Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah suatu unit perawatan yang merawat
klien anak (29 hari–18 tahun) dengan keadaan gawat atau berat yang sewaktu-waktu
dapat meninggal, dan mempunyai harapan untuk sembuh apabila dirawat secara
intensive. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan perawatan yang optimal
untuk bayi/anak dimana keadaannya sewaktu-waktu dapat meninggal.
Neonatal intensive Care Unit (NICU) merupakan suatu unit organisasi/tempat
memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien neonatus dengan keadaan
resiko tinggi yang memerlukan pengawasan ketat (intensive) melalui usaha manusia
dalam rangka pemanfaatan fasilitas dan sarana secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan yang diharapkan (masih memiliki harapan hidup→anak)
Rawat intensive merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam
bidang life support atau organ support pada pasien-pasien sakit kritis yang kerap
membutuhkan monitoring intensive.
Pasien yang membutuhkan perawatan intensive sering memerlukan bantuan karena
ketidakstabilan hemodinamik, jalan nafas, distress pernafasan, gagal ginjal, gangguan
fungsi otak dan lain sebagainya.
Perawatan intensive biasanya hanya disediakan untuk pasien dengan kondisi yang
kemungkinan memberikan harapan hidup atau mereka yang memiliki peluang untuk
bertahan hidup.
Karena penyakit kritis begitu dekat dengan “kematian”, hasil akhir suatu intervensi
yang diberikan sangat sulit diprediksi. Banyak pasien yang akhirnya tetap meninggal
meskipun sudah dirawat diruang intensive.
Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Achmad Diponegoro yang termasuk dalam ruang
rawat intensive adalah:
a. Intensive care Unit (ICU)
b. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
c. Neonatal intensive Care Unit (NICU)

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang dirawat di
NICU/PICU RSUD dr. Achmad Diponegoro.

2. Khusus:
a. Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan Keperawatan diruang
rawat NICU/PICU.
b. Sebagai pedoman keselamatan pasien dan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan diruang rawat NICU/PICU.

1
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
1. Pelayanan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
Adalah ruang perawatan intensive untuk bayi baru lahir – 28 hari yang
memerlukan pengobatan dan pengawasan khusus, guna mencegah dan mengobati
terjadinya kegagalan organ-organ vital, misalnya berat badan rendah, fungsi
pernafasan kurang sempurna, premature, mengalami kesulitan dalam persalinan,
menunjukkan tanda-tanda mengkhawatirkan dalam beberapa hari pertama
kehidupan. Unit perawatan untuk bayi yang beresiko tinggi dengan gangguan dan
komplikasi berat lainnya. Nicu berguna untuk observasi bayi baru lahir secara
intensive:
a. Mendapatkan terapi oksigen.
b. Mendapatkan terapi intravena.
c. Pemberian makanan melalui alat.

2. Pelayanan Pediatric Intensive care Unit (PICU)


Adalah ruang perawatan intensive untuk anak-anak (29 hari – 18 tahun) yang
membutuhkan perawatan khusus, dengan keadaan gawat atau berat yang sewaktu-
waktu dapat meninggal, dan mempunyai harapan untuk sembuh apabila dirawat
secara intensive. Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan perawatan yang
optimal untuk bayi dimana keadaannya sewaktu-waktu dapat meninggal. Kriteria
pasien yang harus dirawat di PICU yaitu:
a. Masalah pernafasan akut.
b. Kecelakaan berat.
c. Komplikasi.
d. Kelainan fungsi organ.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Gangguan respirasi.
2. Gangguan kardiovaskular.
3. Skor APGAR kurang dari 4.
4. Berat lahir rendah (< 2.500 gram).
5. Kurang bulan dengan umur kehamilan >32 minggu.
6. Neonatus dengan ganguan susunan syaraf pusat seperti kejang dan
ensephalopati hipoksik iskemik.
7. Gangguan saluran cerna berat, seperti perdarahan saluran cerna.
8. Bayi dari ibu diabetes.
9. Bayi yang lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau persalinan dengan komplikasi.
10. Gawat nafas yang tidak memerlukan ventilasi bantuan.
11. Hiperbilirubinemia yang perlu terapi sinar.
12. Sepsis neonatorum.
13. Hipotermia.
14. Meningitis.
15. Syok.

