila terjadi kelainan / komplikasi.
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom
yang tersedia.
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi
pasien.
4. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
5. Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan,
lama perawatan dan kondisi yang harus dilaporkan.
II. PADA PASIEN PASCA PERSALINAN
A. Persetujuan tindakan medik
B. Persiapan sebelum tindakan
I. Pasien
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat
paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner
3. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut
bawah
4. Medikanmentosa
a. Analgetika ( pethidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin MCI 0,5

PROSEDUR
TETAP

PEMASANGAN IUD / AKDR


No. Dokumen

No. Revisi
Halaman:
0
4/5
mg/kg BB, framadol 1-2 mg/kg BB )
b. Sedatifa ( Diazepanm 10 mg )
c. Atropin Sulfas 0,25-0,50 mg /ml
5. Larutan antiseptik (Povidun lodin 10%)
6. Oksigen dengan regulator
7. Instrumen
a. Cunam tampon: I
b. Klem ovum (Foerster/fenster clarnp) lurus: 2
c. Sendok kuret pasca persalinan: 1
d. Spekulum Sim's atau L dan kateter karet: 2 dan 1
e. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai)

II. Penolong ( operator dan asisten )


1. Baju kamar tindakan, apron, masker dan kaca mata pelindung:
3 set
2. Sarung tangan DTT/sretil: 4 pasang
3. Alas kaki ( sepatu /"boot" karet): 3 pasang
4. Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Mangkok logam : 2
c. Penampung darah dan jaringan : 1
C. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
D. Tindakan
1. Intruksikan asisten unduk memberikan sedatif dan analgetik.
2. Bila penderita tidak dapat berkemih, lakukan kateterisasi
( lihat prosedur kateterisasi).
3. Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan pemeriksaan
bimanual. Tentukan besar uterus dan bukaan serviks.
4. Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan
larutan klorin 0,5%.
5. Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
6. Pasang spekulum Sim's atau L, masukkan bilahnya secara
vertikal kemudian putar ke bawah.
7. Pasang spekulum Sim's berikutnya dengan jalan memasukkan
bilahnya secara vertikal kemudian putar dan tarik ke atas
sehingga porsio tampak dengan jelas.
8. Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah,
pertahankan pada posisinya semula.
9. Dengan cunan tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan
larutan antiseptik, kemudian bersihkan lumen vagina dan
porsio. Buang sampah tersebut dalam tempat sampah yang
tersedia, kembalikan cunam ke tempat semula.

PEMASANGAN IUD / AKDR

PROSEDUR
TETAP

Halaman:
5/5
10. Ambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio
( perbatasan antara kuadran atas kiri dan kanan atau pada jam
12 ).
11.Setelah porsio terpegang baik, lepaskan spekulum atas.
12. Pegang gagang cunam dengan tangan kiri, ambil sendok kuret
pasca persalinan dengan tangan kanan, pegang di antara ibu
jari dan telunjuk ( gagang sendok berada pada telapak tangan )
kemudian masukkan dengan menyentuh fundus.
13. Minta asisten untuk memegang gagang klem ovum, letakkan
telapak tangan pada bagian atas fundus uteri ( sehingga
penolong dapat merasakan tersentuhnya fundus oleh ujung
sendok kuret.
Memasukkan lengkung sendok kuret sesuai dengan
lengkung kavum uteri kemudian lakukan pengerokan
dinding uterus bagian depan searah jarum jam, secara
sistematis keluarkan jaringan plasenta (dengan kuret) dari
kavum uteri.
Masukkan ujung sendok sesuai dengan lengkung cavum
uteri, setelah sampai fundus putar 180 derajat, lalu
bersihkan dinding belakang uterus, secara sistematis
keluarkan jaringan yang ada.
14. Kembalikan sendok kuret ke tempat semula, gagang klem
ovum dipegang kembali oleh operator.
15. Ambil kapas ( dibasahi larutan antiseptik ) dengan cunam
tampon, bersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina.
16. Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio.
17. Lepaskan spekulum bawah.
18. Lepaskan kain penutup perut bawah. Alas bokong dan sarung
tangan kaki masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan
klorin 0,5%.
19. Bersihkan cemaran darah dan cairan rubuh dengan larutan
antiseptik.

No. Dokumen

No. Revisi

E. KONTAMINASI
F. CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
G. PERAWATAN PASCA TINDAKAN

PELEPASAN IUD / AKDR

RS. BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen
Tanggal Terbit
Januari 2009

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/6
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP
dr. ANDOKO, Sp.OG
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS
PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Suatu tindakan untuk melaksanakan IUD yang telah terpasang oleh
karena suatu kondisi tertentu
- Agar pasien dapat hamil kembali / ganti kontrasepsi
- Agar pasien terbeas dari efek samping infeksi
Pelepasan IUD dapat dilakukan di Poli KIA dan Poli spesialis Obsgyn
1. Dokter spesialis obsgyn
2. Dokter umum
3. Bidan
Persiapan Alat
Dalam bak instrumen steril sediakan :
Sarung tangan steril
Spekulum cocor bebek / Sim
Extractor IUD
Sonde
Baskom berisi larutan desinfektan
Depres secukupnya
A.
B.

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK


PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
I. Pasien
1. Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan.
2. Mengosongkan kandung kemih, rektum serta
membersihkan daerah perineum dengan antiseptik.
II. Instrumen (bahan dan alat)
1. Perangkat untuk persalinan
2. Perangkat untuk resusitasi bayi.
3. Uterotonika (ergometrin maleat, oksitosin)
4. Anestesi lokal (lidokain).
5. Cunam piper. Jika tidak ada, sediakan cunam panjang
6. Spuit dan jarum no 23 (sekali pakai).
7. Alat-alat infus.
8. Povidon lodine 10%.
Perangkat episiotomi dan penjahitan luka episiotomi

PROSEDUR
TETAP

PELEPASAN IUD / AKDR


No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
2/6

III. Penolong
1. Pakai baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan
kaca mata pelindung.
2. Cuci tangan hingga siku dengan sabun dibawah air
mengalir.
3. Keringkan tangan dengan handuk DTT.
4. Pakai sarung tangan DTT/steril.
5. Memasang doek (kain penutup ).
C.

TINDAKAN PERTOLONGAN PERSALINAN PARTUS


SUNGSANG
1. Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya
pembukaan, selaput ketuban dan penurunan bokong serta
kemungkinan adanya penyulit.
2. Instruksi pasien agar mengedan dengan benar selama ada
his.
Mengedan dengan benar : mulai dengan menarik napas
dalam, katupkan mulut, upayakan tenaga mendorong
ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik lipat
lutut, angkat kepala dan lihat ke pusar.
3. Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar
panggul. Lakukan episiotomi saat bokong membuka vulva
dan perineum sudah tipis.
4. Melahirkan bayi :
a. Cara Bracht
Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam
secara Bracht ( kedua ibu jari penolong sejajar
dengan panjang paha, jari-jari yang lain
memegang daerah panggul).
Sementara langkah ini dilakukan, seorang
asisten melakukan perasai WigandM.
Wingkel.
Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses
keluarnya janin
Bila terdapat hambatan pada tahapan lahir
setinggi scapula bahu atau kepala maka
segera lanjut ke metode manual aid yang
sesuai.
Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan
sebagian dada.
Lakukan hiperlordosis janin pada saat anggulus
skapula inferior- tampak dibawah simpisis ( dengan
mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung
janin didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan)

PROSEDUR
TETAP

PELEPASAN IUD / AKDR


No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
3/6

disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.


Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut,
hidung, dahi dan kepala.
Pada umumnya, bayi dengan presentasi
bokong memerlukan perawatan segera
setelah lahir sehingga siapkan keperluan
tersebut sebelum memimpin persalinan.
Letakkan bayi diperut ibu, bungkus bayi dengan
handuk hangat, bersihkan jalan napas, bayi oleh
asisten, tali pusat dipotong.
Setelah asuhan bayi baru lahir, berikan pada ibu
untuk laktasi / kontak dini.
Catatan : Bila pada tahap ini ternyata hambatan
pengeluaran saat tubuh janin mencapai
daerah skapula inferior, segera lakukan
pertolongan dengan cara klasik atau
Muller ( manual aid ).

b.

Cara Klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan
jika dengan cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa
lahir.
Prosedur
Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan
dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
Tali pusat dikendorkan.
Pegang kaki pada pcrgelangan kaki dengan satu
tangan dan tarik keatas.
Dengan tangan kiri dan menariknya kearah
kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kiri
bayi yang berada dibelakang.
Dengan tangan kanan dan menariknya
kearah kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu
kanan bayi yang berada di belakang.
Masukkan dua jari tangan tangan / kiri ( sesuai
letak bahu belakang) sejajar dengan lengan bayi
untuk melahirkan lengan belakang bayi
Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki
ditarik ke arah bawah kontra lateral dari langkah
sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan
bayi depan dengan cara yang sama.
Catatan : Bila pada tahap ini, sulit untuk melahirkan
bahu belakang maka lakukan cara Muller
( melahirkan bahu depan terlebih dahulu).

PELEPASAN IUD / AKDR


PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
4/6

c. Cara Muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan
jika dengan cara Bracht bahu dan tangan tidak bisa
lahir.
Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan
menarik kedua kaki dengan cara yang sama seperti
klasik, kearah belakang kontra lateral dari letak
bahu depan.
Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan
langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan
lengan belakang.
d.

Cara Lovset ( dilakukan bila ada lengan bayi yang


terjungkit di belakang kepala / nuchal arm ).
Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang
bayi dengan kedua tangan.
Memutar bayi 130 derajat dengan lengan bayi
yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang
nuchal.
Memutar kembalu 180 derajat ke arah berlawanan
ke kiri / kanan. Beberapa kali hingga kedua bahu
dan lengan dilahirkan secara klasik / Muller.

e.

Ekstraksi kaki
Dilakukan bila kala II tak maju atau tampak gejala
kegawatan ibu - bayi. Keadaan janin / ibu yang
mengharukan bayi segera dilahirkan.
Tangan kanan masuk secara obstetrik menelusuri
bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian
melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi, tangan yang
lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki
fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari
dau dituntun ke luar dari vagina sampai batas
lutut.
Kedua tangan penolong memegang betis janin,
yaitu kedua ibu jari diletakkan di belakang betis
sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan
betis, kaki ditarik curam ke bawah sampai pangkal
paha lahir.
Pegangan dipindah ke pangkal paha setinggi
mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha,
sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan
paha.

