Anda di halaman 1dari 40

PANDUAN PELAYANAN OBSTETRIK DAN

NEONATUS KOMPREHENSIF (PONEK)


RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RONA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK RONA

Jl. KH. Hasan Basri Sulaiman No. 20 Kota Pangkalpinang

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT bahwasa-


Nya, kami tim akreditasi Rumah Sakit Ibu dan Anak RONA Kota Pangkalpinang
telah menyelesaikan Pedoman pelayanan Ponek sebagai fasilitas yang tersedia
di rumah sakit.
Pedoman ini memuat beberapa hal tentang standar ketenagaan, standar
fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, keselamatan pasien, keselamatan
kerja, pengendalian mutu yang tersedia di rumah sakit.
Dalam penyusunan pedoman ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan,maka untuk itu kami sangat terbuka atas koreksi yang membangun
demi kesempurnaan pedoman ini.

Pangkalpinang, Juni 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II STANDAR KETENAGAAN......................................................................7

BAB III STANDAR FASILITAS............................................................................9

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.............................................................22

BAB V LOGISTIK...............................................................................................31

BAB VI KESELAMATAN PASIEN......................................................................41

BAB VII KESELAMATAN KERJA.......................................................................42

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU.....................................................................43

BAB IX PENUTUP..............................................................................................45

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. LATAR BELAKANG
Sasaran Millennium Development Goals (MDGs), dimana Indonesia
merupakan salah satu dari 189 negara yang menandatangani kesepatan
pembangunan millennium (MDGs) pada bulan September tahun 2000.
Kesepakatan tersebut berisikan 8 (delapan) misi yang harus dicapai, yang
merupakan komitmen bangsa-bangsa di dunia untuk mempercepat
pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan, dimana pencapaian
sasaran Millennium Development Goals (MDGs) menjadi salah satu prioritas
utama Bangsa Indonesia.
Salah satu sasaran dari Millennium Development goals (MDGs) adalah
Menurunkan angka kematian bayi dan peningkatan kesehatan ibu, yaitu
proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu
dalam bentuk pelayanan obstetrik dan neonatus komprehensif (PONEK) di
rumah sakit.
Pelayanan obsetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan
pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk
Pelayanan Obsetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di Rumah
Sakit. Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari system rujukan
dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat
berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga-tenaga
kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana, dan managemen yang
handal.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Terpenuhinya standar Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) dalam rangka menurunkan angka kematian bayi
dan meningkatkan kesehatan ibu.
2. Tujuan Khusus
a. Terstandarnya pedoman ketenagaan di PONEK.
b. Terstandarnya pedoman sarana prasarana diPONEK.

4
c. Tersusunnya panduan 10 penyakit terbesar di setiap instalasi pelayanan
PONEK.
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup pelayanan PONEKdi RS dimulai dari garis depan/UGD
dilanjutkan ke kamaroperasi/ruang tindakan sampai ke ruang perawatan.
Secara singkat dapat dideskripsikansebagai berikut:
1 Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
2 Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang
tindakan.
3 Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio
sesaria.
4 Perawatan intermediatedan intensif ibu dan bayi.
5 Pelayanan Asuhan Antenatal Risiko Tinggi.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. PONEK adalah pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif.
2. UGD adalah unit gawat darurat yang dapat melayani penanganan
kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal serta pelayanan
ginekologis.
3. Instalasi rawat inap mencakup ruang perinatologi, dan ruang nifas
(post natal).

E. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan ini adalah sebagai
berikut :
1 Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengeluarkan
Standar Akreditasi Rumah Sakit Nomor HK.02.04/I/2790/11 tentang
Standar Akreditasi Rumah Sakit;
2 Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit tahun 2012 tentang
Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi
3 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang praktek kedokteran
4 KEPMENKES RI no 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar
pelayanan Rumah Sakit.

5
5 DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman,
penyelenggaraan PONEK di rumah Sakit,
6 DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Perlindungan Ibu dan Bayi secara Terpadu dan Paripurna menuju
Rumah Sakit Sayang Ibu dan bayi
7 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003
tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan
Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota sehat.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

6
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Kualifikasi sumber daya manusia di Tim PONEK adalah :
1. Ketua Tim PONEK
a. Pendidikan minimal Strata I
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki kemampuan manajerial
d. Masa kerja minimal 2 tahun
2. Dokter Spesialis Obgyn
a. Pendidikan dokter spesialis
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki Surat Ijin Praktik di RSIA RONA Kota Pangkalpinang
3. Dokter Spesialis Anak
a. Pendidikan dokter spesialis
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki Surat Ijin Praktik di RSIA RONA Kota Pangkalpinang
4. Dokter Umum
a. Pendidikan dokter
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki Surat ijin Praktik
d. Telah mengikuti dan memiliki sertifikat PONEK
e. Telah mengikuti dan memiliki Sertifikat GELS (General Emergency
Life Support)
f.Telah mengikuti dan memiliki Sertifikat PPGD-ON
5. Penanggung jawab instalasi
a. Pendidikan minimal D III Kebidanan/Keperawatan
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki sertifikat pelatihan PONEK
d. Memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan tindakan
pelayanan
e. Pengalaman bekerja sebagai pelaksana minimal 3 tahun
6. Pelaksana
a. Pendidikan minimal S1 kedokteran (bagi dokter)
b. Pendidikan minimal D III Kebidanan (bagi bidan/perawat)
c. Memiliki Surat tanda Registrasi

