Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN ASUHAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DAN IMMUNO-

COMPROMISED AND SUPPRESSED


RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT BAITURRAHMAH

RSGM BAITURRAHMAH

Jl. Raya By Pass KM.14 Sei Sapih, Padang - Sumatera Barat Telp +62 811 126 9191

email : rsgm@unbrah.ac.id web : https://rsgm.unbrah.ac.id/

2019
KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT BAITURRAHMAH
Nomor :

TENTANG
PANDUAN ASUHAN PASIEN PENYAKIT MENULAR DAN IMMUNO-
COMPROMISED AND SUPPRESSED

DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT BAITURRAHMAH;

Menimbang : Bahwa pelayanan pasien dengan penyakit menular dan pasien


immuno-compromised and supressed merupakan salah satu
pelayanan pada pasien beresiko tinggi, maka perlu ditetapkan
kebijakan pelayanan pasien dengan penyakit menular dan pasien
imunosupressed dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Baiturrahmah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66
tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Direktur RSGM Baiturrahmah tentang Kebijakan
Pelayanan Pasien dengan Penyakit Menular dan Pasien Immuno-
compromised and supressed;
Kedua : Pelayanan pasien dengan penyakit menular dan pasien immuno-
compromised and supressed diberikan di semua ruang perawatan
kecuali pada penyakit tertentu yang membutuhkan perawatan di
ruang isolasi khusus;
Ketiga : Setiap pelayanan pasien dengan penyakit menular dan pasien
imunosupressed di RSGM Baiturrahmah harus dilaksanakan secara
seragam sesuai dengan standar prosedur operasional yang
ditetapkan di RSGM Baiturrahmah;
Keempat : Dalam memberikan pelayanan kepada pasien, informasi mengenai
keadaan pasien, rencana tindakan dan rencana pengobatan sesuai
dengan yang tercatat di dalam rekam medis, harus diinformasikan
kepada pasien dan atau keluarga;
Kelima : Setiap pasien dan atau keluarganya berhak mengambil keputusan
mengenai rencana tindakan dan rencana pengobatan yang akan
diberikan;
Keenam : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pasien
dengan penyakit menular dan pasien immuno-compromised and
supressed di RSGM Baiturrahmah dilaksanakan oleh Manajer
Pelayanan RSGM Baiturrahmah;
Ketujuh : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila
dikemudian hari terdapat perubahan, maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :
Pada Tanggal :

Direktur

Dr.drg. Widyawati, MKes, Sp.KG


NIDN
Lampiran : Keputusan Direktur RSGM Baiturrahmah
Nomor :
Tanggal :

