Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive care unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi
diawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit cidera atau
penyulit penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan
prognosis dubia. ICU Rumah Sakit Graha Hermine menyediakan kemampuan dan sarana,
prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan mengunakan
keteampilan staf medik, perawatan dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan
keadaan-keadaan tersebut. Pada saat ini ICU Rumah Sakit Graha Hermine dapat menangani
pasien-pasien dewasa dan anak.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan kritis yang berkualitas, pofesional, dan sesuai dengan standar
2. Tujuan khusus
Terjadinya acuan bagi unitintensive care dalam melaksanakan pelayanan pada pasien
kritis

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Praktek kedokteran intensive care adalah berbasis rumah sakit, diperuntukkan dan
ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis.
Tujuan dari pelayanan intensive care adalah memberikan pelayanan medik tertitrasi dan
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan. Pasien sakit kritis meliputi:
1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil danmemerlukan dokter, perawat, profesi
lain yang terkait yang terkoordinasi dan berkelanjutan, serta memerlukan perhatian yang
teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang ketat dan terus-menerus serta terapi titrasi.
2. Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis sehingga
memerlukan pemantauan ketat dan terus-menerus serta dilakukan intervensi segera untuk
mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.
Pasien sakit kritis membutuhkan pemantauan dan tunjanganhidup khusus yang harus
dilakukan oleh suatu tim, termasuk diantaranya dokter yang mempunyai dasar pengetahuan,
keterampilan teknis, komitmen waktu, dan secara fisik selalu berada ditempat untuk

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 1


melakukan perawatan titrasi danberkelanjutan. Perawatan ini harus berkelanjutan dan bersifat
proaktif, yang menjamin pasien dikelola dengan cara yang aman, manuasiawi, dan efektif
dengan mengunakan sumber daya yang ada, sedemikian rupa sehingga memberikan kualitas
pelayanan yang tinggi dan hasil yag optimal.

D. Batasan Operasional
Pelayanan ICU harus dilakukan oleh intensivist yang terlatih secara formal. Intensivist
yang harus bekerja harus berpartisipasi dalam suatu system yang menjamin kelangsungan
pelayanan intensive care 24 jam,hubungan pelayanan ICU yang terkoordinir dengan bagian-
bagian pelayanan di rumah sakit harus ada dalam organisasi rumah sakit.
Bidang kerja pelayanan intensive care meliputi:
1. Pengelolaan pasien
Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh intensivist dengan
melaksanakan pendekatan pengelolaan total pasien sakit kritis, menjadi ketua tim dari
berbagai pendapat konsultan atau dokter yang ikut merawat pasien. Cara kerja demikian
mencegah pengelolaan yang terkotak-kotak dan menghasilkan pendekatan yang
terkoordinasi pada pasien serta keluarga.
2. Administrasi
Pelayanan ICU dimaksud untuk memastikan suatu lingkungan menjamin pelayanan yang
aman, tepat waktu, dan efektif. Untuk tercapainya tugas ini diperlukan partisipasi dari
intensivist pada aktifitas manajemen.
3. Pendidikan
4. Penelitian
E. Landasan Hukum
1. Undang – Undang republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
3. Undang-undang Republik Indonesia no 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437).
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah
Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kab/Kota.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 2


7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 148 tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Keperawatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045 tahun 2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/Menkes/Sk/XII/2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Di Rumah Sakit
11. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor Hk.02.04/I/1966 /11
Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Di
Rumah Sakit
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1333/Menkes/SK/XII/1999
Standar Pelayanan Rumah Sakit
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008, tentang standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
14. Hospital Accreditation Standard 3rd Edition - Joint Commission International.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, PERDICI,ISDAI.
Standar Pelayanan ICU. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta.2009.

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 3


BAB II
STANDART KETENAGAAN

Para pimpinan rumah sakit bersepakat untuk memberikan proses pelayanan yang seragam.
Kebijakan dan prosedur memandu pemberian pelayanan yang seragam sesuai dengan undang-
undang dan peraturan terkait yang berlaku di Rumah Sakit Graha Hermine. Pemberian pelayanan
yang seragam memenuhi maksud dan tujuan dari :
1. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak tergantung atas kemampuan pasien
untuk membayar atau sumber pembiayaan
2. Akses untuk asuhan dan pengobatan serta yang memadai, yang diberikan oleh praktisi yang
kompeten tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu tertentu
3. Ketepatan (acuity) mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan pasien
4. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan anestesi) diseluruh rumah
sakit
5. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan keperawatan
yang setingkat di seluruh rumah sakit