7
d. Bersedia bekerja dengan system shift
e. Dapat melakukan Bantuan Hidup Dasar
f. Dapat melakukan pelayanan PONEK sesuai dengan kompetensi

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Terdapat tenaga kesehatan yang telah melakukan pelatihan PONEK
yaitu:
a. Dokter spesialis obstetric ginekologi 1 orang
b. Dokter spesialis anak 1 orang
c. Bidan 1 orang
d. Perawat 1 orang
2. Terdapat dokter umum yang telah melakukan pelatihan PONEK
3. Terdapat bidan dan perawat yang telah melakukan pelatihan PONEK

C. PENGATURAN JAGA
Dalam pengaturan jaga pelaksana (dokter/bidan/perawat ) pelayanan
PONEK terbagi 3 shift yaitu :
a) Shift Pagi : 07.00 – 14.00 WIB
b) Shift Sore : 14.00 – 21.00 WIB
c) Shift Malam: 21.00 – 07.00 WIB

BAB III
STANDAR FASILITAS

8
A. DENAH RUANGAN

9
B. STANDAR FASILITAS
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK
harusdipenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yanglengkap
3. Ruang pulih/observasi pasca tindakan
4. Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk
koordinasiinternal
Standar fasilitas berdasarkan kriteria ruangan dan peralatan pelayanan
PONEK adalah sbb :
1. Kriteria Umum Ruangan:
a) Struktur Fisik
1) Lantai telah ditutup dengan lantai porselen atau plastik
2) Dinding ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yangbisa
dicuci atau dilapis keramik
3) Langit-langit di cat dengan cat yang bisa dicuci.
4) Unit memiliki area untuk menyiapkan susu formula
5) Tersedia 1 lemari dan meja untuk penyimpanan bahan di ruangan
b) Kebersihan
1) Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat
terlihatdengan mudah.
2) Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbahrumah
sakit
3) Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan,
instrumen,pintu, jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit.
c) Pencahayaan
1) Pencahayaan harus memadai dan sesuai dengan area dalam ruangan.
2) Pencahayaan harus terang dan memadai baik cahaya alami atau
buatanatau listrik
3) Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk.
4) Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan
semua lampu berfungsi baik dan kokoh
5) Tersedia lampu emergensi

10
6) Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus.
d) Ventilasi
1) Ventilasi, dapat mencakup sumber alami (jendela), harus cukup
jikadibandingkan dengan ukuran ruang.
2) Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik.
3) Diperlukan pendingin ruangan, suhu ruangan dipertahankan pada 24-
26ºC
4) Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri)
e) Pencucian tangan
1) Tersedia 1 wastafel (uk 50 cm x 60 cm x 15 cm) dengan campuranair
panas dan dingin (bila memungkinkan), kran harus dapat dibukadengan
siku
2) Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau disinfektanyang
dikendalikan dengan siku atau kaki.
3) Wastafel, keran air dan dispenser harus dipasang pada ketinggian
yangsesuai (dari lantai dan dinding).
4) Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka.
5) Pasokan air panas harus cukup.
6) Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu sekali pakai
untukmengeringkan tangan, diletakkan di sebelah westafel.
7) Di ruangan perawatan neonatus, untuk setiap 3 inkubator harustersedia
1 wastafel.
2. Kriteria Khusus Ruangan:
a. Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur
denganwastafel paling jauh 6 meter dan paling dekat 1 meter
b. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri danNeonatus/UGD
1) Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi dan peralatanresusitasi
lengkap.
2) Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga,
kamarpersiapan peralatan (linen dan instrumen), kamarjaga, ruang
sterilisator dan jalur ke ruang bersalin terletak salingberdekatan dan
merupakan bagian dari instalasi gawat darurat.
Ruang Maternal

11
Instalasi persalinan
1) Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan UGD
2) Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
3) Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
4) Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan
tidakada keharusan melintas pada ruang bersalin.
5) Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit.
6) Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal,
untukmemudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
7) Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse
station)agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus
sebelumdibawa ke ruang rawat (postpartum). Selanjutnya bila
diperlukanoperasi, pasien akan dibawa ke kamar operasi yang
berdekatan dengankamar bersalin.
8) Tersediakamar mandi-toilet berhubungan kamar bersalin.
9) Tersedia fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
10) Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgin,
kursipemeriksa, meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil,
USGmobile dan troli emergensi.
11) Ruang perawat-nurse station-berisi : meja, handphone, lemari
berisiperlengkapan darurat/ obat.
12) Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one day care : untuk
kuret,penjahitan dan sebagainya berisi; meja operasi lengkap, lampu
sorot,lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci operator,
mesinanestesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA) dsb.
13) Ruang tunggu bagi keluarga pasien: berisi kursi.

