Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmad-Nya
sehingga Panduan Rumah Sakit Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) 24
jam Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Sangat perlu disadari bahwa Penanganan Obstetric Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)
24 jam memang benar benar harus dilaksanakan demi tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi
di rumah sakit. Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar bertanggung jawab untuk
mewujudkan harapan pasian dan keluarga secara efektif, sehingga hasil pelayanan dapat berjalan
secara optimal dan profesional.

Kami juga mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam pembuatan
Panduan Rumah Sakit Pelayanan Obsteric Neonatal Emergency Komprehensif 24 jam ini. Semoga
Panduan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Kami menyadari bahwa Panduan Rumah Sakit PONEK 24 jam ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kami sangaat mengharapkan kritik dan saran, masukan yang bersifat membangun dari semua pihak
yang ada di Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar ini, sehingga Panduan ini betul
betul dapat menjadi salah satu panduan bagi Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar

Makassar, Januari 2022

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Pada konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa pada tahun 2000 disepakati bahwa
terdapat 8 tujuan Pembangunan Millenium ( Millenium Development Goals/MDGs) pada tahun 2015.
Dua diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi
dan anak, yaitu :
1. Mengurangi dua pertiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun.
2. Mengurangi tiga per empat rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai apabila dilakukan
upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama kematian tersebut didukung kebijakan
dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan
bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah Sakit dan pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi dasar (PONED) di tingkat
Puskesmas.
Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan pelayanan kedaruratan
maternal neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana,
sarana, dan manajemen yang handal.
Rumah sakit mampu PONEK 24 jam adalah rumah sakit yang mampu menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam dalam
sehari, 7 hari dalam seminggu. Hal ini harus dapat terukur melalui Penilaian Kinerja Klinis.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan-
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku dalam pelayanan
kepada pasien.
Ponek merupakan pelayanan obstetri neonatal esensial / emergensi komperhensif, dari proses
pelayanan berkesinambungan yang berorientasi pada keselamatan pasien. Dalam perkembangan
masyarakat yang semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya dinilai dari aspek klinisnya
saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan pemberian asuhan serta pelayanannya.
Tujuan dari ponek itu sendiri adalah menurunkan AKI dan AKB dirumah sakit dengan
peningkatan mutu melalui program yang disusun secara objektif dan sistematis untuk memantau dan
menilai mutu asuhan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan
memecahkan masalah-masalah yang terungkap.
Pelayanan Maternal dan Neonatal merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru
lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
Rumah Sakit PONEK 24 Jam Adalah Rumah sakit pemerintah maupun Rumah sakit swasta yang
menyelenggarakan pelayanan kegawat daruratan ibu dan Bayi dalam 24 jam dan merupakan bagian
dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal.

Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, di
dukung Sarana Prasarana yang memadai dan manajemen yang handal. Pedoman PONEK ini
merupakan salah satu panduan bagi Tim PONEK dalam melaksanakan pelayanan PONEK 24 jam di
RS Charitas Hospital Belitang.

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tertinggi
diantara negara-negara ASEAN, sedangkan penurunan angka tersebut masih relatif lambat, (AKI
berdasarkan SDKI dari 307/100.000 tahun 2005 menjadi 226 /100.000 tahun 2009 dan AKB dari
35/1000 kelahiran hidup menjadi 26/1000 pada tahun 2005 – 2009 dan SDKI 2012 menyebutkan, AKB
32 per 1.000 kelahiran hidup, target MDGS tahun 2015 menjadi 23/1000 KH

Di Indonesia penyebab kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, eclampsia, partus lama serta
komplikasi abortus. Penyebab kematian utama adalah perdarahan yang sebagian besar disebabkan oleh
retensio plasenta, ini menunjukkan adanya manajemen persalinan kala III yang kurang adekuat.
Kematian ibu akibat infeksi merupakan indicator kurang baiknya upaya pencegahan manajemen
infeksi, untuk kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi abortus adalah akibat dari kehamilan
yang tidak dikehendaki.
Program menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi (Maternal Neonatal ) dan meningkatkan
pelayanan ibu dan bayi yang mempunyai masalah komplikasi persalinan dan kelahiran kurang bulan
sangat diperlukan, sehubungan hal tersebut perlu diperoleh dukungan factor keterampilan bagi tenaga
Kesehatan khusus ponek serta pelayanan Kesehatan ibu dan bayi yang berkualitas di rumah sakit,
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Rumah Umum Pusat Dr Wahidin Sudirohusodo
Makassar turut berperan serta dalam upaya penurunan Angka kematian ibu dan angka kematia bayi
melalui upaya penyelenggaraan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu.
Penyelenggaraan PONEK 24 jam di rumah sakit charitas hospital belitang merupakan bagian dari
system rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir dengan menyediakan tenaga Kesehatan yang
sesuai kompetensi, sarana prasarana dan menajemen yang handal. Pedoman Penyelenggaraan PONEK
24 Jam ini, dapat dijadikan panduan bagi Tim PONEK dalam melaksanakan pelayanan kegawat
daruratan Maternal dan Neonatal di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi dan menurunkan angka kematian
Ibu dan Bayi
2. Tujuan Khusus
Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan Ibu dan Bayi secara terpadu dan
paripurna