PELEPASAN IUD / AKDR


PROSEDUR
TETAP

No. Revisi
0

No. Dokumen

f.

Halaman:
5/6

Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai


trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha
dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas
hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua
trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.
Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan
lebih dahulu, maka yang akan lahir lebih dahulu
ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan
trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus
curam ke bawah.
Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara "b"
atau "c" atau "d".

Teknik Ekstraksi bokong


Dikerjakan jika presentasi bokong murni dan bokong
sudah turun didasar panggul, bila kala II tidak maju
atau tampak keadaan janin / ibu yang mengharuskan
bayi, segera dilahirkan.
Jari telunjuk penolong yang searah dengan bagian
kecil janin, dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan
jari ini lipat paha / krista iliaka dikait dan ditarik
curam ke bawah. Untuk memperkuat tenaga
tarikan ini, maka tangan penolong yang lain
mencekam pergelangan tadi dan turut menarik
curam ke bawah.
Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai
tampak dibawah simpisi, maka jari telunjuk
penolong yang lain mengait lipatan paha ditarik
curam ke bawah sampai bokong lahir.
Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara "b"
atau "c" atau "d".
Catatan : Ekstraksi bokong lebih berat / sukar
daripada ekstraksi kaki, oleh karena itu
perlu dilakukan perasat Pinard pada
presentasi bokong murni.
Cara Mauriceau

( dilakukan bila bayi dilahirkan


secara manual aid / bila dengan
bracht kepala belum lahir).
Letakkan badan bayi diatas tangan kiri sehingga
badan bayi seolah-olah menunggang kuda ( untuk
penolong kidal meletakkan badan bayi dialas
tangan kanan ).

PELEPASAN IUD / AKDR

PROSEDUR
TETAP

No. Revisi
0

No. Dokumen

Halaman:
6/6

Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di


maksila.
Tangan kanan memegang / mencengkeram bahu
tengkuk bayi
Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
Bersamaan dengan adannya his, asisten menekan
fundus uteri, penolong persalinan melakukan
tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir
dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan
dagu / mulut.

Cuman Piper : digunakan kalau pengeluaran kepala


bayi dengan Bracht atau Mauriceau
gagal.
Caranya : Tangan dan badan bayi dibungkus kain
steril, diangkat ke atas, cunam piper
dipasang melintang terhadap panggul dan
kepala kemudian ditarik.
D.

MANAJEMEN KALA III


1.
Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada
indikasi.
2.
Luka episiotomi / robekan perineum dijahit.
3.
Beri uterotonika atau medikamentosa yang diperlukan.
4.
Awasi kala IV
5.
Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas.

E.
F.
G.

DEKONTAMINASI
CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. - Periksa kembali tanda vital pasien, segera buat
instruksi bila diperlukan.
- Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan dalam
kolom yang_ tersedia.
2. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan
telah selesai dilaksanakan dan masih memerlukan
perawatan.
3. Jelaskan pada petugas tentang perawatan, jadwal
pengobatan dan pemantauan serta gejala-gejala yang harus
diwaspadai.

PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH


KULIT (AKBK) / SUSUK KB
RS. BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/3
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


Tanggal Terbit
Januari 2009

PROSEDUR
TETAP

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS
INDIKASI

PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Adalah alat kontrasepsi dengan memasukkan hormon progestin ke
dalam tubuh wanita secara terus menerus, melalui barang silastik berisi
hormon tersebut yang ditanam di dalam lapisan lemak di bawah kulit.
Untuk mencegah terjadinya kehamilan
Mengatur jarak kehamilan sesuai dengan jarak yang diharapkan
Pemasangan susuk KB dilakukan di BKIA atau ruang praktek dokter
spesialis obsgyn
1. Dokter spesialis obsgyn
2. Dokter umum
3. Bidan jaga
Wanita yang tidak ingin hamil dalam jangka waktu tertentu
Sudah memiliki anak minimal 1 anak
I.

Anestesi lokal.
1. Jelaskan pada ibu tentang apa yang akan dilakukan dan
bantulah agar ibu merasa tenang.
2. Ambilah spirit 10 cc ( jarum no 22 ) kemudian isi spuit
dengan bahan anestesi ( misalnya Phacain, Lidocain HCL
1%, dll ).
3. Lelakkan jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala janin
dan perineum. Masuknya bahan anestesi secara tidak
disengaja kedalam sirkulasi bayi, dapat menimbulkan akibat
yang fatal. Oleh sebab itu gunakan jari-jari penolong sebagai
pelindung kepala bayi.
4. Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah
Posterior ( FOURCHETTE ) yaitu bagian sudut bawah
vulva.
5. Arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah
kiri atau kanan garis tengah perineum. Lakukan aspirasi
untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak memasuki
pembuluh darah ( Cairan darah dalam spuit ). ( Intravasasi
bahan anestesi lokal kedalam pembuluh darah, dapat
menyebabkan syok pada ibu ).
6. Sambil menarik mundur jarum suntik infiltrasikan 5 - 10 ml
bahan anestesi.

PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH


KULIT (AKBK) / SUSUK KB

PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen
7.

II.

No. Revisi
0

Halaman:
2/3

Tunggu 1 - 2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal,


sebelum episiotomi dilakukan. ( peripisan dan peregangan
perineum berperan sebagai anestesi alamiah. Jika kepala
bayi menjelang keluar lakukan episiotomi dengan segera ).
Jika kepala janin tidak segera lahir, tekan insisi
episiotomi diantara his sebagai upaya untuk mengurangi
perdarahan.
Jika selama melakukan penjahitan robekan vagina dan
perineum, ibu masih merasakan nyeri tambahkan 10 ml
bahan / obat anestesi pada daerah nyeri.
Penyuntikan sambil menarik mundur, bertujuan untuk
mencegah akumulasi bahan anestesi hanya pada satu
tempat dan mengurangi kemungkinan penyuntikan
kedalam pembuluh darah.

Tindakan Episiotomi
1. Pegang gunting yang tajam dengan satu tangan.
2. Letakkan jari telunjuk dan tengah diantara kepala bayi dan
perineum, searah dengan rencana sayatan.
3. Tungu fase acme ( puncak his ) kemudian selipkan gunting
dalam keadaan terbuka diantara jari telunjuk dan tengah.
4. Gunting perineum, dimulai dari fourchet ( komisura
posterior ) 45 derajat ke lateral ( kiri atau kanan ).
5. Lanjutkan pimpinan persalinan.

III. Melahirkan bayi


IV. Melahirkan placenta
V. Menjahit luka episiotmi.
1. Atur posisi ibu menjadi posisi litotomi dan arahkan c-ihaya
lampu pada daerah yang benar.
2. Keluarkan sisa darah dari dalam lumen vagina, bersihkan
daerah vulva dan perineum.
3. Pakai sarung tangan DTT / steril. Bila diperlukan pasanglah
tampon / kasa kedalam vagina untuk mencegah darah
mengalir kedaerah yang akan dijahit.
4. Letakkan doek steril di bawah bokong ibu.
5. Uji efektifitas anestesi lokal yang diberikan sebelum
episiotomi masih bekerja ( sentuhlah ujung jarum pada kulit
tepi luka ). Jika terasa sakit, tambahkan anestesi lokal
sebelum penjahitan dilakukan.
6. Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa
dan aman dari cemaran.
7. Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan
secara jelas batas luka. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1

PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH


KULIT (AKBK) / SUSUK KB

PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

8.
9.

10.

11.
12.
13.

14.
15.
16.
VI.

No. Revisi
0

Halaman:
3/3

cm diatas ujung luka didalam vagina. Ikat dan potong salah


satu ujung dari benang dengan menyisakan benang kurang
lebih 0,5 cm.
Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur
dengan jerat kebawah sampai lingkaran sisa himen.
Kemudian tusukkan jarum menembus mukosa vagina
didepan lumen dan keluarkan pada sisi dalam luka perineum.
Periksa jarak tempat keluarnya jarum di perineum dengan
batas atas irisan episiotomi.
Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis
dan otot sampai ke ujung luar luka ( pastikan setiap jahitan
pada kedua sisi memiliki ukuran yang sama dan lapisan otot
tertutup dengan baik ).
Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen
vagina dan mulailah merapatkan kulit perineum dengan
jahitan subkutikuler.
Bila telah mencapai lingkaran hitam tembuskan jarum keluar
mukosa vagina pada sisi yang berlawanan
Tahan benang ( sepanjang 2 cm ) dengan klem, kemudian
tusukkan kembali jarum pada mukosa vagina dengan jarak 2
mm dari tempat keluarnya benang dan silangkan kesisi
berlawanan hingga menembus mukosa pada sisi berlawanan.
Jika benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem
dengan simpul kunci.
Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok dubur
( lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan).
Tutup jahitan luka episiotomi dengan kasa yang diberi cairan
antiseptik.

Penanganan Kala IV.

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN

KOMPOL NRP. 62071023


Suatu tindakan untuk mengambil atau mencabut Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit (AKBK) /Susuk KB.

TUJUAN

KEBIJAKAN

Pencabutan implant / susuk KB dilakukan di BKIA atau ruang praktek


dokter spesialis obsgyn. Hari pelayanan setiap hari kerja.

PETUGAS

1. Dokter spesialis obsgyn


2. Dokter umum
3. Bidan jaga
1. Persiapan
Persiapan alat
- Bak instrumens teril berisi :
Doek steril
Sarung tangan steril
Obat anestesi lokal

PROSEDUR

2.
3.

Agar wanita bisa hamil lagi


Menghindari efek samping yang lebih berat

- Peralatan / pelindung penolong:


kocher
1 wadah DTT berisi sarung tangan DTT, kasa steril.
Fetoskop: jam / beker, betadine.
Pimpin persalinan.
Lakukan amniotomi
a. Pastikan kepada sudah masuk PAP, tidak teraba bagian kecil
janin atau tali pusat.
b. Fiksasi kepala bayi pada PAP dengan satu tangan.
c. Masukkan Vi kocher / spatula bergigi diatas telunjuk dan jari
tengah tangan yang lain hingga menyentuh selaput ketuban.
d. Saat selaput ketuban menegang ( hiss ), gerakkan kedua ujung
jari tangan dalam untuk menorehkan gigi kocher atau spatula
hingga merobekkan selaput amnion.
e. Tekankan ujung jari pada tempat robekan sehingga cairan
amnion keluar perlahan - lahan. Perhatikan warna, kejernihan,
pewarnaan mekonium, jumlah dan terniks kaseosa pada cairan
amnion.

PENCABUTAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH


PROSEDUR
TETAP

KULIT (AKBK) / SUSUK KB


No. Dokumen
f.

No. Revisi
0

Halaman:
2/2

Setelah cairan mengalir perlahan, keluarkan Vi kocher atau


spatula dari vagina, masukkan kedalam ember berisi lanitan
klorin 0,5%
g. Pertahankan jari tangan dalam pada vagina sehingga yakin
bahwa terjadi penurunan kepala serta pastikan tidak teraba
bagian kecil janin atau tali pusat menumbung.
h. Keluarkan jari tangan dalarn dari vagina.
i. Monitor denyut jantung janin setelah ketuban pecah.
4. Lanjutkan memimpin persalinan

PEMBERIAN PIL KB

RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/4
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS
MACAM-MACAM
PIL KB

PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Cara mencegah kehamilan dengan steroid hormon (progesteron
dan estrogen secara peroral yang di minum secara rutin setiap hari.
Menghambat ovulasi dan implantasi telur
Pil KB bisa dilayani di Poli KIA dan atau Dokter spesialis obsgyn
dengan menuliskan resep ke apotek Rumah Sakit Bhayangkara
Tulungagung
1. Dokter spesialis obsgyn
2. Dokter umum
3. Bidan
Pil KB Kombinasi
Dalam 1 pil terdapat estrogen dan progestin sintetik. Pil diminum
setiap hari selama 3 minggu, diikuti dengan 1 minggu tanpa pil
atau placebo pada saat suatu perdarahan akan terjadi.
Cara makan pil.
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hri kelima
siklus haid. Dapat juga dimulai pada hari yang diinginkan
(misal minggu).
Pada pasca persalinan (hari ke 30 - 40 nifas)
PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
B. PEMERIKSAAN SEBELUM TINDAKAN
1. Pasien
a. Cairan dan slang infus sudh terpasang. Pemt bawah dan
lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
b. Uji fiingsi dan kelengkapan peralatan resusitasi
kardiopulmoner.
c. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut
bawah.
d. Medikamentosa :
Analgesik : Pethidin 1 - 2 mg/kgBB ( sediaan
antidotum ), Ketamin HC10,5 mg/kgBB, Tramadol 1
- 2 mg/kgBB.
Sulfas Atropin 0,25 - 0,50 mg/ml
Sedativa (Diazepam 10 mg)
Antibiotika

PEMBERIAN PIL KB
PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
2/4

e. Larutan antiseptik ( Povidone iodine 10%)


f. Oksigen dengan regulator.
g. Instrumen
1. Cunam tampon l
2. Klem ovum ( fenster clamp ) 5
3. Spekulum Sim's dan atau L : 4
4. Perlengkapan jahit
Penjepit jarum (25 cm) dan jarum jaringan
semilunaris no 6
Benang kromik no 0 : 1 rol.
5. Gunting benang ( 18 - 25 cm ) : 1
6. Pincet anatomis ( 18 25 cm) : 1
7. Tabung 5 ml dan jarum suntik no 23 sekali pakai : 2
2.

Penolong
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan
kacamata pelindung 3 set.
2. Sarung tangan DI T/ steril 4 pasang.
3. Tensimeter dan stetoskop 1 set.
4. Alas kaki (sepatu / boot karet) 3 pasang.
5. Lampu sorot 1 set.

C. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN


D. TINDAKAN
1. Siapkan pasien dalam posisi litotomi.
2. Bila pasien tidak dapat berkemih, lakukan kateterisasi.
Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
Masukkan
kateter
ditempat
yang
tersedia
( dekontaminasi).
3. Pasang bilah spekulum bawah secara vertikal, kemudian putar
gagang spekulum ke bawah.
4. Pasang spekulum atas, atur sedemikian rupa sehinggu dinding
vagina dan porsio tampak dengari jelas.
E. EKSPLORASI ULANGAN (SEBELUM TINDAKAN)
1. Periksa pandang apakah terdapat robekan pada dinding vagina
atau bagian lain.
2. Setelah eksplorasi dinding vagina selesai, minta asisten untuk
memegang spekulum dan pertahankan pada posisinya.
3. Tangan kiri dan kanan, masing-masing memegang klem ovum
kemudian jepit portio dengan klem kiri 2,5 cm lateral dari
tempat tersebut, jepitan klem kanan ( terhadap posisi penolong
).

PEMBERIAN PIL KB
PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
3/4

4. Lepaskan klem pertama, pindahkan lagi kebagian porsio 2,5 cm


disebelah klem kedua dan seterusnya ( mengikuti putaran
jarum jam).
5. Lakukan langkah tersebut diatas ( jepitan bergantian ) sehingga
semua bagian porsio dapat diperiksa.
6. Pada bagian yang terdapat robekan, tinggalkan 2 klem diantara
robekan, lanjutkan pemeriksaan dengan 2 klem lain.
F. PENJAHITAN
1. Ambil kedua klem yang menandai robekan.
Perbaiki posisi klem kiri dan kanan ( diantara tempat
robekan ) dengan memindahkan masing-masing klem ke
lateral kiri dan kanan ( dengan jarak 2,5 cm dari tepi
robekan kiri dan kanan )
Upayakan agar cakupan jepitan klem dapat mencapai
garis yang melalui titik paling ujung dari robekan.
Bila pasien mengeluhkan adanya rasa nyeri yang
disebabkan oleh penjepitan atau pasien tidak kooperatif
( gelisah ) instruksikan asisten untuk menyuntikkan
sedativa dan analgetika.
2. Bila ujung robekan dapat dicapai, tusukkan jarum dimulai dari
1 cm diatas luka, ikat dengan jahitan angka delapan.
Operator sebagai patokan arah.
Mulai penjahitan dari bagian paling distal terhadap
operator.
Tusukkan jarum pada bagian luar porsio tembuskan ke
dalam dan silangkan ke dalam kiri, tembuskan ke kiri luar
distal, menyeberangi garis robekan ke luar kanan distal
menembus dalam kanan distal, silangkan ke kiri dalam
proksimal kemudian menembus ke kiri luar proksimal.
Buat simpul kunci dan jepit sisa benang sebagai panduan
jahitan berikutnya.
3. Lanjutkan penjahitan dengan cara yang sama hingga ke ujung
luar robekan hingga seluruh robekan porsio terjahit dengan
baik dan perdarahan dapat diatasi.
G. EKSPLORASI ULANGAN ( PASCA TINDAKAN )
1. Lakukan pemeriksaan ulangan dengan menjepit porsio dengan
2 klem ovum kemudian balikkan posisi gagang klem agar
permukaan dalam porsio dapat diperiksa.
Pastikan perdarahan dari robekan porsio dapat diatasi.
Kontrol perdarahan pada bagian lain dari porsio.
Lanjutkan eksplorasi pada bagian lain setelah penanganan
pada porsio selesai.

PROSEDUR
TETAP

PEMBERIAN PIL KB

No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
4/4

2. Kontrol perdarahan pada dinding vagina atau sekitar vulva


( bila ada ).
3. Bersihkan porsio dan lumen vagina dengan kapas antiseptik.
4. Lepaskan klem ovum yang masih terpasang pada porsio.
5. Keluarkan spekulum.
H. DEKONTAMINASI
I.

CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN

J.

PERAWATAN PASCA TINDAKAN


1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
buat instruksi apabila diperlukan.
2. Catat kondisi pasien pascatindakan dan buat laporan tindakan
dikolom yang tersedia pada status pasien.
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan, pemantauan kondisi pasien
dan kondisi yang harus segera dilaporkan

TUBEKTOMI

RS. BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/3
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS
PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Tubektomi adalah tindakan oklusi / pengambilan sebagian saluran telur
wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Tindakan tersebut dapat
dilakukan setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah
tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara
permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pasca
persalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena
posisi tuba mudah dicapai dari sumbu umbilikus dan rendahnya risiko
infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah terlampaui maka
pilihan untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan setelah 6-8 minggu
persalinan atau pada masa interval.
- Penghentian fertilitas atas indikasi medik
- Kontrasepsi permaen
Tubektomi harus dilakukan jika syaratnya (syarat sukarela, syarat
bahagia, syarat medik) terpenuhi.
1. Dokter spesialis obsgyn
2. Dokter spesialis anestesi
3. Perawat / bidan
Persetujuan Tindakan Medik
B.
Persiapan Sebelum Tindakan
1. Pasien
1 Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan
lipat paha dibersihkan dengan air dan sabun.
2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi.
3. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut
bawah.
4. Medikamentosa :
a. Analgetika ( Pethidin 1 - 2 rng/kg BB, Ketamin
HCL 0,5 mg/kfBB, Tramadoi 1 - 2 mg/kgBB ).
b. Sedativa ( Diazepain 10 mg).
c. Atropin Sulfas 0,25 - 0,50 mg/ml.
d. Uterotonika (Oksitosin, Egometrin, Prostaglandin ).
e. Cairan NaCl 0,9 % dan RL.
f. Set infus.
5. Larutan antiseptik ( Povidon Iodine ).
6. Oksigen dengan regulator.

TUBEKTOMI
PROSEDUR
TETAP

No. Dokumen
2.

No. Revisi
0

Halaman:
2/3

Penolong (Operator dan asisten)


1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan
kacamata pelindung 3 set.
2. Sarung tangan DTT / steril : sebaiknya sarung tangan
panjang.
3. Alas kaki ( sepatu boot karet) 3 pasang
4. Instrumen :
a. Koncker 2, spuit 5 ml dan jarum suntik no 23 G.
b. Mangkok logam untuk tempat plasenta 1
c. Kateter karet dan penampun air kemih 1.
d. Benang kromik 2/0 1 rol.
e. Set partus 1 set

C.

Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan

D.

Tindakan Penetrasi ke Kavum uteri


1. Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgesik
melalui karet infus.
2. Lakukan kateterisasi kandung kemih ( lihat prosedur
kateterisasi kandung kemih ).
- Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan
benar.
- Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
3. Jepit tali pusat dengan kocker kemudian tegangkan tali pusat
sejajar lantai.
4. Secara obstetrik masukkan sarung tangan ( punggung tangan
ke bawah ) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat
bagian bawah..
5. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten
untuk memegang kocker, kemudian tangan lain penolong
menahan fundus uteri.
6. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam ke
kavum uteri sehingga mencapai tempat impiantasi plasenta.
7. Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam ( ibu
jari merapat ke pangkal jari telunjuk ).