Ruang Neonatal
Unit Perawatan Neonatal Normal
1) Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung
ibubayiharus tersedia di semua RS atau pusat kesehatan dengan unit
atauruang bersalin (tidak memandang berapa jumlah persalinan

12
setiaphari)
2) Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata
setiaphari.
3) Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 – 26°C)
Unit Perawatan Neonatal dengan Risiko Tinggi Level II
1) Unit asuhan khusus harus dekat dengan ruang bersalin, bila
tidakmemungkinkan kedua ruangan harus berada di gedung yang
sama danharus jauh dari tempat lalu lintas barang/orang.
2) Area yang diperlukan tidak boleh < 12 m2 (4 m2 untuk tiap pasien)
3) Unit harus memiliki kemampuan untuk mengisolasi bayi:
a) Area terpisah
b) Area terpisah dalam 1 unit
c) Inkubator di area khusus
 Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik
yang dipasangdengan tepat untuk peralatan listrik. Steker
harus mampu memasokbeban listrik yang diperlukan, aman
dan berfungsi baik.
 Minimal harus ada jarak 1 meter antar inkubator atau
tempat tidurbayi.
Unit Perawatan Neontal dengan Risiko Tinggi Level III
1) Fasilitas fisik serupa dengan tingkat II ditambah unit asuhanintensif
BBL (NICU) yang harus berada dekat ruang bersalin danjauh dari lalu
lintas orang/barang
2) Ukuran ruangan NICU 18 m2, paling sedikit 6 – 8 m2 untuk
setiappasien
3) Struktur fisik ruangan NICU yang lain serupa dengan strukturfisik unit
. neonatologi tingkat II

c. Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi, wastafel dan
tempat sampah.
d. Area Pencucian Inkubator
Minimal ruangan berukuran 6-8 m2, dilengkapi dengan pasokan air dan

13
lubang pembuangan.
e. Ruang Operasi
1) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea
danlaparotomia.
2) Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan
lebarminimum 4 m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang-
kurangnyaada sebuah bagi bagian kebidanan.
3) Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalamkamar
operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator danperlengkapan
resusitasi dewasa dan bayi.
4) Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
5) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standarluas:
8 m2/bed, sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isiruangan
ialah: meja, kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi
oksigen dsb, tempat rekam medik, inkubator bayi, troli darurat.
6) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ketempat
pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat melaluikaca.
7) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar
operasi,serta telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed.
8) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
a) Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas
laluorang.
b) Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih- ruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan
tempat cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas
airpanas/dingin. Ada meja kerja dan kursi-kursi, troli-troli.
c) pembuangan kotoran/cairan.
d) Kamar pengawas OK : 10 m2
e) Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi, meja dan tersedia
toilet.
f) Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi.
Adaautoklaf besar berguna bila darurat.
g) Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
h) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang,

14
terdapatdi depan kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu
harusdirancang agar tidak membuat basah lantai. Air cuci
tangandianjurkan air yang steril dan mengalir.
i) Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi
linen,baju dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa
linen.
j) Ruang gas/ tabung gas.
k) Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi,
dibersihkan,meja dan kursi.
l) Gudang 12 m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar
operasi.
m) Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi
loker,meja, kursi dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2.
n) Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
o) Kamar jaga dokter: 15 m2.
p) Kamar paramedik: 15 m2.
q) Kamar rumah tangga (house keeping): berisi lemari,meja, kursi,
peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapankebersihan, dsb.
r) Ruang tempat brankar dan kursi dorong.

f. Ruang Penunjang harus disediakan seperti :


1) Ruang perawat/bidan
2) Kantor perawat
3) Ruang rekam medik
4) Toilet staf
5) Ruang staf medik
6) Ruang loker staf/perawat
7) Ruang rapat/konferensi
8) Ruang keluarga pasien
9) Ruang cuci
10) Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
11) Gudang peralatan
12) Ruang kotor-peralatan-harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruangini
mempunyai tempat cuci dengan air panas-dingin, ada meja untukkerja.

15
13) Ruang obat : wastafel, meja kerja dsb.
14) Ruang linen bersih.
15) Dapur kecil untuk pembagian makan pasien.

3. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Umum:


a. Area Cuci tangan
1) Wastafel
Wastafel cuci tangan ukuranya cukup besar sehingga air tidak
tercipratdan dirancang agar air tidak tergenang atau tertahan.
2) Wadah gaun bekas
3) Rak/gantungan pakaian4) Rak sepatu
4) Lemari untuk barang pribadi
5) Wadah tertutup dengan kantung plastik
Harus disediakan wadah terpisah untuk limbah organik dan nonorganik
1) Sabun
Tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun cair
antibakteridalam dispenser dengan pompa.
2) Handuk
Harus ada handuk untuk mengeringkan tangan. Dapat berupa kainbersih
atau tisu.

b. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/IGD


1) Steker listrik
a) Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang
dipasangdengan tepat untuk peralatan listrik
b) Steker harus mampu memasok beban listrik yang
diperlukan,aman dan berfungsi baik.
2) Meja periksa untuk neonatus
a) Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa, lembar plastik
utuh dan seprai bersih.
b) Bagian logam harus bebas karat.
3) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
4) Meja Perlengkapan

16
5) Selimut
Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah
yangsesuai dengan perkiraan persalinan.
6) Perlengkapan
7) Pasokan oksigen

c. Level SCN
1) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan
pengukuraliran (jika ada oksigen dengan sistem pipa di dinding, lihat
standaruntuk level NICU)
2) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh.
3) Harus ada pengatur kadar oksigen.

d. Level Intermediate/NICU
1) Harus ada oksigen dengan sistem pipa dengan jumlah outlet
yangsama dengan jumlah penghangat.
2) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan
pengaturaliran sebagai cadangan.
3) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh

4. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus:


a Unit Perawatan Khusus
1) Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang
dipasangdengan tepat untuk peralatan listrik. Steker harus mampu
memasokbeban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi baik.
2) Mebel Lemari instrument
a) Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan bahan
pasokanumum, selain dari lemari dan meja untuk menyimpan
bahan-bahanuntuk ruang isolasi.
b) Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak luka)
3) Lemari es
4) Meja
a) Harus ada meja di area administrasi dan penyuluhan.

