NOMOR: 02.021/RS.MEDINA/DIR/V/2021
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Kebijakan Pedoman Pelayanan Nicu di Rumah Sakit Medina;
Ditetapkan di : Garut
Pada tanggal : 21 Mei 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi di antara negara Asean. Menurut
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2002-2003, angka kematian sebesar
35 per 1000 kelahiran hidup. Milenium Development Goals 2015 diharapkan turun
menjadi < 20 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab terbesar kematian neonatus di
Indonesia adalah BBLR (29%), Asfiksia (27%), Tetanus neonatorum (10%), masalah
pemberian ASI (9,5%), masalah Haematologi (5,6%), dan infeksi (5,4%). Dampak
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya derajat sosial ekonomi
masyarakat Indonesia juga menambah tuntutan mutu pelayanan pada bayi baru lahir yang
semakin tinggi. Rumah Sakit Medina dan lebih khusus Neonatus Intensive Care Unit
berusaha senantiasa meningkatkan pelayanan dengan melakukan kegiatan pelatihan-
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku dalam
pelayanan kepada pasien. Berbekal panduan dasar serta ditambah beberapa referensi
maka disusunlah pedoman ini.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur, dan segala proses di bidang
pelayanan intensive di Rumah Sakit Medina Garut.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pelayanan neonatus yang bermutu dan mengutamakan keselamatan
pasien dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi di Indonesia.
b. Terlaksananya manajemen pelayanan neonatus dari aspek administrasi &
manajemen, kompetensi SDM, fasilitas dan sarana serta prosedur pelayanan di RS.
c. Terlaksananya sistem rujukan pelayanan neonates.
C. Ruang Lingkup
Pelayanan Ruang lingkup pelayanan NICU Rumah Sakit Medina adalah asuhan
neonatal dengan ketergantungan tinggi (Ruang Rawat Neonatus Asuhan Khusus) yaitu
memerlukan perawatan intensif dengan kemampuan memberikan alat bantu nafas
menggunakan CPAP (Continuos Positive Airway Pressure).
D. Batasan Operasional
1. Gangguan respirasi.
2. Gangguan kardiovaskuler.
3. Skor APGAR.
4. Berat lahir sangat rendah (<1500 gram).
5. Kurang bulan dengan umur kehamilan <32 minggu.
6. Neonatus dengan gangguan susunan saraf pusat seperti kejang dan ensefalopati
hipoksik iskemik.
7. Gangguan saluran cerna berat, seperti EKN dan perdarahan saluran cerna.
8. Bayi dari ibu Diabetes.
9. Bayi yang lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau persalinan dengan komplikasi.
10. Gawat nafas yang tidak memerlukan ventilasi bantuan.
11. Hiperbilirubinemia yang perlu terapi sinar.
12. Sepsis neonatorum.
13. Hipotermi.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 11 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
C. Pengaturan Jaga
Hal yang berkaitan dengan pengaturan jaga mengikuti aturan sebagai berikut:
1. Untuk mendukung misi pelayanan di NICU yaitu pelayanan yang cepat tepat dan
akurat, maka perlu disiapkan tenaga dokter, tenaga perawat, tenaga laborat, dan
tenaga administrasi keuangan secara penuh 24 jam pelayanan.
2. Diberlakukan jam kerja sebagai berikut :
Shift I : Pukul 07.00 – 14.00
Shift II : Pukul 14.00 – 21.00
Shift III : Pukul 21.00 – 07.00
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Keterangan :
1. Ruangan Steril 9. Penyimpanan Susu Steril 17. Inkubator IV
2. Ruangan Bersih 10.Pintu Masuk Ruangan bersih 18. Inkubator V
3. Mushola 11.Pintu masuk ruangan steril 19. Box I
4. Nurse station 12.Pintu masuk ruang Laktasi 20. Box II
5. Wastafle 13.Pintu masuk mushola 21. Box III
6. Ruang laktasi 14.Inkubator I
7. Troly Emergency 15.Inkubator II
8. Infant Warmer 16.Inkubator III
B. Standar Fasilitas
1. Persyaratan Fisik Bangunan
a. Unit dekat dengan ruang bersalin dan harus jauh dari tempat lalu lintas barang dan
pengunjung.
b. Ada jarak 1 meter antar inkubator atau tempat tidur bayi.
c. Tersedia 1 wastafel dengan campuran air panas dan dingin, kran dapat dibuka
dengan siku.
2. Sarana
3. Prasarana
a. Peralatan Medis
Peralatan Jumlah
- Inkubator 4 Buah
- Set Fototerapi 2 buah
- Monitor 2 buah
- Pulse Oxymetri Syringe Pump 2 buah
- Set Gluco Check 4 Set
- Set Radiant Warmer 1 Set
- Set Perangkat resusitasi 1 Set
- Set Sumber Oksigen 2 Set
- Tersedia Suction Pump 1 Set
- CPAP 1 Set
- NeoPuff 1 Set
- Infus Pump 3 Buah
- Set Box bayi 1 buah 2 Set
- Cuve bayi 2 Buah
- Stetoskop bayi 1 Buah
- Laringoskop 1 Set
- Termometer digital 1 Buah
- Timbangan bayi 1 Buah
- Penggaris panjang bayi 1 Buah
- Standar infus 6 Buah
- Alat Penyeteril botol susu 2 Buah
- Nebulizer 1 Buah
Perlengkapan Jumlah
- Ambubag + PEEP Valve Juction
1buah
Risk
1 Buah
- Clemek
3 Buah
- Bedong
1 Buah
- Laringoskop Set Pulse
1 Buah
- Oxymetri
1 Buah
- Bak instrumen
1 Box
- Kassa
1 Buah
- Gunting
1 Buah
- Klem
1 Buah
- Koher
1 Buah
- Stetoskop bayi
1 Box
- Glove steril
1 Buah
- Slym sucker
1 Buah
- Klem umbilikal
1 Buah
- OGT No 5
1 Buah
- Spuit 1 cc, 3 cc, 5 cc Masing-masing
1 Buah
- ETT No 2,5; 3; 3,5; 4 Masing-masing
1 Kolf
- Pz 100 cc
3 Ampul
- Epinephrin
1 Ampul
- Vit K
c. Bahan Habis Pakai
d. Obat-obatan
A. Pengelolaan Logistik
Pengelolaan logistik meliputi perencanaan, pemesanan, penerimaan, dan
penyimpanan. NICU mempunyai permintaan rutin dari Kartu Obat Pasien (KOP), di
mana KOP mendistribusikan stock alat kesehatan dan obat-obatan. Jadwal permintaan
untuk KOP 3 kali dalam satu minggu.
B. Tujuan
Tujuan dari pengadaan logistik sendiri adalah untuk menunjang operasional harian agar
dapat berjalan dengan lancar demi keamanan dan keselamatan pasien dan petugas.
D. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang disesuaikan jenis barang. Untuk pengadaan barang fix
asset dilakukan rencana budgeting pada setiap akhir tahunnya. Permintaan untuk barang
habis pakai menggunakan form KOP (Kartu Obat Pasien Obat) dilakukan 3 kali
permintaan dari satu minggu.
E. Pemesanan
Jenis pemesanan dapat berupa:
1. Fix asset
Pemesanan barang yang sifat barangnya tidak habis pakai (menjadi asset) baik yang
terdaftar sebagai budget tahunan maupun permintaan di luar budget (jika ada
perluasan, permintaan barang baru yang sifatnya tidak bisa ditunda).
2. Purchasing request
Bagian purchasing akan memproses pemesanan setiap permintaan barang baik
fixxed asset maupun non fixed asset.
3. KOP
Barang yang sudah dipakai (bahan habis pakai) dapat berupa service unit yang
menjadi beban unit.
F. Penggunaan
Penggunaan barang disesuaikan dengan kebutuhan. Agar tidak terjadi kerusakan, staff
harus memelihara alat/ barang dengan sebaik mungkin. Barang harus dilakukan perawatan
harian, pengecekan berkala oleh petugas bio medik dan jadwal kalibrasi. Penggunaan
barang harus efektif dan efisien. Seluruh staff memiliki tanggung jawab terhadap alat/
barang yang ada di area kerjanya. Penarikan Jika terjadi kerusakan alat/ barang dilakukan
proses pengajuan work order dan jika barangnya tidak dapat diperbaiki dan harus diganti
maka dilakukan mutasi barang. Untuk barang-barang yang kadaluarsa dilakukan proses
retur.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh staff dengan
mengutamakan keselamatan dan keamanan bagi pasien serta untuk mencegah cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien.
2. Tercapainya International Patient Savety Goals.
D. Pelaporan
Insiden, Analisa, dan Solusi Pelaporan insiden adalah pelaporan atas kejadian yang
dapat berupa Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cidera (KTC),
Kejadian Nyaris Cidera (KNC), dan Keadaan Potensial Cidera (KPC) yang terjadi pada
pasien/pengunjung/karyawan, kerusakan alat medis, kerusakan sistem utilitas (air, listrik),
masalah keamanan dan masalah penanganan bahan berbahaya & beracun (B3), untuk
dilakukan analisis penyebab, rekomendasi, solusi, dan bisa dijadikan pembelajaran untuk
kemudian hari. Setiap terjadi insiden staff harus membuat laporan insiden yang
kemudian dilanjutkan dengan pembuatan action plan. Laporan insiden dikirim ke unit
manajemen risiko serta dilaporkan juga kepada kepala unit kemudian diteruskan ke
kepala perawatan. Setiap terjadi insiden baik yang terjadi di layanan NICU maupun yang
terjadi di unit lain, dilakukan breafing kepada staf NICU agar hal yang serupa tidak
terjadi kembali, atau jika diperlukan re-sosialisasi.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan keselamatan dan peningkatan
derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan penyakit dan kecelakaan akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan
rehabilitasi.
B. Tujuan
Menurut mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari kesehatan dan keselamatan
kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya seselektif
mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
C. Ruang Lingkup
1. Lingkungan misalnya lantai tidak licin.
2. Cukup pencahayaan.
3. Peralatan siap pakai, dilakukan tes fungsi sebelum menggunakan peralatan.
4. Fasilitas terkait tersedia, misalnya safety box untuk membuang jarum.
5. Terdapat APD yang sesuai.
6. Tidak terpapar infeksi airborne misalnya menggunakan masker jika batuk atau pilek.
D. Prosedur
1. Terdapat prosedur pemakaian APD.
2. Prosedur penanggulangan kebakaran.
3. Prosedur penanggulangan bencana.
4. Prosedur pelaporan Incident Report.
5. Prosedur penanganan tumpahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
B. Indikator
Indikator mutu pelayanan NICU ada dua yaitu:
1. Kepatuhan staff dalam melakukan hand hygiene sesuai 5 momen pedoman WHO/
2. Kepatuhan staff dalam melakukan identifikasi pasien dengan benar Untuk mengetahui
kepatuhan staff terhadap kedua indikator mutu pelayanan di NICU maka dilakukan
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Sosialisasi tentang indikator mutu.
2. Sosialisasi tentang 5 momen hand hygiene.
3. Audit oleh representatif untuk memantau kepatuhan staff dalam melakukan hand
hygiene.
4. Sosialisasi tentang identifikasi pasien.
5. Audit oleh representatif untuk memantau kepatuhan staff dalam melakukan
identifikasi pasien dengan benar.
6. Sosialisasi dan simulasi tentang teknik hand hygiene yang benar.
7. Couching conceling kepada staff yang tidak patuh.
8. Breafing oleh Karu/ representatif setiap bulan mengenai indikator mutu unit.
9. Evaluasi pencapaian mutu tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan Neonatus Intensive Care Unit Rumah Sakit Medina Garut ini
diharapkan dapat menjadi panduan atau acuan bagi seluruh staff yang bekerja di NICU
sehingga pelayanan kesehatan paripurna kepada pasien dan keluarga dapat diwujudkan.
Pedoman ini juga menjadi acuan kepada seluruh staff yang bekerja di NICU baik staff lama
ataupun staff yang baru bergabung. Khusus untuk staff yang baru, pedoman ini akan dapat
memberikan gambaran pekerjaan yang akan dilakukan sehingga pelayanan yang diberikan
kepada pasien, keluarga serta customer lainnya dapat mencapai tujuannya yaitu kepuasan
kepada pelanggan tercapai dengan sebaik-baiknya. Demikian Pedoman Pelayanan Neonatus
Intensive Care Unit ini disiapkan, agar operasional pelayanan berjalan dengan lancar.
Pedoman ini dapat dilakukan revisi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan.
Ditetapkan di : Garut
Pada tanggal : 21 Mei 2021