E.

Melepas Plasenta dari Dinding Uterus


1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang
paling bawah.
Bila berada di belakang, tali pusat tetap disebelah atas.
Bila dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan
tali pusat dengan punggung tangan menghadap keatas.
Bila plasenta dibagian belakang, lepaskan plasenta dari
tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung

TUBEKTOMI
PROSEDUR
TETAP

No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
3/3

jari diantara plasenta dan diding uterus, dengan


punggung tangan menghadap ke dinding dalam uterus.
Bila plasenta dibagian depan, lakukan hal yang sama
( punggung tangan pada dinding kavum uteri ) tetapi tali
pusat berada dibawah telapak tangan kanan.
Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil
bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal
plasenta dapat dilepaskan
Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatian keadaan
ibu ( pasien ), lakukan penanganan yang sesuai bila
terjadi penyulit.

F.

Mengeluarkan Plasenta
1. Sementara satu tangan masih didalam kavum uteri, lakukan
ekplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian
plasenta yang masih melekat pada dinding uterus.
2. Pindahkan tangan luar ke supra simpisis untuk menahan
uterus pada saat plasenta dikeluarkan.
3. Instruksikan asisten yang memegang kocker untuk menarik
tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta keluar
( hindari percikan darah ).
1. Letakkan plasenta kedalam tempat yang disediakan.
4. Lakukan sedikit pendorong uterus dengan tangan luar ke
dorsokranial setelah plasenta lahir. Perhatikan kondaksi
uterus dan jumlah perdarahan yang keluar.

G.

Dekontaminasi Pasca Tindakan

H.

Cuci Tangan Pasca Tindakan

I.

Perawatan Pasca Tindakan


1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan
dan instruksi apabila masih diperlukan.
2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam
kolom yang tersedia.
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk
dipantau.
4. Beritahukan pasien pasien dan keluarg:inya bahwa tindakan
telah selesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan.
5. Jelaskan pada pasien tentang perawatan apa yang masih
diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan

KULDOSENTESIS

RS.
BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/3
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

KOMPOL NRP. 62071023


PENGERTIAN
Prosedur klinik sentesis dengan mengunakan jarum tertentu (panjang)
dengan bantuan Nedle Extender, yang ditusukkan melalui forniks
posterior
TUJUAN
- Untuk mengidentifikasikan adanya perdarahan intra poriental
khususnya kehamilan ektopik terganggu
- Untuk pengambilan bahan spesimen dari kavum intra pelvikum
KEBIJAKAN
Kuldosentesis dapat dilakukan jika pasien kooperatif, jika pasien tidak
kooperatif dan uterusnya sangat retrofleksi sehingga fundus berada di
dalam cul-de-sac dapat dilakukan laporoskopi.
PETUGAS
- Dokter ahli kandungan
- Bidan
KONTRA INDIKASI 1. Malposisi dan mal presentasi janin.
2. Isufisiensi plasenta.
3. Disproporsi sefalopelviks.
4. Catat rahim misalnya pernah SC.
5. Grande multipara.
6. Gemelli.
7. Istensi rahim yang berlebihan misal hidramnion.
8. Plasenta previa.
SYARAT SYARAT
1. Agar infus oksitosin berhasil dalam menginduksi persalinan dan
PEMBERIAN INFUS
tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin syaratnya :
OKSITOSIN
a. Kehamilan aterm.
b. Ukuran panggul normal.
c. Jika ada CPD ( Disproporsi antara pelvis dan janin ).
d. Janin dalam presentasi kepala.
e. Serviks sudah matang, yaitu porsio teraba lunak, mulai
mendatar dan sudah mulai membuka.
2. Untuk menilai serviks dapat juga dipakai skor BISHOP, yaitu bila
nilai bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar
akan berhasil.

KULDOSENTESIS

PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
2/3

SKOR PELVIK MENURUT BISHOP


NO
SKOR
0
1
1. Pembukaan serviks ( cm )
0
1-2
2. Pendataran serviks
0 - 30%
40-50%
3. Penurunan kepala diukur
dari Hodge UI ( cm )
4. Konsistensi Serviks
5. Posisi serviks

PROSEDUR

A.
B.
1.

-3
Keras
Ke
belakang

3
5-6
80
%
-2
+
1+2
Sedang Lunak Searah Keara
sumbu
h
jalan lahir depan
2
3-4
6070%
-1,0

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK


PERSIAPAN PASIEN DAN ALAT
Sebelum dilakukan infus oksitosin, sebaiknya pasien istirahat pada
malam hari.
2. Sebaiknya dilakukan pencahar.
3. Siapkan cairan dextrose 5% 500 ml yang di isi dengan 5 unit
oksitosin.
4. Cairan yang mengandung 5 unit oksitosin ini di cairkan secara
intra vena melalui saluran dengan jarum no. 206.
5. Jarum suntik intravena dipasang pada vena di bagian volar tengah
bawah.
6. Tetesan permulaan di buat agar kadar oksitosin mencapai jumlah
2 m u/menit.
7. Timbulnya kontraksi rabun di nilai dalam setiap 15 menit. Bila
dalam waktu 15 menit ini his tetap lemah, tetesan dapat di
naikkan. Umumnya tetesan maksimal di perbolehkan sampai
mencapai kadar oksitosin 30- 40 m u/menit. Bila sudah mencapai
kadar ini, namun kontraksi rahim belum juga timbul, maka
berapapun kadar oksitosin yang dinaikkan tidak akan
menimbulkan tambahan kekuatan kontraksi lagi. Sebaiknya infus
oksitosin ini dihentikan.
8. Pasien dengan infus oksitosin harus di observasi dengan ketat
untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda-tanda ruptur
uteri membakat maupun tanda-tanda gawat janin.
9. Bila kontraksi rahim, timbul secara teratur dan adekuat maka
kadar tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi
kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat di kurangi
atau sementara di hentikan.
10. Infus oksitosin ini hendaknya tetap di pertahankan sampai
persalinan selesai yaitu sampai 1-2 jam sesudah lahirnya plasenta.
11. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat di lakukan dengan
periksa dalam bila his telah kuatan adekuat. Pada waktu

PROSEDUR
TETAP

KULDOSENTESIS
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
3/3

pemberian infus oksitosin bila ternyata kemudian persalinan telah


berlangsung, maka infus oksitosin dilanjutkan sampai pembukaan
lengkap. Segera setelah kala II di mulai, maka tetesan persalinan
buatan sesuai dengan indikasi yang ada pada waktu itu tetapi bila
sepanjang pemberian infus oksitosin timbu! penyakit pada ibu
maupun janin, maka infus oksitosin harus segera di hentikan dan
keluarkan segera di selesaikan dengan SC.

Januari 2009

TETAP

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN

KOMPOL NRP. 62071023


Tindakan perawatan yang diberikan pada pasien dengan seksio sesaria
baik sebelum, saat SC dan sampai sesudahnya.

TUJUAN

- Mempercepat penyembuhan
- Menghindari komplikasi

KEBIJAKAN

Perawatan harus dilakukan secara intensif agar tujuan-tujuan dari SC


terpenuhi

PETUGAS

1.
2.
3.
A.
B.

PROSEDUR

Dokter ahli obsgyn


Dokter ahli anesthesia
Bidan
PERSIAPAN TINDAKAN MEDIK
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
I. Pasien
1. Cairan dan slang infus sudah terpasang. Perut bawah dan
lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
2. Uji firngsi dan perlengkapan peralatan ekstraksi vacum
3. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut
bawah.
4. Medikamentosa
a. Oksitosin
b. Ergometrin
c. Prokain 1%
5. Larutan antiseptik ( Povidon Iodine 10 %)
6. Oksigen dengan regulator
7. Instrumen
a. Set partus 1 set.
b. Vacum ekstraktor 1 set, klem ovum 2.
c. Cunam tampon 1
d. Tabung 5 ml dan jarum suntik no 23 sekali pakai 2.
e. Spekulum sim's atau L dan kateter karet 2 dan 1.
II. Penolong
1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata
pelindung 3 set.
2. Sarung tangan DTT / steril 4 pasang.

PROSEDUR
TETAP

PERAWATAN PRA. INTRA DAN POSTOPERATIF PADA


SEKSIO SESAREA
No. Revisi
Halaman:
0
2/5
3. Alas kaki (sepatu/'.'boot " steril) 3 pasang.
4. Instrumen :
a. Lampu sorot
b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter I.

No. Dokumen

III. Bayi
1. Instrumen
a. Penghisap lendir dan sudep / penekan lidah 1 set.
b. Kain penyeka muka dan badan 2.
c. Meja bersih, kering dan nangat ( untuk tindakan ) 1.
d. Inkubator 1 sel
e. Pemotong dan pengikat tali pusat 1 set.
f. Tabung 20 ml dan jarum suntik no 23 / insulin ( sekali
pakai)
g. Kateter intravena atau janim kupu - kupu 2.
h. Popok dan selimut.
i. Alat resusitasi bayi.
2. Medikameptosa
a. Larutan bikarbonas natrikus 7,5% atau 8,4%.
b. Nalokson ( Narkan) 0,001 mg/kg BB.
c. Epinefrin0,01%.
d. Antibiotika
e. Aquabides dan dekstrose 10%.
3. Oksigen dengan regulator
C.
D.
1.
2.

3.

4.
E.

PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN


TINDAKAN
Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor dan pastikan
petugas dan persiapan untuk menolong bayi telah tersedia
Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya
persyaratan ekstraksi vacum.
Bila penurunan kepala diatas HIV ( 0/5 ), rujuk pasien ke
rumah sakit
Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan
klon n 0,5%, bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat
pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam
larutan tersebut.
Pakai sarung tangan DTT / steril yang baru.

PEMASANGAN MANGKOK VAKUM


1. Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara
miring dan setelah melewati introitus, pasangkan pada kepala
bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada bagian
yang tidak rata /moulage di daerah ubun-ubun kecil).

PROSEDUR
TETAP

PERAWATAN PRA. INTRA DAN POSTOPERATIF PADA


SEKSIO SESAREA
No. Revisi
Halaman:
0
3/5
Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya
dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan
pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk memastikan
tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit di antara
mangkok dan kepala.
Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan
pemeriksaan dan tangan penahan mangkok tetap pada
posisinya..
Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat
vakum dalam mangkok) secara bertahap.
Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom)
setelah 2 menit, naikkan hingga skala 60 (silastik) atau -6
(malmstroom) dan tunggu 2 menit.
Ingat : jangan gunakan tekanan maksimal pada kepala bayi,
lebih dari 8 menit
Sambil menuggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his
puncak. (face acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama
mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar tekanan
abdomen menjadi lebih efektif.