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Seorang intensivist ICU Rumah Sakit Graha Hermine adalah seorang dokter yang memenuhi
standar kompetensi sebagai berikut:
1. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care medicine (KIC,Konsultan
Intensive Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh penghimpunan
profesi yang terkait.
2. Menunjang kualitas pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya ICU secara efisien.
3. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesi dalam pelayanan ICU
4. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari,7
hari/minggu.
5. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain:
a. Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal, tracheostomy perkutan, dan
evaluasi mekanis.
b. Pungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
c. Memasang cateter intravena untuk monitoring invasive maupun terapi invasive (misal:
Continius renal replacement therapy) (CRRT) dan peralatan monitoring termasuk:
d. Pemasangan kabel pacu jantung tranvenous temporer

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 4


e. Melakukandiagnostic non-invasif fungsi kariovascular dengan echocardiography
f. Resusitasi cardiopulmonary
g. Pipa thoracostomy

1. Melaksanakan Dua Peran Utama


1. Pengelolaan pasien
Mampu berperansebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan melaksanakan titrasi layanan pada pasien berpenyakit kompleks
atau cidera termasuk gagal organ multi-sitem, intensivist memberikan pelayanan sendiri
atau tanpa berkolaborasi dengan dokter pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien
dalam kondisi yang bisa terdapat pada pasien sakit kritis seperti:
a. Haemodinamik tidak stabil
b. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan ventilator
mekanis
c. Gangguan neorologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial
d. Gangguan atau gagal ginjal akut
e. Gangguan endokrin dan atau metabolic akut yang mengancam nyawa
f. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
g. Gangguan koagulasi
h. Infeksi serius
i. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
2. Manajement unit
Intensivist berpartisipasi aktif dalam aktifitas-aktifitas manajemen unit yang
diperlukan untuk memberikan pelayanan-pelayanan ICU yang efisien dan konsisten pada
pasien. Aktifitas-aktifitas tersebut meliputi antara lain:
a. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien.
b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit.
c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang berkelanjutan termasuk
supervise koleksi data.
d. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin kelajutan
jalannya ICU.

B. Distribusi Ketenagaan
1. Konsultan memiliki specialis yang dapat dihubungi setiap saat bila diperlukan
2. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan ALS/ACLS, dan FCCS

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 5


3. Memiliki perawat yang terlatih atau berpengalaman kerja di ICU dengan rasio
perawat:pasien adalah 1:2 pada setiap dibutuhkan
4. Kepala perawat ICU setara S1 dan harus memiliki kemampuan managerial dan memiliki
setifikat perawat ICU

C. Pengaturan Jaga
1. Kepala instalasi ICU : hari senin-sabtu pukul 07.00 – 14.30
2. Konsultan intensive care : on call 24 jam
3. Perawat jaga ICU
a. Pagi 07.00 – 14.30 wib
b. Siang 14.30 – 21.30 wib
c. Malam 21.30 – 07.30 wib

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 6


BAB III
STANDART FASILITAS
A. SARANA
1. Lokasi
ICU Rumah Sakit Graha Hermine dekat dengan ruangan operasi, dan mempunyai akses
yang mudah ke unit gawat darurat.
2. Disain
a. Terisolasi
b. Bangunan ICU Rumah Sakit Graha Hermine mempunyaistandar tertentu terhadap:
1) Bahaya api
2) Ventilasi
3) AC
4) Komunikasi
5) Monitor
c. Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata
1) Area pasien
Memiliki 3 tempat tidur, dengan jarak antara tempat tidur yaitu 1.5 meter dan
dibatasi oleh tirai.Pencahayaan cukup adekuat untuk observasi klinis dengan
lampu TL daylight.Setiap tempat tidur di lengkapi dengan oksigen central,
monitor dan suction.
2) Area kerja
a) Ruangan yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual antara
perawat dengan pasien.
b) Ruangan yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan
penyimpanan obat dan alat termasuk lemari pendingin.
3) Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan / AC yang dapat mengontrol suhu dan
kelembaban sesuai dengan luas ruangan. Suhu 220–250 kelembaban 50% - 70%
4) Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Untuk penyimpanan ventilator, infus pump, dan syiring pump, penggantung infus,
troli,nebulizer, dan tempat penyimpanan barang dan alat bersih.
5) Ruang tunggu keluarga pasien
Telah tersedia ruangan untuk penunggu pasien, dimana dilengkapi dengan tempat
tidur, kamar mandi, dan lineuntuk memanggil keluarga pada saat dibutuhkan.

