Nomor :
TENTANG
KOMPREHENSIF 24 JAM
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan di Probolinggo,
Pada Tanggal
NIK :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmad-Nya sehingga Pedoman Rumah Sakit Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) 24 jam Rumah Sakit ibu dan anak Fatimah dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Kami juga mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam
pembuatan Pedoman Rumah Sakit Pelayanan Obsteric Neonatal Emergency Komprehensif
24 jam ini. Semoga Pedoman ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Kami menyadari bahwa Pedoman Rumah Sakit PONEK 24 jam ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangaat mengharapkan kritik dan saran, masukan yang bersifat
membangun dari semua pihak yang ada di rumah sakit Charitas Hospital Belitang ini,
sehingga Pedoman ini betul betul dapat menjadi salah satu panduan bagi rumah sakit Charitas
Hospital Belitang.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2. Mengurangi tiga per empat rasio kematian ibu dalam proses melahirkan.
Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai
apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama
kematian tersebut didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai
kendala yang timbul selama ini.
Rumah sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan pelayanan
kedaruratan maternal neonatal. yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian
ibu dan bayi baru lahir Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan
yang sesuai kompetensi
Pelayanan Maternal dan Neonatal merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu
dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK). Rumah Sakit PONEK 24 Jam Adalah Rumah sakit pemerintah
maupun Rumah sakit swasta yang menyelenggarakan pelayanan kegawat daruratan ibu
dan Bayi dalam 24 jam dan merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan
kedaruratan maternal dan neonatal.
1. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih
tertinggi diantara negara-negara ASEAN, sedangkan penurunan angka tersebut masih
relatif lambat, (AKI berdasarkan SDKI dari 307/100.000 tahun 2005 menjadi 226
/100.000 tahun 2009 dan AKB dari 35/1000 kelahiran hidup menjadi 26/1000 pada tahun
2005-2009. dan SDKI 2012 menyebutkan, AKB 32 per 1.000 kelahiran hidup, target
MDGS tahun 2015 menjadi 23/1000 KH
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rumah sakit Charitas Hospital Belitang turut
berperan serta dalam upaya penurunan Angka kematian ibu dan angka kematia bayi
melalui upaya penyelenggaraan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu.
Penyelenggaraan PONEK 24 jam di rumah sakit charitas hospital belitang merupakan
bagian dari system rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal
yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir dengan
menyediakan tenaga Kesehatan yang sesuai kompetensi, sarana prasarana dan menajemen
yang handal. Pedoman Penyelenggaraan PONEK 24 Jam ini, dapat dijadikan panduan bagi
Tim PONEK dalam melaksanakan pelayanan kegawat daruratan Matemal dan Neonatal di
Rumah Sakit ibu dan anak Fatimah.
2. TUJUAN
a) Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi dan menurunkan angka
kematian ibu dan bayi
Tujuan Khusus
Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan perlindungan Ibu dan Bayi secara
terpadu dan paripurna
a) Pelayanan Obstetrik dan Neonatus komprehensif Pelaksanaan IMD dan
pemberian ASI eksklusif
b) Melaksanakan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan
Ibu dan Bayi bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya
c) Melaksanakan program Rawat Gabung.
d) Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.
e) Melaksanakan Perawatan Metode Kangguru (PMK) dan BBLR
4. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
971/MENKES/PER/XI/2009 Tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural
Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 340/Menkes/PER/III/2010
Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
7. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor.
1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
8. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor.
1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
10. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 1999.
11. Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
12. Standar Peralatan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana Kesehatan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2001.
13. Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Kebidanan Di Sarana
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2001.
14. Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia 2005.
15. Dasar-dasar Asuhan Kebidanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2005.
16. Pedoman Perancangan Ruang Rawat Inap Rumah Sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2005.
17. Pedoman Penanggulangan KLB – DBD Bagi Keperawatan di RS Dan Puskesmas,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006.