2
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1144 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1457/Menkes/SK/XII/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota.
10. Permenkes Republik Indonesia Nomor 02.02/148/Menkes/SK/I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.

3
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di NICU/PICU harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai, memiliki
pengalaman kerja atau magang di unit intensive, dan mempunyai komitmen terhadap
waktu.
1. Tenaga Medis
Dokter yang bekerja harus memenuhi standar kompetensi sebagai berikut:
a. Terdidik dan bersertifikasi sebagai seorang spesialis anak melalui program
pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan NICU/PICU dan menggunakan sumber daya
secara efisien.
c. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan NICU/PICU.
d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari,
7 hari/minggu.
e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain:
1) Memasang dan mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi dan ventilasi
mekanis.
2) Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasive maupun terapi
invasive.
3) Resusitasi jantung paru.
f. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literatur kedokteran.
g. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter berkelanjutan.

2. Tenaga Keperawatan
Perawat yang bertugas harus terlatih serta jumlahnya sesuai dengan ketersediaan
inkubator maupun tempat tidur yang terpakai.

B. Distribusi Ketenagaan

No Jenis Tenaga Keterangan


1 KEPALA NICU/PICU Dokter spesialis anak
1. Dokter spesialis sebagai konsultan (yang
dapat dihubungi setiap diperlukan)
2 TIM MEDIS 2. Dokter jaga dengan kemampuan resusitasi
jantung paru yang bersertifikat bantuan
hidup dasar dan bantuan hidup lanjut.
Perawat terlatih bantuan hidup dasar dan
3 PERAWAT bantuan hidup lanjut. Rasio perawat pasien
adalah 1 : 2-4
4 TENAGA NONMEDIS 1. Tenaga administrasi harus mempunyai
4
kemampuan mengoperasikan komputer
yang berhubungan dengan masalah
administrasi
2. Tenaga pekarya
3. Tenaga kebersihan

C. Pengaturan Kerja
Hal yang berkaitan dengan pengaturan jaga mengikuti aturan sebagai berikut:
1. Untuk mendukung pelayanan yang cepat tepat dan akurat, maka perlu disiapkan
tenaga dokter dan tenaga perawat secara penuh 24 jam, dan tenaga kesehatan
lainnya siap On Call 24 jam.
2. Diberlakukan jam kerja sebagai berikut;
a. Shift pagi : 08.00 – 13.00 wib.
b. Shift sore : 13.00 – 20.00 wib.
c. Shift malam : 20.00 – 08.00 wib.

5
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
(Terlampir)

B. STANDAR FASILITAS
1. Persyaratan Fisik Bangunan
a. Ada jarak 1 meter antar inkubator atau tempat tidu bayi/anak.
b. Lantai tertutup porselen berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.
c. Tersedia 1 wastafel.

2. Sarana
No Ruang Keterangan (saat ini)
.
1. Ruang perawatan Ada
2. Dapur susu Ada
3. WC petugas Ada
4. Ruang Laktasi Tidak Ada
5. Ruang Penyimpanan Obat Tidak Ada

3. Prasarana
a. Peralatan medis
Perlengkapan Jumlah
Inkubator 6 set
Fototerapi 3 buah
Monitor 7 set
Pulse Oxymetri 2 buah
Syringe pump 5 buah
Suction 2 buah
Infus Pump 6 buah
Gluco check 1 buah
Radiant Warmer 2 buah
Perangkat Resusitasi 3 set
Sumber oksigen Tersedia
CPAP 2 unit
Stetoskop bayi 1 buah
Stetoskop anak 2 buah
Laringoskop 1 set
Termometer digital 2 buah
Inkubator transport 1 buah
Timbangan bayi 2 buah
Meteran pengukur panjang bayi 1 buah
Standar infus 11 buah
Alat penyeteril botol susu 1 buah
Nebulizer 1 set
6
b. Perangkat Resusitasi
Perlengkapan Jumlah
Ambu bag + PEEP valve 2 set
Juction Risk 1 buah
Laringoskop 1 set
Pulse Oxymetri 1 buah
Stetoskop bayi 1 buah
Glove steril 3 pasang
NGT no.5 panjang 2 buah
Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10cc Masing-masing 2 buah
ETT no 2.5; 3; 3.5 Masing-masing 1 buah
Epinephrin 2 amp
Vit.K 2 amp