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 7


3. Peralatan
a. Pemeriksaan berkala terhadap keamanan alat
b. Peralatan yang dimiliki di ICU Rumah Sakit Graha Hermine adalah:
1) Ventilator sebanyak 2 unit
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
3) Defibrilator dan alat pacu jantung sebanyak 1 unit
4) Alat pangatur suhu pasien
5) Infus pump dan syiring pump
6) Lampu untuk tindakan
7) Tempat tidur khusus dengan / tanpa remote control
4. Monitoring peralatan (termasuk peralatan portable yang digunakan untuk transportasi
pasien)
a. Tanda bahaya kegagalan pasokan gas
b. Tanda bahaya kegagalan pasokan oksigen
Alat yang secara otomatis teraktifikasi untuk memonitor penurunan tekanan pasokan
oksigen, yang selalu terpasang di ventilator.
c. Pemantauan konsentrasi oksigen
Diperlukan untuk mengukur konsentrasi oksigen yang dikeluarkan oleh ventilator
atau system pernafasan.
d. Tanda bahaya kegagalan ventilator atau diskoneksi system pernafasan
Pada peggunaan ventilator otomatis, harus ada alat yang dapat segera mendeteksi
kegagalan system pernafasan atau ventilator secara terus menerus.
e. Volume dan tekanan ventilator
Volume yang keluar dari ventilator harus terpantau. Tekanan jalan nafas dan tekanan
sirkuit pernafasan harus terpantau terus-menerus dan dapat terdeteksi tekanan yang
berlebihan
f. Suhu alat pelembab
Ada tanda bahaya jika terjadi peningkatan suhu udara inspirasi
g. Pulse oksimetri
Harus tersedia untuksetiap pasien di ICU
h. Emboli u

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 8


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Falsafah
1. Etika kedokteran
Berdasarkan falsafah dasar etika kedokteran, maka semua kegiatan di Rumah Sakit Graha
Hermine bertujuan dan berorientasi untuk dapat secara optimal, memperbaiki kondisi
kesehatan pasien.
2. Indikasi yang benar
Pasien yang dirawat di ICU Rumah sakit Graha Hermine adalah pasien yang
memerlukan:
a. Pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan
sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konsisten dan terapi titrasi
b. Pemantauan continue terhadap pasien-pasien dalam keadaan kritis yang dapat
mengakibatkan terjadinya dekompensasi fisiologis.
c. Intervensi medis segera oleh tim intensive care
3. Kerjasama multidisipliner dalam masalah medik komplek
Dasar pengelolaan pasien ICU Rumah Sakit Graha Hermine adalah pendekatan
multidisiplin tenaga kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan
kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerjasama dalam tim, yang
dipimpin oleh seorang intensivist sabagai ketua tim.
4. Kebutuhan pelayanan kesehatan pasien
Kebutuhan pasien ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukunganhidup untuk
fungsi-fungsi vital seperti: Airway (fungsijalan nafas), Breathing (fungsi pernafasan),
Circulation (fungsi cirkulasi), Brain (fungsi otak), fungsi organ lainnya dan dilanjutkan
dengan diagnosa dan terapi defenitif.
5. Peran koordinasidan integrasi dalam kerjasama tim
Dengan mengingat keadan pasien seperti yang tersebut dalam butir 2dan 4 diatas maka
system kerja tim multidisiplin adalah sebagai berikut:
a. Dokter yang merawat pasien sebelum pasien masuk ICU melakukan evaluasi pasien
sesuai dengan bidangnya dan memberikan pandangan atau usulan terapi.
b. Intensivist, selaku ketua tim melakukan evaluasi menyeluruh, mangambil
kesimpulan, memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan
mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya.

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 9


c. Ketua tim berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan usulan
usulan anggota tim
6. Hak dan kewajiban dokter
Setiap dokter yang memasukkan pasienke ICU Rumah Sakit Graha Hermine sesuai
dengan indikasi masuk ICU. Karena keterbatasan jumlah tempat tidur ICU Rumah Sakit
Graha Hermine, maka berlaku asas prioritas masuk ICU.
7. Sistem manajemen peningkatan mutu terpadu
Demi tercapainya koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan ICU Rumah Sakit Graha
Hermine, diperlukan tim kendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin
ilmu, dengan tugas utamanya memberikan masukan dan bekerja sama dengan staf
stuktural ICU Rumah Sakit Graha Hermine untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan
ICU.
8. Kemitraan profesi
Kegiatan pelayanan ICU Rumah Sakit Graha Hermine disamping disiplin juga
interprofesi, yaitu profesi medic, profesi perawat, dan profesi lain. Agar dicapai hasil
optimal maka perlu peningkatan mutu SDM secara berkelanjutan, menyeluruh dan
mencakup semua profesi.