17
b) Harus dicat dengan bahan yang dapat dibersihkan / dicuci.
5) Kursi
Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang
berfungsibaik.
6) Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik.
7) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
8) Pasokan oksigen dan medical air/ udara tekan
a) Harus ada dua tabung oksigen dan empat tabung medical air,
masing-masingsatu regulator dan pengatur aliran.
b) Aliran (jika ada oksigen dan medical air dengan sistem pipa
didinding, lihat standar untuk tingkat III / NICU)
c) Tabung oksigen dan medical air cadangan harus selalu terisi
penuh.
d) Harus ada pengatur kadar oksigen dan medical air.
9) Lampu darurat
10) Inkubator, asuhan normal
a) Paling sedikit harus ada 3 inkubator yang berfungsi baik.
b) Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara inkubator atau
tempattidur bayi
11) Penghangat (Radiant warmer)
Paling sedikit harus ada satu penghangat yang berfungsi baik.
12) Timbangan bayi
Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik
disetiap ruangan.
13) Alat / Instrumen
a) Harus ada ekstraktor vakum yang berfungsi.
b) Ada forceps naegle
c) Ada Aspirasi Vakum Manual (AVM)
d) Harus ada pompa vakum listrik yang dapat dibawa dengan
pengatur
e) Hisapan, selang dan reservoar bersih atau kanister sebagai
cadangan.
14) Pulse Oximeter

18
15) Generator listrik darurat
Harus ada generator listrik cadangan yang dioperasikan jika
pasokanlistrik utama tidak ada.
b. Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber
listrik sebanyak 4 pada titik yang berbeda
5. Jenis Peralatan Neonatal
a. Peralatan resusitasi neonatus (pemanas, balon resusitasi, balonresusitasi
yang dilengkapi dengan alat untuk memberikan PEEP,
selangoksigen/connector, masker, T-Piece resusitator, pipa ET,
penghisap.
b. Laringoskop neonatus dengan 3 bilah lurus (ukuran 1, 0 dan 00).
BatereAA (cadangan) untuk bilah laringoskop dan bola lampu
laryngoskopcadangan.
c. Minimal 5 inkubator termasuk inkubator asuhan intensif Level II dengan
asumsi 1 ruangan minimal 12 m2, dengan maksimal 3 inkubator, tersedia:
1) unit terapi sinar
2) alat pemantau kardio-respirasi
3) pulse oksimeter
4) syringe pump
5) steker 8 buah untuk setiap inkubator
d. Untuk setiap setiap inkubator harus tersedia:
1) 1 outlet oksigen pada level II
2) 1 outlet udara bertekanan pada level II
3) 1 penghisap pada level II
a) 2 unit alat terapi sinar konvensional dan atau intensif
b) 1 alat pengukur ikterus
c) Alat pemeriksa glukosa
d) Complete set Nasal CPAP
e) Tabung oksigen cadangan/konsentrator oksigen
f) Tabung medical air cadangan
4) Pasokan oksigen dan medical air Level III
a) Harus ada oksigen dan medical air dengan sistem pipa dengan jumlah
outlet yang sama dengan jumlah alat penghangat.

19
b) Harus ada dua tabung oksigen dan empat tabung medical air, masing-
masing dengan satu regulator dan pengatur aliran serta cadangan.
c) Tabung cadangan harus selalu terisi penuh.
1) Perangkat resusitasi
2) Analisis Gas Darah
3) Lemari es untuk menyimpan ASI perah.
4) Alat Pasteurisasi ASI perah
5) Alat ukur ikterus
d) Lampu darurat dan Stetoskop neonatus
e) Balon yang bisa mengembang sendiri berfungsi baik.
f) Selang reservoar oksigen
g) Masker oksigen (ukuran bayi cukup bulan dan prematur)
h) Pipa endotrakeal, Plester dan Gunting
i) 1 Kateter penghisap
j) Naso Gastric Tube dan Alat suntik 1, 2 1/2 , 3, 4, 10, 20, 50 cc
k) Ampul Epinefrin / Adrenalin
l) NaCl 0,9% / Larutan Ringer Asetat / RL
m) Dextrose 10%
n) Sodium bikarbonat 8,4%
o) Penghangat (Radiant warmer). Harus ada sedikitnya satu
penghangatyang berfungsi baik.
p) Kateter Vena dan Alat uji glukosa

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan dalam PONEK diantaranya pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal adalah sbb :