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
BismIlahirrahmanirrohim
a. UMUM
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah
merupakan unit yang terletak dibawah Rektor Universitas Baiturrahmah, berfungsi sebagai
tempat pelayanan pasien sekaligus sebagai tempat pendidikan bagi mahasiswa profesi
dokter gigi. Dalam menjalankan tugasnya RSGM Baiturrahmah melaksanakan tugas
pelayanan pasien dan Tridarma Perguruan Tinggi meliputi Pendidikan, Penelitian dan
Pengapdian kepada masyarakat. Dalam bidang pelayanan RSGM Baiturrahmah
melaksanakan pelayanan promotif, preventif dan kuratif. Pelayanan preventif dilakukan
dalam upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut terutama untuk anak-anak
usia sekolah sedangkan pelayanan kuratif dilakukan untuk semua tingkat usia dan semua
lapisan masyarakat. Pelayanan di RSGM Baiturrahmah mempunyai dua jenis tingkat
pelayanan yaitu, pelayanan pendidikan yang dilakukan oleh mahasiswa pendidikan profesi
dokter gigi dan pelayanan regular yang dilakukan oleh dokter gigi umum dan pelayanan
spesialistik dilakukan oleh dokter gigi spesialis.
RSGM Baiturrahmah adalah Rumah Sakit gigi dan mulut pendidikan tempat dimana
para dokter gigi muda dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Baiturrahmah
Padang menempuh pendidikan profesi dokter gigi. RSGM Baiturrahmah merupakan
rumah sakit khusus gigi dan mulut yang didirikan oleh Yayasan Pendidikan Baiturrahmah
Padang, memiliki bangunan gedung baru berlokasi di Jl. Raya ByPass KM.14 Sei Sapih,
Kota Padang, Sumatera barat, terdiri atas 3 lantai dengan fasilitas perawatan gigi dan
mulut lengkap dan memadai ditunjang dengan tenaga medis dan spesialis yang kompeten
dibidangnya. RSGM Baiturrahmah merupakan rumah sakit gigi dan mulut pertama yang
ada dan beroperasi di kota Padang, Sumatera Barat.Visi RSGM Baiturrahmah adalah:
sebagai sarana pendidikan, penelitian dan pelayanan di bidang kesehatan gigi dan mulut
yang berkualitas dan modern di Indonesia.Dalam mencapai visi tersebut, RSGM
Baiturrahmah memiliki misi:
1. Menyediakan sarana bagi pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat sesuai dengan IPTEKS kedokteran gigi secara bekelanjutan dalam menghadapi
tantangan masa depan.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, profesional,
modern dan sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat.
3. Menyelenggarakan pelayanan rujukan tertinggi masalah kesehatan gigi dan mulut.
b. KHUSUS
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah memiliki visi sebagai sarana
pendidikan, penelitian dan pelayanan di bidang kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas,
modern dan berakhlakul kharimah di Indonesia. Sedangkan misi RSGM Baiturrahmah
adalah 1). menyediakan sarana bagi pelaksanaan pendidikan dan penelitian IPTEKS
Kedokteran Gigi secara berkelanjutan dalam menghadapi tantangan masa depan, 2).
menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, profesional,
modern dan berakhlakul kharimah sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat serta 3).
menyelenggarakan pelayanan rujukan tertinggi masalah kesehatan gigi dan mulut. Motto
RSGM Baiturahmah adalah mendukung pembangunan kesehatan nasional melalui
pelayanan, pendidikan dan penelitian kedokteran gigi yang berkualitas didukung dedikasi
yang tinggi.

4
Keberadaan RSGM Baiturrahmah dalam pelayanan kesehatan telah diatur
berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 445-305-2016 tanggal 15 Maret
2016 tentang Ijin Operasional Penyelenggaraan Rumah Sakit Khusus Kelas B Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Baiturrahmah Kota Padang Propinsi Sumatera Barat.
Sebagai institusi kesehatan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya RSGM
Baiturrahmah wajib memenuhi ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
secara operasional dituangkan dalam berbagai kebijakan umum tentang program kegiatan
disetiap unit pelayanan maupun unit terkait.
Untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada pasien, Rumah Sakit dituntut
memiliki kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan efektif ini ditentukan oleh sinergi
yang positif antara pemilik Rumah Sakit, Direktur Rumah Sakit, para pimpinan di Rumah
Sakit dan kepala unit kerja dan unit pelayanan. Direktur Rumah Sakit secara kolaboratif
mengoperasionalkan Rumah Sakit bersama dengan para pimpinan, kepala unit kerja dan
unit pelayanan untuk mencapai visi, misi yang ditetapkan dan memiliki tanggung jawab
dalam pengelolaan manajemen peningkatan mutu dan keselamatan pasien, manajemen
kontrak serta manajemen sumber daya.
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat di tularkan (berpindah- pindah dari
orang yang satu ke orang yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
maupun perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab
penyakit yang hidup dan dapat berpindah. Penularan penyakit disebabkan proses infeksi
oleh kuman atau virus.
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 2005). Rumah sakit merupakan tempat pelayanan
pasien dengan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai
yang ringan sampai yang terberat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko
penyebaraninfeksi dari satu pasien ke pasien lainnya, begitupun dengan petugas kesehatan
yang sering terpapar dengan agen infeksi.
Seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan individu yang rentan
terhadap penularan penyakit. Hal ini karena daya tahan tubuh pasien yang relative
menurun. Penularan penyakit terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit disebut infeksi
nasokomial. Infeksi nasokomial dapat disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau
penularan dari pasien lain. Pasien yang dengan penyakit infeksi menular dapat menularkan
penyakitnya selama dirawat di rumah sakit. Pemularan dapat melalui udara, cairan tubuh,
makanan dan sebagainya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai
2. Tujuan Khusus
a. Agar penularan penyakit dapat dibatasi
b. Menghindari penularan petugas kesehatan tidak terjadi
c. Sebagai salah satu tujuan dari PPI
d. Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien

C. PENGERTIAN
a. PENYAKIT MENULAR
Penyakit Menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit tertentu atau
oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit penyakit atau toxin yang diproduksi
oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang terinfeksi, dari binatang atau dari reservoir kepada
orang yang rentan; baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tumbuh-tumbuhan atau
binatang pejamu, melalui vektor atau melalui lingkungan.
Dalam medis, penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan
faktor fisik (seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan).  Penyakit jenis ini merupakan
masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan
kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular
umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini

5
diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan
kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling
mempengaruhi. (Widoyono, 2011: 3).
Cara-cara penularan penyakit :
1. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)
Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain :
1. Penyakit kelamin
2. Rabies
3. Trakoma
4. Skabies
5. Erisipelas
6. Antraks
7. Gas-gangren
8. Infeksi luka aerobik
9. Penyakit pada kaki dan mulut pada penyakit kelamin seperti GO, sifilis, dan HIV, agen
penyakit ditularkan langsung dan seorang yang infeksius ke orang lain melalui hubungan
intim.
2. Melalui Media Udara Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai
airborne disease.
Jenis penyakit yang ditularkan antara lain :
1. TBC Paru
2. Varicella
3. Difteri
4. Influenza
5. Variola
6. Morbili
7. Meningitis
8. Demam skarlet
9. Mumps
10. Rubella
11. Pertussis
3. Melalui Media Air Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun
tidak langsung melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut
sebagai water borne disease atau water related disease.
Agen Penyakit :
1. Virus : hepatitis virus, poliomielitis
2. Bakteri : kolera, disentri, tifoid, diare
3. Protozoa : amubiasis, giardiasis
4. Helmintik : askariasis, penyakit cacing cambuk, penyakit hidatid
5. Leptospira : penyakit Weil Pejamu akuatik :
 Bermultiplikasi di air :  skistosomiasis (vektor keong)
 Tidak bermultiplikasi :  Guinea’s worm dan fish tape worm (vektor cyclop)
 
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam 4 kelompok
menurut cara penularannya, yaitu :
1. Waterborne mechanism
Kuman patogen yang berada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia,
ditularkan melalui mulut atau sistem pencernaan. Contoh kolera, tifoid, hepatitis virus,
disentri basiler dan poliomielitis.
2. Water washed mechanism
Jenis penyakit water washed mechanism yang berkaitan dengan kebersihan individu dan
umum dapat berupa :
 Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.
 Infeksi melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma.
 Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti Ieptospirosis.
3. Water based mechanism

6
Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam
tubuh vektor atau sebagai pejamu intermediate yang hidup di dalam air. Contoh
skistosomiasis, Dracunculus medinensis.
4. Water related insect vector mechanism
Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam
air. Contoh filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow fever).
 
b. PENYAKIT IMUNOSUPPRESED
Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel
fagositik, limfosit B, limfosit T atau komplemen. Imunodefisiensi dapat diklasifikasikan
sebagai kelainan yang primer atau sekunder dan dapat pula dipilah berdasarkan komponen
yang terkena pada sistem imun tersebut adalah sbb :
1. Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya bersifat genetik
dan terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil.gejala biasanya timbul pada
awal kehidupan setelah perlindungan oleh antibodi maternal menurun. tanpa terapi, bayi
dan anak-anak yang menderita kelainan ini jarang dapat bertahan hidup sampai usia
dewasa. Kelainan ini dapat mengenai satu atau lebih komponen pada sistem imun.
2. Imunodefisiensi Sekunder
Imunodefisiensi sekunder lebih sering menjumpai dibandingkan defisiensi primer dan
kerapkali terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang mendasarnya atau akibat dari
terapi terhadap penyakit ini. Penyebab umum imonodefisiensi sekunder adalah
malnutrisi, stres kronik, luka bakar, uremia, diabetes mellitus, kelainan autoinum
tertentu, kontak dengan obat-obatan serta zat kimia yang imunotoksik. Penyakit AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan imonodefisiensi sekunder yang
paling sering ditemukan. Penderita imonosupresi dan sering disebut sebagai hospes yang
terganggu kekebalannya (immunocompromised host). Intervensi untuk mengatasi
imunodefisiensi sekunder mencakup upaya menghilangkan faktor penyebab, mengatasi
keadaan yang mendasari dan menggunakan prinsip-prinsip pengendalian infeksi yang
nyaman.

