(ICU)
TIM ICU
R. ALI MANSHUR
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Penyusun,
Tim ICU
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Instalasi Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari
rumah sakit yang mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan),
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam
nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan
ketrampilan staf medic, perawat dan staf lain yang berpengalaman
dalam pengelolaan keadaan-keaadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak
timbul pada saat pasca bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence
Nightingale mengusulkan anestesi sampai ke masa pasca bedah.
Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo Clinic membuat suatu ruangan
khusus dimana pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan diawasi
sampai sadar dan stabil fungsi vitalnya, serta bebas dari pengaruh
sisa obat anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar merupakan awal
dipandang perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupa tidak pada
masa pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah.
Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah poliomelytis di
Scandinavia pada sekitar awal tahun 1950, dijumpai kematian yang
disebabkan kelumpuhan otot-otot pernafasan. Dokter spesialis
antologi yang dipelopori oleh BjØrn Ibsen pada waktu itu, melakukan
intubasi dan memeberikan bantuan napas secara manual mirip yang
dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para mahasiswa
kedokteran dan sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan
pasien poliomelytis bulbar dan bahkan menurunkan mortalitas
menjadi sebanyak 40%, disbanding dengan cara sebelumnya yakni
penggunaan iron lung yang mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun
1952 Engstrom membuat ventilasi mekanik bertekanan positif yang
ternyata sangat efektif member pernafasan jangka panjang. Sejak
saat itulah Icu dengan perawatan pernapasan mulai terbantuk dan
tersebar luas.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien
pasca bedah atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi
cabang ilmu sendiri yaitu intensive care medicine. Ruang lingkup
pelayanan meliputi dukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal dan lain-
lainya, baik pada pasien dewasa ataupun pasien anak
Rumah sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan
mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan ICU
yang professional dan berkualitas. Dengan mengedepankan
keselamatan pasien. Pada ICU, perawatan untuk pasien dilaksanakan
dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri dari
multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim
mulitidisplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Selain dukungan itu sarana, prasarana serta
peralatan juga diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan
ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukanya tenaga khusus,
terbatasnya sarana dan prasarana, serta mahalnya peralatan, maka
demi efisiensi, keberadaan ICU perlu dikonsentrasikan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan yang bermutu dan mengutamamkan
keselamatan dan kesembuhan pasien
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan acuan pelaksanaan ICU di rumah sakit
b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU
di rumah sakit
c. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU di rumah sakit
C. LANDASAN HUKUM
1. KMK No. 129//MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal RS
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438/MENKES/PER/IX/2010
Tentang Standar Pelayanan Kedokteran
3. Keputusan Menteri Kesehatan No 1778/Menkes/SK/XII/2010
4. Kepmenkes RI No 004/Menkes/SK/I/2003 Tentang Kebijakan Dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan.
5. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
6. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
7. Undang-Undang No 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
8. Keputusan Direktur Jenderal Upaya Kesehatan No. HK. 02.04/
1966/11, Tentang petunjuk Teknis penyelenggaraan pelayanan
Intensif Care di Rumah Sakit.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 519 / Menkes / PER / III /
2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anesthesiologi
dan Terapi Intensif di Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
b. Manajemen Unit
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas
manajemen unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan-
pelayanan IRI / ICU yang efisien, tepat waktu dan konsisten.
Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara lain :
1) Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran
pasien
2) Supervise terhadap pelaksanaan kebijakan unit
3) Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas
yang berkelanjutan termasuk supervise koleksi data
4) Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk
menjamin kelancaran pelayanan ICU
5) Mempertahankan Pendidikan berkelanutan tentang
critical care medicine
6) Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan
membaca literatur kedokteran
7) Berpartisipasi dalam program Pendidikan dokter
berkelanjutan
8) Menguasai standa untuk unit critical care.
9) Ada dan bersedia untuk berpartisipasi pada perbaikan
kualitas indisipliner
C. TENAGA KEPERAWATAN
ICU harus memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagaian
besar terlatih. (diganti) menjadi : jumlah perawat di IRI / ICU
ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur dan ketersediaan
ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien 1:1
D. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Kualifikasi
Jumlah
Nama Jabatan Pendidikan formal & Fungsi
SDM
Informal
Ka. Instalasi Spesialis Manajerial 1
ICU Anestesiologi atau
KIC
Pelatihan ACLS
E. PENGATURAN JAGA
Jam Dinas
1. Dinas Pagi : 07.00 – 14.00 WIB
2. Dinas Siang : 14.00 – 21.00
3. Dinas Malam : 21.00 – 07.00
4. Dokter Spesialis Anestesiologi siap 24 jam menangani kasus
kegawatan ICU
5. Dokter spesialis konsulen siap menangani kasus kegawatan ICU
6. Tenaga perawat siap melayani kasus ICU selama 24 jam
(terjadwal)
7. Setiap selesai 2 kali jaga malam diberikan libur 2 hari
8. Tidak diperkenankan membuat ritme jadwa shift malam siang
pagi bagi jadwal jaga keperawatan
9. Diperkenankan melakukan tukar jaga atas persetujuan dari
kepala ruang
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. BANGUNAN GEDUNG
1. Letak
Ruang ICU terletak di lantai 2 diatas ruang VK dekat dengan
ruang OK, dan ruang Isolasi, ruang laboratorium
2. Bentuk
a. Sudut dinding, lantai dan atap tidak boleh tajam
b. Dinding dan laintai, dan langit – langit terbuat dari bahan yang
keras, tidak boleh berpori, tahan api, kedap air, tidak mudah
kotor, tidak licin, warna terang dan mudah di bersihkan serta
tidak ada tempat, menampung debu.