a. Pelayanan Obstetrik dan Neonatus komprehensif Pelaksanaan IMD dan pemberian


ASI eksklusif
b. Melaksanakan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan Ibu
dan Bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya
c. Melaksanakan program Rawat Gabung.
d. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.
e. Melaksanakan Perawatan Metode Kangguru (PMK) dan BBLR
f. Melakukan pembinaan rumah sakit jejaring untuk membantu menurunkan angka
kematian ibu dan bayi di fasilitas Kesehatan kelas I dan II

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Stabilisasi Di IGD dan persiapan pengobatan definitif
2. Penanganan kasus Gawat Darurat oleh Tim Ponek RS di ruang tindakan
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi dan Sectio Caesarea
4. Suhan Ante Natal Resiko Tinggi

D. LANDASAN HUKUM

a. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia) tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4431;
b. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia) Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063;
c. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia) Tahun 2009 Nomor 153
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 Tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan tindakan kedokteran;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/Per/IV/2008 tentang Rekam Medis;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
56/MENKES/Per/VIII/2014 tentang klasifikasi dan perijinanan Rumah
Sakit;
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
237/MENKES/SK/IV/1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu;
j. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit;
k. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MenKes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
l. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 603 Tahun
2008 tentang Pemberlakuan Pedoman Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi (RSSIB);
m. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 604 Tahun
2008 tentang Pelayanan maternal perinatal pada Rumah sakit Umum
Kelas B, Kelas C dan Kelas D;
n. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1051/MENKES/SK/XI/2008 tentang Pedoman Penyelenggarakan
Pelayanan Obstetri Energency Komprehensif 24 jam di Rumah Sakit;
o. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1493/MENKES/SK/X/2010 tentang Penetapan kelas Rumah Sakit
Umum Keluarga Sehat;

E. BATASAN OPERASIONAL
Suatu petunjuk dalam melakukan kegiatan pelayanan PONEK agar dalam melaksanakan
pelayanan mempunyai batasan yang jelas. Sehingga segala sesuatu tindakan dan pelayanan dapat
dilaksanakan dan di implementasikan dengan maksud dan tujuan, terwujudnya suatu pelayanan
PONEK yang berkualitas sesuai dengan standar sehingga tercapai nya kepuasan pelanggan dan
meminimalkan komplain.

Batasan pelaksanaan Pelayanan tersebut adalah :


Pelayanan di berikan pada semua ibu dengan kasus kebidanan baik fisiologis maupun patologi
dan Penyakit kandungan, serta bayi baru lahir.
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT PANTI BHAKTININGSIH CHARITAS
BELITANG

Struktur organisasi Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang efektif berlaku sejak
tanggal 1 Maret 2009. Organisasi Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang dipimpin
oleh Direksi atau Staf Manajemen yang terdiri dari Direktur Umum Rumah sakit Panti
Bhaktiningsih Charitas Belitang, dan Jabatan Struktural di bawahnya yaitu Kepala Seksi
Pelayanan Medik, Kepala Seksi Keperawatan, Kepala Bagian Penunjang Medis, Kepala Bagian
Penunjang Umum.

Kepala Seksi dan Kepala Bagian membawahi unsur lini yaitu Instalasi, yang dipimpin oleh
Kepala Ruang. Kepala ruang dapat dibantu oleh Koordinator Ruang.

Struktur organisasi Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya perubahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
organisasi Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang.

Staf Manajemen atau Direksi wajib membuat rencana jangka panjang berupa Rencana
Strategis 5 tahun yang memuat sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam waktu 5 tahun.

