PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan banyaknya pelayanan Rumah sakit yang ada sekarang
ini dan berkembangnya pelayanan kesehatan saat ini serta semakin
banyaknya pelayanan kesehatan yang tersedia bagi masyarakat,
diperlukan suatu peningkatan pelayanan kesehatan agar dapat bersaing
dalam memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, Ruang
VK/Bersalin merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan yang
harus bisa memberikan tindakan medis yang aman, efektif dengan
memberdayakan Sumber Daya Manusia yang kompeten dan profesional
dalam menggunakan peralatan, obat-obatan yang sesuai dengan standar
therapy di Indonesia
Pelayanan di Ruang VK/bersalin meliputi :
Pelayanan intra natal fisiologi, kesehatan reproduksi, perawatan bayi
baru lahir fisiologi, tindakan vakum ekstraksi, forceps ekstraksi.
Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut
di atas, maka disusunlah pedoman pelayanan Ruang VK/bersalin.
Pedoman ini adalah pedoman minimal dan dapat dikembangkan
kapanpun seiring dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umun
Tujuan meningkatkan mutu pelayanan di Ruang VK/bersalin
2. Tujuan khusus
a. Memiliki standar ketenagaan di Ruang VK/bersalin
b. Memiliki standar fasilitas di Ruang VK/Bersalin
c. Memiliki tata laksana di Ruang VK/Bersalin
d. Memiliki standar logistik di Ruang VK/Bersalin
e. Memiliki standar keselamatan pasien di Ruang VK/Bersalin
f. Memiliki standar keselamatan kerja di Ruang VK/Bersalin
g. Memiliki standar pengendalian mutu di Ruang VK/Bersalin
STANDAR KETENAGAAN
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan Jaga di Ruang VK/bersalin adalah sebagai berikut :
1. Tenaga medis :
Dokter Spesialis kebidanan dan kandungan berjaga secara on call
sesuai dengan jadwal jaga
2. Tenaga Bidan
a. Terdiri dari Bidan di ruangan yang berjaga secara on site, dalam
24 jam terbagi menjadi 3 waktu dinas, yaitu Dinas Pagi, Sore
dan Malam.
b. Pembagian waktu jam dinas yaitu
1) Dinas Pagi dari jam 08.00 - 14.00
2) Dinas Sore dari jam 14.00 - 20.00
3) Dinas Malam dari jam 20.00 - 07.00
c. Pengaturan jadwal dinas Bidan di ruangan dilakukan oleh
clinical instrkture sepengetahuan kepala ruangan
d. Apabila ada pegawai yang mengalami sakit atau ada anggota
keluarga yang meninggal, serta musibah maka penjadwalan
dinas diatur kembali oleh Kepala ruangan, dan tidak ada
penggantian dinas.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Alur Pelayanan di Ruang Kebidanan VK/Bersalin
Pasien Datang
Perlu Pasien
Konsul Dokter.Sp.OG
tindakan Pulang
Petugas Menghubungi RS
Rujukan
Rujuk Ke RS
Besar Kebutuhan
No Nama Ruangan Fungsi
Ruangan/Luas Fasilitas
1 Ruang Ruangan untuk Ukuran Tempat tidur
observasi pasien yang di passien, meja
VK/bersalin observasi sebelum pasien,
tindakan atau sampiran/gordyn
sesudah tindakan
2 Ruang Ruang untuk Ukuran Tempat tidur
tindakan melakukan tindakan, verlos
tindakan obstetri bed, oksigen,
dan ginekologi suction pump,
troly tindakan,
lemari alat, lemari
alat emergensi,
alat partus, alat
kuret, obat2an
emergensi,
dopler, USG, CTG
3 Ruang Ruang untuk Sesuai Meja, Kursi,
Konsultasi melakukan kebutuhan lemari arsip,
konsultasi oleh telepon/intercom,
profesi kesehatan peralatan kantor
kepada pasien dan lainnya
keluarganya
4 Ruang USG Ruangan untuk Tempat tidur
melakukan pemeriksaan,
pemeriksaan USG meja, kursi,
sampiran/gordyn,
USG
5 R.Administrasi Ruang untuk Meja, Kursi,
/Kantor menyelenggarakan lemari arsip,
kegiatan telepon/intercom,
administrasi komputer, printer
khususnya dan peralatan
pelayanan pasien kantor lainnya
di Ruang Rawat
Inap, yaitu berupa
registrasi &
pendataan pasien,
pendatanganan
surat pernyataan
keluarga pasien
apabila diperlukan
tindakan operasi
6 R. Dokter Jaga Ruang kerja dan Sesuai Tempat tidur,
kamar jaga dokter kebutuhan sofa, lemari,
meja/kursi,
wastafel.