B. Standar Pelayanan Minimal


Tingkat pelayanan ICU Rumah Sakit Graha Hermine telah disesuaikan dengan rumah
sakit.Tingkat pelayanan ini ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang,
jumlah dan macam pasienyang dirawat.
Palayanan ICU Rumah Sakit Graha Hermine telah memiliki kemampuan minimal sebagai
berikut:
1. Resusitasi jantung paru
2. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan pengunaan ventilator sederhana
3. Terapi oksigen
4. Pemantauan EKG, pulse oksimetri terus menerus
5. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
6. Pemeriksaan laboratorium khusus cepat dan menyeluruh
7. Pelaksanaan terapi dan titrasi
8. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien
9. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portable selama tranportasi pasien
gawat
10. Kemampuan melaksanakan fisiotherapy dada

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 10


C. Prosedur Pelayanan Perawatan/Therapy (ICU)
1. Ruang lingkup pelayanan spesifik penyakit-penyakit akut yang mengancam nyawa dan
dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
2. Memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesific problema dasar
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terdapat komplikasi yang
ditimbulkan oleh:
a. Penyakit
b. Iatrogenik
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasienyang kehidupannya sangat tergantung pada
alat/ mesin dan orang lain

D. Indikasi Masuk Dan Keluar ICU


Suatu ICU mampu mengabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus dalam bidang
kedokteran dan keperawatan gawat darurat yang dibutuhkan untuk membuat prioritas pada
sarana yang terbatas apabila kebutuhannya melebihi jumlah tempat tidur yang tersedia di
ICU.
Dokter yang merawat pasien mempunyai tugas untuk meminta pasiennya dimasukkan ke
ICU bila ada indikasi dan segera memindahkan ke unit yang lebih rendah bila kondisi
kesehatan pasien telah memungkinkan.Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian
indikasi perawatan pasien di ICU. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang
tersedia, kepala ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi medic, pasien lama yang akan
dirawat di ICU. Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara rinci
untuk setiap ICU.Harus tersedia mekanisme untuk mengkaji ulang secara retrospektif kasus-
kasus, apabila dokter yang merawat tidak disetujui dengan keputusan kepala ICU.
1. Kriteria masuk ICU
ICU memberikan pelayanan antara lain peralatan yang canggih dan terapi yang intensif.
Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi, pasien yang memerlukan terapi
intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan
intensif (prioritas 3).Penilaian obyektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya
digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU.
a. Pasien prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif seperti : dukungan/bantuan ventilasi, infus, obat-obatan vasoaktif kontinue,

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 11


dan lain-lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiotoraksik,
atau pasien syok septic. Mungkin ada baiknya beberapa institusi membuat kriteria
spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan
darah tertentu.Macam terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak
mempunyai batas.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien golongan ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab
sangat beresiko untuk mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan
intesif menggunakan pulmonary arterial cateter. Contoh jenis pasien ini atara lain
mereka yang menderita penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau
yang telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada pasien prioritas 2 umumnya
tidak, mengingat kondisi mediknya senantiasa berubah.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, secara sendirian
atau kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi
di ICU. Contoh-contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatic
disertai penyulit infeksi, pericardinal temponade, sumbatan jalan nafas, atau pasien
penyakit jantung. Penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut
berat.Tetapi pada pasien-pasien perioritas 3 hanya untuk mengatasi penyakit akut
saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
kardiopulmonar.

2. Kriteria keluar ICU


a. Pasien prioritas 1 (satu)
Pasien prioritas1 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensive tidak ada
lagi, atau bila terapi secara intensive telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga
prognosis jangka pendek jelek. Contoh-contoh golongan ini adalah pasien dengan tiga
atau lebih gagal system organ yang tidak respons terhadap pengelolaan agresif.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan bila kemungkinan untuk mendadak memerlukan
terapi intensif telah berkurang.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif
telah tidak ada lagi. Namun mungkin pasien demikian dikeluarkan lebih dini bila

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 12


kemungkinan sembuhatau manfaat terapi intensif continue kecil. Contohnya antara
lain adalah pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis, penyakit jantung atau
penyakit liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-lainnya yang
talah tidak berespon terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya, yang secara statistic
memiliki prognosis jangka pendek jelek, dan yang tidak ada terapi yangpotensial
untuk memperbaiki prognosisnya.