No. Dokumen
2.

3.
4.
5.

6.

F.

PENARIKAN
1. Pada face acme (puncak) dari his, minta pasien untuk
mengedan, secara silmultan lakukan penarikan dengan pengait
mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar menarik
pengait, ibu jari tangan dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari
tengah pada kulit kepala bayi)
Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada
tarikan kedua. Episiotemi (pada pasien dengan parineum
yang kaku) di lakukan pada saat kepala mendorong
parineum dan tidak masuk kembali.
Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum
lahir, sebaiknya pasien di rujuk (ingat: penatalaksanaan
rujukan).
2. Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua
kali, kondisi ini juga mengharuskan pasien di rujuk.
3. Saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke
atas hingga lahirlah berturut-turut dahi,muka dan dagu.

G. MELAHIRKAN BAYI
1. Kepala bayi di pegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk
melahirkan bahu depan, kemudian gerakkan ke atas untuk
melahirkan bahu belakang, kemudian lahirlah seluruh tubuh
bayi.
2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih,

PROSEDUR
TETAP

PERAWATAN PRA. INTRA DAN


POSTOPERATIF PADA SEKSIO SESAREA
No. Revisi
Halaman:
0
4/5
potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak.

No. Dokumen

H. LAHIRKAN PLASENTA
1. Suntikan eksitosin, Lakukan traksi terkendali, lahirlah plasenta
dengan menarik tali pusat dan mendorong uterus ke arah
dorsokranial.
2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan apabila terdapat
bagian-bagian yang lepas atau tidak lengkap.
3. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya (hindari percikkan
darah).
I. EKSPLORASI JALAN LAHIR
1. Masukkan spekulum Sim's/ L atas dan bawah pada vagina.
2 Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka
episiotomi atau robekan pada dinding vagina di tempat lain.
3. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara
bergantian ke arah samping, searah jarum jam, perhatikan ada
tidaknya robekan porsio.
4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomi, lakukan penjahitan
dan lanjutkan ke tengah k.
Bila di lakukan episiotomi, lanjutkan ke tengah j.
J. PENJAHITAN EPISIOTOMI
1. Pasang penopang bokong ( beri alas kain ). Suntikan prokain 1
% yang telah disiapkan dalam tabung suntik ) pada sisi dalam
luka episiotomi ( otot, jaringan, submukosa dan subkutis)
bagian atas dan bawah.
2. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang
dianestesi dengan pinset bergigi.
3. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon
dan kain penutup perut bawah dengan kocker.
4. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit otot dan
mukosa secara jelujur bersimpul ke arah luar kemudian tautkan
kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
5. Tarik lali pengikat tampon vagina secara perlahan - lahan
hingga tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan
kandung kemih.
6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan
kapas yang telah diberi larutan antiseptik.
7. Pasang kasa yang dibasahi dengan Povidon Iodine pada tempat
jahitan episiotomi.
K. DEKONTAMINASI
L. CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN

PROSEDUR
TETAP

PERAWATAN PRA. INTRA DAN


POSTOPERATIF PADA SEKSIO SESAREA
No. Revisi
Halaman:
0
5/5
M. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1. Periksa kembali tanda - tanda vital pasien, lakukan tindakan
dan beri instruksi lanjut bila diperlukan.
2. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan
pada kolom yang tersedia dalam status pasien.
3. Tegaskan pada petugas yang merawat unnik melaksanakan
instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segera bila
pada pemantauan terjadi perubahan yang harus diwaspadai.
No. Dokumen

PERDARAHAN SETELAH BAYI LAHIR


RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/2
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS
PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Perdarahan yang melebihi 500 cc atau yang lebih dari normal dimana
telah menyebabkan perubahan tanda-tanda vital.
Biasanya pasien mengeluh lemah, kembung, berkeringat
dingin, menggigil, hiperpuca, sistolik < 90 mmHg, N > 100
x/mnt, kadar HB < 89%
Menurunkan angka kematian ibu
Mencegah infeksi
Memperbaiki keadaan umum ibu
Perdarahan setelah bayi lahir harus segera mendapatkan pertolongan
yang standar karena dapat berakibat fatal pada ibu.
1.
2.
3.
A.

Dokter spesialis obsgyn


Dokter umum
Bidan
Anestesi Lokal & Episiotorai
1. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah ( dari tangan kiri anda )
antara kepala bayi dan perineum. Hal ini sangat penting untuk
mencegah jarum suntik mengenai kepala bayi yang dapat
menyebabkan kematian bayi.
2. Masukkan jarum secara subkutan, mulai kamisura posterior
menelusuri sepanjang perinium dengan susut 45 kearah kanan
ibu ( tempat akan dilakukan episiotomi).
3. Aspirasi untuk memastikan ujung jarum tidak memasuki
pembuluh darah, apabila pada aspirasi terdapat cairan darah,
tarik jarum sedikit dan kembali masukkan dengan arah yang
berbeda kemudian ulangi lagi prosedur aspirasi. ( Injectie bahan
anestesi kedalam pembuluh darah, dapat menyebabkan detak
jantung tidak teratur dan konvulsi).
4. Suntikan bahan anestesi ( lidokain 1% ) 5 - 10 ml sambil
menarik jarum keluar.
5. Tekan tempat infiltrasi agar anestesi menyebar. Untuk hasil
yang optimal, tunggu 1 - 2 menit sebelum melakukan
episiotomi.

B. Manuver CORKSCREW WOODS


1. Masukkan dua jari tangan kanan kearah anterior bahu belakang
janin.

PERDARAHAN SETELAH BAYI LAHIR

PROSEDUR
TETAP

No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
2/2

2. Minta asisten untuk melakukan penekanan fundus uteri kearah


bawah, kemudian putar ( searah jarum jam ) bahu belakang
bayi dengan kedua jari tangan operator ( penolong persalinan )
kearah depan ( ventral terhadap ibu ) sehingga lahir bahu
belakang ( perhatikan posisi punggung janin karena putaran
bahu belakang kedepan adalah kearah punggung bayi).
3. Masih diikuti dengan dorongan pada fundus uteri dilakukan
putaran berlawanan dengan arah putaran pertama sehingga akan
menyebabkan bahu depan dapat melewati simpisis.
C. Jika Menggunakan Manuver untuk Melahirkan Bahu Belakang
1. Masukan tangan mengikuti Ienglaing sakrum sampai jari
penolong mencapai fosa antecubiti.
2. Dengan tekanan jari tengah, lipat lengan bawah kearah dada.
3. Setelah terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan dari vagina
( menggunakan jari telunjuk untuk melewati dada dan kepala
bayi atau seperti mengusap muka bayi ) , kemudian tarik hingga
bahu belakang dan seluruh lengan belakang dapat dilahirkan.
4. Bahu depan dapat lahir dengan mudah setelah bahu dan lengan
belakang dilahirkan ( bila bahu depan sulit dilahirkan, putar
bahu belakang kearah depan, jangan menarik lengan bayi tetapi
dorong bahu posterior ) dan putar bahu depan ke belakang
(
mendorong anterior bahu depan dengan jan telunjuk dan jari
tengah operator ) mengikuti arah punggung bayi sehingga bahu
depan dapat dilahirkan.
D.
E.

Dekontaminasi dan Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan.


Perawatan Pasca Tindakan.

HISTEREKTOMI SUBTOTAL DAN TOTAL


RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Tanggal Terbit
PROSEDUR
TETAP

Halaman:
1/3
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung

Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG
KOMPOL NRP. 62071023

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS

INDIKASI

Tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik


sebagian (sub total) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri
Menghentikan perdarahan yang banyak akibat atomia atau kelainan
anatonic yang dapat menghalang kontraksi uterus
Histerektomi dapat dilakukan saat seksio sesaria, pasca persalinan atau
ruptur uteri
1. Dokter ahli obsgyn
2.
Dokter ahli anesthesia
3.
Dokter umum
- Ruptur utri
- Plasenta akreta, inkreta atau pankreta
- Uterus sebagai sumber infeksi

KONTRA INDIKASI

WAKTU
PEMASANGAN

1. Pasca persalinan

PROSEDUR

Cacat bawaan alat genital. Infeksi alat genital


Tumor alat-alat genital Uterus dengan sonde < 6 cm.
Gangguan haid, menorrhargi, disminorrhea.
Dugaan suatu kehamilan.
Pasien dengan gangguan sistem pembekuan darah
Pasien kelainan katup jantung Pasien alergi Cu (Cooper IUD )

Sebelum pulang dari rumah sakit.


4-6 minggu pasca persalinan
2. Pasca abortus
Pemasangan langsung pasca curet.
1 - 2 minggu pasca kuret.
3. Waktu interval : daur haid hari ke 4 atau 5.
1. Persiapan
a. Konseling tentang manfaat dan efek samping KB IUD.
b. Inform consent
c. Peralatan ( Bak instrumen steril berisi)
- Sarung tangan steril
- Speculum SIM/cocor bebek yang sesuai.
- Tampon tang
- Tenaculum

HISTEREKTOMI SUBTOTAL DAN TOTAL

PROSEDUR
TETAP

No. Revisi
0
Gunting lancip panjang
Sonde uterus
Depres secukupnya
Kom tempat larutan desinfektan (bethadine)

No. Dokumen
-

Halaman:
2/3

CARA PEMASANGAN IUD


1. Pakai sarung tangan steril.
2. Desinfeksi vagina dengan bethadine.
3. Dipasang doek suci hama.
4. Dipasang speculum SIM / cocor bebek.
5. Dipasang tenakulum pada bibir depan portio.
6. Dilakukan pengukuran dengan sonde rahim.
7. IUD yang akan dipakai dimasukkan kedalam inserter.
8. Inserter yaug telah diganti dengan IUD dimasukkan kedalam
kanalis servikalis.
9. Bila yang dipergunakan IUD Lippes Loop, IUD didorong
dengan mempergunakan alat pendorong ( plinger ), sedangkan
pada IUD Cooper T diletakkan dalam rongga rahim dengan
cara menarik inserter kebelakang (with drawl). Jika yang
dipasang IUD Nova T, pegang tuas pendorong kuat - kuat
dengan satu tangan dan tarik tabung inserter sampai menyentuh
bagian yang bergerigi. Dengan demikian cincin kuning akan
bergeser dari portio sejauh 1,5 cm dan lengan Nova T telah
terentang didalam uterus. Kemudian dorong kembali tabung
inserter sempai cincin kuning menyentuh porsio kembali dan
Nova T mencapai uterus dibagian fundus.
10. Inserter ditarik keluar dari kanalis servikalis.
11. Tali IUD dipotong 3 cm dari OVE.
12. Akseptor diberi profilaksis antibiotika Ampicilin 1 - 2 gr p.o /
hari selama 5 hari dan asam mefenamat 3 x 500 mg / hari.
13. Rendam alat dalam larutan clorin.
PENGOBATAN EFEK SAMPING
1. Fluor albus, dikurangi dengan memperbaiki gizi akseptor ( gizi
cukup protein dan mineral).
2. Sakit perut bawah dan sakit pinggang dapat diberi obat anti
prostaglandin yaitu antalgin 3 x 500 mg.
3. Menorrhagia dikurangi dengan

Memperbaiki gizi

Pemberian obat hemostatika (asam amino kaproat, asam


taksanamat)

Asam mefenamat.
Bila tidak menolong dan menyebabkan akseptor menderita anemia,
sebaiknya IUD dilepas.