a. Oksigenisasi
1) Membersihkan jalan napas dengan menggunakan lidi woten
2) Membantu batuk efektif
b. Cairan dan elektrolit
1) Mengobservasi intake dan output
2) Membantu memberi minum
c. Nutrisi
1) Membantu memberikan makan lewat mulu
2) Membantu meberikan makanan cair lewat NGT
d. Eliminasi
1) Membantu BAK di tempat tidur
2) Membantu BAB ditempat Tidur
3) Membantu mobilisi fisik ke toilet
e. Personal Hygine
1) melaksanakan memandikan di tempat tidur
2) memandikan pasien (ibu dan bayi)
3) Membantu Oral higine
4) Melaksanakan vulva hygiene
f. Tindakan pertolongan persalinan
1) Pemeriksaan pasien inpartu
2) Observasi pasien inpart
3) Pertolongan persalinan (inisiasi menyusui dini/IMD)
4) Pengawasan post partum
5) Asuhan bayi baru lahir
g. Pemberian edukasi (lihat panduan edukasi)
h. Gangguan rasa nyaman:nyeri
1) Mengalihkan nyeri melalui destraksi dan manipulasi nyeri
lainnya
3. Gizi
Implementasi yang harus dilakukan oleh tenaga Gizi adalah
a. Memberikan nutrisi
b. Mengobservasi makanan yang habis dan tidak habis
c. Memberikan konsultasi diit
4. Farmasi
Implemntasi tindakan asuhan klinik farmasi adalah
a. Memberikan obat yang sudah perdosis/shif
b. Memberikan konsultasi penggunaan obat
c. Memberikan saran kepada dokter terkait obat yang di resepkan
F. Evaluasi
1. Medis
a. Dilakukan sesuai rencana waktu therapy akhir terapi atau
evaluasi yang sifat formatif (setelah tindakan)
b. Evaluasi dicatat kedalam catatan perkembangan pasien dan
terutama pada kolom Planing dicatata apakah therapy di stop
atau dilanjutkan
2. Kebidanan
a. Dilakukan sesuai rencana target waktu asuhan atau evaluasi
yang sifat formatif (setelah tindakan/setelah shif)
b. Evaluasi yang dilakukan diakhir dinas pada catatan
3. Gizi
a. Dilakukan setelah pemberian nutrisi diperkirakan sudah 30
menit keatas
b. Catat hasil evaluasi dalam catatan perkembangan pada kolom”
O” (obyektif)
4. Farmasi
a. Dilakukan setelah dilakukan implementasi berupa respon
setelah pemberian obat atau edukasi
b. Catat dalam catatan perkembangan yang terintergramasi pada
kolom “O” (obyektif)
G. Pasien Pulang
1. Resume Pasien Pulang
a. Pasien pulang diperoleh setelah hasil evaluasi dokter tindakan
therapy diberhentikan dan perbolehkan pulang
b. Lakukan resume pasien sebagai bahan untuk control dan
keperluan riwayat penyakit dalam pertimbangan therapy yang
akan datang
2. Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut lakukan edukasi asuhan perawatan
dirumah yang berhubungan dengan asuhan:
a. Pemberian obat
b. Pemberian ASI
c. Hidup sehat
d. Mobilisasi fisik
e. Mengenal Tanda dan gejala yang perlu dilaporkan ke petugas
kesehatan terdekat
f. Asuhan yang bersifat khusus bagi pasien dengan kasus khusus
3. Pasien Meninggal
a. Bila pasien meninggal lakukan asuhan jenazah di ruangan
perawatan (lihat panduan asuhan pasien terminal)
1) Buka semua peralatan yang menempel di pasien
2) Buka baju pasien
3) Ikat tangan pasien tangan kanan memegang tangan kiri
4) Tutup hidung dan telingan dengan kapas
5) Tutup dengan laken
6) Tunggu 2 jam
7) Informasikan kebagian ambulan dan jenazah
b. Pasien dirujuk
Pasien dirujuk bila atas indikasi tidak dapat dilakukan di
rumah sakit dikarenakan sarana tidak lengkap, permintaan
sendiri dari pasien adapun persiapan yang harus dilakukan
1) Lakukan komunikasi dengan tempat yang akan menerima