20
A. Pelayanan Kehamilan
Petugas kesehatan melakukan pelayanan kehamilan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal, diantaranya :
1. Melakukan anamnesis secara lengkap, yaitu :
a. Riwayat kehamilan sekarang
b. Riwayat obstetri masa lalu
c. Riwayat penyakit
d. Riwayat sosial ekonomi
2. Melakukan pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik umum
b. Pemeriksaan luar (abdomen)
c. Pemeriksaan dalam, bila diperlukan
d. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik
3. Melakukan assessment/diagnosa
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat, yaitu
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan tumbuh kembang janin.
b. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali
selama kehamilan.
c. Ibu mengikuti kelas ibu
d. Memberikan nutrisi yang adekuat
4.Melakukan deteksi dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan serta melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan
1) Memberikan pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T” yaitu :
a. Timbang berat badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Tinggi fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid )TT lengkap
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. Test terhadap Penyakit Menular Seksual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujuk

21
2) Ibu hamil, suami dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan
dan mengetahui apa yang harus dilakukan.
3) Persiapan persalinan yang aman dan bersih
a. Selalu melakukan personal hygiene
b. Pakaian dalam diganti minimal 2x sehari
c. Merencanakan pertolongan persalinan ke sarana kesehatan
Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi
10.Pelayanan antenatal dapat melakukan penanganan pasien dengan :
a. Penanganan pasien dengan abortus
b. Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik (KE)
c. Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu (KET)
d. Penanganan pasien dengan hipertensi
e. Penanganan pasien dengan preeklamsia/eklamsia
f. Penanganan pasien dengan placenta previa
g. Penanganan pasien dengansolutio placenta
h. Penanganan pasien dengan rupture uteri
i. Penanganan pasien dengan kehamilan metabolic
j. Penanganan pasien dengan kelainan vascular/jantung

B. Pelayanan persalinan
Persalinanadalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin.Pengkajian awal pada pelayanan persalinan adalah :
1 Melakukan anamnesis : identitas pasien, keluhan utama, riwayat
persalinan, riwayat kebidanan, riwayat medic, riwayat social, riwayat
kehamilan terdahulu, terakhir kali makan atau minum, lama istirahat/tidur
2 Melakukan pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital, konjungtiva dan
sclera,pemeriksaan abdomen: tinggi fundus, kontraksi uterus, denyut
jantung janin, pemeriksaan dalam, pemeriksaan edema dan varises pada
tangan dan kaki.
3 Membuat diagnosis : diambil kesimpulan dari hasil anamnesa pasien dan
hasil pemeriksaan fisik, gravida berapa, pernah partus berapa kali dan

22
pernah abortus berapa kali, parturien berapa minggu dan dalam kala
berapa serta dalam fase apa.misalnya G5P3A1 parturien 39 minggu kala
1 fase laten atau G3P1A1 parturien 38 minggu kala II.
4 Membuat planning dan implementasi :
a. memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
b. pemantauan/observasi tanda vital, His, DJJ dan kemajuan
persalinan yaitu
KALA 1 Tensi Nadi Respirasi Suhu HIS DJJ Periksa Dalam Partograf

LATEN Normal 4 jam 4 jam 4 jam 4 jam 1 jam 1 jam 4 jam -

Induksi 4 jam 4 jam 4 jam 4 jam 30 30 4 jam -

menit menit

AKTIF Normal 4 jam 30 4 jam 2 jam 30 30 4 jam, kecuali Wajib

menit menit menit terdapat tanda kalaII

Induksi 4 jam 30 4 jam 2 jam 30 30 4 jam, kecuali Wajib

menit menit menit terdapat tanda kalaII

KALA I
1) Berikan nutrisi dan hidrasi pada ibu, atau bisa dibantu oleh keluarga
2) Berikan dukungan pada keluarga
3) Memastikan kembali partus set, hecting set dan alat perlindungan diri serta
obat essensial siap pakai dan lengkap
4) Memberikan informasi tentang inisiasi nenyusui dini dan kontrasepsi
5) Kolaborasi dengan dokter obgin apabila tidak ada kemajuan persalinan dan
partograf telah berada dalam garis bertindak.

KALA II :
Kala II adalah kala persalinan dimana pembukaan sudah lengkap, yangdilakukan
bidan adalah :

23
KEMAJUAN KONDISI IBU KONDISIJANIN
PERSALINAN PASIEN
TENAGA

Usaha mengedan Periksa nadi dantekanan darah Periksa DJJ setiap 15


setiap 30 menit. menit/lebih sering
Palpasi kotraksi uterus : Respon keseluruhan pada kala dilakukan dengan makin
(control tiap 10 menit) 2: dekatnya kelahiran.
- Frekuensi -Keadaan dehidrasi Penurunan presentasi dan
-Lamanya -Perubahansikap/perilaku perubahan posisi
-Kekuatan -Tingkat tenaga (yang dimiliki) Warna cairan tertentu

1) Pada kala II di pimpin mengedan apabila : kepala janin sudah tampak di


vulva dengan diameter 5-6 cm, apabila kepala belum tampak di vulva
maka ibu boleh mengedan dalam posisi miring kiri.
2) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
3) Menjaga personal hygiene
4) Menyiapkan posisi ibu saat bersalin
5) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran
dengan posisi setengah duduk
6) Menolong kelahiran dengan persalinan yang bersih dan aman
7) selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar
dibutuhkan.Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit
8) melakukan inisiasi menyusui dini selama 1 jam bila apgar score bayi
bagus.