PROSEDUR
TETAP

HISTEREKTOMI SUBTOTAL DAN TOTAL


No. Revisi
Halaman:
0
3/3
Translokasi IUD setelah diagnosa dibuat berdasar pada pemeriksaan :
Eksplorasi dalam rahim
USG
X foto
Sebaiknya IUD diambil dengan laparaskopi atau laparatomi
No. Dokumen

PELEPASAN MD/ AKDR


RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
2
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/1
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG
KOMPOL NRP. 62071023

PENGERTIAN

Serangkaian proses mekanik yang digunakan dengan aplikasi tekanan


pada korpus uteri

TUJUAN

Menghentikan pendarahan secara mekanika


Sebagai upaya pengganti kontraksi miometrium

KEBIJAKAN

Prosedur ini dilakukan dari luar atau dalam, tergantung tahapan upaya
mana yang memberikan hasil atau dapat mengatasi perdarahan yang
terjadi.
1. Dokter spesialis obsgyn
2. Dokter umum
3. Bidan

PETUGAS

PROSEDUR

Langkah Klinik :
a.
Persetujuan tindakan medik
b.
Persiapan sebelum tindakan
b. Beritahu pasien bahwa pengeluaran AKDR terdapat sedikit rasa
sakit.
c. Tidurkan pasien dalam posisi litotomi.
d. Pakai sarung tangan steril.
e. Desinfeksi daerah vagina.
f. Pasang spekulum sim / cocor bebek, tarik filanen dengan ekstraktor
IUD perlahan-lahan sampai AKDR keluar.
g.
Jika AKDR tidak keluar dengan mudah lakukan sonde uterus
agae OVI terbuka, putar sonde 90 perlahan-lahan selanjurnya
AKDR dikeluarkan seperti diatas.
h.
Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan
dengan mikrokuret.

PEMASANGAN KONTRASEPSI BAWAH / KULIT


(AKBK) / SUSUK KB
RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/4
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


Tanggal Terbit
Januari 2009

PROSEDUR
TETAP

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN

KOMPOL NRP. 62071023


Tindakan konservatif dan serangkaian upaya yang dilakukan bila
konservasi uterus merupakan pertimbangan utama

TUJUAN

Menghentikan perdarahan yang disebabkan oleh robekan dinding


uterus

KEBIJAKAN

Ruptur uteri yang dengan pertumbuhan medik tertentu, mengharuskan


dilakukan konservasi fungsi reproduksi

PETUGAS

1.
2.
3.
4.
a.
b.

PROSEDUR

Dokter spesialis obsgyn


Dokter ahli anesthesi
Bidan
Perawat / perawat anesthesi
Persetujuan tindakan medik
Persiapan sebelum tindakan

KONTRA INDIKASI
1. Hamil atau diduga hamil.
2. Kelainan fungsi hepar.
3. Riwayat ikterus atau gatal-gatal waktu hamil
4. Anemia
5. Tumor ganas buah dada
6. Perdarahan rahim yang belum jelas sebabnya.
I.

PERSIAPAN
a. Konseling tentang manfaat dan efek samping KB Norplant /
susuk KB.
b. Informed Consent
c. Persiapan alat :

Bak instmmens teril berisi

AKBK / Norplant / susuk steril pada kemasannya.

Doek steril

Sarung tangan steril

Obat anestesi steril

Spuit 5 cc

Larutan desinfektan (betadine) di dalam kora steril

Alkohol 70% Trocar

Pincet anatomi

PROSEDUR
TETAP

PEMASANGAN KONTRASEPSI BAWAH / KULIT (AKBK) /


SUSUK KB
No. Dokumen

No. Revisi
0
Kasa steril secukupnya
Band aid / plester

Halaman:
2/4

II. PELAKSANAAN
1.
Pasien diminta berbaring senyaman mungkin dengan lengan
kiri terletak diatas tempat tidur dan sejajar dengan bahu.
2.
Bersihkan daerah tempat pemasangan dengan larutan
desinfektan betadine lalu bila dengan alkohol 70%.
3.
Buka kemasan norplant dan letakkan diatas tempat yang
disediakan.
4.
Lakukan anestesi lokal di tempat pemasangan di tiga tempat,
sehingga berbentuk kipas terbuka. Geser jarum suntik dari
tempat pemasangan kapsul pertama kearah kanan, suntikkan
sejauh 4 - 4,5 cm, lepaskan anestesi lokal setiap kali sampai
selesai membentuk posisi kipas terbuka untuk menempatkan
keenam kapsul.
5.
Tutup area yang telah didisinfcksi dengan doek steril.
5 Buat sayatan sebesar 2 mm padi kulit bekas tempat suntikan
anestesi lokal.
6.
Perhatikan kedua tanda pada trocar. Masukkan ujungnya
yang tajam ke bawah kulit melalui sayatan tadi.
7.
Dorong trocar menelusuri bawah kaki, dangkal dan datar
sampai batas tanda dekat pangkal. Lakukan hati - hati jangan
memaksa.
8.
Masukkan kapsul pertama kedalam trocar.
9.
Dengan bantuan batang pendorong, perlahan - lahan dorong
kapsul ke dalam trocar, sampai terasa ada hambatan /
tahanan.
10. Pertahankan batang pendorong pada posisinya, tarik trocar
perlahan - lahan sampai batas tanda dekat ujungnya yang
tajam.
11. Kapsul sudah terlepas dari trocar ketika tanda dekat ujung
trocar yang tajam sudah terlihat pada sayatan. Lakukan
palpasi untuk meyakinkan bahwa kapsul sudah terpasang.
12. Masukkan kapsul berikutnya, raba kapsul pertama yang
sudah terpasang dengan telunjuk kiri sebagai patokan,
sehingga tidak terganggu pada saat pemasangan kapsul
kedua. Dorong trocar kesisi telunjuk yang meraba kapsul
pertama tadi, sepanjang jari tersebut beri jaiak sekitar 0,5 cm
di antara sayatan dan ujung kapsul yang dipasang.
13. Rapatkan sayatan, tutup dengan plester atau band aid. Tidak
perlu melakukan jahitan.
14. Tutuplah sayatan dengan kompres kering, balut dengan

PROSEDUR
TETAP

PEMASANGAN KONTRASEPSI BAWAH / KULIT


(AKBK) / SUSUK KB
No. Revisi
Halaman:
0
3/4
perban sekeliling lengan ditempat pemasangan untuk
mencegah hemostasis. Sarankan kepada akseptor agar
menjaga daerah ini sampai bekas luka sudah kering atau
sembuh.

No. Dokumen

YANG PERLU DIPERHATIKAN


1 Harus dijaga benar-benar steril agar tidak terjadi infeksi / abses.
2 Jangan terlalu dekat dengan sendi supaya tidak terjadi migrasi.
3 Jangan terlalu superfisial supaya tidak terjadi ekspulsi atau rasa
sakit.
4 Jangan terlalu dalam ( masuk kedalam otot ) supaya tidak
menyulitkan pelepasan.
5 Jarak batang yang satu dengan yang lain kurang lebih membentuk
sudut 15 derajat. Jangan terlalu jauh agar tidak sukar melepasnya,
namun jangan sampai menumpuk agar tidak terpengaruh
sekresinya.
EFEK SAMPING DAN CARA PENANGGULANGAN
Efek Samping Lokal
1. Keradangan
Berikan antibiotika : Ampisilin 3 x 500 mg atau Tetrasiklin 3 x
500 mg selama 5 hari berturut - turut.
Berikan analgesik: Metampiron 3 x 500 mg sampai rasa sakit
hilang.
2. Abses Susuk KB harus diangkai dan pus dikeluarkan.
Berikan antibiotika : Ampisilin 4 x 500 mg atau Tetrasiklin 4
x 500 mg selama 5 hari berturut - turut selama 5 hari.
Berikan analgesik : Metampiron 3 x 500 mg sampai rasa sakit
hilang.
3. Migrasi
Tidak perlu tindakan, hanya amati tempat migrasi untuk pelepasan
nanti.
4. Ekspulsi
Gantilah dengan batang yang baru sesuai dengan jumlah batang
yang ekspulsi.
5. Alergi
Berikan antinistamin ( CTM 3 x 1 tab) selama 5 hari berturut turut. Bila tidak sembuh susuk KB harus dilepas.
Penanganan Gangguan Haid
1. Konseling
Berikan penjelasan bahwa gangguan perdarahan / haid ini paling
sering hanya terjadi pada bulan ke 3 - 6. setelah itu gangguan

PEMASANGAN KONTRASEPSI BAWAH / KULIT


(AKBK) / SUSUK KB

PROSEDUR
TETAP

No. Dokumen
2.
3.

4.
5.
6.

No. Revisi
0

Halaman:
4/4

tersebut akan berkurang dengan sendirinya.


Pemeriksaan Fisik dan Gynckologi
Pastikan bahwa tidak ada penyebab lain yang mengganggu siklus
haid tersebut, termasuk evaluasi kemungkinan kehamilan.
Esterogen
Dapat diberikan:

Etimil estradiol 2 x 0,05 selama 7-21 hari atau

Konjugated estrogen 1,25 - 2,5 mg selama 7-21 hari.

Vitamin 1 kapsul sehari selama 5 hari.