rujukan (lihat panduan Komunikasi dan informasi )
2) Bila sudah tersedia ruangan maka hubungi ambulan dan
minta formulir kondisi ambulan saat ini
3) Setelah siap ambulan kondisikan tim yang akan merujuk
sesuai dengan kondisi pasien (lihat pada panduan transfer
pasien)
H. Alur Sirkulasi Pasien VK/bersalin
Pendaftaran Administrasi
Instalasi Laboratorium
Instali Radiologi
Instalasi
Gawat
Darurat
Ruang
VK/Bersalin
Instalasi Bedah
Pulang
Sehat
Keluar
Instalasi Pemulasaraan Jenazah
1. Alur Pasien
a. Pasien masuk Ruang VK/bersalin
1) Pasien masuk Ruang VK/bersalin dari IGD/Rawat
jalan/Ruang operasi/ Kamar bersalin/ Ruang Nifas, melalui
administrasi.
2) Pasien mendapatkan Nomor Rekam Medis
3) Serah terima & orientasi di pos perawat (Nurse Station)
4) Pasien diganti dengan alat tenun Rumah Sakit
5) Pasien selanjutnya dirawat lebih lanjut di Ruang VK/bersalin
1. Perencanaan
Kepala Ruangan mendata kebutuhan barang (BHP, alat
kebersihan, cetakan dan ATK) dalam 1 tahun dan membuat
rencana kebutuhan berdasar pemakaian tahun lalu ditambah 10%
2. Permintaan
Permintaan kebutuhan barang perbulan ruangan dilakukan setiap
awal bulan sesuai jadwal ke bagian farmasi untuk BHP, dan ke
bagian penyimpan barang untuk alat kebersihan, cetakan dan ATK
3. Penyimpanan
Penyimpanan barang dilakukan di tiap ruangan selama 1 bulan
A. Barang Tetap
1. Peralatan Keperawatan/Kebidanan
a. Ruang VK/bersalin
2. Alat Tenun
a. Sprei
b. Perlak
c. Vitrase
3. Peralatan Rumah Tangga
a. Lemari obat emergency
b. Senter
c. Meja pasien
d. Waskom mandi
e. Lampu senter/lampu emergency
f. Tempat sampah basah/kering
g. Tempat sampah medis/non medis
h. Standar infus
i. Tempat tidur persalinan/tindakan
j. Tempat tidur biasa
k. Troly obat
l. Troly alat
B. Barang Habis Pakai
1. Obat-obatan dan bahan habis pakai (BHP)
a. Tiap ruangan dalam Instalasi Rawat Inap memiliki persediaan
obat dan bahan habis pakai yang berasal dari bagian farmasi
untuk keadaan kegawat daruratan sesuai dengan standar
therapy
b. Pemakaian obat pasien dilakukan dengan cara meresepkan obat
sesuai kebutuhan dan disimpan dalam loker obat pasien selama
pasien dirawat di ruangan rawat inap.
2. Alat kebersihan
Regulasi sesuai dengan kebutuhan di ruangan
3. Cetakan
Regulasi sesuai dengan kebutuhan ruangan
4. Alat tulis kantor
Regulasi sesuai dengan kebutuhan ruangan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
XI.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) Rumah Sakit adalah suatu sistem
dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan
A. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
5. terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
B. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Program Keselamatan pasien (Patient Safety) di RSUD Gandus dikelola
oleh Panitia KPRS (Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Sesuai
sistematika program yang telah ditetapkan oleh panitia KPRS, maka
tatalaksana bidang Keselamatan Pasien mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
Kriteria:
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang
hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
Komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)
Jika terjadi insiden keselamatan pasien, isu yang penting bukan siapa
yang harus disalahkan tetapi bagaimana dan mengapa insiden itu terjadi.
