Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmad-Nya
sehingga Panduan Rumah Sakit Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
jam Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Sangat perlu disadari bahwa Penanganan Obstetric Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)
24 jam memang benar benar harus dilaksanakan demi tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi
di rumah sakit. Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar bertanggung jawab untuk
mewujudkan harapan pasian dan keluarga secara efektif, sehingga hasil pelayanan dapat berjalan
secara optimal dan profesional.
Kami juga mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam pembuatan
Panduan Rumah Sakit Pelayanan Obsteric Neonatal Emergency Komprehensif 24 jam ini. Semoga
Panduan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Kami menyadari bahwa Panduan Rumah Sakit PONEK 24 jam ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kami sangaat mengharapkan kritik dan saran, masukan yang bersifat membangun dari semua pihak
yang ada di Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar ini, sehingga Panduan ini betul
betul dapat menjadi salah satu panduan bagi Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pada konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa
terdapat 8 tujuan Pembangunan Millenium ( Millenium Development Goals/MDGs) pada tahun 2015.
Dua diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi
dan anak, yaitu :
1. Mengurangi dua pertiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.
2. Mengurangi tiga per empat rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai apabila dilakukan
upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama kematian tersebut didukung kebijakan
dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan
bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah Sakit dan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi dasar (PONED) di tingkat
Puskesmas.
Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan pelayanan kedaruratan
maternal neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana,
sarana, dan manajemen yang handal.
Rumah sakit mampu PONEK 24 jam adalah rumah sakit yang mampu menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam dalam
sehari, 7 hari dalam seminggu. Hal ini harus dapat terukur melalui Penilaian Kinerja Klinis.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan-
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan
kepada pasien.
Ponek merupakan pelayanan obstetri neonatal esensial / emergensi komperhensif, dari proses
pelayanan berkesinambungan yang berorientasi pada keselamatan pasien. Dalam perkembangan
masyarakat yang semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya dinilai dari aspek klinisnya
saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan pemberian asuhan serta pelayanannya.
Tujuan dari ponek itu sendiri adalah menurunkan AKI dan AKB dirumah sakit dengan
peningkatan mutu melalui program yang disusun secara objektif dan sistematis untuk memantau dan
menilai mutu asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan
memecahkan masalah-masalah yang terungkap.
Pelayanan Maternal dan Neonatal merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru
lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
Rumah Sakit PONEK 24 Jam Adalah Rumah sakit pemerintah maupun Rumah sakit swasta yang
menyelenggarakan pelayanan kegawat daruratan ibu dan Bayi dalam 24 jam dan merupakan bagian
dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal.
Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, di
dukung Sarana Prasarana yang memadai dan manajemen yang handal. Pedoman PONEK ini
merupakan salah satu panduan bagi Tim PONEK dalam melaksanakan pelayanan PONEK 24 jam di
RS Charitas Hospital Belitang.
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tertinggi
diantara negara-negara ASEAN, sedangkan penurunan angka tersebut masih relatif lambat, (AKI
berdasarkan SDKI dari 307/100.000 tahun 2005 menjadi 226 /100.000 tahun 2009 dan AKB dari
35/1000 kelahiran hidup menjadi 26/1000 pada tahun 2005 – 2009 dan SDKI 2012 menyebutkan, AKB
32 per 1.000 kelahiran hidup, target MDGS tahun 2015 menjadi 23/1000 KH
Di Indonesia penyebab kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, eclampsia, partus lama serta
komplikasi abortus. Penyebab kematian utama adalah perdarahan yang sebagian besar disebabkan oleh
retensio plasenta, ini menunjukkan adanya manajemen persalinan kala III yang kurang adekuat.
Kematian ibu akibat infeksi merupakan indicator kurang baiknya upaya pencegahan manajemen
infeksi, untuk kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi abortus adalah akibat dari kehamilan
yang tidak dikehendaki.