Pil Oral kontrasepsi kombinasi dapat diberikan 2 x 1 selama 10-14
hari
Vitamin atau plasebo, sambil diberikan penjelasan.
Kuret dapat dilakukan apabila dengan pengobatan edikamentosa
tidak berhasil.

PENCABUTAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH


KULIT (AKBK)/ SUSUK KB
RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/2
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


Tanggal Terbit
Januari 2009

PROSEDUR
TETAP

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN

KOMPOL NRP. 62071023


Suatu tindakan untuk mengambil atau mencabut Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit (AKBK) / susuk KB

TUJUAN

- Agar wanita dapat hamil lagi


- Menghindari efek samping yang lebih berat

KEBIJAKAN

Pencabutan implant / susuk KB dilakukan di BKIA atau ruang praktek


dokter spesialis obsgyn. Hari pelayanan setiap hari kerja.

PETUGAS

1.
2.
3.
1.

PROSEDUR

Dokter Spesialis Obsgyn


Dokter umum
Bidan jaga
Persiapan
a. Persiapan alat: Bak instrument steril berisi
Doek steril
Sarung tangan steril
Obat anestesi lokal
Klem kecil 2 buah
Spuit 5 cc
Larutan desinfektan ( betadine ) di dalam kom steril
Alkohol 70%
Mess dan tempatnya / scalpel
Depres secukupnya.
Band aid / plester
b.

2.
3.
4.
5.

Persiapan pasien
Pasien diminta berbaring senyaman mungkin dengan lengan
kiri terletak diatas tempat tidur dan sejajar dengan bahu.

Lakukan palpasi untuk menentukan lokasi norplant. Kerjakan


desinfeksi pada lokasi, tutup dengan doek steril.
Lakukan anestesi lokal di dibawah proksimal keenam kapsul.
Buat sayatans elebar 4 mm, dekat ujung kapsul.
Dorong kapsul secara hati-hati kearah sayatan dengan
menggunakan jari-jari tangan. Kalau ujungnya sudah bisa terlihat
( menyembul pada sayatan ) tangkap dengan klem. Gunakan
scalpel untuk membersihkan dari jaringan yang mungkin sudah
menyelimutinya.

PENCABUTAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH


PROSEDUR
TETAP

KULIT (AKBK)/ SUSUK KB


No. Dokumen
6.
7.

No. Revisi
0

Halaman:
2/2

Tangkap kapsul dengan klem yang lain.


Angkat kapsul dari sayatan. Sesudah pengangkatan kapsul
selesai, tutuplah sayatan dengan plester Band aid.

KB SUNTIK
RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/2
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS
PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Cara pencegahan kehamilan dengan long acting progestin atau long
acting (progesteron + estrogen)
- Menekan ovulasi
- Membuat getah serviks menjadi kental
- Membuat endometrium tidak siap menerima kehamilan
KB suntik dapat dilayani di Poli KIA dan Poli spesialis Obsgyn
1. Dokter Spesialis Obsgyn
2. Dokter umum
3. Bidan
INDIKASI
1. Wanita yang sudah mempunyai anak
2. Wanita usia subur
KONTRA INDIKASI ABSOLUT
1. Riwayat tromboplebitis
2. Kelainan cardio dan cerebrovaskuler
3. Fungsi hati tidak atau kurang baik
4. Adanya keganasan pada payudara atau alat reproduksi.
5. Adanya kehamilan.
6. Varises berat
KONTRA INDIKASI RELATIF
1. Lactasi
2. DM ringan
EFEK SAMPING
1. Gangguan haid : amenorrhea, menorrhagia dan spoting.
2. Pertambahan Berat badan.
3. Libido menurun.
WAKTU PENYUNTIKAN
1. Hari ke 4-5 haid.
2. Segera setelah keguguran.
3. Selesai masa nifas.

PROSEDUR
TETAP

KB SUNTIK
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
2/2

PELAKSANAAN
1. Konseling tentang manfaat dan efek samping dari KB suntik.
2. Periksa tanda - tanda vital dan pastikan tidak ada kontra indikasi.
3. Ambil spuit 5 cc, isi dengan obat.
4. Suntikkan secara IM di daerah M. gluteus maksimus atau
deltoideus.
5. Jika sudah selesai beri kartu K3, jadwalkan kapan harus kembali
suntik berikutnya.
6. Anjurkan kontrol jika didapatkan efek samping.

PEMBERIAN PIL KB
RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/2
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


Tanggal Terbit
Januari 2009

PROSEDUR
TETAP

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS
PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Cara mencegah kehamilan dengan steroid hormon (pregesteron
dan estrogen) secara perorai yang diminum secara rutin setiap hari.
Menghambat ovulasi dan implantasi telur
Pil KB bisa dilayani di poli KIA dan atau dokter spesialis obsgyn
dengan menuliskan resep ke apotek Rumah Sakit
1. Dokter spesialis Obsgyn
2. Dokter umum
3. Bidan
INDIKASI
1. Pil KB Komninasi
Dalam 1 pil terdapat estrogen dan progestin sintetik. Pil diminum
setiap hari selama 3 minggu, diikuti dengan 1 minggu tanpa pil
atau placebo pada saat suatu perdarahan akan terjadi
Cara makan pil :
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima
siklus haid. Dapat juga dimulai pada hari yang diinginkan
(misal minggu)
Pada pasca persalinan (hari ke 30 - 40 nifas)
Efek samping
a. Ringan : biasanya pertambahan berat badan, pedarahan diluar
dari haid, enek, depresi, alopesia, melasma, kandidiasis,
amenorrhea pasca pil dan keluhan gastrointestinal.
b. Berat : trombositopeni yang terjadi karena faktor peningkatan
aktifitas faktor-faktor pembekuan atau karena pengaruh
vaskuler secara langsung.
2.

Pil KB Sekuensial
Pil ini sekarang kurang populer selama 14-15 hari pertama hanya
diberikan estrogen selanjutnya kombinasi estrogen dan
progesteron sampai siklus haid selesai. Fungsi utama pil ini untuk
menghambat ovulasi.

3.

Pil mini
Pil ini mengandung progestin saja, tanpa estrogen. Pil ini harus
diminum setiap hari walaupun waktu haid, karena tanpa estrogen

PEMBERIAN PIL KB

PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
2/2

pil ini dianjurkan untuk wanita yang sedang menyusui.


KONTRA INDIKASI ABSOLUT

Riwayat tromboplebitis

Kelainan cardio dan cerebrovaskuler.

Fungsi hati tidak atau kurang baik.

Adanya keganasan pada payudara atau alat reproduksi.

Adanya kehamilan.

Varises berat
KONTRA INDIKASI RELATIF
Lactasi
DM ringan
PELAKSANAAN
1. Sebelum memakai pil harus diberikan konseling mengenai
manfaat dan efek samping KB pil.
2. Periksa tanda - tanda vital dan pastikan tidak ada kontra indikasi.
3. Berikan pil yang sesuai.
4. Anjurkan kontrol jika ada efek samping.

TUBEKTOMI
RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/1
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS

KOMPOL NRP. 62071023


Tubektomi adalah tindakan oklusi/pengambilan sebagian saluran telur
wanita untuk mencegah proses fertilisasi. Tinakan tersebut dapat
dilakukan setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah
tubektomi, fertilitas dari pasangan tersebut akan terhenti secara
permanen. Waktu yang terbaik untuk melakukan tubektomi pasca
persalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah melahirkan karena
posisi tuba mudah dicapai dari sumbu umbilikus dan rendahnya risiko
infeksi. Bila masa 48 jam pasca persalinan telah terlampaui maka
minggu persalinan atau pada masa interval.
- Penghentian fertilitas atas indikasi medik
- Kontrasepsi permanen
Tubektomi harus dilakukan jika syaratnya (syarat sukarela, syarat
bahagia, syarat medik) terpenuhi.
1. Dokter spesialis Obsgyn
2. Dokter spesialis anestesi
3. Perawat / Bidan

PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM TINGKAT DI


& TV
RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/1
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN

TUJUAN

KOMPOL NRP. 62071023


Robekan perineum dibagi 4 tingkat :
1. Tingkat 1 : Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum.
2. Tingkat II : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot
perinea transversalis, tetapi tidak mengenai otot
sfingter ani.
3. Tingkat III : Robekan mengenai perineum sampai dengan
otot sfingter ani
4. Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai dengan
otot sfingter ani dan mukosa rektum.
- Menghentikan perhatian
- Mengembalikan / memperbaiki jalan mahir terutama vagina

HISTEREKTOMI SUB TOTAL DAN TOTAL


RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

:
:

Halaman:
1/1
Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


Tanggal Terbit
Januari 2009

PROSEDUR
TETAP

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN
TUJUAN

KOMPOL NRP. 62071023


Tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim baik
sebagian (sub total) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri.
Menghentikan perdarahan yang banyak akibat atomia atau kelainan
anatomic yang dpaat menghalangi kontraksi uterus.

KEBIJAKAN

Histerektomi dpaat dilakukan saat seksio sesaria, pasca persalinan atau


ruptur uteri

PETUGAS

INDIKASI

Dokter ahli obsgyn


Dokter ahli anesthesi
Dokter umum
Bidan
Perawat/perawat anesthesi
Ruptur uteri
Plasenta akreta, inkreta atau pankreta
Uterus sebagai sumber infeksi

KOMPRESI BIMANUAL DAN AORTA


RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

Halaman:
1/1
:
:

Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PETUGAS
PROSEDUR

KOMPOL NRP. 62071023


Serangkaian proses mekanik yang digunakan dengan aplikasi tekanan
pada korpus uteri
- Menghentikan perdarahan secara mekanik
- Sebagai upaya pengganti kontraksi miometrium (yang untuk
sementara waktu tidak dapat berkontraksi)
Prosedur ini dilakukan dari luar atau dalam, tergantung tahapan upaya
mana yang memberikan hasil atau dapat mengatasi perdarahan yang
terjadi
- Dokter spesialis obsgyn
- Dokter umum
- Bidan
Langkah Klinik :
A. Persetujuan tindakan medik.
B. Persiapan sebelum tindakan.