Salah satu hal yang terpenting yang harus kita pertanyakan adalah apa
yang sesungguhnya terjadi dengan sistem kita ini. Dorong staf untuk
menggunakan analisa akar masalah guna pembelajaran tentang
bagaimana dan mengapa terjadi insiden.
A. Keselamatan Kerja
Pengendalian Bahaya di Rumah Sakit
Risiko bahaya yang terjadi di Rumah Sakit adalah akibat faktor-faktor
lingkungan kerja yang bersumber dari bahan-bahan yang dipergunakan
dalam suatu proses produksi, hasil produksi, sisa produksi serta peralatan
dan sarana dalam melakukan pekerjaan serta keadaan cuaca ditempat
kerja.
Faktor-faktor lingkungan kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Gandus
terdiri dari faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor psikologi dan
faktor ergonomik. Faktor-faktor lingkungan kerja yang nilainya melampaui
Nilai Ambang Batas (NAB), maka kemungkinan dapat mengakibatkan
gangguan kenyamanan kerja, gangguan kesehatan bahkan dapat
mengakibatkan penyakit akibat kerja.
1) Iklim kerja
Iklim Kerja, adalah keadaan lingkungan kerja yang merupakan
perpaduan antara parameter-parameter suhu udara, kelembaban
udara, suhu radiasi, kecepatan gerakan udara dan panas
metabolisme sebagai hasil aktivitas dari seseorang. Bila melampaui
Nilai Ambang Batas (NAB) sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor. KEP - 51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 dan
Keputusan Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.64.44, maka akan
mengakibatkan berbagai kelainan fisik dan fisiologis.
Pengendalian bahaya fisik akibat iklim kerja dilakukan sebagai
berikut:
a) Terhadap lingkungan kerja
(1) Menyempurnakan sistem ventilasi
(2) Terhadap permukaan yang mempunyai suhu permukaan tinggi
memperkecil panas radiasi
(3) Menyediakan tempat istirahat yang cukup
(4) Memberikan warna yang cerah pada peralatan yang
memberikan sumber panas
(5) Memasang shielding (penyekat) antara sumber panas dan
tenaga kerja
b) Terhadap tenaga kerja
(1) Memberikan air minum dekat tempat kerja yang memenuhi
syarat artinya cukup dan mudah dicapai dari lokasi kerja
(2) Pada lingkungan kerja yang mempunyai suhu radiasi rendah
dianjurkan dengan pakaian kerja ringan, sedang untuk radiasi
tinggi dianjurkan dengan pakaian kerja dengan tertutup
seluruh permukaan kulit dan berwarna putih
(3) Dihindari bagi tenaga kerja yang harus bekerja dilingkungan
panas apabila berbadan gemuk sekali dan menderita penyakit
cardio-vasculer
c) Terhadap lingkungan kerja yang bersuhu dingin
(1) Disediakan intermediate room dengan perubahan suhu yang
tidak terlalu besar sebelum masuk ke tempat kerja bersuhu
dingin
(2) Mencegah pengeluaran panas dari tubuh dengan pakaian
pelindung
(3) Memperbesar E req dengan menaikan metabolisme melalui
pem-berian makanan tambahan dan dalam hal-hal tertentu
meningkatkan aktivitas
2) Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat
menimbulkan bising mengganggu (annoyance noise), yaitu kebisingan
yang tidak menghi-langkan daya dengar, tetapi mengganggu
konsentrasi/ketenangan. Biasanya tingkat kebisingan rendah dan
suaranya tidak keras. Sedangkan bising yang menyebabkan
kehilangan daya dengar, yaitu kebisingan yang menyebabkan ketulian
pada tingkat kebisingan yang tinggi. Nilai Ambang Batas Kebisingan
(NAB) telah diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
KEP-51/MEN/1999 dan Keputusan Dirjen PPM & PLP
No.HK.00.06.64.44.
Kebisingan dapat menyebabkan berbagai pengaruh terhadap tenaga
kerja seperti :
a) Gangguan Fisiologis
b) Gangguan Tidur
c) Gangguan Komunikasi
d) Gangguan Psikologis
e) Gangguan Pendengaran
Pengendalian bahaya fisik akibat kebisingan
Pengendalian terhadap bahaya kebisingan pada prinsipnya adalah
mengu-rangi tingkat dan atau lamanya pemaparan, secara garis besar
usaha-usaha yang dapat ditempuh dengan cara :
3) Pencahayaan
Intensitas pencahayaan yang cukup dan distribusinya merata serta
tidak menimbulkan kesilauan, dapat terlaksana kalau perencanaan atau
design dari pemasangan lampu ruangan kerja. Intensitas cahaya
dinyatakan dalam satuan “Lux” yaitu satuan penerangan atau
pencahayaan per m2 nya jatuh arus cahaya sebesar satu lumen.