c. Bahan Habis Pakai


Bahan Habis Pakai Jumlah
Nasal kanul neonatus 2 buah
Nasal kanul pediatric 2 buah
Spuit 1 cc 3 buah
Spuit 3 cc 3 buah
Spuit 5 cc 3 buah
Spuit 10 cc 3 buah
Spuit 20 cc 3 buah
Spuit 50 cc 3 buah
IV Venflon NO. 26 3 buah
IV Venflon NO. 24 3 buah
IV Venflon NO. 22 3 buah
NGT no. 5 panjang 3 buah
NGT no. 8 panjang 3 buah
NGT no. 10 panjang 2 buah
Gloves steril 3 pasang
Gloves clean 1 box
Masker petugas 1 box
Alkohol swab 1 box
Kassa 1 tromol
Extension tube 2 buah
Three way 2 buah
Klem umbilikal 2 buah
Needle no.23 5 buah
Needle no.26 5 buah
Suction catheter No. 6 3 buah
Suction catheter No. 8 3 buah
Suction catheter No. 10 3 buah
Benang round 1 gulung
ETT no. 2,5 1 buah
ETT no. 3 1 buah
ETT no. 3,5 1 buah

7
d. Obat-obatan
Obat-obatan Stok Minimal
Salbutamol NEBU 5 botol
KCL 7,46 2 flakon
Dopamin 200 mg/5 ml 2 amp
Mini aspilet 80 mg 4 tab
Dexamethasone 4 amp
Amiodaron hcl 4 amp
Nor epineprin 2 amp
Lidocain 2 amp
Furosemid 4 amp
Atrophin sulfat 4 amp
Cpg 75 mg 4 tab
Epineprin 3 amp
Ca.Gluconas 2 amp
Otsu D 40% 2 flakon
ISDN 10 tab
Pulmicort 2 respule
Sibital 2 amp

e. Cairan
Cairan Stok Minimal
D5% 2 kolf
D 5 % ½ NS 2 kolf
D 5 % ¼ NS 2 kolf
D 10 % 2 kolf
Nacl 0.9 % 100 cc 2 kolf
Nacl 0.9 % 500 cc 2 kolf
Nacl 3 % 2 kolf
RL 2 kolf
Gelofusin 2 kolf
Kaen 3A 2 kolf
Kaen 3B 2 kolf
Aquabides 25 cc 4 falkon
Aquabides 1000 cc 1 Dus

f. Peralatan Non Medis


Peralatan Jumlah
Lemari pendingin 2 buah
AC 2 buah
Tempat sampah medis 1 buah
Tempat sampah non medis 1 buah
Safety box 1 buah
Meja perawat 3 buah
Kursi perawat 6 buah
Troli obat 1 buah
Troli alat medis 1 buah
Lemari BHP 1 buah

8
Laci BHP 3 buah
Gunting 5 buah
Meja pembuatan susu 1 buah
Dispenser 1 buah

9
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria Masuk NICU/PICU


Sebelum pasien masuk, keluarga harus mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai dasar pertimbangan mengapa pasien harus mendapat perawatan di
NICU/PICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh perawat NICU/PICu atau dokter
spesialis anak yang menangani pasien. Atas penjelasan tersebut keluarga dapat
menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat NICU/PICU. Persetujuan dinyatakan
dengan menandatangani formulir informed consent.
Diagnosa penyakit yang dirawat di NICU/PICU antara lain:
1. Bayi prematur < 32 minggu.
2. Bayi dari ibu yang diabetes.
3. Bayi yang lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau persalinan dengan komplikasi.
4. Gawat nafas yang tidak memerlukan ventilasi bantuan.
5. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) < 2.500 gram.
6. Hiperbilirubinemia yang perlu terapi sinar.
7. Sepsis neonatorum.
8. Hipotermia.
9. Meningitis.
10. Kejang yang disertai demam maupun tidak.

B. Monitoring Dan Evaluasi Pasien


Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambyngan guna mewujudkan
pelayanan yang aman dan mengutamakan keselamatan pasien.
Monitoring dan evaluasi yang dimaksud harus ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-
faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penyelesaian yang efektif.

C. Prosedur Medis (Terlampir di SPO)


1. Resusitasi bayi
2. Pemasangan umbilikal kateter.
3. Pemasangan infus.
4. Pemasangan OGT/NGT.
5. Pengambilan sampel darah vena.

D. Penggunaan Alat Medis (Terlampir di SPO)


1. Inkubator.
2. CPAP.
3. Syringe Pump.
4. Infus Pump.
5. Suction.

10
E. Pencatatan Dan Pelaporan Kegiatan Pelayanan
Catatan NICU/PICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang melakukan
pelayanan di NICU/PICU dan bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Pencatatan menggunakan status khusus NICU/PICU yang meliputi pencatatan lengkap
terhadap diagnosis yang menyebabkan dirawat di NICU/PICU, data tanda vital, jenis
dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta jumlah cairan tubuh
yang keluar dari pasien.
Pelaporan pelayanan NICU/PICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta
jumlahnya, penggunaan alat bantu, lama rawat, dan keluaran (pulang atau dirujuk) dari
NICU/PICU.

11
BAB V

LOGISTIK

Pengelolaan logistik meliputi perencanaan, pemesanan, penerimaan, dan


penyimpanan. NICU/PICU mempunyai permintaan rutin dari Permintaan Obat Pasien
(POP), dimana POP mendistribusikan stock alat kesehatan dan obat-obatan.

A. Tujuan
Tujuan dari pengadaan logistik sendiri adalah untuk menunjang operasional harian
agar dapat berjalan dengan lancar demi keamanan dan keselamatan pasien dan
petugas.

B. Tata Laksana Logistik


Ketersediaan logistik di pelayanan NICU/PICU menjadi tanggung jawab dari seluruh
staff yang bertugas. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh setiap staff adalah
pergerakan dari setiap barang yang ada dengan cara melakukan inventarisasi setiap
hari. Pengawasan dilakukan oleh kepala unit, dan jika terjadi ketidakseimbangan antara
barang masuk dan keluar dilakukan penelusuran terhadap hal tersebut.setiap bulannya
dilakukan analisa pemakaian barang.

C. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang disesuaikan jenis barang. Untuk pengadaan barang
fix asset dilakukan rencana budgeting pada setiap akhir tahunnya. Barang dengan
permintaan untuk POP menggunakan form LPO (lembar permintaan obat) dilakukan
pada hari senin – jumat.

D. Pemesanan
Jenis pemesanan dapat berupa:
1. Fix asset
Pemesanan barang yang sifat barangnya tidak habis pakai (menjadi asset) baik
yang terdaftar sebagai budget tahunan maupun permintaan di luar budget (jika ada
perluasan, permintaan barang baru yang sifatnya tidak bisa ditunda).
2. Purchasing request
Bagian purchasing akan memproses pemesanan setiap permintaan barang baik
fixed asset maupun non fixed asset.
3. LPO
Pemesanan barang melalui LPO. Barang yang sudah dipakai (barang habis pakai)
dapat berupa service unit yang menjadi beban unit.

E. Penggunaan
Penggunaan barang disesuaikan dengankebutuhan. Agar tidak terjadi kerusakan,
staff harus memelihara alat/barang dengan sebaik mungkin. Barang harus dilakukan
perawatan harian, pengecekan berkala oleh petugas bio medik dan jadwal kalibrasi.
12
Penggunaan barang harus efektif dan efisien. Seluruh staff memiliki tanggung jawab
terhadap alat/barang yang ada di area kerjanya.

F. Penarikan
Jika terjadi kerusakan alat/barang dilakukan proses pengajuan work order dan jika
barangnya tidak dapat diperbaiki dan harus diganti maka dilakukan mutasi barang.
Untuk barang-barang yang kadaluarsa dilakukan proses retur.