Renstra sekurang-kurangnya memuat :

1. Evaluasi kinerja 5 tahun sebelumnya.


2. Posisi rumah sakit saat ini.
3. Asumsi yang digunakan dalam menyusun renstra
4. Penetapan sasaran, strategi dan program kerja 5 tahunan.
Renstra disahkan oleh Direktur Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang
Struktur organisasi Rumah sakit Panti Bhaktiningsih Charitas Belitang dan kedudukan Instalasi
Farmasi digambarkan sebagai berikut :

BAB III
TATA HUBUNGAN KERJA

A. Tata laksana Hubungan kerja dengan IGD


1. TIM PONEK bekerjasama dengan Instalasi Gawat Darurat dalam hal pelayanan
kegawatdaruratan
2. Pasien yang memerlukan tindakan di IGD oleh dokter IGD/Bidan yang memeriksa
dijelaskan kepada pasien atau keluarga pasien mengapa harus dilakukan tindakan

B. Tatalaksana kerja dengan Laboratorium


Tim PONEK bekerjasama dengan laboratorium untuk menunjang diagnosa pemeriksaan
dan untuk kelengkapan kasus operasi baik pre maupun post operasi

C. Tatalaksana hubungan kerja dengan instalasi Farmasi


Tim PONEK bekerjasama dengan Farmasi dalam hal permintaan pembekalan farmasi
untuk stok menggunakan buku ekspedisi

D. Tatalaksana hubungan kerja dengan Instalasi Kamar Operasi (IKO)


Tim PONEK bekerjasama dengan IKO dalam kasus-kasus pembedahan baik rujukan
maupun non-rujukan yang memerlukan tindakan Operatif

E. Tatalaksana hubungan kerja dengan Rekam Medis (RM)


1. TIM PONEK bekerjasama dengan bagian Rekam Medik dalam pendaftaran Pasien
baik di rawat jalan maupun di rawat Inap
2. Setiap pasien rawat Inap memerlukan nomor register dan nomor rekam medik dari
bagian pendaftaran rekam medik
F. Tatalaksana hubungan kerja dengan Bagian Pemeliharaan Sarana (BPS)
Tim PONEK bekerjasama dengan BPS dalam pemeliharaan dan maitenance alat dengan
menggunakan slip perbaikan bengkel

G. Tatalaksana hubungan kerja dengan Instalasi rawat Jalan (IRJ)


Tim PONEK bekerjasam dengan IRJ dalam pelayanan non-kegawatdaduratan baik pada
kunjungan yang pertama kali maupun kunjungan ulang serta rujukan non
kegawatdaruratan

H. Tatalaksana hubungan kerja dengan radiologi


Tim PONEK bekerjasama dengan Radiologi pada kasus-kasus tertentu untuk menunjang
diagnosa pemeriksaan dan untuk kelengkapan diagnostik

I. Tatalaksana hubungan kerja dengan kamar cuci


Tim PONEK bekerjasam dengan bagian kamar cuci untuk kebutuhan linen sehari-hari

J. Tatalaksana hubungan kerja dengan Instalasi Gizi


Tim PONEK bekerjasama untuk kebutuhan nutrisi pasien selama dalam perawatan di
Rumah Sakit
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN TIM PONEK

Pola ketenagaan PONEK disesuaikan dengan Standar Kinerja Manajemen

A. Sumber Daya Manusia (SDM)

Memiliki Tim PONEK esensial yang terdiri dari :

1. 2 dokter Spesialis Kebidanan Kandungan*

2. 2 dokter Spesialis Anak *

3. 2 dokter di Unit Gawat Darurat

4. 3 orang bidan (1 koordinator dan 2 penyelia)

5. 2 orang perawat

Keterangan tanda * : dalam kondisi khusus tenaga dokter spesialis tersebut tidak ada di
wilayah rujukan, maka masing-masing tenaga dokter spesialis dapat digantikan oleh
dokter umum yang memiliki kompetensi yang diperlukan terkait obstetri dan neonatal
emergensi, diberikan wewenang khusus oleh direktur RS.