Standart intensitas pencahayaan di tempat kerja diatur dalam Peraturan
Menteri Perburuan (PMP No.7 th 1964) tentang syarat-syarat kebersihan
di tempat kerja dan intensitas pencahayaan dan Keputusan Dirjen PPM
& PLP No.HK.00.06.64.44.
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan :
a) Kelelahan mata dengan akibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja
b) Keluhan pegal-pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata
c) Kerusakan indra mata
d) Meningkatnya terjadinya kecelakaan
4) Getaran
Getaran adalah merupakan salah satu faktor fisik dan biasanya
terjadi karena mesin-mesin atau alat-alat mekanis lainnya yang
dijalankan dengan suatu motor dapat menghasilkan suatu getaran yang
akan diteruskan ke tubuh tenaga kerja yang mengoperasikannya.
Nilai Ambang Batas (NAB) intensitas getaran telah ditetapkan dengan
keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51 /MEN/1999, Keputusan
Dirjen PPM & PLP No. HK.00.06.64.44 dan menurut Internasional
Standar Organisation (ISO,1979) batas aman bagi kesehatan, yaitu
getaran paling kecil yang dapat mengganggu kesehatan adalah 14
mm/detik.
Pengaruh dari getaran adalah:
a) Menggangu kenyamanan kerja
b) Mempercepat terjadinya kelelahan
c) Membahayakan kesehatan
5) Gelombang Radiasi
Radiasi dapat ditimbulkan oleh peralatan-peralatan dengan
kemajuan tek-nologi yang sangat pesat sekarang ini. Radiasi gelombang
elektromagnetik terdiri dari radiasi yang mengion dan radiasi yang tidak
mengion, seperti gelom-bang-gelombang mikro, sinar laser, sinar tampak
(termasuk sinar dari layar monitor), sinar infra red, sinar ultra violet.
Nilai Ambang Batas (NAB) telah diatur menurut Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 dan .
Pengaruh dari pada radiasi adalah:
a) Menyebabkan kemandulan
b) Menyebabkan mutasi gen
c) Menyebabkan berbagai penyakit mata
d) Menyebabkan iritasi kulit
Pengendalian bahaya fisik akibat Radiasi
a) Isolasi sumber radiasi
b) Bila mungkin pekerjaan dilaksanakan secara remote kontrol
c) Mengurangi waktu pemaparan terhadap radiasi, diselingi waktu
istirahat yang cukup
d) Menggunakan alat pelindung diri
e) Merawat mesin secara rutin dan Pemberian makanan tambahan
e. Fasilitas Umum
1) Sediakan dan lakukan perawatan yang baik, termasuk mengganti dan
mencuci berbagai fasilitas sanitasi yang ada, agar kerapian maupun
kebersihan dan kesehatan terjaga
2) Sediakan fasilitas air minum, ruang makan, dan ruang istirahat
dengan kondisi yang baik dan nyaman untuk para pengguna
3) Tingkatkan fasilitas kesejahteraan dan pelayanan, sejalan dengan
usaha peningkatan kinerja para pekerja
4) Sediakan tempat/ruangan khusus bagi para pekerja untuk
mengadakan rapat, pertemuan, dan program pelatihan
5) Beri tanda-tanda yang jelas pada ruang/area di mana di tempat
tersebut diharuskan menggunakan alat pelindung diri
6) Sediakan alat pelindung diri yang memadai dan mampu melindungi
para karyawan sesuai dengan peruntukannya
7) Jika bahaya di ruang kerja tidak dapat dihilangkan dengan cara lain,
maka gunakan dan pilih alat pelindung diri yang cocok dan mudah
perawatannya bagi pekerja yang menggunakannya
8) Pastikan bahwa pekerja yang perlu menggunakan alat pelindung diri
secara teratur, harus mengikuti petunjuk penggunaaan yang tepat,
proses adaptasi serta pelatihan pemakaian
9) Pastikan bahwa semua orang dapat menggunakan alat pelindung diri
bila diperlukan
10) Pastikan bahwa alat pelindung diri dapat diterima oleh semua pekerja
11) Sediakan bahan-bahan pembersih dan fasilitas perawatan alat
pelindung diri, serta lakukan program perawatan secara teratur
12) Sediakan tempat yang memadai untuk menyimpan alat-alat pelindung
diri
13) Berikan tugas dan tanggung jawab kepada petugas untuk
melaksanakan perawatan dan kebersihan secara rutin
3. Keamanan Pasien
Untuk menjamin keamanan pasien selama menjalani pengobatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng, perlu dilengkapi dengan adanya
perlengkapan keamanan bagi pasien, antara lain:
a. Pegangan sepanjang tangga dan dinding
Perlunya pegangan sepanjang tangga dan dinding dimaksudkan agar
pasien, termasuk keluarga dan karyawan dapat berpegangan saat
menaiki atau menuruni tangga, dan bagi pasien yang dalam kondisi
lemah, apabila tidak menggunakan kursi roda, dapat berjalan dengan
berpegangan pada dinding.