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 13


BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan Logistik meliputi perencanaan, pemesanan, penerimaan dan penyimpanan. ICU


mempunyai permintaan rutin yang terbagi melalui dua gudang , yaitu: Gudang Umum dan Gudang
Farmasi, dimana Gudang Farmasi mendistribusikan persediaan alat kesehatan dan obat-obatan. Jadwal
permintaan untuk Gudang Umum dan Gudang Farmasi setiap hari Kamis dan Jumat.

A. Tujuan
Tujuan dari pengadaan logistik sendiri adalah untuk menunjang operasional harian agar dapat
berjalan dengan lancar demi keamanan dan keselamatan pasien dan petugas.

B. Tata Laksana Logistik


Ketersediaan logistik di layanan Intensive Care Unit (ICU) menjadi tanggung jawab dari seluruh staf
yang bertugas. Hal yang harus diperhatikan oleh setiap staf adalah pergerakan dari setiap barang
yang ada dengan cara melakukan inventarisasi setiap hari. Pengawasan dilakukan oleh kepala unit,
dan jika terjadi ketidakseimbangan antara barang masuk dan keluar dilakukan penulusuran terhadap
hal tersebut. Setiap bulannya dilakukan analisa pemakaian barang
C. Perencanaan
Perencanaan pengadaan barang disesuaikan jenis barang. Untuk pengadaan barang fix asset
dilakukan rencana budgeting pada setiap akhir tahunnya. Barang dengan permintaan menggunakan
form SPPB (Surat Pengeluaran Permintaan Barang) untuk gudang farmasi dilakukan pada hari
Senin dan Kamis sedangkan untuk gudang umum permintaan dilakukan pada hari Rabu dan Jum’at

D. Pemesanan
Jenis pemesanan dapat berupa :
1. Fix Asset
Pemesanan barang yang sifat barangnya tidak habis pakai ( menjadi asset ) Baik yang terdaftar
sebagai budget tahunan maupun permintaan di luar Budget ( jika ada perluasan, permintaan
barang baru yang sifatnya tidak bisa ditunda)

2. Purchaising Request
Bagian purchasing akan memproses pemesanana setiap permintaan barang baik Fixxed Asset
maupun non fixxed asset

3. SPPB
Pemesanan barang melaui SSPB baik ke gudang umum maupun gudang Framsi. Barang yang
sudah dipakai (barang habis pakai) dapat berupa service unit yang menjadi beban unit.

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 14


E. Penggunaan
Penggunaan barang disesuaikan dengan kebutuhan. Agar tidak terjadi kerusakan staf harus
memelihara alat/barang dengan sebaik mungkin. Barang harus dilakukan perawatan harian,
pengecekan berkala oleh petugas bio medik dan jadwal kalibrasi. Penggunaan barang harus efektif
dan efisien. Seluruh staff memiliki tanggung jawab terhadap alat/barang yang ada di area kerjanya.

F. Penarikan
Jika terjadi kerusakan alat/barang dilakukan proses pengajuan work order dan jika barangnya tidak
dapat diperbaiki dan harus diganti maka dilakukan mutasi barang. Untuk barang yang kadaluarsa
dilakukan proses retur

G. Monitoring
Monitoring dilakukan dengan melakukan inventaris tiap shif. Jika terjadi ketidak sesuaian barang
segera dilakukan penelusuran.

H. Evaluasi
Evaluasi alat/barang dilakukan tiap bulan dalam bentuk laporan bulanan dan tiap tahun dalam
bentuk laporan tahunan.