Tim PONEK ideal ditambah :


 1 Dokter spesialis anesthesi
 1 perawat anesthesi
 6 bidan pelaksana
 10 perawat (tiap shift 2-3 perawat jaga)
 1 petugas Radiologi
 1 pekarya kesehatan
 1 petugas administrasi
 1 konselor laktasi
 1 tenaga elektromedik
Staf :
 Dokter spesialis anak Dokter spesialis anak yang telah mengikuti pelatihan khusus
neonatologi, harus tersedia/dapat dihubungi 24 jam
 Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, harus tersedia/ dapat dihubungi 24 jam
 Dokter spesialis anestesi, harus tersedia/dapat dihubungi 24 jam
 Dokter dan perawat harus terlatih dalam asuhan neonatal (ASI, resusitasi neonatus,
kegawatdaruratan neonatus). Tim IGD sebaiknya sebagai pemeriksa awal dan cepat
untuk menemukan kegawatdaruratan dan melakukan tindakan stabilisasi untuk
penyelamatan jiwa, sedangkan tindakan definitif sebaiknya dilakukan di kamar
bersalin.
 Rasio perawat : pasien = 1 : 2-4 dalam setiap tugas jaga
 Konselor laktasi yang dapat dihubungi 24 jam
BAB V
STANDAR FASILITAS

A. PRASARANA DAN SARANA


Dalam rangka Program menjaga Mutu dan penyelenggaraan PONEK harus dipenuhi hal-hal
sebagai berikut :
 Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
 Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
 Ruang pulih/observasi pasca tindakan
 Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal

1. Kriteria Umum Ruangan:


a. Struktur Fisik
 Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2
 Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik
 Dinding harus ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yang bisa dicuci
atau dilapis keramik
 Langit-langit di cat dengan cat yang bisa dicuci
 Unit harus memiliki area untuk menyiapkan susu formula dan area laktasi
 Minimal tersedia 6 outlet listrik untuk setiap pasien
 Harus ada 1 lemari dan meja untuk penyimpanan bahan di ruangan
 Harus tersedia kulkas khusus untuk susu formula dan ASI

b. Kebersihan
 Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan
mudah
 Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit
 Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan, instrumen, pintu,
jendela, dinding, steker listrik dan langit-langit.

c. Pencahayaan
 Pencahayaan harus memadai dan sesuai dengan area dalam ruangan
 Pencahayaan harus terang dan memadai baik cahaya alami atau buatan atau listrik
 Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk
 Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua
lampu berfungsi dengan baik dan kokoh
 Tersedianya lampu emergensi
 Harus ada cukup lampu untuk semua neonatus

d. Ventilasi
 Ventilasi, dapat mencakup sumber alami (jendela), harus cukup jika dibandingkan
dengan ukuran ruang
 Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik
 Diperlukan pendingin ruangan, suhu ruangan dipertahankan pada 24-26C
 Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri)

e. Pencucian tangan
 Tersedia 1 wastafel (ukuran 50 cm x 60 cm x 15 cm) dengan campuran air panas
dan dingin (bila memungkinkan), kran harus dapat dibuka dengan siku
 Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau disinfektan yang
dikendalikan dengan siku atau kaki
 Wastafel, keran air dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari
lantai dan dinding)
 Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka
 Pasokan air panas harus cukup
 Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan,
diletakkan di sebelah westafel
 Di ruangan perawatan neonatus, untuk setiap 3 inkubator harus tersedia 1
wastafel.

2. Kriteria Khusus Ruangan:


a. Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur dengan wastafel paling
jauh 6 meter dan paling dekat 1 meter

b. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus/ IGD


 Paling kecil, ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit Perawatan
Khusus.
 Kamar di Instalasi Gawat Darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat
lain. Sifat privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayi.
 Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi
kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila
perlu menolong partus darurat serta resusitasi.
 Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan peralatan
resusitasi lengkap.
 Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar persiapan
peralatan (linen dan instrumen), kamar kerja kotor, kamar jaga, ruang
sterilisator dan jalur ke ruang bersalin terletak saling berdekatan dan
merupakan bagian dari unit gawat darurat.
 Masing - masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal paling kecil
berukuran 6 m2

c. Ruang Maternal
Kamar Bersalin

 Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD


 Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi pasien 1 pasien, 1 penunggu dan
2 penolong, diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2.
 Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 ( 6 m2 untuk masing-masing pasien)
 Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
 Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
 Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
 Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada
keharusan melintas pada ruang bersalin.
 Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.
 Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
 Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala 1, kala 2
dan kala 3 yang berarti setiap pasien diperlukan utuh sampai kala 4 bagi ibu
bersama bayinya secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan
dua kamar kala 1 dan sebuah kamar kala 2.
 Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke
ruang rawat (postpartum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan
dibawa ke kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
 Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan kamar bersalin.
 Ruang postpartum harus cukup luas, standar: 8 m2 per tempat tidur (bed)
dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal: 10m2
 Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari.
 Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimum
1m s/d 2 m dan antara dinding 1 m.
 Jumlah tempat tidur per-ruangan maksimum 4.
 Tiap ruangan harus menpunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
 Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
 Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke koridor).
 Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgin, kursi pemeriksa,
meja, kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile dan troli
emergensi.
 Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11 m2. Bila ada
beberapa tempat tidur maka per pasien memerlukan 7 m2. Perlu disediakan
toilet yang dekat dengan ruang periksa.
 Ruang perawat-nurse station-berisi : meja, telepon, lemari berisi
perlengkapan darurat/ obat.
 Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar
bersalin.
 Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one day care : untuk kuret, penjahitan
dan sebagainya berisi; meja operasi lengkap, lampu sorot, lemari
perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci operator, mesin anestesi, inkubator,
perlengkapan kuret (MVA) dsb.
 Ruang tunggu bagi keluarga pasien: minimal 15 m2, berisi meja, kursi serta
telepon.

d. Ruang Neonatal
Unit Perawatan Neonatal Normal

 Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung ibu bayi
harus tersedia di semua RS atau pusat kesehatan dengan unit atau ruang
bersalin (tidak memandang berapa jumlah persalinan setiap hari)
 Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata setiap hari
 Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 – 26°C)

f. Ruang Operasi
 Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan
laparatomia.
 Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar
minimum 4 m, di luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang - kurangnya
ada sebuah bagi bagian kebidanan.
 Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar
operasi harus tersedia: pemancar panas, inkubator dan perlengkapan
resusitasi dewasa dan bayi.
 Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
 Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar luas: 8
m2/bed, sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah:
meja, kursi perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/ nadi oksigen dsb,
tempat rekam medik, inkubator bayi, troli darurat.
 Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat
pasien. Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
 Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta
telepon. Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed.
 Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
1) Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu lintas
orang.
2) Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih ruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat
cuci wastafel besar untuk cuci tangan dan fasilitas air panas/ dingin, ada
meja-meja, troli-troli
3) Saluran pembuangan kotoran/cairan.
4) Kamar pengawas OK : 10 m2
5) Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi, meja dan tersedia toilet.
6) Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf
besar berguna bila darurat.
7) Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
8) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapat di
depan kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar
tidak membuat basah lantai. Air cuci tangan dianjurkan air yang steril
dan mengalir.
9) Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju
dan perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
10) Ruang gas/ tabung gas.
11) Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi dibersihkan,
meja dan kursi.
12) Gudang 12 m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi.
13) Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi loker, meja,
kursi dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2.
14) Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
15) Kamar jaga dokter: 15 m2.
16) Kamar paramedik: 15 m2.
17) Kamar rumatan rumah tangga (house keeping): berisi lemari, meja,
kursi, peralatan mesin isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan, dsb.
18) Ruang tempat brankar dan kursi dorong.

3. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Umum:


a. Area Cuci tangan
1) Wastafel
Wastafel cuci tangan ukurannya cukup besar sehingga air tidak terciprat dan
dirancang agar air tidak tergenang atau tertahan.

2) Wadah gaun bekas


3) Rak/gantungan pakaian
4) Rak sepatu
5) Lemari untuk barang pribadi
6) Wadah tertutup dengan kantung plastik
Harus disediakan wadah terpisah untuk limbah organik dan non organik
7) Sabun. Tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun cair
antibakteri dalam dispenser dengan pompa.
8) Handuk: Harus ada handuk untuk mengeringkan tangan. Dapat berupa kain
bersih atau tissue

b. Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/ IGD


1) Steker listrik
 Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang dipasang dengan
tepat untuk peralatan listrik
 Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan, aman dan
berfungsi baik.

2) Meja periksa untuk neonatus


3) Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa, lembar plastikm utuh dan
seprai bersih.
4) Bagian logam harus bebas karat.
5) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
6) Meja Perlengkapan
7) Selimut
Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah yang
sesuai dengan perkiraan persalinan.
8) Perlengkapan
9) Pasokan oksigen