Program menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi (Maternal Neonatal ) dan meningkatkan
pelayanan ibu dan bayi yang mempunyai masalah komplikasi persalinan dan kelahiran kurang bulan
sangat diperlukan, sehubungan hal tersebut perlu diperoleh dukungan factor keterampilan bagi tenaga
Kesehatan khusus ponek serta pelayanan Kesehatan ibu dan bayi yang berkualitas di rumah sakit,
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo
Makassar turut berperan serta dalam upaya penurunan Angka kematian ibu dan angka kematia bayi
melalui upaya penyelenggaraan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu.
Penyelenggaraan PONEK 24 jam di rumah sakit charitas hospital belitang merupakan bagian dari
system rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir dengan menyediakan tenaga Kesehatan yang
sesuai kompetensi, sarana prasarana dan menajemen yang handal. Pedoman Penyelenggaraan PONEK
24 Jam ini, dapat dijadikan panduan bagi Tim PONEK dalam melaksanakan pelayanan kegawat
daruratan Maternal dan Neonatal di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi dan menurunkan angka kematian
Ibu dan Bayi
2. Tujuan Khusus
Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu dan
paripurna
D. LANDASAN HUKUM
E. BATASAN OPERASIONAL
Suatu petunjuk dalam melakukan kegiatan pelayanan PONEK agar dalam melaksanakan
pelayanan mempunyai batasan yang jelas. Sehingga segala sesuatu tindakan dan pelayanan dapat
dilaksanakan dan di implementasikan dengan maksud dan tujuan, terwujudnya suatu pelayanan
PONEK yang berkualitas sesuai dengan standar sehingga tercapai nya kepuasan pelanggan dan
meminimalkan komplain.
Struktur organisasi Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang efektif berlaku sejak
tanggal 1 Maret 2009. Organisasi Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang dipimpin
oleh Direksi atau Staf Manajemen yang terdiri dari Direktur Umum Rumah sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang, dan Jabatan Struktural di bawahnya yaitu Kepala Seksi
Pelayanan Medik, Kepala Seksi Keperawatan, Kepala Bagian Penunjang Medis, Kepala Bagian
Penunjang Umum.
Kepala Seksi dan Kepala Bagian membawahi unsur lini yaitu Instalasi, yang dipimpin oleh
Kepala Ruang. Kepala ruang dapat dibantu oleh Koordinator Ruang.
Struktur organisasi Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya perubahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
organisasi Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang.
Staf Manajemen atau Direksi wajib membuat rencana jangka panjang berupa Rencana
Strategis 5 tahun yang memuat sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam waktu 5 tahun.
BAB III
TATA HUBUNGAN KERJA
5. 2 orang perawat
Keterangan tanda * : dalam kondisi khusus tenaga dokter spesialis tersebut tidak ada di
wilayah rujukan, maka masing-masing tenaga dokter spesialis dapat digantikan oleh
dokter umum yang memiliki kompetensi yang diperlukan terkait obstetri dan neonatal
emergensi, diberikan wewenang khusus oleh direktur RS.
b. Kebersihan
Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan
mudah
Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit
Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan, instrumen, pintu,
jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit.
c. Pencahayaan
Pencahayaan harus memadai dan sesuai dengan area dalam ruangan
Pencahayaan harus terang dan memadai baik cahaya alami atau buatan atau listrik
Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk
Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua
lampu berfungsi dengan baik dan kokoh
Tersedianya lampu emergensi
Harus ada cukup lampu untuk semua neonatus
d. Ventilasi
Ventilasi, dapat mencakup sumber alami (jendela), harus cukup jika dibandingkan
dengan ukuran ruang
Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik
Diperlukan pendingin ruangan, suhu ruangan dipertahankan pada 24-26C
Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri)
e. Pencucian tangan
Tersedia 1 wastafel (ukuran 50 cm x 60 cm x 15 cm) dengan campuran air panas
dan dingin (bila memungkinkan), kran harus dapat dibuka dengan siku
Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau disinfektan yang
dikendalikan dengan siku atau kaki
Wastafel, keran air dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari
lantai dan dinding)
Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
Pasokan air panas harus cukup
Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan,
diletakkan di sebelah westafel
Di ruangan perawatan neonatus, untuk setiap 3 inkubator harus tersedia 1
wastafel.