18. Pedoman Pelayanan Rawat Gabung di RS, Departemen Kesehatan 1991.
Pedoman Pelayanan Perinatal Pada Rumah Sakit Umum kelas C Dan D Departemen
Kesehatan 1991.
19. Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan Dan Perawat Di
RS, Departemen Kesehatan – IDAI 2004.
20. Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B (non
pendidikan), C, dan D, Departemen Kesehatan 2006.
5. BATASAN OPERASIONAL
STANDAR KETENAGAAN
Pelayanan PONEK dipimpin oleh dokter dan staf yang terdiri dari tenaga medis, yang
berkualitas untuk menjamin dilaksanakannya pelayanan yang telah di tentukan, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Ketua Tim PONEK adalah dokter spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
yang terlatih.
2. Wakil Ketua PONEK adalah Dokter Spesialis Anak yang terlatih.
3. Koordinator IGD adalah dokter umum yang bertugas di IGD
4. Koordinator poli kebidanan adalah lulusan DIII kebidanan , masa kerja minim 5
tahun.
5. Koordinator Pelayanan bersalin dan nifas adalah lulusan DIII kebidanan , masa
kerja minimal 5 tahun.
6. Koordinator Pelayanan perinatologi adalah lulusan DIII kebidanan , masa kerja
minimal 5 tahun
Keterangan tanda * : dalam kondisi khusus tenaga dokter spesialis tersebut tidak
ada di wilayah rujukan, maka masing-masing tenaga dokter spesialis dapat digantikan
oleh dokter umum yang memiliki kompetensi yang diperlukan terkait obstetri dan
neonatal emergensi, diberikan wewenang khusus oleh direktur RS.
Staff :
Dokter spesialis anak Dokter spesialis anak yang telah mengikuti pelatihan
khusus neonatologi, harus tersedia/dapat dihubungi 24 jam
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, harus tersedia/ dapat dihubungi 24 jam
Dokter spesialis anestesi, harus tersedia/dapat dihubungi 24 jam
Dokter dan perawat harus terlatih dalam asuhan neonatal (ASI, resusitasi
neonatus, kegawatdaruratan neonatus). Tim IGD sebaiknya sebagai pemeriksa
awal dan cepat untuk menemukan kegawatdaruratan dan melakukan tindakan
stabilisasi untuk penyelamatan jiwa, sedangkan tindakan definitif sebaiknya
dilakukan di kamar bersalin.
Rasio perawat pasien = 1: 2-4 dalam setiap tugas jaga
Konselor laktasi yang dapat dihubungi 24 jam
Jam dinas :
STANDAR FASILITAS
a. Sruktur Fisik - Lantai dari porselin atau plastik - Dinding di cat dengan bahan
yang bisa dicuci.
b. Kebersihan - Cat dan lantai berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat
dengan mudah. - Ruang bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah
rumah sakit. - Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan,
instrumen, pintu, jendela, dinding, steker listrik dan langitlangit.
c. Pencahayaan - Pencahayaan terang dari cahaya alami atau listrik. - Listrik
berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu
berfungsi baik dan kokoh. - Tersedia peralatan gawat darurat. - Ada cukup
lampu untuk setiap ruangan
1. Sruktur Fisik - Lantai dari porselin atau plastik - Dinding di cat dengan bahan
yang bisa dicuci
2. Kebersihan - Cat dan lantai berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat
dengan mudah. - Ruang bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah
rumah sakit. - Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan,
instrumen, pintu, jendela, dinding, steker listrik dan langitlangit.
3. Pencahayaan - Pencahayaan terang dari cahaya alami atau listrik. - Listrik
berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu
berfungsi baik dan kokoh. - Tersedia peralatan gawat darurat. - Ada cukup
lampu untuk setiap ruangan
4. Ventilasi - Ventilasi, termasuk jendela cukup jika dibandingkan dengan ukuran
ruang. - Kipas angin atau pendingin ruang (AC) harus berfungsi baik. - Suhu
ruangan harus dijaga 24-26ºC.