c. Jenis Peralatan Neonatal


a) Peralatan resusitasi neonatus (pemanas, balon resusitasi, balon resusitasi
yang dilengkapi dengan alat untuk memberikan PEEP, selang
oksigen/connector, masker, T-Piece resusitator, pipa ET, penghisap.
b) Laringoskop neonatus dengan 3 bilah lurus (ukuran 1, 0 dan 00). Batere
AA (cadangan) untuk bilah laringoskop dan bola lampu laryngoskop
cadangan.
c) 3 Inkubator.
d) Complete set Nasal CPAP
e) 1 Alat ukur ikterus
f) Lampu darurat
g) Stetoskop neonates
h) Balon yang bisa mengembang sendiri berfungsi baik.
i) Selang reservoar oksigen
j) Masker oksigen (ukuran bayi cukup bulan dan prematur)
k) Pipa endotrakeal
l) Plester
m) Gunting
n) 1 Kateter penghisap
o) Naso Gastric Tube
p) Alat suntik 1, 2 1/2 , 3, 4, 10, 20, 50 cc
q) Ampul Epinefrin / Adrenalin
r) NaCl 0,9% / Larutan Ringer Asetat / RL
s) Dextrose 10%
t) Sodium bikarbonat 8,4%
u) Penghangat (Radiant warmer). Harus ada sedikitnya satu penghangat yang
berfungsi baik.
v) Kateter Vena
w) Alat uji glukosa
x) Sumber oksigen dan medical air

d. Obat-obatan
a) Obat-obatan maternal khusus ponek
Ringer asetat Transamin
Dextrose 10% Dopamine
Dextran 40/ HS Dobutamin
Saline 0,9% Sodium bikarbonat 40%
Adrenalin/ epineprin MgSO4 20% dan atau 40%
Metronidazole Nifedipine
Kadelex atau ampul KCL Kina
Larutan Ringer Laktat Ca-glukonas
Kalsium glukonat 10% Oksitosin
Ampisilin Ergometrin
Gentamisin Misoprostol
Kortison/ dexametason Isosorbid dinitrat
Aminophylin Insulin

a) Obat-obatan neonatal khusus ponek


Adrenalin/ ephinefrin Kalsium Glukonas 10ml
Dextrose 10% Morphin
Dextrose 40% Sulfas atropine
Dopamine Midazolam
Dobutamin Phenobarbital injeksi (iv)
N5 MgSO4 20%
KCL Sodium bikarbonat 8,4%
NaCl 0.9% 25ml Ampisilin
NaCl 0,9 % 500ml Gentamisin
NaCl 3% Antibiotika
BAB VI
TATALAKSANA PELAYANAN

Pelayanan Obstetrik dan Neonatal adalah suatu sistem pelayanan dengan cakupan area
pelayanan yang melayani kegawat daruratan Maternal dan Neonatal 24 jam sesuai standar dan
melakukan rujukan timbal balik 2 arah dari sarana pelayanan primer, sekunder dan tersier.

A. TATA LAKSANA PELAYANAN


1. Penanggung Jawab
a. Medis (DPJP dan Dokter Jaga)
b. Kebidanan ( Kepala Ruang / Penyelia / Katim)
2. Perangkat Kerja
a. Format Asuhan Kebidanan
b. Sarana dan Prasarana
c. Alat Kesehatan
3. Tatalaksana Pelayanan
a. Sebelum memulai kegiatan diawali dengan doa dan briefing/ sosialisasi
b. Serah terima shift
c. Melakukan tindakan dan asuhan sesuai kasus pasien
B. TATA LAKSANA TRIASE
1. Triase dapat dilakukan di kamar Bersalin dan instalasi gawat Darurat
2. Bila pasien memerlukan pelayanan yang tidak terdapat di rumah sakit Charitas
Hospital Belitang atau tempat penuh pasien di rujuk ke RS lain sesuai MOU.

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan Ada 3 prinsip besar yang harus di laksakan dalam
hal keselamatan pasien:

1. Memahami hak pasien


2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Kesinambungan layanan
Keselamatan pasien tetap mengikuti standar keselamatan pasien yang telah di tetapkan oleh Rumah Sakit
Charitas Hospital Belitang :

a. Enam sasaran keselamatan pasien :


1. Ketepatan Identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat- obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko jatuh
b. Menjaga keamanan rekam medis.
c. Memegang teguh rahasia jabatan.
d. Setiap ruang toilet di pasang pegangan pada dinding
e. Khusus untuk sanitasi pada waktu mengepel lantai atau ada genangan air harus memasang
rambu segitiga kuning ( sign floor ) yang bertuliskan hati- hati licin.
f. Segera bersihkan genangan air / cairan lain yang membasahi lantai.
g. Untuk mencapai program keselamatan pasien yang tersebut diatas, perlu ada pelatihan
terhadap semua SDM tentang keselamatan pasien

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja di lingkungan Rumah sakit merupakan hal yang sangat penting, mengingat dalam
pelaksanaan kerja, Rumah sakit menggunakan berbagai macam teknologi baik yang sederhana maupun
yang modern dan canggih, sehingga dapat menimbulkan beberapa faktor bahaya terhadap petugas di
rumah sakit.