Kala III
1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi kedua : jika ada, tunggu
sampai bayi kedua lahir.
2) Memberikan oksitosin 10 iu im dalam waktu 1 menit. Apabila placenta belum
lahir setelah 15 menit maka dapat diulangi oksitocin 10 iu im kedua.
3) Menjepit dan menggunting tali pusat
4) Menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak, lakukan
resusitasi segera dan apabila bayi langsung menangis maka lakukan inisiasi
menyusui dini selama 1 jam.

24
5) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
6) Masase fundus 15 detik
Kala IV
1) Periksa fundus, plasenta, selaput ketuban, perineum, perdarahan, lokhea,
kandung kemih, kondisi ibu, kondisi bayi baru lahir.
2) Berikan nutrisi dan hidrasi
3) Melanjutkan inisiasi menyusui dini selama 1 jam
4) Melakukan personal hygiene
5) Dokumentasi dan dekontaminasi alat
c. Pelayanan pada masa intranatal harus mampu melakukan pasien dengan :
1) persalinan dengan parut uterus
2) Persalinan dengan distensi uterus
3) Gawat janin dalam persalinan
4) Pelayanan terhadap syok
5) Ketuban pecah dini
6) Persalinan macet
7) Induksi dan akselerasi persalinan
8) Aspirasi vakum manual
9) Ekstraksi cunam
10) Episiotomi
11) Kraniotomi dan kraniosentesis
12) Malpresentasi dan malposisi
13) Distocia bahu
14) Prolapsus tali pusat
15) Placenta manual
16) Perbaikan robekan serviks
17) Perbaikan robekan vagina dan perineum
18) Kompresi bimanual aorta

C. Pelayanan nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

25
selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,
yaitu :
1. Perubahan fisik
2. Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
3. Laktasi/pengeluaran air susu ibu
4. Perubahan system tubuh lainnya
5. Perubahan psikis
Pemeriksaan pada ibu nifas :
Umum Payudara Uterus Vulva/perineum
-Tekanan darah - Putting - Posisi - Pengeluaran
-Denyut nadi susu:pecah,pend - uterus/tinggi lokhia
-Respirasi ek,rata - Fundus uteri - luka laserasi
-Suhu tubuh
- Nyeri tekan - kontraksi perineum
-Tanda-tanda Anemia
- Abses uterus - pembengkakan
-Tanda-tanda
pembengkakan/A - ukuran luka
edema/tromboflebitis
SI terhenti kandung - Hemoroid
-Refleks
-Varises - pengeluaran ASI kemih
-CVAT(cortical vertebralarea
tenderness)

6. Pelayanan masa post natal dapat melakukan pasien dengan :


a) Masa nifas
b) Demam pasca persalinan
c) Perdarahan pasca persalinan
d) Nyeri perut pasca persalinan
e) Keluarga berencana

D. Pelayanan Bayi Baru Lahir


Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, adalah :
1. Membersihkan jalan napas

26
2. Memotong dan merawat tali pusat
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi
4. Identifikasi
5. Pencegahan infeksi
6. Pemantauan bayi baru lahir :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru
d) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
e) Gangguan pernafasan
f) Hipotermia
g) Infeksi
h) Cacat bawaan dan trauma lahir
7. Pemeriksaan pada bayi baru lahir :
a) Pernafasan (normal,mendengkur,cuping hidung mengembang,
penarikan kembali tersengal-sengal?)
b) Berat badan dan panjang badan
c) Suhu badan
d) Repleks (mis.menghisap, rooting, menggenggam)
e) Warna kulit (kemerahan,biru,pucat,kuning)
f) Keadaan mata (jernih, berair, kuning)
g) Keadaan tali pusat (kering, mengeluarkan darah, dempet/tidak)
h) Fontanel
i) Kelainan (misalnya bibir/langit-langit sumbing, anus tidak berlubang
8. Pelayanan kesehatan neonatal dapat melakukan pasien dengan :
a) Hiperbilirubin
b) Asfixia
c) Trauma kelahiran
d) Hipoglikemi
e) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
f) Gangguan pernafasan
g) Pemberian minum pada bayi resiko tinggi
h) Pemberian cairan parenteral
i) Aspirasi mekonial

27
j) Inisiasi dini ASI (Breast Feeding)
k) Kangaroo Mother Care

E. Pelayanan Immunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh


Kembang (SDIDTK)
1. Pemberian imunisasi
2. Menimbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan
3. Pemberian konseling tentang tumbang
4. Skrining/pemeriksaan anak menggunakan kuesioner Pra Skrining
perkembangan (KPSP)
F. Pelayanan NICU
1. Penanganan pasien dengan asfixia
2. penanganan pasien dengan sepsis neonatal
3. penanganan pasien dengan kejang
4. penanganan pasien dengan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
5. penanganan pasien dengan gangguan pernafasan
6. penanganan pasien dengan kelainan jantung
7. penanganan pasien dengan gangguan perdarahan
8. penanganan pasien dengan renjatan (shock)
9. penanganan pasien dengan koma
10. penanganan pasien dengan aspirasi mekonium
G. Pelayanan Ginekologi
1. penanganan pasien dengan kehamilan ektopik
2. penanganan pasien dengan kista ovarium akut
3. penanganan pasien dengan infeksi saluran genitalia
4. penanganan pasien dengan radang pelvic akut
5. penanganan pasien dengan abses pelvik
6. penanganan pasien dengan infertilitas primer
7. penanganan pasien dengan endometriosis
8. penanganan pasien dengan perdarahan uterus disfungsi
9. penanganan pasien dengan perdarahan menoragia
10. penanganan pasien dengan HIV-AIDS