5. Pencucian tangan - Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau
desinfektan yang dikendalikan dengan siku atau kaki. - Wastafel, kran dan
dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari lantai dan dinding). -
Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka. - Harus ada handuk (kain
bersih) atau tisu untuk mengeringkan tangan, diletakkan di sebelah wastafel.
3.2.2 Kriteria Khusus Ruangan
a. Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus Di ruang dengan lebih dari
satu tempat tidur , jarak tempat tidur adalah 6 meter dengan wastafel.
b. Area resusitasi dan stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus atau IGD Ada
satu ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam unit perawatan khusus.
Tujuan kamar ini adalah memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi
kondisi pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfeksia, dan apabila
perlu menolong partus darurat serta resusitasi.
Di lengkapi dengan meja resusitasi bayi. Kamar PONEK:
Ruang berukuran 15 meter persegi
Berisi lemari dan troli darurat
Tempat bersalin serta tiang infus
Pemancar panas
Meja, kursi
Aliran udara bersih dan sejuk
Pencahayaan
Lampu sorot dan lampu darurat
Mesin isap
Oksigen dan tabungnya berasal dari sumber dinding (outlet)
Lemari isi : perlengkapan persalinan, obat , infus
Alat resusitasi dewasa dan bayi
Wastafel dengan air mengalir dan antiseptik
Alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
Nurse station
Sarana pendukung meliputi toilet, kamar tunggu keluarga, kamar persiapan
peralatan (linen atau instrumen), kamar kerja kantor, kamar jaga, ruang
strelisitator, dan jalur keruang bersalin/ kamar operasi
c. Ruangan Maternal
1. Kamar Bersalin
Lokasi berdekatan dengan kamar operasi dari IGD
Ruangan berukuran 12 meter untuk masingmasing pasien) meter (6
Ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah
Tiap ibu bersalin punya privasi agar keluarga bisa hadir
Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang
Terdapat 1 kamar bersalin dengan fasilitas 3 bed
Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat
Ruang bersalin merupakan unit terintregasi kala I, kala 2 dan kala 3 yang
berarti setiap pasien diperlukan untuk sampai kala 4 bagi ibu bersama
bayinya secara privasi
Kamar bersalin dekat dengan ruang jaga bidan (nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke
kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
Ruang post partum cukup luas
Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum 6 untuk kelas 3 , e bed untuk
kelas 2 dan 1 bed untuk kelas 1
Tiap ruangan mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup
Ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan
Bidan berisi meja, telepon, lemari berisi perlengkapan darurat atau obat
Ruang tindakan operasi atau kecil darurat atau one day care untuk kuret,
penjahitan dan sebagainya berisi meja operasi lengkap, lampu sorot,
lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci tangan kecil, wastafel
cuci tangan operator, perlengkapan kuret dan sebagainya
Ruang tunggu bagi keluarga pasien berisi keluarga.
2. Pojok Laktasi
Ruangan yang berisi: AC, meja, kursi yang nyaman, dan Poster 10
keberhasilan menyusui.
b. Ruang Operasi
1. Instalasi kamar operasi diperlukan untuk tindakan operasi diperlukan untuk
operasi sesarea dan laparatomi
Disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin.
Di dalam kamar operasi tersedia pemancar panas dan perlengkapan
resusitasi dewasa dan bayi.
Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah berisi meja, kursi
perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/oksigen dan sebagainya,
tempat rekam medik, troli darurat.
Pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien.
Fasilitas pelayanan berikut untuk operasi:
1. Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu
lintas orang
2. Ruang kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih ruang ini
berfungsi membereskan alat dan kain kotor, tempat cuci watafel
besar untuk cuci tangan dan fasilitas air mengalir, ada meja kerja dan
kursi , troli
3. Saluran pembuangan kotoran atau cairan
4. Ruang tunggu keluarga
5. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi ada
autoklaf berguna bila darurat
6. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat
7. Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk 2 orang terdapat di
depan kamar operasi atau kamar bersalin. Wastafel itu dirancang
agar tidak membuat basahi lantai. Air cuci tangan steril
8. Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen,
baju dan perlengkapan operasi, juga terdapat troli pembawa linen.
