Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

Hal.

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI............................................................................................................1
1. BAB I PENDAHULUAN.................................................................................2
2. BAB II STANDAR KETENAGAAN............................................................12
3. BAB III STANDAR FASILITAS -................................................................16
4. BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN..................................................22
5. BAB V STANDAR LOGSITIK.....................................................................45
6. BAB VI KESELAMATAN PASIEN............................................................51
7. BAB VII KESELAMATAN KERJA.............................................................58
8. BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ...........................................................60
9. PENUTUP.......................................................................................................62
BAB I
PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensif Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan
dan terapi pasien-pasien yangmenderita penyakit, cedera atau penyulit-
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia. menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana
serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan
menggunakan keterampilan staf medik, perawat dn staf lain yang
berpengalamandalam pengelolaan keadaan-keaadaan tersebut.

Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat


pascabedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan
anestesi sampai kemasa pasca bedah. Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo Clinic
membuat suatu ruangankhusus dimana pasien-pasien pasca bedah
dikumpulkan dan diawasi sampai sadar danstabil fungsi vitalnya, serta bebas
dari pengaruh sisa obat anestesi. Keberhasilan unitpulih sadar merupakan awal
dipandang perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupatidak pada masa pulih
sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah.

Pada saat ini ruang Intensif Care Unit (ICU) modern tidak terbatas menangani
pasien pasca bedah atau ventilasi mekanis aja, namun telah menjadi cabang
ilmu sendiri yaitu intensive care medicine.

Ruang lingkup pelayanan meliputi dukungan fungsi organ – organ vitasl


seperti pernapasan, kardiovaskuler, susunan saraf pusat, ginjal dan lainnya
baik pada pasien dewasa ataupun pasien anak. Rumah sakit sebagai penyedia
pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan
pelayanan instalasi rawat intensive yang professional dan berkualitas. Dengan
mengedepankan keselamatan pasien. Pada instalasi rawat intensive perawatan
untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga professional
yang terdiri dari multidisplin ilmu yang bekerjasama dalam tim.
Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam
meningkatkan keselamatan pasien. Selain dukungan itu sarana prasarana serta
peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan IRI. Oleh
karena itu, mengingat diperlukannya tenaga khusus, terbatasnya sarana dan
prasarana, serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan Instalasi
Rawat Intensive perlu dikonsentrasikan.
Saat ini pengembangan pelayanan di RS.Graha Husada, Bandar Lampung
tidak hanya berfokus kepada pengembangan Sumber Daya Manusia saja.
Pengembangan juga menitikberatkan pada pengembangan Teknologi
Pelayanan dengan penambahan Fasilitas pelayanan medis dan Penunjang
untuk mengakomodir permintaan kebutuhan pelayanan pasien yang semakin
meningkat dan bervariasi menyesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Salah satunya adalah penambahan unit pelayanan pasien pada pasien kritis
yaitu Instalasi Perawatan Intensif. Pada tahun 2022, High Care Unit (HCU) di
gedung lama dengan kapasitas 3 Tempat Tidur telah dilakukan pengembangan
yang signifikan yaitu pemindahan yang berlokasi di Lantai 4 Gedung baru
dengan jumlah kapasitas 8 (delapan) tempat tidur.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud disusunnya pedoman penyelenggaraan pelayanan di ICU ini untuk
dapat digunakan menjadi acuan menjadi Rumah Sakit dan Tenaga
Kesehatan yang terkait dalam menyelenggarakan pelayanan di ICU.
2. Tujuan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU ini adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien HCU.
b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan di ICU
bagi pasien kritis yang memerlukan perawatan intensif.
c. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia kesehatan,
sarana dan prasarana serta peralatan di ICU.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Pelayanan HCU diberikan kepada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
membutuhkan pelayanan, pengobatan dan observasi secara ketat.
D. Sasaran
1. Direktur Rumah Sakit
2. Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota
3. Dokter dan Perawat dan Tenaga Kesehatan lainnya yang memberikan
pelayanan HCU.

E. Pengertian
1. Intensif Care Unit (ICU)
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri, dengan staf yang terlatih dan perlengkapan khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan memberikan terapi untuk
pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau penyakit lain
yang mengancam nyawa (Kemenkes, 2011).

F. Batasan Operasional
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan
RS dan Standar Prosedur Operasional.
1. Pelayanan ICU
Pelayanan di ICU meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-lainya,
baik pada pasien dewasa ataupun pasien anak.
2. Pelayanan Burn Unit
Pelayanan Burn unit diberikan pada pasien dengan luka bakar yang
membutuhkan pelayanan dan pengobatan khusus sesuai grade dan luas
luka bakar

G. Landasan Hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan pedoman ini adalah sebagai
berikut :

1. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

2. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah sakit

3. KMK 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan


Pelayanan Intensif Care Unit di Rum,ah sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya manusia

Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di IRI / ICU harus mempunyai


pengetahuan yang memadai, mempunyai ketrampilan yang sesuai dan mempunyai
komitmen terhadap waktu yaitu:

1. Tenaga Medis

Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar


kompetensi berikut :

a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui


program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi
yang terkait.

b. Menunjang kualitas pelayanan IRI / ICU dan menggunakan sumber daya IRI /
ICU secara efesien

c. Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan IRI /


ICU

d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24


jam/hari, 7 hari/minggu

e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :

1. Sampel darah arteri

2. Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi trakeal,


trakeostomi perkutan dan ventilasi mekanis

3. Mengambil kateter intravaskuler untk monitoring invasive maupun


terapi invasif misalnya; peralatan monitoring, termasuk : a. Kateter vena
central (CVP)

4. Resusitasi jantung paru

5. Pipa torakostomi
f. Melaksanakan dua peran utama :

1. Pengelolaan pasien

Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan di


IRI / ICU , menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien
penyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi-sistem. Dalam
mengelola pasien, dokter intensivis dapat mengelola send IRI / ICU atau
berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu
mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti :

a. Hemodinamik tidak stabil

b. Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan


ventilasi mekanis

c. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial

d. Gangguan atau gagal ginjal akut

e. Gangguan endokrin dan/ atau metabolic akut yang mengancam nyawa

f. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutris

2. Manajemen Unit.

Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen


unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan IRI / ICU yang
efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi
antara lain:

a. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien

b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit

c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang


berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data

d. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin


kelancaran pelayanan di IRI / ICU

e. Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care


medicine

f. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature


kedokteran
g. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter
berkelanjutan

h. Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan bersedia


untuk berpartisipasi pada perbaikan kualitas interdisipliner.

2. TenagaKeperawatan

IRI / ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian besar
terlatih. (diganti) menjadi : jumlah perawat di IRI / ICU ditentukan berdasarkan
jumlah tempat tidur dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat :
pasien 1:1, sedangkan perbandingan perawat : pasien yang tidak menggunakan
ventilasi mekanik adalah 1:2.

3. Distribusi Ketenagaan

NAMA KUALIFIKASI FORMAL & FUNGSI JML


JABATAN INFORMAL SDM

Ka. Instalasi Spesialis anastesiologi Managerial 1


IRI / ICU Pelatihan ACLS dan BLS

Ka. Perawat S1 Keperawatan (Ners) Managerial 1


IRI / ICU Pelatihan ICU Komprehensif
Pelatihan manajemen bangsal

Penanggung D3 keperawatan ( masa kerja Melakukan 4


jawab shift 5 – 10 tahun ) Administrasi
keperawatan
Bantuan hidup dasar dan
&bertanggung
bantuan hidup lanjut
jawab
terhadap
kelancaran
tugas dalam shift

Perawat D3 keperawatan Bantuan elakukan


Pelaksana hidup dasar dan bantuan tindakan-
hidup lanjut tindakan
keperawatan
sesuai SPO

4. Pengaturan Jaga /
Jam dinas:

Dinas Pagi : 07.00-14.00

Dinas Siang : 14.00-21.00

Dinas Malam : 21.00-07.00

Dokter spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus


kegawatan IRI / ICU

Dokter spesialis konsulen siap 24 jam menangani kasus kegawatan IRI / ICU

Tenaga perawat siap 24 jam melayani kasus IRI / ICU (terjadwal).

BAB III – STANDAR FASILITAS


A. Standar Fasilitas Peralatan IRI / ICU .

Standar Fasilitas Peralatan di ICU


No Jenis Kelengkapan Standar ICU Jumlah
Primer
1
2
3
4
5

BAB IV
TATA LAKSANA PPELAYANAN
A. Kriteria Masuk Dan Keluar IRI / ICU

Sebelum pasien masuk ke IRI / ICU , pasien dan/atau keluarganya harus


mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan mengapa
pasien harus mendapat perawatan di IRI / ICU, serta tindakan kedokteran yang
mungkin selama pasien dirawat di IRI / ICU . Penjelasan tersebut diberikan oleh
kepala IRI / ICU atau dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien
dan /atau keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di
IRI / ICU . Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed
consent.

Pada keadaan sarana dan prasarana IRI / ICU yang terbatas pada suatu Rumah
Sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila kebutuhan atau
permintaan akan pelayanan IRI / ICU lebih tinggi dari kemampuan pelayanan
yang dapat diberikan. Kepala IRI / ICU bertanggung jawab atas kesesuaian
indikasi perawatan pasien di IRI / ICU . Bila kebutuhan pasien masuk IRI / ICU
melebihi tempat tidur yang tersedia, kepala IRI / ICU menetukan kondisi
berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien mana yang akandirawat di IRI / ICU .

1. Kriteria Masuk Pasien dengan Prioritas


a. Prioritas 1
1. Pasien sakit kritis, kondisi tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan
monitoring yang tidak bias dilakukan di ruang rawat ianap yang lain
2. Pasien yang memerlukan bantuan ventilator, obat vasoactive kontinu, terapi
tidak
3. ARDS, Syok, hemodinamik tidak stabil PRIORITAS 2
4. Pasien yang memerlukan monitoring ketat dan berpotensi memerlukan
5. Chronic comorbid disease eksaserbasi akut yang berat secara medis atau
bedah

b. Prioritas 2
1. Pasien kritis kronik yang cenderung masuk tahap recovery, menjalani terapi
untuk kasus akutnya tetapi tidak memerlukan intubasi atau resusitasi jantung
paru
2. Keganasan dengan    metastase     komplikasi     dengan    infeksi, tamponade
jantung atau obstruksi jalan nafas
c. Prioritas 3
1. Pasien yang secara umum tidak perlu masuk ke IRI / ICU
2. Tidak banyak keuntungannya di rawat di IRI / ICU .
Misal : bedah vaskuler perifer, hemodinamik stabil pada ketoasidosis
diabetikum, gagal jantung ringan
3. Pasien stase terminal dan irreversible
Misal : pada keganasan dengan metastase disertai multi organ failure.

2. Diagnosis Penyakit Yang Layak Untuk Rawat di IRI/ICU


a. Cardiac System
b. Acute myocard infraction with complications
c. Cardiogenic shock
d. Complex arrhythmia
e. Acute congestive heart failure with respiratory failure
f. Hypertensi emergensi
g. Unstable angina, dysrhytmia, hemodinamik instability, persistent chest pain
h. Cardiac arrest
i. Cardiac tamponade or constriction with hemodynamic instability
j. Complete heart block
k. Pulmonary system
l. Acute respiratory failure with ventilator support

Anda mungkin juga menyukai