28
H. Pelayanan instalasi bedah
1. Seksio sesarea
2. Histerektomi
3. Anesthesia umum dan local untuk seksio sesaria
4. Anesthesia spinal

BABV
LOGISTIK

A. KRITERIA UMUM RUANGAN

29
STRUKTUR FISIK

1. Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2


2. Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik
3. Dinding harus ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yangbisa
dicuci atau dilapis keramik
4. Langit-langit di cat dengan cat yang bisa dicuci
5. Unit harus memiliki area untuk menyiapkan susu formula dan arealaktasi
6. Minimal tersedia 6 outlet listrik untuk setiap pasien
7. Harus ada 1 lemari dan meja untuk penyimpanan bahan di ruangan
8. Harus tersedia kulkas khusus untuk susu formula dan ASI

B. KRITERIA KHUSUS RUANGAN

30
JENIS AREA DAN RUANG

1. Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus


Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur denganwastafel
paling jauh 6 meter dan paling dekat 1 meter
2. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri danNeonatus/UGD
a. Paling kecil, ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit
PerawatanKhusus.
b. Kamar di Unit Gawat Darurat harus terpisah dari kamar gawat
daruratlain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin
danbayi.
c. Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untukstabilisasi
kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia,asfiksia dan
apabila perlu menolong partus darurat serta resusitasi.
d. perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan
peralatanresusitasi lengkap.
e. Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar
persiapan peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamarjaga,
ruang sterilisator dan jalur ke ruang bersalin terletak salingberdekatan
dan merupakan bagian dari unit gawat darurat.
f. Masing - masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal palingkecil
berukuran 6 m2
3. Ruang Maternal
Instalasi persalinan
a. Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
b. Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi pasien 1 pasien, 1
penunggudan 2 penolong, diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2.
c. Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 ( 6 m2 untuk masing-
masingpasien)
d. Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
e. Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
f. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
g. Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan
tidakada keharusan melintas pada ruang bersalin.
h. Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.
i. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal,
untukmemudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
j. Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala
1,kala 2 dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlukan utuh sampai
kala4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi. Bila tidak
memungkinkan,maka diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah
kamar kala 2.
k. Kamar bersalin harus dekat
31 dengan ruang jaga perawat (nurse
station)agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus
sebelumdibawa ke ruang rawat (postpartum). Selanjutnya bila
C. KRITERIA PERALATAN DAN PERLENGKAPAN UMUM
JENIS AREA
1. Area Cuci tangan
a. Wastafel
Wastafel cuci tangan ukuranya cukup besar sehingga air tidak
tercipratdan dirancang agar air tidak tergenang atau tertahan.
b. Wadah gaun bekas
c. Rak/gantungan pakaian
d. Rak sepatu
e. Lemari untuk barang pribadi
f. Wadah tertutup dengan kantung plastik
Harus disediakan wadah terpisah untuk limbah organik dan
nonorganik
g. Sabun
Tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun
cairantibakteridalam dispenser dengan pompa.
h. Handuk
Harus ada handuk untuk mengeringkan tangan. Dapat berupa
kainbersih atau tisu.

Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/ UGD


1) Steker listrik
a) Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang
dipasangdengan tepat untuk peralatan listrik
b) Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan,aman
dan berfungsi baik.
2)Meja periksa untuk neonatus
a) Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa, lembar plastik utuh dan seprai
bersih.
b) Bagian logam harus bebas karat.
3)Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
4)Meja Perlengkapan
5)Selimut
Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah yangsesuai dengan

32
perkiraan persalinan.
6)Perlengkapan
7)Pasokan oksigen
Level SCN
1) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukuraliran (jika
ada oksigen dengan sistem pipa di dinding, lihat standaruntuk level NICU)
2) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh.
3) Harus ada pengatur kadar oksigen.
Level Intermediate/NICU
1) Harus ada oksigen dengan sistem pipa dengan jumlah outlet yangsama dengan
jumlah penghangat.
2) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengaturaliran sebagai
cadangan.
3) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh

D. KRITERIA PERALATAN DAN PENGLENGKAPAN KHUSUS


JENIS KRITERIA DAN RUANG
1 Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus:
a. Unit Perawatan Khusus
1)Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang dipasangdengan tepat
untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasokbeban listrik yang
diperlukan, aman dan berfungsi baik.
2) Mebel Lemari instrument
Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan bahan
pasokanumum, selain dari lemari dan meja untuk menyimpan bahan-
bahanuntuk ruang isolasi.
Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak luka)
3) Lemari es
4) Meja
Harus ada meja di area administrasi dan penyuluhan.
Harus dicat dengan bahan yang dapat dibersihkan / dicuci.
5) Kursi
Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang
berfungsibaik.
6) Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik.