9. Ruang gas atau tabung gas
10. Kamar ganti pria dan wanita
11. Kamar jaga dokter
12. Kamar jaga paramedik
13. Kamar rumatan rumah tangga berisi lemari, meja, kursi, peralatan
mesin isap, ember, perlengkapan kebersihan dsb
14. Ruang tempat brangkar dan kursi dorong.
c. Ruangan Penunjang
Ruang perawat atau bidan o Kamar perawat
Ruang rekam medik
Ruang petugas
Ruang loker staf atau perawat
Ruang rapat atau konferensi
Ruang keluarga pasien
Ruang cuci tangan
Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/ bahan gudang ,
peralatan
Ruang obat: wastafel , meja kerja dan sebagainya.
Ruang linen bersih
Dapur kecil untuk pembagian makan pasien
d. Laboratorium 24 jam
Dari beberapa jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan di instalasi patologi
klinik dikelompokkan menurut kualifikasi jenis pemeriksaannya :
1. Hematologi meliputi pemeriksaan :
a. Pemeriksaan HB dilakukan pada indikasi penyakit anemia, kanker dan penyakit
ginjal serta menjadi pelengkap pemeriksaan darah lengkap/rutin.
b. Pemeriksaan Leukosit dilakukan pada indikasi penyakit radang akut atau proses
infeksi, misal pneumonia, meningitis, evaluasi hapusan darah tepi serta menjadi
pelengkap pemeriksaan darah lengkap/ rutin.
c. Pemeriksaan Hematokrit dilakukan pada indikasi penyakit luekemia,anemia,
gagal ginjal kronik serta menjadi pelengkap pemeriksaan darah lengkap/rutin.
d. Pemeriksaan Trombosit dilakukan pada indikasi penyakit dengue, perdarahan,
pembekuan darah dan menjadi pelengkap pemeriksaan darah lengkap/rutin.
e. Pemeriksaan LED dilakukan pada atritis reumatoid, TBC, gagal jantung, infeksi
serta menjadi pelengkap pemeriksaan darah lengkap/rutin.
f. Pemeriksaan Bleeding Time/BT dilakukan pada penderita trombositopeni,
ketidak normalan vakular, defisiensi faktor pembekuan, leukemiaserta persiapan
operasi.
g. Pemeriksaan Clothing Time /CT dilakukan pada penderita penyakit
hati,leukemia, gagal jantung,defisiensi faktor pembekuan serta persiapan operasi.
h. Pemeriksaan Activated partial thromboplastine time (APTT) dilakukan untuk
keperluan memantau terapi anti koagulan dan resiko perdarahan
i. Pemeriksaan Prothombin Partial Time ( PTT ) dilakukan unutk pementauan
terapi obat antikoagulan heparin serta pnyakit sirosis hepatik,defisiansi vit
K,leukemia.
3. Syiringe pump 0
4. Radian warmer 3
5. Isi kotak resusitasi 1
6. Ambubag 2
7. Alat penghisap lendir elektrik 3
8. Vacum set 2
15. USG 2
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
BAB V
LOGISTIK
5.1 Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan dan Obat
Prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat habis pakai adalah permintaan alat
kesehatan atau obat yang pemaikannya mendapat ganti dari instalasi farmasi, agar stok
alat dan obat selalu tersedia maka dijadwal pada hari tertentu untuk meminta persediaan
ke instalasi farmasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Petugas menulis permintaan alat kesehatan atau obat sesuai kebutuhan.
2. Kepala ruangan menandatangani buku permintaan tersebut
3. Buku diserahkan ke instalasi farmasi untuk di realisasi.
4. Petugas mengecek barang yang sudah di realisasi tanda tangan di buku permintaan
pada kolom pengambilan dan petugas instalasi farmasi tanda tangan pada kolom
penyerahan
5. Petugas mencatat dalam buku atau kartu inventaris
5.2 Permintaan ATK (Alat Tulis Kantor)
Prosedur penyediaan alat kantor adalah permintaan alat kantor (buku , bulpen,
dll):
1. Petugas mengerjakan permintaan bahan habis pakai di evomedis setiap hari Senin-
sabtu jam 07.00-10.00 WIB.
2. Dikirim ke bagian inventory melalaui evomedis oleh kepala ruangan
3. Permintaan barang diterima oleh pihak bagian umum melalui evomedis
4. Bagian umum menyiapkan permintaan barang dan menyerahkan barang
5. Pengembalian barang di bagian logistik pada hari selasa dan jumat
5.3 Perencanaan Peralatan atau Peremajaan
Perencanaan peralatan atau peremajaan adalah suatu kegiatan untuk
merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai kebutuhan saat itu atau sebagai
pengganti alat yang rusak atau diperkirakan harus diganti karena keausannya. Tujuan
perencanaan pengadaan atau peremajaan adalah agar peralatan yang digunakan siap
pakai setiap saat tanpa ada gangguan dan dapat mengikuti perkembangan tekhnologi
kedokteran sehingga memanjang kelancaran pelayanan.Jadwal kegiatan dilakukan
dalam setiap tahun dan disampaikan dalam rencana anggaran belanja rumah sakit.
Prosedur:
Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang sudah tidak dapat
di pakai atau tidak dapat diperbaiki, kemudian dimasukkan dalam rencana anggaran
rutin.
1. Pembetulan peralatan sepengetahuan kepala bidang pelayanan medis dan kepala
bidang keperawatan dengan mengajukan permintaan penggantian peralatan ke TIM
pengadaan barang rumah sakit, disertai perkiraan biaya.
2. Pengajuan anggaran rutin untuk pengadaann barang dilakukan setiap Tahun sesuai
jadwal kepala tim pengadaan rumah sakit disertai perkiraan biaya.
3. Setelah anggran yang diajukan disetujui oleh tim perencanaan, tim perencanaan
berkoordinasi dengan tim pembelian rumah sakit
Bila terealisasi kepala ruangan menerima alat dan menandatangani penerimaan barang
serta berita acara penerimaan dari tim penerima barang mencatat dalam buku inventaris.
5.4 Obat – obatan Maternal Neonatal Khusus PONEK
5.4.1 Obat – obatan khusus ponek
Adrenalin Ca Gluconas 10 ml
Dextrose 10 % Morphin
Dextrose 40% Sulfas Atropin
Dopamine Midazolam
Dobutamin Phenobarbital Injeksi
Vit K injeksi Salep mata
HB0 Nacl 0.9% 25 ml
Nacl 0,9 % 500 ml Nacl 3%
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1 Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko , identifikasi, dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien. Pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm(penyakit, cidera,
cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
6.2 Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
6.3 Standart Patient Safety
Label identitas tidak tepat apabila : tidak terpasang, salah pasang, salah
penulisan, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah
tanggal lahir
Target 100%
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien
1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasien
rumah sakit
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden ( peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut diatas.
7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti diatas tersebut diatas ) dan
melakukan self assesment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien
rumah sakit
8. Program khusus keselamtan pasien rumah sakit
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan
kejadian tidak diharapkan
Sasaran Keselamatan Pasien Tim PONEK di Rumah Sakit Ibu dan Anak Fatimah :
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja di lingkungan Rumah sakit merupakan hal yang sangat penting,
mengingat dalam pelaksanaan kerja, Rumah sakit menggunakan berbagai macam teknologi
baik yang sederhana maupun yang modern dan canggih, sehingga dapat menimbulkan
beberapa faktor bahaya terhadap petugas di rumah sakit.