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 15


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Sasaran keselamatan pasien di ICU selaras dengan sasaran keselamatan pasien rumah sakit
yang meliputi:
A. Ketepatan Identifikasi Pasien
1. Memberikan identifikasi pada pasin dengan mencantumkan nama dan tanggal lahir pada
gelang pasien
2. Identifikasi pasien sebelum memberikan tindakan medis dan keperawatan.
3. Memberikan gelang untuk pasien perempuan yaitu gelang warna pink, dan pasien laki-
laki gelang warna biru
4. Memberikan gelang warna kuning untuk pasien dengan resiko jatuh, gelang warna merah
untuk pasien dengan alergi obat dan makanan, dan gelang warna ungu untuk pasien yang
menolak resusitasi
B. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
1. Menggunakan teknik SBAR ( SITUATION, BACKGROUND, ASSEMENT,
RECOMENDATION) dalam melaporkan kondisi pasien terhadap dokter ataupun tenaga
kesehatan lainnya.
2. Melakukan CABAK (catat, baca, konfirmasi ulang) dan verifikasi atau tandatangan pada
hasil pelaporan 1x24 jam
B. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai
1. Waspada terhadap obat HIGH ALERT misal (KCL,Natrium bicarbonate, Nacl 3%, dll)
2. NORUM (nama obat rupa ucapan mirip)/ LASA ( look a like, sound a like)
3. Menyimpan obat high alert pada tempat yang disimpan khusus
C. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,tepat pasien operasi
Dilakukan pada pasien yang akan dilakukan operasi meliputi time our dan sign out
D. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan kesehatan
Dengan cara melakukan 5 moment cuci tangan, yaitu:
a. Sebelum kontakdengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptic
c. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
d. Sesudah kontak dengan pasien
e. Sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien
Ada dua cara cuci tangan yaitu:
a. Dengan mengunakan air mengalir dengan sabun :40 – 60 detik

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 16


b. Dengan mengunakan hand rub : 20 – 30 detik

E. Pengurangan resiko pasien jatuh


Pengkajian resiko pasien jatuh dengan menggunakan skala morse untuk dewasa dan scoring
humpty dumpty untuk anak-anak dan memasangkan gelang kuning.

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 17


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Program keselamatan kerja di ICU mengacu pada undang-undang keselamatan kerja tahun
1970, syarat-syarat keselamatankerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya dengan
tujuan:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mancegah dan mengurangi bahaya ledakan
4. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian
lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi perlindungan pada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarnya suhu, kelembaban, kotoran, debu,
asap, gas, sinar/radiasi, dan suara
8. Mencegah timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik, psikis,keracunan, infeksi dan
penularan
9. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
10. Memperoleh kebersihan antara alatkerja, tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya
11. Mengamankan pemeliharaan bangunan yang tersedia
12. Mencegah terkena aliran listrik
13. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 18


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengertian Mutu
Mutu adalah keseluruhan cirri atau karakteristik produk atau jaa dalam tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggan.
Indikator Mutu layanan Intensive Care Unit ( ICU) ada tiga yaitu :
1. kepatuhan staf dalam melakukan hand hygiene sesuai five moment pedoman WHO,
2. kepatuhan staf dalam melakukan identifikasi pasien dengan benar

1. Mengurangi Resiko Infeksi Di Rumah Sakit

Unit kerja : Keperawatan, Medik, Clinical Support, dan Support Services


Nomor : IPSG 5
Indikator
Nama : Kepatuhan cuci tangan dengan benar seuai dengan ’5 Moment Hand Hygiene’
Indikator
Rasional : Kesesuain dengan pedoman cuci tangan dari WHO akan mengurangi
penyebaran infeksi dari staf ke pasien, dan mengurangi angka kejadian infeksi
rumah sakit
Tipe Indikator : Pengukuran Outcome
Dimensi Mutu : Safety

Untuk mengetahui kepatuhan staff terhadap ketiga indikator mutu pelayanan di ICU maka dilakukan
tahap-tahap sebagai berikut;
1. Sosialisasi tentang indikator mutu
2. Sosialisasi tentang five moment hand hygiene
3. Audit oleh representatif untuk memantau kepatuhan staff dalam melakukan hand hygiene.
4. Sosialisasi tentang identifikasi pasien benar

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 19


BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan ICU telah diberlakukan pada kegiatan pelaksana pelayanan ICU talah
disesuaikan dengan kemampuan sumber daya di Rumah Sakit Graha Hermine dan berlakunya
pedoman pelayanan ini terhitung sejak tanggalditetapkan.
Pedoman ini disusun untuk memberikan acuan ataupun sistematika yang jelas bagi pelaksana
pelayanan di ICU Rumah Sakit Graha Hermine. Selanjutnya dijabarkan dalam proses tetap di
setiap rumahsakit guna kelancaran pelaksanaannya.Dan akan dilakukan peninjauan ulang
sebagai upaya perbaikan dapat dilakukan setiap 3 (tiga) tahun sekali dan dikoordinasi oleh
direktorat pelayanan medik.

Pedoman Pelayanan ICU-RSGH 20

Anda mungkin juga menyukai