Penggunaan Alat Pelindung Diri yaitu :

1. Sarung tangan
Terdapat 3 jenis yaitu :
a. Sarung tangan bersih
b. Sarung tangan steril
c. Sarung tangan rumah tangga ( non Medis )

Berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit, dan
melindungi pasien dari mikro organisme yang berada pada tangan petugas kesehatan. Jadi
sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan, tetap mengikuti prosedur kebersihan
tangan.

2. Masker
Masker harus cukup besar, untuk menutupi hidung, mulut, dan bagian bawah dagu.
Ketika melepas masker, pegang bagian tali, karena bagian tengah masker merupakan
bagian yang paling banyak terkontaminasi.
3. Pelindung Mata ( goggles)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata petugas dari percikan darah atau cairan tubuh
lain.
4. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut
tidak masuk kedalam luka selama tindakan serta melindungi bagian kepala dari percikan
darah atau cairan tubuh pasien
5. Gaun pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian seragam lain, sehingga terlindung
dari secret respirasi atau droplet/ airborne pada penderita penyakit menular.

6. Apron
Terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk bagian depan
tubuh petugas, ketika melakukan tindakan atau perawatan langsung dimanan ada risiko
tumpahan darah atau cairan tubuh pasien.
7. Pelindung kaki/ sepatu boot
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera, akibat benda tajam, benda berat dan
tertumpah darah atau cairan tubuh.
Oleh karna itu pelindung dari bahan lunak tidak diizinkan karna dapat meningkatkan
kontaminasi (kemungkinan masih merembes).
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritik / tuntutan dan keluhan
dari pasien, keluarga dan petugas. Mutu akan diwujudkan jika ada interaksi antara penerima
pelayanan dan pemberi pelayanan. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat
indikator-indikator mutu pelayanan yang di buat oleh rumah sakit. Analisa indikator akan
mengantarkan kita bagaimana sebenarnya kualitas mutu dari proses pelayanan kesehatan di
suatu unit dalam sebuah rumah sakit.

Berdasarkan beberapa layanan yang ada pada saat ini, yang menurut kami seringkali
menimbulkan ketidakpuasan pasien dan keluarga adalah :

1. Pelaksanaan tindakan SC kurang dari 30 menit setelah diputuskan,


PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU

1 JUDUL INDIKATOR : Angka keterlambatan operasi SC

2 UNIT KERJA : Tim PONEK

3 DEFENISI OPERASIONAL : Angka keterlambatan pelayanan tindakan SC >30 menit


dari perencanaan
4 PERSON IN CHARGE (PIC) : Ketua Tim PONEK

5 KEBIJAKAN MUTU : -

6 ALASAN PEMILIHAN : Angka keterlambatan SC dapat menurun


INDIKATOR

7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Jumlah pasien yang mendapatkan tindakan SC > 30 menit
x 100 %
Jumlah pasien SC

i. NUMERATOR : Jumlah pasien yang mendapatkan tindakan SC >30


menit

ii. DENUMERATOR : Jumlah pasien SC

8 METODE PENGUMPULAN :
DATA

9 KRITERIA INKLUSI : Semua data pasien SC

10 KRITERIA EKSKLUSI :

11 TARGET KINERJA : 0 %

12 TIPE DARI PENGUKURAN : Outcome


(INDIKATOR)

13 SUMBER DATA (AUDIT TOTAL : Buku register persalinan selama 1 bulan


NAME/FILE).

14 FREKUENSI PENGUMPULAN : 1 bulan


DATA

15 WAKTU PELAPORAN : 1 bulan

16 SAMPEL SIZE (n). : Jumlah pasien SC

17 AREA MONITORING : Kamar Operasi

18 RENCANA KOMUNIKASI :

1. Angka kematian ibu dan bayi


PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU

1 JUDUL INDIKATOR : Angka kematian ibu dan bayi


2 UNIT KERJA : Tim PONEK

3 DEFENISI OPERASIONAL : Jumlah angka kematian ibu dan bayi

4 PERSON IN CHARGE (PIC) : Ketua Tim PONEK

5 KEBIJAKAN MUTU : -

6 ALASAN PEMILIHAN : Mengetahui mutu pelayanan ibu dan bayi di RS


INDIKATOR

7 FORMULA UNTUK KALKULASI : angka kematian ibu / bayi dalam 1 tahun


x 100 %
Jumlah ibu bersalin / BBL dalam 1 tahun

i. NUMERATOR : Jumlah kematian ibu / bayi dalam waktu 1 tahun

ii. DENUMERATOR : Jumlah ibu bersalin / BBL dalam 1 tahun

8 METODE PENGUMPULAN :
DATA

9 KRITERIA INKLUSI : Semua data persalinan dan BBL

10 KRITERIA EKSKLUSI :

11 TARGET KINERJA : 0%

12 TIPE DARI PENGUKURAN : outcome


(INDIKATOR)

13 SUMBER DATA (AUDIT TOTAL : Buku register persalinan


NAME/FILE).