c. Ruang
Ruang ICU memiliki ruang terbuka untuk bed pasien ICU biasa,
dan 1 ruang tertutup untuk pasien ICU isolasi. Setiap bed
memiliki jarak 2 meter dengan bed lainnya untuk mencegah
infeksi nosocomial. Posisi nurse station harus berada di tengah
depan pasien untuk memungkinkan petugas mengawasi
seluruh pasien. Setiap bed pasien harus ada meja atau buffet
untuk meletakan carddesk. Sekat/dinding dalam dan pintu
Ruang ICU isolasi harus menggunakan kaca supaya mudah
untuk di awasi dari nurse station. ruang pejabat ICU, ruang
petugas, dan ruang istirahat harus tertutup.
d. Ventilasi
Menggunakan AC dengan suhu antara 19 s/d 22 C, dengan
kelembaban udara 50 s/d 60%. Ruangan bertekanan negative
-15 mmHg
DENAH RUANG ICU
Legenda
VM : Ventilator Mekanik
3. Sistem Penerangan
a. Lampu ruangan memakai lampu LED 15 watt setiap bed pasien
b. Pencahayaan ruangan sesuai
c. Lampu tidak menyebabkan panas,
4. Sistem Gas
Setiap bed pasien terdapat 4 lubang gas central, yaitu : 2 lubang
gas O2, 1 lubang Gas Udara, dan 1 lubang suction sentral.
5. Sistem Listrik
a. Harus ada sistem darurat yang menggunakan emergency lamp
dan sistem listrik cadangan yaitu generator bila listrik padam.
6. Sistem Komunikasi
a. Sistem komunikasi menggunakan telepon parallel yang
menghubungkan kamar operasi dengan kamar lainnya dalam
rumah sakit, dan bisa di gunakan untuk telepon keluar rumah
sakit
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
IGD
PENGURUSAN ADMINISTRASI
E. INFORMED CONSENT
1. Sebelum pasien masuk di ICU, pasien dan atau keluarga harus
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di
ruang intensif, serta berbagai macam Tindakan kedokteran yang
mungkin dilakukan selama pasien dirawat di ruang ICU serta
prognosa penyakit yang diderita pasien
2. Penjelasan tersebut diberikan oleh kepala Instalasi ICU atau
dokter yang bertugas saat itu
3. Setelah mendapatkan penjelasan, pasien dan keluarganya bisa
menerima atau tidak bisa menerima
4. Pernyataan pasien dan atau keluarganya harus dinyatakan dalam
formulir yang ditandatangani
I. MONITORING PASIEN
Monitoring pasien di ICU dilakukan oleh perawat dan selanjutnya
dikomunikasikan dengan DPJP
Langkah-langkah peaksanaan monitoring adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Observasi 24 jam (dengan shift jaga)
a. Kardiovaskuler: tekanan darah, HR, EKG, CVP, MAP, dll
b. Respirasi : RR, setting ventilator, interpretasi BGA, keluhan,
pemeriksaan fisik, dan foto thorax
c. Ginjal : urin output tiap jam, jumlah urin selama 24 jam
d. Pencernaan : pemriksaan fisik, cairan lambung, intake oral,
muntah, diare
e. Tanda infeksi : peningkatan suhu tubuh / penurunan
(hipotermi), pemeriksaan kultur, beberapa lama antibiotic
diberikan
f. Nutrisi klien : enteral parenteral
g. Mencatat hasil lab abnormal
h. Posisi ETT dikontrol tiap saat dan pengawasan secara kontinyu
seluruh proses perawatan
i. Menghitung intake / output (balance cairan)
3. Urutan Prioritas penanganan
B1 (breath) pernapasan
B2 (Blood) sistem hemodinamik
B3 (Brain) sistem saraf pusat
B4 (blader) urogenital
B5 (bowel) sistem pencernaan dan eliminasi
B6 (Bone) sistem tulang otot dan persendian
J. INDIKASI DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan Laboratorium ICU di terpusat di lab dan dilakukan
24 jam on site
a. Apabila ada pemeriksaan lab. Maka petugas ICU memberitahu
ke petugas lab tentang pemeriksaan yang diminta
b. Petugas Instalasi ICU membuatkan surat permintaan
pemeriksaan lab pada lembar pemeriksaan lab, sesuai dengan
permintaan dokter
c. Petugas lab datang ke ICU untuk melakukan pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan lab sesuai dengan surat
permintaan tersebut
d. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas ICU
mengambil ke laborat
e. Pemeriksaan lab sito bisa diminta sewaktu-waktu
2. Pemeriksaan Radiologi terpusat di radiolgi dan bisa dilakukan 24
jam on site