13
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh staff dengan
mengutamakan keselamatan dan keamanan bagi pasien serta untuk mencegah cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien.
2. Tercapainya International Patient Savety Goals.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Tujuh Langkah Menuju
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut
secara menyeluruh perlu dilaksanakan oleh RSUD dr.Achmad Diponegoro:
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
b. Memimpin dan mendukung staf untuk memiliki komitmen dan fokus pada
keselamatan pasien di rumah sakit.
c. Mengintegrasikan manajemen resiko.
d. Mengembangkan sistem pelaporan di rumah sakit.
e. Mengembangkan komunikasi terbuka dengan pasien.
f. Mempelajari dan membagi pengalaman tentang keselamatan pasien.
g. Mencegah cedera melalui implementasi keselamatan pasien

2. Standar Keselamatan Pasien


Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
a. Hak pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang
rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
b. Mendidik pasien dan keluarga
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Rumah sakit menjamin keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien Rumah sakit harus mendesain proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
e. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

14
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
f. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
g. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

3. International Patient Safety Goals


a. Mengidentifikasi pasien dengan benar
Prosedur identifikasi positif dilakukan ketika staff melakukan pengkajian pasien,
akan dilakukan tindakan/prosedur. Proses identifikasi dengan cara mencocokkan
nama lengkap dan tanggal lahir yang ada pada gelang identitas pasien dengan
identitas yang ada pada file pasien.
b. Meningkatkan komunikasi efektif
Untuk di Medical Center tidak dilakukan read back karena tidak merawat pasien.
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan
Obat-obatan high alert tersimpan di lemari terkunci, sedangkan untuk vaccine
tersimpan di lemari es yang terkunci.
d. Pastikan pembedahan dengan benar lokasi, benar prosedur, benar pasien yang
akan dilakukan tindakan. Untuk penandaan dan time out dilakukan pada pasien
yang akan dioperasi.
e. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan di Rumah Sakit.
Untuk menunjang keberhasilan ini dilakukan dengan melaksanakan program 5
momen cuci tangan yaitu:
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum tindakan aseptik
3) Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien
4) Sesudah kontak dengan pasien
5) Sesudah kontak dengan lingkungan pasien

Prinsip-prinsip mencuci tangan:


1) Kedua tangan harus dicuci berdasarkan 5 momen cuci tangan
2) Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan menggunakan pembersih tangan
yang mengandung alkohol, sabun cair atau cairan antiseptik. Pilihan cairan
tergantung aktivitas yang dilakukan.
3) Semua staf harus mengikuti kebijakan dan panduan mencuci tangan, jam
tangan dan perhiasan/cincin harus dilepaskan saat cuci tangan.
4) Kuku harus dipotong pendek (≤0,5 cm). Kuku palsu dan pewarna kuku tidak
boleh dipakai saat kontak langsung dengan pasien.
5) Luka sayat dan luka lecet harus ditutup dengan plester kedap air.

15
f. Mengurangi risiko pasien terjatuh
Untuk di Medical Center resiko pasien jatuh dilakukan penilaian saat pengkajian
awal pasien. Jika ditemukan pasien beresiko jatuh maka dilakukan penanganan/
pengawasan ekstra terhadap pasien tersebut dan dikomunikasikan kepada
keluarga dan dokter.

D. Pelaporan Insiden, Analisa, Dan Solusi


Pelaporan insiden adalah pelaporan atas kejadian yang dapat berupa Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD), Kejadian Tidak Cidera (KTC), Kejadian Nyaris Cidera (KNC), dan
Keadaan Potensial Cidera (KPC) yang terjadi pada pasien/ pengunjung/ karyawan,
kerusakan alat medis, kerusakan sistem utilitas (air, listrik), masalah keamanan dan
masalah penanganan bahan berbahaya & beracun (B3), untuk dilakukan analisis
penyebab, rekomendasi, solusi, dan bisa dijadikan pembelajaran untuk kemudian hari.
Setiap terjadi insiden staff harus membuat laporan insiden yang kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan action plan. Laporan insiden dikirim ke unit manajemen
risiko serta dilaporkan juga kepada kepala unit kemudian diteruskan ke kepala
perawatan.
Setiap terjadi insiden baik yang terjadi di layanan NICU/PICU maupun yang terjadi di
unit lain, dilakukan breafing kepada staf NICU/PICU agar hal yang serupa tidak terjadi
kembali, atau jika diperlukan re-sosialisasi.

16
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan keselamatan dan peningkatan
derajat kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan,
dan rehabilitasi.

B. Tujuan
Menurut mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari kesehatan dan
keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif
mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

C. Ruang Lingkup
1. Lingkungan misalnya lantai tidak licin.
2. Cukup pencahayaan.
3. Peralatan siap pakai, dilakukan tes fungsi sebelum menggunakan peralatan.
4. Fasilitas terkait tersedia, misalnya safety box untuk membuang jarum.
5. Terdapat APD yang sesuai.
6. Tidak terpapar infeksi airborne misalnya menggunakan masker jika batuk atau pilek.

D. Prosedur
1. Terdapat prosedur pemakaian APD.
2. Prosedur penanggulangan kebakaran.
3. Prosedur penanggulangan bencana.
4. Prosedur pelaporan Incident Report.
5. Prosedur penanganan tumpahan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

17
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
Mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya
untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan.

B. Indikator
1. Kemampuan menangani Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1.500-2.500 gram.
Judul Kemampuan Menangani BBLR 1500 Gr – 2500 Gr

Dimensi mutu Efektifitas dan keselamatan


Tujuan Tergambarnya kemampuan rumah sakit dalam
menangani BBLR
Definisi operasional BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1500
gr – 2500 gr
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah BBLR 1500 gr – 2500 gr yang berhasil ditangani
Denominator Jumlah seluruh BBLR 1500 gr – 2500 gr yang ditangani
Sumber data Rekam medis
Standar 100 %
Penanggung jawab Komite medik/ komite mutu

2. Pemberi pelayanan intensive


Judul Pemberi Pelayanan Intensive
Dimensi mutu Kompetensi teknis
Tujuan Tersedianya pelayanan intensive tenaga yang
kompeten
Definisi operasional Pemberi pelayanan intensive adalah dokter Sp.A dan
dokter spesialis sesuai dengan kasus yang ditangani ,
perawat minimal D III dengan setifikat perawat mahir
NICU/PICU atau setara
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah tenaga dokter Sp.A dan spesialis yang sesuai
dengan kasus yang ditangani, perawat D III dengan
sertifikat perawat mahir NICU/ PICU atau setara yang
melayani pelayanan perawatan intensive
Denominator Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang
melayani perawatan intensive
Sumber data Kepegawaian
Standar 100 %
18
Penanggung jawab Komite medik / mutu

3. Jam visite dokter spesialis


Judul Jam visite dokter spesialis
Dimensi mutu Akses kesinambungan pelayanan
Tujuan Tergambarnya kepedulian tenaga medis terhadap
waktu pemberian
Definisi operasional Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter
spesialis setiap hari kerja sesuai dengan ketentuan
waktu kepada setiap pasien yang menjadi tanggung
jawabnya ,yang dilakukan antara jam 08.00 sampai
dengan 14.00
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah visite dokter spesialis antara jam 08.00 sampai
dengan 14.00 yang disurvey
Denominator Jumlah pelaksanaan visite dokter spesialis yang di
survey
Sumber data Survey
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala Instalasi rawat inap / komite medik / panitia
pengumpulan data mutu

19
BAB IX

PENUTUP

Pedoman pelayanan Neonatus Intensive Care Unit/Pediatric Intensive Care Unit RSUD
dr.Achmad Diponegoro ini diharapkan dapat menjadi panduan atau acuan bagi seluruh
staff yang bekerja di NICU/PICU sehingga pelayanan kesehatan paripurna kepada pasien
dan keluarga dapat diwujudkan.
Pedoman ini juga menjadi acuan kepada seluruh staff yang bekerja di NICU/PICU baik
staff lama ataupun staff yang baru bergabung. Khusus untuk staff yang baru, pedoman ini
akan dapat memberikan gambaran pekerjaan yang akan dilakukan sehingga pelayanan
yang diberikan kepada pasien, keluarga serta customer lainnya dapat mencapai tujuannya
yaitu kepuasan kepada pelanggan tercapai dengan sebaik-baiknya. Dalam penerapannya
disarana kesehatan, perlu dilengkapi dengan Prosedur tetap (protap) atau Standar
prosedur Operasional (SPO) baik klinis maupun manajerial, pemantauan dan evaluasi
serta penyempurnaan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Demikian Pedoman Pelayanan Neonatus Intensive Care Unit/Pediatric Intensive Care
Unit ini disiapkan, agar operasional pelayanan berjalan dengan lancar. Pedoman ini dapat
dilakukan revisi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Keberhasilan penerapan pedoman ini sangat bergantung pada semangat, dedikasi,
ketekunan, kerja keras, kemampuan dan ketulusan berbagai pihak terkait dengan
pelayanan kesehatan.

20

Anda mungkin juga menyukai