14 FREKUENSI PENGUMPULAN : 12 bulan


DATA

15 WAKTU PELAPORAN : 12 bulan

16 SAMPEL SIZE (n). : Jumlah ibu bersalin dan bayi baru lahir

17 AREA MONITORING : Kamar bersalin

18 RENCANA KOMUNIKASI : Brifing setiap pertukaran shif kerja


1. Tindakan IMD
PROFIL INDIKATOR SASARAN MUTU

1 JUDUL INDIKATOR : Angka tidak dilakukannya tindakan IMD

2 UNIT KERJA : Tim PONEK

3 DEFENISI OPERASIONAL : Tidak dilakukannya tindakan IMD pada bayi baru lahir

4 PERSON IN CHARGE (PIC) : Ketua Tim PONEK

5 KEBIJAKAN MUTU : -

6 ALASAN PEMILIHAN : Meningkatkan mutu pelayanan IMD di RS


INDIKATOR

7 FORMULA UNTUK KALKULASI : Jumlah BBL yang dilakukan tindakan IMD dalam waktu 1 bulan
x 100 %
Jumlah Bayi baru lahir dalam waktu 1 bulan

i. NUMERATOR : Jumlah bayi baru lahir yang dilakukan tindakan IMD


dalam waktu 1 bulan

ii. DENUMERATOR : Jumlah bayi baru lahir dalam waktu 1 bulan

8 METODE PENGUMPULAN :
DATA

9 KRITERIA INKLUSI : Semua data IMD

10 KRITERIA EKSKLUSI :

11 TARGET KINERJA : 100 %

12 TIPE DARI PENGUKURAN : outcome


(INDIKATOR)

13 SUMBER DATA (AUDIT TOTAL : Buku register persalinan


NAME/FILE).

14 FREKUENSI PENGUMPULAN : 1 bulan


DATA

15 WAKTU PELAPORAN : 1 bulan

16 SAMPEL SIZE (n). : Jumlah bayi baru lahir


17 AREA MONITORING : Kamar bersalin

18 RENCANA KOMUNIKASI : Brifing setiap pertukaran shif kerja

BAB X
PERTEMUAN DAN RAPAT

Rapat Berkala terdiri dari :


A. RAPAT RUTIN

Rapat Rutin diselenggarakan pada :

Waktu : Triwulan
Tempat : Ruang unit Kebidanan
Peserta : seluruh anggota tim PONEK
Materi :
1. Evaluasi kinerja dan SDM tim PONEK
2. Evaluasi terhadap materi dan pelaksanaan pelayanan tim PONEK
3. Perencanaan dan upaya peningkatan kinerja SDM di tim PONEK
4. Rekomendasi dan usulan untuk peningkatan kinerja pelayanan Tim PONEK

B. RAPAT INSIDENTIL

Rapat Insidentil diselenggarakan pada :


Waktu : Sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal yang perlu dibahas.
Jam : Sesuai undangan
Tempat : Sesuai undangan
Peserta : Seluruh anggota tim PONEK
Materi : Sesuai dengan masalah yang perlu dibahas.

BAB XI
PENCATATAN DAN LAPORAN

Salah satu komponen penting dalam surveilans yaitu pencatatan dan pelaporan dengan
maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan
untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan pada kegiatan surveilans harus valid (akurat,
lengkap, dan tepat waktu) sehingga memudahkan dalam pengolahan dan analisis. Data Tim
PONEK RS. CHARITAS HOSPITAL belum diolah karena tim yang ada baru dibentuk. Dan tim
akan melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan uraian tugas masing-masing anggota.
Seluruh data yang didapatkan nantinya dievaluasi per triwulan dan dilaporkan kepada:
1. Direktur melalui Penanggung Jawab tim PONEK RS CHARITAS HOSPITAL BELITANG
2. Dinas kesehatan kabupaten/kota OKU Timur.

Anda mungkin juga menyukai