2) Limbah infeksius
Limbah infeksius memiliki pengertian ;
a) Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan insentif)
b) Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan / isolasi penyakit
menular
c) Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada
proses akhir dimusnahkan dengan incinerator.
4) Limbah citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontami-nasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan
atau tindakan terapi citotoksik.
Untuk menghapus tumpahan yang tidak disengaja, perlu disediakan
absorben yang tepat. Bahan pembersih hendaknya selalu tersedia dalam
ruang peracikan terapi citotoksik, bahan yang cocok untuk itu, antara
lain: sawdust, granula absorpsi, atau pembersih lainnya.
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada
proses akhir dimusnahkan dengan incenerator.
Sedangkan limbah dengan kandungan obat citotoksik rendah, seperti ;
tinja , urine dan muntahan, dapat dibuang secara aman ke dalam
saluran air kotor. Namun harus hati-hati dalam menangani limbah
tersebut dan harus diencer-kan dengan benar.
5) Limbah farmasi
Limbah farmasi berasal dari ;
a) Obat-obatan kadaluarsa
b) Obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi
c) Obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat
d) Obat-obatan yang tidak diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan
e) Limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan
Metode pembuangan tergantung pada komposisi kimia limbah.
Namun, prinsip – prinsip berikut hendaknya dapat dijadikan
pertimbangan.
a) Limbah farmasi hendaknya diwadahi dengan kontainer non
reaktif
b) Bilamana memungkinkan, cairan yang tidak mudah terbakar
(larutan anti-biotik) hendaknya dierap dengan sawdust dikemas
dengan kantong plastik dan dibakar dengan incenerator
c) Bila proses penguapan dilakukan untuk membuang limbah
farmasi hendaknya dilakukan di tempat terbuka jauh dari api,
motor elektrik, atau intake conditioner. Proses penguapan dapat
menimbulkan pencemaran udara karena itu metode ini
hendaknya hanya digunakan untuk limbah farmasi dengan sifat
racun rendah.
d) Bahan ditempatkan dalam wadah non reaktif yang mempunyai
bidang permukaan luas.
e) Umumnya limbah farmasi harus dibuang melalui incenerator.
Secara umum, tidak disarankan untuk membuangnya ke dalam
saluran air kotor.
8) Limbah plastik
Masalah yang ditimbulkan oleh limbah plastik adalah terutama
karena jumlah penggunaan yang meningkat secara cepat seiring
dengan penggunaan barang medis disposable seperti syringe dan
selang. Penggunaan plasik lain seperti pada tempat makanan,
kantong obat, peralatan dll juga memberi kontribusi meningkatnya
jumlah limbah plastik. Terhadap limbah ini barangkali perlu
dilakukan tindakan tertentu sesuai dengan salah satu golongan
limbah di atas jika terkontaminasi bahan berbahaya.
Apabila pemisahan dilakukan dengan baik, bahan plastik
terkontaminasi dapat dibuang melalui pelayanan pengangkutan
sampah kota/umum.