REPARASI ROBEKAN DINDING UTERUS


RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
0
Ditetapkan di
Pada tanggal

:
:

Halaman:
1/1
Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


Tanggal Terbit
Januari 2009

PROSEDUR
TETAP

dr. ANDOKO, Sp.OG


PENGERTIAN

KOMPOL NRP. 62071023


Tindakan konservatif dari serangkaian upaya yang dilakukan bila
konservasi uterus merupakan pertimbangan utama

TUJUAN

Menghentikan perdarahan yang disebabkan oleh robekan dinding terus

KEBIJAKAN

Ruptur uteri yang dengan pertumbuhan medik tertentu, mengharuskan


dilakukan konservasi fungsi reproduksi

PETUGAS

A.
B.

PROSEDUR

Dokter ahli obsgyn


Dokter ahli anesthesi
Dokter umum
Bidan
Perawat/perawat anesthesi
Persetujuan tindakan medik
Persiapan sebelum tindakan

PERTOLONGAN PERSALINAN PERVAGINAM PADA


GEMELLI (BAYI KEMBAR)
RS BHAYANGKARA
TULUNGAGUNG

No. Dokumen

No. Revisi
Ditetapkan di
Pada tanggal

:
:

Halaman:
1/1
Tulungagung
Januari 2009

Karumkit Bhayangkara Tulungagung


PROSEDUR
TETAP

Tanggal Terbit
Januari 2009
dr. ANDOKO, Sp.OG

PENGERTIAN

KOMPOL NRP. 62071023


Suatu tindakan pertolongan persalinan pada ibu inpartu dengan buah
kehamilan (janin) lebih dari satu.

TUJUAN

- Agar ibu dan bayinya sehat.


- Biaya dapat ditekan.

KEBIJAKAN

Pertolongan persalinan ganda harus dalam pengawasan dokter spesialis


kandungan, jika tidak memungkinkan pervaginam sebaiknya dilakukan
seksio sesaria
1. Dokter spesialis obsgyn
2. Dokter spesialis anak
3. Bidan
1.
Kondisi vital ibu masih memadai untuk proses persalinan
2.
Tidak terdapat komplikasi berat pada ibu, atau bila terjadi
komplikasi, hal tersebut telah diatasi sebelum pertolongan
persalinan dilaksanakan.
3. Kondisi bayi cukup baik (tidak gawat janin)
4. Ibu cukup kooperatif dan dapat mengikuti instruksi penolong
INDIKASI :
Hasil ganda tanpa penyakit.
Langkah Klinik :
A. Persetujuan tindakan medik.
B. Persiapan :
Instrumen (bahan dan alat)
1. Persiapan bahan dan alat-alat persalinan sebagai berikut :
a. Seperangkat alat persalinan normal.
b. Perangkat infus
c. Cairan infus : ringer laktat, dekstrose 5 %, NaCl
fisiologis.
d. Povidon iodin 2-3 % (diencerkan dan larutan 10%)
e. Anestesi lokal: lidokain 2 %.
f. Semprit 10ml( 1) dan 3 ml( 1 ).
g. Seperangkat alat dan bahan untuk menjahit luka
(
episiotomi
atau
laserasi).
h. Seperangkat alat resusitasi karcliopulmoner.

PETUGAS
SYARAT
PERSALINAN
PERVAGINAM

PROSEDUR

PERTOLONGAN PERSALINAN PERVAGINAM PADA


PROSEDUR
TETAP

GEMELLI (BAYI KEMBAR)


No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
2/1

Pasien
1. Bila memungkinkan, minta ibu untuk berkemih,
membersihkan perut bawah dan lipat paha ( dengan sabun
dan air).
2. Persilakan ibu berbaring dan atur dalam posisi litotomi.
3. Pasang infus profilaksis.
4. Pasang kain alas bokong, penutup perut bawah dan kedua
tungkai.
Bayi
1. Minta petugas untuk menghubungi dokter anak / perawat
mahir anak untuk asuhan bayi baru lahir.
2. Meja resusitasi dan alat bantu pengatur suhu tubuh bayi
3. Kain alau handuk kering, bersih dan hangat
4. Seperangkat alat resusitasi bayi.
Penolong
1. Pakai baju kamar tindakan, topi, masker, kacamata
pelindung, apron dan alas kaki.
2. Cuci tangan hingga siku dengan sabun di bawah air
mengalir.
3. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
C. Pencegahan infeksi sebelum persalinan
D. Langkah Klinik
a. Kala Pembukaan (kala I)
1. Lakukan palpasi Leopold untuk memastikan kembali letak
dan presentasi janin.
Pakai sarung tangan, lakukan periksa dalam untuk
kesesuaian dengan hasil palpasi.
Perhatikan :
Jika anak pertama (AP) presentasi kepala dan tidak
ditemui penyulit lainnya, upayakan persalinan
pervaginam.
Jika anak pertama (AP) bukan presentasi kepala tetapi
tanpa penyulit lainnya, observasi dan pantau secara
ketat apabila akan diselesaikan pervaginam.
Jika anak pertama (AP) bukan presentasi kepala dan
disertai dengan penyulit lainnya, pertimbangkan untuk
terminasi perabdominal.
2. Nilai kondisi bis dan kemajuan persalinan (buat partograf).
Perhatian : Lakukan penilaian dengan baik dan cermat
untuk menentukan adanya inersia dan
melakukan pemberian tetes oksitosin.

PROSEDUR
TETAP

PERTOLONGAN PERSALINAN PERVAGINAM PADA


GEMELLI (BAYI KEMBAR)
No. Revisi
Halaman:
No. Dokumen
0
4/5
b. Kala pengeluaran ( kala II )
I. Melahirkan anak pertama ( Presentasi kepala )
1. Jika pembukaan sudah lengkap, beritahukan pada ibu
bahwa proses pengeluaran akan segera berlangsung
dan minta ibu untuk mengikuti instruksi penolong.
2. Pada saat puncak his, minta ibu untuk mengedan
sambil menarik lipat lutut. Bila his menghilang, minta
ibu beristirahat dan bersiap untuk mengedan pada his
berikutnya. Pimpin berulang kali hingga kepala turun
ke dasar panggul.
3. Pada saat ibu mengedan dan kepala membuka vulva
serta mendorong perineum, lakukan episiotomi
mediolateralis ( bila diperlukan).
4. Lahirkan kepala, bersihkan muka dan mulut bayi,
kemudian lahirkan tubuh bayi sebagaimana pada
persalinan spontan.
5. Serahkan bayi kepada dokter anak / perawat mahir
anak yang bertugas.
6. Istirahatkan ibu, nilai kembali his dan lakukan periksa
dalam ulangan untuk menilai presentasi dan posisi
Anak Kedua ( AK ).
Perhatikan :
Bila persalinan terhenti, macet atau tak maju
pertimbangkan untuk menyelesaikan persalinan
dengan tindakan obstetric operatif (pervaginam atau
perabdominal ) disesuaikan dengan indikasi, kondisi
ibu - bayi dan sumber daya yang tersedia.
II. Melahirkan anak kedua ( AK )
1. Setelah AP lahir, segera lakukan pemeriksaan dalam
untuk menilai :
a. Letak, presentasi dan penurunan AK
b. Keutuhan selaput ketuban.
c. Adanya penyulit dari faktor anak ( misalnya :
prolapsus tali pusat atau gawat janin atau retensi
anak kedua ), faktor ibu ( misalnya : tidak cukup
panggul,
kesenjangan
ukuran
instrumen
dan bagian terbawah bayi dan sebagainya ).
2. a.

b.

- Anak kedua presentasi kepala


Tunggu his kuat, tahan Tundus uteri kemudian
fiksasikan kepala bayi agar masuk ke dalam
pintu atas panggul, kemudian lakukan
amniotomi.
Anak kedua bukan presentasi kepala Jika syarat

PERTOLONGAN PERSALINAN PERVAGINAM PADA


GEMELLI (BAYI KEMBAR)

PROSEDUR
TETAP
No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
4/5

memenuhi lakukan versi luar


a. Jika
berhasil
lanjutkan
persalinan
pervaginam
b. Kalau gagal lanjutkan dengan persalinan
sungsang jika lidak ada indikasi kontra
Perhatikan:
Jika terjadi prolapsus tali pusat dan syarat
tindakan terpenuhi, lakukan terminasi
perabdominal.
III. KALA URI/ KALA III
1. Segera setelah AK lahir berikan oksitosin drips 10 IU
dan lakukan pengosongan kandung kemih.
2. Upayakan uterus berkontraksi dengan baik ( lihat
penatalaksanaan aktif kala III pada persalinan normal ).
3. Lahirkan plasenta dengan traksi terkontrol pada tali
pusat. Bila belum berhasil tunggu hingga tampak tanda
pelepasan (separasi) plasenta
Jika selelah 30 menit plasenta belum lepas, lahirkan
plasenta secara manual.
4. Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapannya.
Perhatikan kontraksi uterus dan bila diperlukan beri
uterotonika.
5. Perhatikan perdarahan yang terjadi dan eksplorasi
kemungkinan laserasi pada jalan lahir.
6. Lakukan penjahitan episiotomi ( bila dilakukan ).
Setelah selesai nilai kembali kontraksi uterus, keluarkan
sisa darah pada jalan lahir dan pasang kasa yang
dibasahi dengan larutan antiseptik pada tempat jahitan
episiotomi
7. Kumpulkan instrumen dan bahan habis pakai ke dalam
tempat yang telah disediakan. Bersihkan dan lepaskan
sarung tangan ke dalam wadah dekontaminasi. Cuci
tangan hingga lengan dengan sabun dan air. Keringkan
dengan handuk bersih dan kering.
8. Periksa dan catat tanda vital ibu kemudian cantumkan
dalam status,Catat dan tuliskan instruksi untuk kala IV
dan pemantauan lanjutan
IV. KALA IV
1. Pantau kontraksi uterus dan jumlah perdarahan selama 2
jam pasca persalinan.
2. Jika tanda vital dan hasil pemantauan menunjukkan nilai
yang normal, kenakan kasa pembalut dan pakaian

PERTOLONGAN PERSALINAN PERVAGINAM PADA


PROSEDUR
TETAP

GEMELLI (BAYI KEMBAR)


No. Dokumen

No. Revisi
0

Halaman:
5/5

kemudian bawa pasien ke ruang rawat gabung.


E. Dekontaminasi Dan Pencegahan Infeksi Pasca Persalinan
F. Perawatan Pascapersalinan
1. Temui ibu dan bayi ( atau lihat bayi di ruang perawatan ),
jelaskan proses dan hasil pertolongan persalinan serta minta ibu
untuk mengikuti instruksi perawatan.
2. Buat laporan persalinan, tuliskan instruksi pemantauan dan
perawatan lanjutan serta jelaskan pada petugas yang akan
merawat.

Anda mungkin juga menyukai