7
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dan Tata Urut. Panduan Asuhan Pasien Penyakit Menular dan Immuno-
Compromised and Suppressed meliputi pembahasan dalam upaya penyelenggaraan pelayanan
pasien, dengan tata urut sebagai berikut :
a. Bab I Pendahuluan
b. Bab II Ruang Lingkup. Ruang Lingkup asuhan pasien penyakit menular dan Immuno-
Compromised and Suppressed kepada semua pasien.
c. Bab III Kebijakan
d. Bab IV Tata Laksana
e. Bab V Dokumen

8
BAB III
KEBIJAKAN

A. KEBIJAKAN UMUM
Regulasi mengarahkan asuhan pasien penyakit menular dan immuno-compromised and
suppressed

D. KEBIJAKAN KHUSUS
RSGM Baiturrahmah mengarahkan asuhan pasien penyakit menular dan immuno-compromised
and suppresseddengan cara sebagai berikut :
1. RSGM Baiturrahmah melakukan asuhan pasien penyakit menular dan immuno-
compromised and suppressed.
2. RSGM Baiturrahmah ada bukti pelaksanaan asuhan pasien penyakit menular sesuai
dengan regulasi.
3. RSGM Baiturrahmah ada bukti pelaksanaan asuhan pasien immuno-compromised and
suppressed sesuai dengan regulasi.

9
BAB IV
TATA LAKSANA

PENGELOLAAN PASIEN DENGAN HEPATITIS B DAN C


1. Lakukan kewaspadaan universal apabila pasien belum terdiagnosa Hepatitis B atau C;
2. Apabila sudah terdiagnosa Hepatitis B dan C, maka :
1. Lakukan hand hygiene
2. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain :
 Sarung tangan digunakan :
1. Bila akan menyentuh darah/cairan tubuh lain
2. Bila menangani benda-benda atau alat-alat yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh
pasien
3. Bila melakukan tindakan invasif.
 Masker atau pelindung wajah dipakai untuk mencegah pajanan pada mukosa, mulut,
9hidung dan mata.
 Celemek dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan atau tumpahan darah
atau cairan.
Setelah pasien dirujuk/meninggal, lakukan :
1. Dekontaminasi seluruh mebelair yang kontak dengan pasien dan petugas dengan clorine
0.5% (tidak direkomendasikan fogging ruangan)
2. Linen yang kontak dengan darah pasien dimasukkan dalam linen infeksius
3. Instrumen yang terkontaminasi dengan darah pasien dilakukan dekontaminasi dengan
clorine 0.5%
4. Alat makan sama dengan alat makan pasien umum
5. Alat kesehatan yang digunakan pasien Hepatitis B dan C tidak boleh digunakan untuk
pasien lain
6. Setelah ruangan bersih, ruangan siap digunakan.
PENANGANAN PASIEN HIV/AIDS
1. Lakukan cuci tangan dengan cara prosedural setiap melakukan tindakan sesuai five
moments
2. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kebutuhan
3. Lakukan penanganan gawat darurat pasien HIV/AIDS yang emergency
4. Rujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan Nasional setelah pasien stabil dengan dilakukan
edukasi kepada pasien dan keluarga terlebih dahulu
5. Lakukan pembersihan ruangan sesuai prosedur segera setelah pasien pulang
6. Lakukan perendaman instrumen bekas pasien HIV/AIDS yang terkontaminasi oleh darah
dan cairan tubuh dengan chlorine 0.5% selama 10 menit sebelum dicuci biasa.

PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI


AIRBORNE (UDARA)
1. Tempatkan pasien di ruang isolasi bertekanan negatif
2. Batasi gerakan. Transport pasien hanya kalau diperlukan saja dan berikan masker bedah
3. Pakai APD masker bedah saat melakukan pemeriksaan atau tindakan
4. Batasi jumlah pengunjung
5. Berikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa orang yang rentan tidak diperbolehkan
masuk ruangan pasien
6. Berikan edukasi kepada keluarga pasien tentang cara pemakaian Alat Pelindung Diri
(APD) masker bedah
7. Berikan edukasi tentang Etika Batuk dan Bersin
8. Google (kaca mata) dipakai saat melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul
aerosol
9. Lakukan dekontaminasi dan pembersihan ruangan dengan cara :
10. Ganti korden pasien dengan korden yang bersih
11. Bersihkan dengan clorine 0.5% semua dinding, mebelair ruangan yang kontak dengan
petugas dan pasien
12. Bersihkan exhaust fan

10
13. Masukkan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabila tidak terkontamionasi
dengan cairan tubuh pasien
14. Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan Bertekanan Negatif setelah
pelaksanaan selesai.
PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI
DROPLET (PERCIKAN)
1. Tempatkan pasien di ruang terpisah sejauh mungkin atau paling pinggir/pojok, bila tidak
mungkin kohorting
2. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi
3. Batasi gerak dan transportasi pasien
4. Batasi droplet dari pasien dengan mengenakan masker pada pasien
5. Anjurkan pasien untuk menerapkan Hygiene Respirasi/Etika Batuk dengan benar
6. Pakailah masker bedah bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap pasien
7. Peralatan untuk perawatan pasien tidak perlu penanganan khusus, karena mikroba tidak
bergerak jarak jauh
PENGELOLAN PASIEN DENGAN KEWASPADAAN BERBASIS TRANSMISI
KONTAK
1. Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, atau letakkan pasien di tempat paling pinggir
atau pojok atau diberi jarak > 1 meter antar TT
2. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
3. Batasi gerak dan transport pasien hanya kalau perlu saja
4. Pakailah sarung tangan bersih non steril jika melakukan tindakan ke pasien
5. Ganti sarung tangan setelah kontak dengan bahan infeksius, misalnya feses, cairan drain,
dan segera lepas sarung tangan tersebut
6. Lepas sarung tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan dengan antiseptik
7. Pakailah gaun/skort bersih saat masuk ruang pasien untuk melindungi baju dari kontak
pasien, permukaan lingkungan, barang di ruang pasien, cairan tubuh pasien. Lepaskan
gaun sebelum ke luar dari ruang pasien
8. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain
9. Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1 pasien atau pasien dengan
mikroba yang sama
10. Bersihkan dan disinfeksi peralatan sebelum dipakai untuk pasien lain.
PENANGANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR MELALUI UDARA
1. Jelaskan kepada pasien mengenai perlunya tindakan-tindakan pencegahan ini.
2. Letakkan pasien di dalam satu ruangan tersendiri.
3. Jika ruangan tersendiri tidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah dikonfirmasi secara
terpisah dari kasus yang belum di konfirmasi atau sedang didiagnosis. Bila ditempatkan
dalam satu ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 (dua) meter dan diantara
tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
4. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan negatif yang
dimonitor (ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12 pergantian udara per jam dan sistem
pembuangan udara keluar atau menggunakan saringan udara partikulasi efisien tinggi
(filter HEPA) yang termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah
sakit.
5. Jaga pintu tertutup setiap saat.
6. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang sesuai yaitu masker.
Bila perlu memakai gaun, pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung tangan.
7. Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
8. Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika akan
berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau barang-barang di dalam
ruangan.
9. Pada saat akan memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan.
10. Semua alat yang terkontaminasi oleh sekresi pasien harus didesinfeksi.

11
BAB V
DOKUMENTASI

Panduan asuhan pelayanan yang telah dilakukan oleh dokter, perawat, apoteker, terapis
rehabilitasi dan pemberi pelayanan kesehatan lain didokumentasikan dalam catatan rekam medis
terintegrasi. Sedangkan hasil dari pemeriksaan penunjang akan didokumentasikan dicatatan
rekam medis.

12

Anda mungkin juga menyukai