c. Ruang Maternal
Kamar Bersalin
d. Ruang Neonatal
Unit Perawatan Neonatal Normal
Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung ibu bayi
harus tersedia di semua RS atau pusat kesehatan dengan unit atau ruang
bersalin (tidak memandang berapa jumlah persalinan setiap hari)
Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata setiap hari
Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 – 26°C)
f. Ruang Operasi
Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan
laparatomia.
Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar
minimum 4 m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang - kurangnya
ada sebuah bagi bagian kebidanan.
Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar
operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator dan perlengkapan
resusitasi dewasa dan bayi.
Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar luas: 8
m2/bed, sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah:
meja, kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/ nadi oksigen dsb,
tempat rekam medik, inkubator bayi, troli darurat.
Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat
pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta
telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed.
Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
1) Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas
orang.
2) Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih ruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat
cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas air panas/ dingin, ada
meja-meja, troli-troli
3) Saluran pembuangan kotoran/cairan.
4) Kamar pengawas OK : 10 m2
5) Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi, meja dan tersedia toilet.
6) Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf
besar berguna bila darurat.
7) Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
8) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di
depan kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar
tidak membuat basah lantai. Air cuci tangan dianjurkan air yang steril
dan mengalir.
9) Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju
dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
10) Ruang gas/ tabung gas.
11) Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi dibersihkan,
meja dan kursi.
12) Gudang 12 m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi.
13) Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi loker, meja,
kursi dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2.
14) Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
15) Kamar jaga dokter: 15 m2.
16) Kamar paramedik: 15 m2.
17) Kamar rumatan rumah tangga (house keeping): berisi lemari, meja,
kursi, peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan, dsb.
18) Ruang tempat brankar dan kursi dorong.
d. Obat-obatan
a) Obat-obatan maternal khusus ponek
Ringer asetat Transamin
Dextrose 10% Dopamine
Dextran 40/ HS Dobutamin
Saline 0,9% Sodium bikarbonat 40%
Adrenalin/ epineprin MgSO4 20% dan atau 40%
Metronidazole Nifedipine
Kadelex atau ampul KCL Kina
Larutan Ringer Laktat Ca-glukonas
Kalsium glukonat 10% Oksitosin
Ampisilin Ergometrin
Gentamisin Misoprostol
Kortison/ dexametason Isosorbid dinitrat
Aminophylin Insulin
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal adalah suatu sistem pelayanan dengan cakupan area
pelayanan yang melayani kegawat daruratan Maternal dan Neonatal 24 jam sesuai standar dan
melakukan rujukan timbal balik 2 arah dari sarana pelayanan primer, sekunder dan tersier.
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan Ada 3 prinsip besar yang harus di laksakan dalam
hal keselamatan pasien:
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja di lingkungan Rumah sakit merupakan hal yang sangat penting, mengingat dalam
pelaksanaan kerja, Rumah sakit menggunakan berbagai macam teknologi baik yang sederhana maupun
yang modern dan canggih, sehingga dapat menimbulkan beberapa faktor bahaya terhadap petugas di
rumah sakit.
1. Sarung tangan
Terdapat 3 jenis yaitu :
a. Sarung tangan bersih
b. Sarung tangan steril
c. Sarung tangan rumah tangga ( non Medis )
Berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit, dan
melindungi pasien dari mikro organisme yang berada pada tangan petugas kesehatan. Jadi
sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan, tetap mengikuti prosedur kebersihan
tangan.
2. Masker
Masker harus cukup besar, untuk menutupi hidung, mulut, dan bagian bawah dagu.
Ketika melepas masker, pegang bagian tali, karena bagian tengah masker merupakan
bagian yang paling banyak terkontaminasi.
3. Pelindung Mata ( goggles)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata petugas dari percikan darah atau cairan tubuh
lain.
4. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut
tidak masuk kedalam luka selama tindakan serta melindungi bagian kepala dari percikan
darah atau cairan tubuh pasien
5. Gaun pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian seragam lain, sehingga terlindung
dari secret respirasi atau droplet/ airborne pada penderita penyakit menular.
6. Apron
Terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk bagian depan
tubuh petugas, ketika melakukan tindakan atau perawatan langsung dimanan ada risiko
tumpahan darah atau cairan tubuh pasien.
7. Pelindung kaki/ sepatu boot
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera, akibat benda tajam, benda berat dan
tertumpah darah atau cairan tubuh.
Oleh karna itu pelindung dari bahan lunak tidak diizinkan karna dapat meningkatkan
kontaminasi (kemungkinan masih merembes).
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritik / tuntutan dan keluhan
dari pasien, keluarga dan petugas. Mutu akan diwujudkan jika ada interaksi antara penerima
pelayanan dan pemberi pelayanan. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat
indikator-indikator mutu pelayanan yang di buat oleh rumah sakit. Analisa indikator akan
mengantarkan kita bagaimana sebenarnya kualitas mutu dari proses pelayanan kesehatan di
suatu unit dalam sebuah rumah sakit.
Berdasarkan beberapa layanan yang ada pada saat ini, yang menurut kami seringkali
menimbulkan ketidakpuasan pasien dan keluarga adalah :
5 KEBIJAKAN MUTU : -
7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Jumlah pasien yang mendapatkan tindakan SC > 30 menit
x 100 %
Jumlah pasien SC
8 METODE PENGUMPULAN :
DATA
10 KRITERIA EKSKLUSI :
11 TARGET KINERJA : 0 %
18 RENCANA KOMUNIKASI :
5 KEBIJAKAN MUTU : -
8 METODE PENGUMPULAN :
DATA
10 KRITERIA EKSKLUSI :
11 TARGET KINERJA : 0%
16 SAMPEL SIZE (n). : Jumlah ibu bersalin dan bayi baru lahir
3 DEFENISI OPERASIONAL : Tidak dilakukannya tindakan IMD pada bayi baru lahir
5 KEBIJAKAN MUTU : -
7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Jumlah BBL yang dilakukan tindakan IMD dalam waktu 1 bulan
x 100 %
Jumlah Bayi baru lahir dalam waktu 1 bulan
8 METODE PENGUMPULAN :
DATA
10 KRITERIA EKSKLUSI :
BAB X
PERTEMUAN DAN RAPAT
Waktu : Triwulan
Tempat : Ruang unit Kebidanan
Peserta : seluruh anggota tim PONEK
Materi :
1. Evaluasi kinerja dan SDM tim PONEK
2. Evaluasi terhadap materi dan pelaksanaan pelayanan tim PONEK
3. Perencanaan dan upaya peningkatan kinerja SDM di tim PONEK
4. Rekomendasi dan usulan untuk peningkatan kinerja pelayanan Tim PONEK
B. RAPAT INSIDENTIL
BAB XI
PENCATATAN DAN LAPORAN
Salah satu komponen penting dalam surveilans yaitu pencatatan dan pelaporan dengan
maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan
untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan pada kegiatan surveilans harus valid (akurat,
lengkap, dan tepat waktu) sehingga memudahkan dalam pengolahan dan analisis. Data Tim
PONEK RS. CHARITAS HOSPITAL belum diolah karena tim yang ada baru dibentuk. Dan tim
akan melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan uraian tugas masing-masing anggota.
Seluruh data yang didapatkan nantinya dievaluasi per triwulan dan dilaporkan kepada:
1. Direktur melalui Penanggung Jawab tim PONEK RS CHARITAS HOSPITAL BELITANG
2. Dinas kesehatan kabupaten/kota OKU Timur.