Dalam pembuangan limbah plastik hendaknya memperhatikan
aspek berikut:
a) Pembakaran beberapa jenis plastik akan menghasilkan emisi
udara yang berbahaya. Misalnya pembakaran plastik yang
mengandung PVC (Poly Vynil Chlorida) akan menghasilkan
hidrogen chlorida, sementara itu pembakaran plastik yang
mengandung nitrogen seperti plastik formaldehida urea akan
menghasilkan oksida nitrogen.
b) Keseimbangan campuran antara limbah plastik dan non plastik
untuk pembakaran dengan incinerator akan membantu
pencapaian pembakaran sempurna dan mengurangi biaya operasi
incenerator
c) Pembakaran terbuka sejumlah besar limbah plastik tidak
diperbolehkan karena akan menghasilkan pemaparan pada
operator dan masyarakat umum.
d) Komposisi kimia limbah beracun sesuai dengan kemajuan
tehnologi sehingga produk racun potensial dari pembakaran
mungkin juga berubah. Karena itu perlu dilakukan updating dan
peninjauan kembali strategi penanganan limbah plastik ini
e) Tampaknya limbah plastik yang dihasilkan dari unit pelayanan
kesehatan akan meningkat. Volume yang begitu besar
memerlukan pertimbangan dalam pemisahan sampah dan untuk
sampah plastik setelah aman sebaiknya diupayakan daur ulang.
2) Penampungan
Sarana penampungan harus memadai, letak pada lokasi yang tepat,
aman dan hygienis. Standarisasi kantong pada limbah klinis dapat
dilakukan dengan pembedaan warna maupun dengan label, hal ini
diperlukan agar menghindari kesalahan petugas dalam pengelolaan.
Keseragaman standar kantong & kontainer limbah memberikan
keuntungan sebagai berikut:
1) Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf yang dimutasikan
antar instasni/unit
2) Meningkatkan keamanan secara umum, baik pada pekerjaan di
lingkungan Rumah Sakit maupun pada penanganan limbah di luar
Rumah Sakit.
3) Pengurangan biaya produksi kantong & container
3) Pengangkutan
Dalam strategi pembuangan limbah Rumah Sakit hendaknya
memasukkan prosedur pengangkutan limbah internal dan eksternal.
Pengangkutan internal biasanya berawal dari titik penampungan ke
onsite incinerator dengan kereta dorong. Peralatan tersebut harus diberi
label dan dibersihkan secara reguler dan hanay digunakan untuk
mengangkut sampah . Setiap petugas hendaknya diberi APD (alat
pelindung diri) khusus.
Pengangkutan sampah klinins dan yang sejenis ke tempat
pembuangan di luar memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan
harus diikuti oleh seluruh petugas yang terlibat. Prosedur tersebut harus
memenuhi peraturan angkutan lokal. Bila limbah klinis dan yang sejenis
diangkut dengan kontainer khusus, kuat dan tidak bocor. Kontainer
harus mudah ditangani dan harus mudah dibersihkan.
4) Pemusnahan
Incinerator digunakan untuk melakukan proses pembakaran yang
dilaksana-kan dalam ruang ganda incinerator yang mempunyai
mekanisme pemantauan secara ketat dan pengendalian parameter
pembakaran. Limbah yang combustible dapat dibakar bila incinerator
yang tepat tersedia, bila tidak justru akan merusak dinding ruang
incinerator. Residu dari incinerator/abu bisa dibuang langsung ke
landfill, namun tidak untuk residu yang mengandung logam berat.
h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput
lendir.
i. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio.
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang
berarti dapat merubah genetika.
k. Arus listrik
Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya
dipengaruhi oleh:
a. Daya racun dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50, dimana
makin kecil nilai LD50 atau LC50 B3 menunjukkan makin tinggi
daya racunnya
b. Cara B3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernapasan,
saluran pencernaan dan penyerapan melalui kulit. Diantaranya
yang sangat berbahaya adalah yang melalui saluran pernapasan
karena tanpa disadari B3 akan masuk ke dalam tubuh bersama
udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 M 2 selama 8 jam
kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
c. Konsentrasi dan lama paparan
d. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam-macam B3
dengan sifat dan daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan-
tindakan pertolongan atau pengobatan
e. Kerentanan calon korban paparan B3, karena masing-masing
individu mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh
bahan kimia.