33
7) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
8) Pasokan oksigen dan medical air/ udara tekan.
Level II
Harus ada dua tabung oksigen dan empat tabung medical air, masing-masing
satu regulator dan pengatur aliran.
 Aliran (jika ada oksigen dan medical air dengan sistem pipa
didinding, lihat standar untuk tingkat III / NICU)
 Tabung oksigen dan medical air cadangan harus selalu terisi
penuh.
 Harus ada pengatur kadar oksigen dan medical air.
9)Lampu darurat
10)Inkubator, asuhan normal
 Paling sedikit harus ada 3 inkubator yang berfungsi baik.
 Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara inkubator atau
tempattidur bayi
1) Penghangat (Radiant warmer)
Paling sedikit harus ada satu penghangat yang berfungsi baik.
2) Timbangan bayi
Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik
disetiap ruangan.
3) Alat / Instrumen
 Harus ada ekstraktor vakum yang berfungsi.
 Ada forceps naegle
 Ada Aspirasi Vakum Manual
 Harus ada pompa vakum listrik yang dapat dibawa dengan
pengatur
 Hisapan, selang dan reservoar bersih atau kanister sebagai
cadangan.
14)Pulse Oximeter
15)Generator listrik darurat
Harus ada generator listrik cadangan yang dioperasikan jika pasokanlistrik
utama tidak ada.

34
2 Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber listriksebanyak
4 pada titik yang berbeda.

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Fisik
1. Semua tempat tidurpasien harus mempunyai pagar penghalang di
setiap instalsi
2. Khusus untuk pasien gelisah harus dipasang restrain
3. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri
4. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan
sekali
5. Tersedianya APAR
6. Dilakukannya kalibrasi berkala untuk peralatan elektronik
7. Adanya pengaman dikamar mandi pasien di setiap instalasi
8. Pintu toilet dibuka keluar

35
B. Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur, dan tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi
6. Pengurangan risiko pasien jatuh

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Fisik
1. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, rata, tidak licin dan mudah
dibersihkan
2. Lantai kamar mandi dari bahan yang kuat, tidak licin, mudah dibersihkan
mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air.
3. Pintu dapat dibuka dari luar
4. Ventilasi AC terdapat filter bakteri
5. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, biologi dan kimia setiap 6 bulan
sekali
6. Tersedianya APAR
7. Tersedianya fasilitas penanganan sampah medis
8. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan

36
9. Tersedianya instalasi pengelolaan air limbah
10. Tersedianya tempat pembuangan limbah padat

B. Sumber Daya Manusia (SDM)


1.Tersedianya Alat pelindung diri secara lengkap
2.Terdapatnya baju ganti khusus petugas kamar bersalin
3.Dilakukannya pemeriksaan dan vaksinasi berkala untuk petugas pelayanan
di semua instalasi.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan


berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat
memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang
bermutu. Pengembangan mutu di unit pelayanan PONEKmeliputi :

A. Pengembangan Mutu Standar Prosedur operasional


Pengendalian mutu Standar Prosedur Operasional seluruh staf pelayanan
dengan mengadakan rapat bulanan untuk mengevaluasi Standar Prosedur
Operasional yang telah ada dan menambahkan Standar Prosedur
Operasional yang belum ada / belum lengkap serta merevisi Standar
Prosedur Operasional yang telah ada sesuai dengan keadaan dilingkungan
kerja.

37
Seluruh staf pelayanan memberikan masukan demi terciptanya unit
pelayanan intensif yang lebih baik dari sebelumnya. Standar Prosedur
Operasional yang kurang dicatat oleh seluruh staf pelayanan untuk dibahas
dalam rapat bulanan

B. Pengembangan Mutu Sumber daya Manusia


1. Pelatihan dan seminar secara berkala baik internal maupun eksternal
seperti pelatihan PONEK, PPGD,PPGD-on, resusitasi bayi baru lahir
2. Pendidikan formal maupun informal untuk seluruh petugas pelayanan
3. Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi
terhadap laporan bulanan dan permasalahan di instalasi pelayanan.
4. Adanya materi kasus-kasus secara berkala dari dokter/dokter specialis
5. Adanya role model oleh dokter specialis/dokter/kepala ruangan/katim/CI
kepada staf pelaksana pelayanan.

C. Pengembangan mutu Fasilitas dan perawatan


1. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari
kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang didapat
2. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat
diketahui apakah jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan
atau perlu diajukan permintaan baru atau perbaikan yang ada
3. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas
ruang bersalin dan penyediaan cuci tangan
4. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk
operasional

38
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK)


ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan di RSIA RONA
Kota Pangkalpinang. Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat mengurangi
kekeliruan dan kesalahan kerja di setiap instalasi pelayanan yang sangat
potensial terjadi apabila pelayanan keperawatan diberikan tidak mengikuti
pedoman yang berlaku. Staf pelayanan dalam hal ini sangat memegang peranan
penting dan strategis untuk menentukan keberhasilan pelayanan yang diberikan
kepada pasien di setiap instalasi. Untuk itu pedoman ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi petugas jaga di RSIA RONA Kota Pangkalpinang dalam
memberikan Pelayanan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK).

39
40

Anda mungkin juga menyukai