1. Sarung tangan
Terdapat 3 jenis yaitu:
a. Sarung tangan bersih
b. Sarung tangan steril
c. Sarung tangan rumah tangga (non Medis)
Berfungsi untuk melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit, dan
melindungi pasien dari mikro organisme yang berada pada tangan petugas kesehatan.
Jadi sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan, tetap mengikuti prosedur
kebersihan tangan.
2. Masker
Masker harus cukup besar, untuk menutupi hidung, mulut, dan bagian bawah dagu.
Ketika melepas masker, pegang bagian tali, karena bagian tengah masker merupakan
bagian yang paling banyak terkontaminasi.
3. Pelindung Mata (goggles)
Alat ini berfungsi untuk melindungi mata petugas dari percikan darah atau cairan
tubuh lain.
4. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk kedalam luka selama tindakan serta melindungi bagian kepala
dari percikan darah atau cairan tubuh pasien
5. Gaun pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian seragam lain, sehingga terlindung
dari secret respirasi atau droplet/ airborne pada penderita penyakit menular.
6. Apron
Terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk bagian depan
tubuh petugas, ketika melakukan tindakan atau perawatan langsung dimanan ada
risiko tumpahan darah atau cairan tubuh pasien.
7. Pelindung kaki/ sepatu boot
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera, akibat benda tajam, benda berat dan
tertumpah darah atau cairan tubuh.
Oleh karna itu pelindung dari bahan lunak tidak diizinka karna dapat meningkatkan
kontaminasi (kemungkinan masih merembes).
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritik / tuntutan dan
keluhan dari pasien, keluarga dan petugas. Mutu akan diwujudkan jika ada interaksi
antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Mengukur mutu pelayanan dapat
dilakukan dengan melihat indikator-indikator mutu pelayanan yang di buat oleh
rumah sakit. Analisa indikator akan mengantarkan kita bagaimana sebenarnya kualitas
mutu dari proses pelayanan kesehatan di suatu unit dalam sebuah rumah sakit.
Berdasarkan beberapa layanan yang ada pada saat ini, yang menurut kami seringkali
menimbulkan ketidakpuasan pasien dan keluarga adalah:
1. Pelaksanaan tindakan SC kurang dari 30 menit Setelah diputuskan
A. RAPAT RUTIN
Rapat Rutin diselenggarakan pada:
Waktu : Triwulan
Tempat : Ruang unit Kebidanan
Peserta : seluruh anggota tim PONEK
Materi :
1. Evaluasi kinerja dan SDM tim PONEK
2. Evaluasi terhadap materi dan pelaksanaan pelayanan tim PONEK
3. Perencanaan dan upaya peningkatan kinerja SDM di tim PONEK
4. Rekomendasi dan usulan untuk peningkatan kinerja pelayanan Tim PONEK
B. RAPAT INSIDENTIL
Rapat Insidentil diselenggarakan pada:
Waktu : Sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal yang perlu dibahas.
Jam : Sesuai undangan
Tempat : Sesuai undangan
Peserta : Seluruh anggota tim PONEK
Materi : Sesuai dengan apa yang akan dibahas
BAB X
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Salah satu komponen penting dalam surveilans yaitu pencatatan dan pelaporan dengan
maksud mendapatkan data untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan
disebarluaskan untuk dimanfaatkan. Data yang dikumpulkan pada kegiatan surveilans harus
valid (akurat, lengkap, dan tepat waktu) sehingga memudahkan dalam pengolahan dan
analisis. Data Tim PONEK RSIA FATIMAH belum diolah karena tim yang ada baru
dibentuk. Dan-tim akan melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan uraian tugas
masing-masing anggota.
Seluruh data yang didapatkan nantinya dievaluasi per triwulan dan dilaporkan kepada: