PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah suatu unit perawatan yang merawat
klien anak (29 hari–18 tahun) dengan keadaan gawat atau berat yang sewaktu-waktu
dapat meninggal, dan mempunyai harapan untuk sembuh apabila dirawat secara
intensive. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan perawatan yang optimal
untuk bayi/anak dimana keadaannya sewaktu-waktu dapat meninggal.
Neonatal intensive Care Unit (NICU) merupakan suatu unit organisasi/tempat
memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien neonatus dengan keadaan
resiko tinggi yang memerlukan pengawasan ketat (intensive) melalui usaha manusia
dalam rangka pemanfaatan fasilitas dan sarana secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang diharapkan (masih memiliki harapan hidup→anak)
Rawat intensive merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam
bidang life support atau organ support pada pasien-pasien sakit kritis yang kerap
membutuhkan monitoring intensive.
Pasien yang membutuhkan perawatan intensive sering memerlukan bantuan karena
ketidakstabilan hemodinamik, jalan nafas, distress pernafasan, gagal ginjal, gangguan
fungsi otak dan lain sebagainya.
Perawatan intensive biasanya hanya disediakan untuk pasien dengan kondisi yang
kemungkinan memberikan harapan hidup atau mereka yang memiliki peluang untuk
bertahan hidup.
Karena penyakit kritis begitu dekat dengan “kematian”, hasil akhir suatu intervensi
yang diberikan sangat sulit diprediksi. Banyak pasien yang akhirnya tetap meninggal
meskipun sudah dirawat diruang intensive.
Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Achmad Diponegoro yang termasuk dalam ruang
rawat intensive adalah:
a. Intensive care Unit (ICU)
b. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
c. Neonatal intensive Care Unit (NICU)
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang dirawat di
NICU/PICU RSUD dr. Achmad Diponegoro.
2. Khusus:
a. Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan Keperawatan diruang
rawat NICU/PICU.
b. Sebagai pedoman keselamatan pasien dan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan diruang rawat NICU/PICU.
1
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
1. Pelayanan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
Adalah ruang perawatan intensive untuk bayi baru lahir – 28 hari yang
memerlukan pengobatan dan pengawasan khusus, guna mencegah dan mengobati
terjadinya kegagalan organ-organ vital, misalnya berat badan rendah, fungsi
pernafasan kurang sempurna, premature, mengalami kesulitan dalam persalinan,
menunjukkan tanda-tanda mengkhawatirkan dalam beberapa hari pertama
kehidupan. Unit perawatan untuk bayi yang beresiko tinggi dengan gangguan dan
komplikasi berat lainnya. Nicu berguna untuk observasi bayi baru lahir secara
intensive:
a. Mendapatkan terapi oksigen.
b. Mendapatkan terapi intravena.
c. Pemberian makanan melalui alat.
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Gangguan respirasi.
2. Gangguan kardiovaskular.
3. Skor APGAR kurang dari 4.
4. Berat lahir rendah (< 2.500 gram).
5. Kurang bulan dengan umur kehamilan >32 minggu.
6. Neonatus dengan ganguan susunan syaraf pusat seperti kejang dan
ensephalopati hipoksik iskemik.
7. Gangguan saluran cerna berat, seperti perdarahan saluran cerna.
8. Bayi dari ibu diabetes.
9. Bayi yang lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau persalinan dengan komplikasi.
10. Gawat nafas yang tidak memerlukan ventilasi bantuan.
11. Hiperbilirubinemia yang perlu terapi sinar.
12. Sepsis neonatorum.
13. Hipotermia.
14. Meningitis.
15. Syok.
2
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1457/Menkes/SK/XII/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota.
10. Permenkes Republik Indonesia Nomor 02.02/148/Menkes/SK/I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
2. Tenaga Keperawatan
Perawat yang bertugas harus terlatih serta jumlahnya sesuai dengan ketersediaan
inkubator maupun tempat tidur yang terpakai.
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Kerja
Hal yang berkaitan dengan pengaturan jaga mengikuti aturan sebagai berikut:
1. Untuk mendukung pelayanan yang cepat tepat dan akurat, maka perlu disiapkan
tenaga dokter dan tenaga perawat secara penuh 24 jam, dan tenaga kesehatan
lainnya siap On Call 24 jam.
2. Diberlakukan jam kerja sebagai berikut;
a. Shift pagi : 08.00 – 13.00 wib.
b. Shift sore : 13.00 – 20.00 wib.
c. Shift malam : 20.00 – 08.00 wib.
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
(Terlampir)
B. STANDAR FASILITAS
1. Persyaratan Fisik Bangunan
a. Ada jarak 1 meter antar inkubator atau tempat tidu bayi/anak.
b. Lantai tertutup porselen berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
c. Tersedia 1 wastafel.
2. Sarana
No Ruang Keterangan (saat ini)
.
1. Ruang perawatan Ada
2. Dapur susu Ada
3. WC petugas Ada
4. Ruang Laktasi Tidak Ada
5. Ruang Penyimpanan Obat Tidak Ada
3. Prasarana
a. Peralatan medis
Perlengkapan Jumlah
Inkubator 6 set
Fototerapi 3 buah
Monitor 7 set
Pulse Oxymetri 2 buah
Syringe pump 5 buah
Suction 2 buah
Infus Pump 6 buah
Gluco check 1 buah
Radiant Warmer 2 buah
Perangkat Resusitasi 3 set
Sumber oksigen Tersedia
CPAP 2 unit
Stetoskop bayi 1 buah
Stetoskop anak 2 buah
Laringoskop 1 set
Termometer digital 2 buah
Inkubator transport 1 buah
Timbangan bayi 2 buah
Meteran pengukur panjang bayi 1 buah
Standar infus 11 buah
Alat penyeteril botol susu 1 buah
Nebulizer 1 set
6
b. Perangkat Resusitasi
Perlengkapan Jumlah
Ambu bag + PEEP valve 2 set
Juction Risk 1 buah
Laringoskop 1 set
Pulse Oxymetri 1 buah
Stetoskop bayi 1 buah
Glove steril 3 pasang
NGT no.5 panjang 2 buah
Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc Masing-masing 2 buah
ETT no 2.5; 3; 3.5 Masing-masing 1 buah
Epinephrin 2 amp
Vit.K 2 amp
7
d. Obat-obatan
Obat-obatan Stok Minimal
Salbutamol NEBU 5 botol
KCL 7,46 2 flakon
Dopamin 200 mg/5 ml 2 amp
Mini aspilet 80 mg 4 tab
Dexamethasone 4 amp
Amiodaron hcl 4 amp
Nor epineprin 2 amp
Lidocain 2 amp
Furosemid 4 amp
Atrophin sulfat 4 amp
Cpg 75 mg 4 tab
Epineprin 3 amp
Ca.Gluconas 2 amp
Otsu D 40% 2 flakon
ISDN 10 tab
Pulmicort 2 respule
Sibital 2 amp
e. Cairan
Cairan Stok Minimal
D5% 2 kolf
D 5 % ½ NS 2 kolf
D 5 % ¼ NS 2 kolf
D 10 % 2 kolf
Nacl 0.9 % 100 cc 2 kolf
Nacl 0.9 % 500 cc 2 kolf
Nacl 3 % 2 kolf
RL 2 kolf
Gelofusin 2 kolf
Kaen 3A 2 kolf
Kaen 3B 2 kolf
Aquabides 25 cc 4 falkon
Aquabides 1000 cc 1 Dus
8
Laci BHP 3 buah
Gunting 5 buah
Meja pembuatan susu 1 buah
Dispenser 1 buah
9
BAB IV
10
E. Pencatatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
Catatan NICU/PICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan
pelayanan di NICU/PICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Pencatatan menggunakan status khusus NICU/PICU yang meliputi pencatatan lengkap
terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di NICU/PICU, data tanda vital, jenis
dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta jumlah cairan tubuh
yang keluar dari pasien.
Pelaporan pelayanan NICU/PICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya, penggunaan alat bantu, lama rawat, dan keluaran (pulang atau dirujuk) dari
NICU/PICU.
11
BAB V
LOGISTIK
A. Tujuan
Tujuan dari pengadaan logistik sendiri adalah untuk menunjang operasional harian
agar dapat berjalan dengan lancar demi keamanan dan keselamatan pasien dan
petugas.
C. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang disesuaikan jenis barang. Untuk pengadaan barang
fix asset dilakukan rencana budgeting pada setiap akhir tahunnya. Barang dengan
permintaan untuk POP menggunakan form LPO (lembar permintaan obat) dilakukan
pada hari senin – jumat.
D. Pemesanan
Jenis pemesanan dapat berupa:
1. Fix asset
Pemesanan barang yang sifat barangnya tidak habis pakai (menjadi asset) baik
yang terdaftar sebagai budget tahunan maupun permintaan di luar budget (jika ada
perluasan, permintaan barang baru yang sifatnya tidak bisa ditunda).
2. Purchasing request
Bagian purchasing akan memproses pemesanan setiap permintaan barang baik
fixed asset maupun non fixed asset.
3. LPO
Pemesanan barang melalui LPO. Barang yang sudah dipakai (barang habis pakai)
dapat berupa service unit yang menjadi beban unit.
E. Penggunaan
Penggunaan barang disesuaikan dengankebutuhan. Agar tidak terjadi kerusakan,
staff harus memelihara alat/barang dengan sebaik mungkin. Barang harus dilakukan
perawatan harian, pengecekan berkala oleh petugas bio medik dan jadwal kalibrasi.
12
Penggunaan barang harus efektif dan efisien. Seluruh staff memiliki tanggung jawab
terhadap alat/barang yang ada di area kerjanya.
F. Penarikan
Jika terjadi kerusakan alat/barang dilakukan proses pengajuan work order dan jika
barangnya tidak dapat diperbaiki dan harus diganti maka dilakukan mutasi barang.
Untuk barang-barang yang kadaluarsa dilakukan proses retur.
13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh staff dengan
mengutamakan keselamatan dan keamanan bagi pasien serta untuk mencegah cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien.
2. Tercapainya International Patient Savety Goals.
14
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
15
f. Mengurangi risiko pasien terjatuh
Untuk di Medical Center resiko pasien jatuh dilakukan penilaian saat pengkajian
awal pasien. Jika ditemukan pasien beresiko jatuh maka dilakukan penanganan/
pengawasan ekstra terhadap pasien tersebut dan dikomunikasikan kepada
keluarga dan dokter.
16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan keselamatan dan peningkatan
derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan,
dan rehabilitasi.
B. Tujuan
Menurut mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari kesehatan dan
keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif
mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
C. Ruang Lingkup
1. Lingkungan misalnya lantai tidak licin.
2. Cukup pencahayaan.
3. Peralatan siap pakai, dilakukan tes fungsi sebelum menggunakan peralatan.
4. Fasilitas terkait tersedia, misalnya safety box untuk membuang jarum.
5. Terdapat APD yang sesuai.
6. Tidak terpapar infeksi airborne misalnya menggunakan masker jika batuk atau pilek.
D. Prosedur
1. Terdapat prosedur pemakaian APD.
2. Prosedur penanggulangan kebakaran.
3. Prosedur penanggulangan bencana.
4. Prosedur pelaporan Incident Report.
5. Prosedur penanganan tumpahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.
B. Indikator
1. Kemampuan menangani Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1.500-2.500 gram.
Judul Kemampuan Menangani BBLR 1500 Gr – 2500 Gr
19
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan Neonatus Intensive Care Unit/Pediatric Intensive Care Unit RSUD
dr.Achmad Diponegoro ini diharapkan dapat menjadi panduan atau acuan bagi seluruh
staff yang bekerja di NICU/PICU sehingga pelayanan kesehatan paripurna kepada pasien
dan keluarga dapat diwujudkan.
Pedoman ini juga menjadi acuan kepada seluruh staff yang bekerja di NICU/PICU baik
staff lama ataupun staff yang baru bergabung. Khusus untuk staff yang baru, pedoman ini
akan dapat memberikan gambaran pekerjaan yang akan dilakukan sehingga pelayanan
yang diberikan kepada pasien, keluarga serta customer lainnya dapat mencapai tujuannya
yaitu kepuasan kepada pelanggan tercapai dengan sebaik-baiknya. Dalam penerapannya
disarana kesehatan, perlu dilengkapi dengan Prosedur tetap (protap) atau Standar
prosedur Operasional (SPO) baik klinis maupun manajerial, pemantauan dan evaluasi
serta penyempurnaan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Demikian Pedoman Pelayanan Neonatus Intensive Care Unit/Pediatric Intensive Care
Unit ini disiapkan, agar operasional pelayanan berjalan dengan lancar. Pedoman ini dapat
dilakukan revisi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Keberhasilan penerapan pedoman ini sangat bergantung pada semangat, dedikasi,
ketekunan, kerja keras, kemampuan dan ketulusan berbagai pihak terkait dengan
pelayanan kesehatan.
20