a. Bila ada pemeriksaan radiologi maka petugas ICU
memberitahukan kepada petugas radiologi tentang
pemeriksaan yang diminta
b. Petugas ruang ICU mengantar pasien ke radiologi untuk
dilakukan pemeriksaan
c. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas radiologi
mengantar hasilnya ke ruang ICU
d. Pemeriksaan radiologi sito dapat diminta sewaktu-waktu dalam
24 jam
K. PENCATATAN DAN PELAPORAN KEGIATAN PELAYANAN
Catatan ICU diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter yang
melakukan pelayanan di ICU dan bertanggungjawab atas semua yang
dicatat tersebut. Pencatatan menggunakan status khusus ICU yang
meliputi pencatatan lengkap terhadap diagnosis yang menyebabkan
dirawat di ICU, data tanda-tanda vital, pemantauan fungsi organ
khusus (jantung, paru, ginjal, dan sebagainya) secara berkala, jenis
dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat serta
jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien. Pelaporan pelayanan
ICU terdiri dari jenis indikasi pasien masuk serta jumlahnya, sistem
skor prognosis, penggunaan alat bantu (ventilasi mekanis,
hemodialisis, dan sebagainya), lama rawat dan keluaran (hidup atau
meniggal) dari ICU.
BAB V
LOGISTIK
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien merupakan suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak di harapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. STANDAR PATIEN SAFETY
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Target 100%. Label berisi Nama Pasien, Tanggal lahir, dan
No. RM. Gelang warna biru untuk pasien laki-laki, dan label
warna merah muda untuk pasien perempuan
Target 100%. Label identitas harus terpasang pada pasien
yang menjalani rawat di ICU.
Target 100% ketepatan pemberian obat maupun tranfusi
yaitu tepat nama pasien, jenis terapi, rute terapi, dosis
terapi, waktu pemberian, tepat etiket.
2. Komunikasi SBAR
Target 80%. Konsultasi ke dokter via telpon/whatsapp
menggunakan metode SBAR
3. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
100% petugas ICU melaksanakan 5 moment cuci tangan
100% petugas ICU melaksanakan 6 langkah cuci tangan
menggunakan sabun/handrub
4. Pencegahan Risiko Jatuh
80% petugas ICU melaksanakan screening pencegahan
risiko jatuh menggunakan skala morse untuk dewasa dan
humpty dumpty untuk pediatri
100% tidak ada kejadian pasien jatuh di ruang ICU
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah
sakit membuat kerja/ aktivitas karyawan menjadi lebih aman. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit
2. Mencegah dan Mengurangi kejadian kecelakaan kerja di rumah
sakit
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaan menjadi bertambah
C. TATA LAKSANA KESELAMATAN KARYAWAN
Setiap petugas medis maupun non medis menjelaskan prinsip
pencegahan yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupun di ruang ICU dapat
menularkan
2. Menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, kacamata,
sepatu boots, celemek, masker, dll) terutama bila menghadapi
specimen pasien
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien,
sesuai prosedur yang ada misalnya: memasang kateter,
menyuntik, menjahit luka, memasang infus, dll
4. Mencuci tangan dengan sabun antiseptic sebelum dan sesudah
menangani
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
6. Mengelola alat dengan mengindahka prinsip sterilitas yaitu :
a. Dokumentasi dengan larutan klorin
b. Pencucian dengan sabun
c. Pengeringan
7. Menggunakan baju kerja yang sesuai dengan keamanan
8. Melakukan upaya-upaya medis yang tepat dalam menangani
kasus
a. COVID-19
b. HIV/AIDS
9. Kewaspadaan standar karyawan dalam menghadapi penderita
dugaan COVID-19
a. Cuci tangan
b. Memakai Masker N95
c. Menggunakan pelindung wajah/kacamata goggle bila ada
d. Menggunakan apron atau hazmat
e. Menggunakan pelindung kaki atau sepatu boots
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU