TAHUN 2022
KEPUTUSAN DIREKTUR RSGM BAITURRAHMAH
Nomor : … … … … … … … … … …
tentang
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Padang
Pada tanggal 30 November 2020
Direktur RSGM Baiturrahmah
3
Lamp Kep Dir. RSGM Baiturrahmah
Nomor ……………………..
Tanggal …………………….2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
a. Universitas Baiturrahmah adalah universitas yang dimiliki oleh Yayasan
Pendidikan Baiturrahmah IV. Dalam mewujudkan tujuannya sebagai wahana
pendidikan tinggi yang memiliki visi menjadi universitas terkemuka dan unggul
di tingkat regional serta didukung oleh insan yang memiliki akhlakul karimah.
Selanjutnya, visi tersebut dijabarkan dalam misi sebagai berikut: melaksanakan
Tridharma Perguruan Tinggi yang berkualitas dan produktif sehingga mampu
menghasilkan lulusan yang bermutu, kompetitif dan inovatif serta bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa; mengembangkan dan menerapkan IPTEK bidang
kesehatan secara berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing;
mengembangkan kerjasama yang produktif dan saling menguntungkan dengan
instansi lain khususnya dibidang kesehatan, baik di tingkat daerah, nasional,
maupun internasional; mengembangkan program studi baik secara horizontal
maupun vertikal untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal serta
menciptakan manajemen dan administrasi yang efektif dan efisien, serta;
mengembangkan tata nilai yang bernuansa islami dalam lingkungan kampus.
c. RSGM Baiturrahmah menetapkan proses skrining baik pasien rawat inap maupun
rawat jalan untuk mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sesuai
dengan misi serta sumber daya rumah sakit. Skrining dapat dilaksanakan melalui
jalur cepat (fast track), kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, atau hasil
pemeriksaan fisis, psikologis, laboratorium klinis, atau diagnostik imaging
sebelumnya. Skrining pasien terdiri dari skrining di dalam RSGM dan di luar
RSGM. Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan tersebut, maka diperlukan
panduan penetapan skrining pasien di rumah sakit yang menjadi acuan dalam
melaksanakan pelayanan yang bermutu dan menjamin keselamatan pasien.
Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat
jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah
diidentifikasi dan sumber daya rumah sakit yang ada. Penyesuaian kebutuhan
pasien dengan sumber daya rumah sakit tergantung pada keterangan yang didapat
tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak pertama.
Merujuk pasien ke praktisi kesehatan lain di luar rumah sakit atau ke rumah sakit
lain, memulangkan pasien ke rumah atau ke tempat keluarga harus berdasarkan
kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan akan kelanjutan pelayanan. DPJP yang
bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut harus menentukan kesiapan
pasien untuk dipulangkan berdasarkan kebijakan. DPJP membuat resume asuhan
pasien sebelum pasien pulang dari rumah sakit. Salinan resume pasien pulang
5
ditempatkan dalam rekam medis dan sebuah salinan diberikan kepada pasien atau
keluarganya yang berisi intruksi untuk tindak lanjut dnegan bahasa yang mudah
dimengerti pasien. Salinan resume pelayanan tersebut diberikan kepada praktisi
kesehatan yang akan bertanggung jawab untuk pelayanan berkelanjutan bagi
pasien atau tindak lanjutnya.
2. Pengertian
a. Skrining adalah pemeriksaan terhadap individu ataupun sekelompok orang untuk
memisahkan antara yang sehat dan yang sakit, memiliki kelainan patologis atau
memiliki resiko tinggi
b. Skrining di dalam RSGM adalah skrining yang dilakukan saat pasien sudah
berada di RSGM Baiturrahmah
c. Skrining di luar RSGM adalah skrining yang dilakukan saat pasien berada di luar
area RSGM Baiturrahmah
d. Registrasi adalah bagian terdepan dari pelayanan rumah sakit, disini pasien didata
identitas dan keperluan kunjungannya ke rumah sakit
e. Admisi adalah serangkaian proses penerimaan pasien untuk mendapatkan
pelayanan di unitr awat inap yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien di
tempat penerimaan pasien rawat inap
f. Transfer adalah memindahkan pasien dari satu tempat ke tempat lain yang lebih
baik untuk mendapatkan pemeriksaan atau tindakan medis lainnya.
g. Perencanaan pemulangan adalah proses mengantar pasien pulang atau
dikembalikan ke keluarga oleh petugas rumah sakit setelah pasien dinyatakan
sembuh oleh dokter yang merawat
h. Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas
masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat)
maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi)
i. Transportasi adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut pasien dari
rujukan atau memulangkan pasien yang membutuhkan
6
BAB II
RUANG LINGKUP
3. Ruang lingkup dan tata urut panduan skrining pasien di rumah sakit, dengan tata urut
sebagai berikut :
a. Bab I Pendahuluan
b. Bab II Ruang Lingkup
Skrining di dalam rumah sakit
Skrining di luar rumah sakit
Registrasi dan admisi di RS
Pelayanan berkesinambungan
Transfer pasien internal dalam RS
Pemulangan, rujukan dan tindak lanjut
Transportasi RS
c. Bab III Kebijakan
d. Bab IV Tata Laksana
e. Bab V Dokumen
BAB III
KEBIJAKAN
a) Kebijakan Umum
RSGM Baiturrahmah melaksanaan penerimaan pasien dirawat inap atau
pemeriksaan pasien dirawat jalan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan
yang telah diidentifikasi sesuai misi serta sumber daya yang ada.
b) Kebijakan Khusus
a. RSGM Baiturrahmah melakukan proses skrining baik di dalam maupun di luar
rumah sakit termasuk pemeriksaan penunjang yang diperlukan/ spesifik untuk
menetapkan apakah pasien diterima atau dirujuk berdasarkan PPK
b. RSGM Baiturrahmah melaksanakan proses skrining baik di dalam rumah sakit
maupun di luar rumah sakit termasuk menggunakan jalur cepat/fast track
c. RSGM Baiturrahmah melakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan/spesifik
untuk menetapkan apakah pasien diterima atau dirujuk sesuai PPK
d. RSGM Baiturrahmah menggunakan hasil skrining untuk menentukan kebutuhan
pasien sesuai dengan kemampuan rumah sakit
e. RSGM Baiturrahmah menerima pasien bila dapat memberi pelayanan rawat jalan
dan rawat inap yang dibutuhkan pasien
f. RSGM Baiturrahmah tidak merawat, tidak memindahkan atau merujuk pasien
sebelum diperoleh hasil tes yang dibutuhkan tersedia
7
BAB IV
TATA LAKSANA
4. Skrining di RS
a. Skrining di dalam Rumah Sakit
Semua pasien yang akan dilayani di RSGM Baiturrahmah harus menjalani skrining
covid 19.
1) Melalui jalur cepat (fast track)
Skrining jalur cepat (fast track) dilaksanakan sebagaimana dijelaskan di bawah
ini:
a) Pasien di IGD,
Pasien yang mendapatkan triase merah/darurat adalah pasien dengan
kebutuhan emergensi. Dilakukan evaluasi visual, pemeriksaan fisik, lab
diagnostik prioritas, selanjutnya petugas melakukan pertolongan pada
pasien, selanjutnya penyelesaian administrasi. Berikut kriteria medis yang
masuk dalam jalur fast track :
Batuk hebat tidak berhenti – henti
Pernafasan> 24x/menit dewasa, > 30 x/menit anak, >40 x/menit bayi,
Nadi> 120x/menit
Anak – anak rewel dengan suhu>38 C
Pasien dari Unit Layanan Terpadu–Perlindungan Sosial Anak Integratif
(PSAI)
Sakit gigi dengan nyeri yang tidak tertahan (skala 10 Wong Baker
Face)
Peradaran pada rongga mulut yang tidak terkontrol
Gusi bengkak yang berpotensi mengganggu jalan nafas
o Unit IKGA: pulptomi, ektraksi infiltrasi, fraktur gigi anak dan PSA
o Unit radiologi: ro” peripaikal dan panoramic
o Unit bedah mulut: fiksasi fraktur dentoalveolar denagn kawat, fiksasi
fraktur rahang dengan arch bar, replantasi gigi tanpa PSA,
debridement dan penjahitan, fistulektomi, insisi abses ekstra oral,
sinus palsty/penutupan oroantral furtula, reposisi dislokasi TMJ,
ORIF, ORIF + ARCH BAR, ORIF kondilus mandibula, reseksi
mandibula dengan plat rekontsruksi dan graft, perawatan dry socket
8
berdasarkan jenis transmisinya (kontak,droplet, airborne).
e) Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau
lingkungannya seyogyanya dipisahkan tersendiri.
f) Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara
(airborne) agar dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit yang
tidak perlu kepada yang lain.
g) Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien
TB dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan
sesama pasien TB.
Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun yang akan
dirawat adalah sebagian dari prosedur pelayanan rumah sakit. Di sinilah pelayanan pertama
kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di rumah sakit, maka di sini juga seorang
pasien mendapatkan kesan baik ataupun buruk pelayaan tersebut. Tata cara melayani pasien
akan dinilai baik bilamana dilaksanakan oleh petugas pendaftaran dengan sikap yang ramah,
sopan, tertib dan bertanggungjawab.
10
Jenis pendaftaran dibedakan menjadi dua, yaitu pendaftaran pasien rawat jalan dan
pendaftaran pasien rawat inap. Berdasarkan jenis kunjungan pasien, pendaftaran dibedakan
menjadi dua, yaitu pendaftaran pasien-lama dan pendaftaran pasien-baru. Selain itu untuk
loket pendaftaran biasanya dibedakan berdasarkan jenis pasien yang ada di sarankes setempat,
seperti loket pasien umum, loket pasien karyawan, loket pasien asuransi.
Siklus yang dimulai sejak sebelum pasien masuk rumah sakit sampai pasien keluar
dari rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pra Penerimaan (Pre Admission)
a. Proses pra-penerimaan pasien
Adalah pengumpulan data pribadi pasien dan data kemampuan keuangan/sumber
pembiayaan sebelum pasien masuk rumah sakit. Data ini biasanya di dapat melalui
surat atau telepon sebelum pasien masuk ke rumah sakit, untuk mendapatkan
informasi tersebut dan dipakai formulir pra-penerimaan (pre-admission form).
Tujuan utama dipakainya formulir tersebut adalah untuk mendapatkan informasi
mengenai:
11
c) Informasi hasil laboratorium dan radiologi bermanfaat bagi dokter dalam
mendiskusikan atau menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien sebelum pasien masuk rumah sakit.
d) Pemeriksaan laboratorium dan radiologi akan mengurangi LOS dan
mengurangi beban pasien dalam pembayaran, selain tempat tidur rumah sakit
dapat digunakan untuk mereka yang betul-betul membutuhkannya.
2. Tahap Penerimaan
Pada tahap ini dipakai sebagai kesempatan untuk mendapatkan informasi yang
selengkap-lengkapnya mengenai pasien dalam waktu yang relatif singkat.
Wawancara dilakukan oleh petugas yang telah diberikan pelatihan dan
menguasai peraturan rumah sakit dalam hal keuangan, menguasai seluk beluk
peraturan asuransi/ perusahaan dan pelayanan secara umum akan sangat berguna bagi
pihak rumah sakit maupun pasien. Informasi yang didapat harus dicatat pada tempat
yang tepat.
Apabila pasein tidak melalui tahap penerimaan misalnya pasien gawat darurat,
seluruh informasi yang didapat seperti tahap penerimaan harus dicatat dalam formulir
penerimaan. Formulir penerimaan ini garis besarnya berisi informasi mengenai hal-hal
sebagai berikut :
a. Nama dan alamat pasien
b. Nama dan alamat penanggung jawab
c. Surat jaminan
d. Bila pembayaran dengan kartu kredit
e. Besar deposit tertulis dengan jelas dalam ketentuan, juga ketentuan bahwa apabila
deposit mencapai sekian persen maka akan dilakukan penagihan.
3. Tahap Penataan Rekening
Pada saat bagian keuangan mendapatkan informasi bahwa pasien rawat inap
akan keluar rumah sakit atau meninggal, maka pembuatan rekening pasien akan segera
dimulai. Lebih cepat pihak yang bertanggung jawab atas biaya pasien mengetahui
jumlah yang harus dibayar, lebih besar kemungkinan pembayaran yang akan diterima.
Jadi penting sekali penataan rekening pasien secara tepat dan akurat.
12
Pada saat bagian keuangan mendapatkan informasi bahwa pasien rawat inap akan
keluar rumah sakit atau meninggal, maka pembuatan rekening pasien akan segera
dimulai.=
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan tagihan pada pasien akan
meninggalkan rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. Pengecekan pada saat perawatan dan keluar rumah sakit.
Informasikan mengenai adanya pasien yang akan pulang oleh petugas pengantar
perawatan ke bagian keuangan. Sebelum pasien benar-benar meninggalkan rumah
sakit, petugas mengantar pasien sebaiknya mengantarkan pasien ke bagian
keuangan terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan untuk :
1) Memberikan kesempatan pada bagian kredit untuk mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan.
2) Memberikan kesempatan pada bagian kredit untuk meneliti rencana
pembayaran yang dibuat pada saat penerimaan.
3) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk melakukan pembayaran.
b. Meneliti status perkiraan pasien
Pada saat pasien diijinkan untuk pulang rawat, perkiraan tagihan sering belum siap
untuk ditutup. Beberapa pembebanan biaya mungkin sedang dalam proses, jadi
diperlukan satu tenggang waktu sebelum perkiraannya ditutup dan rekeningnya
selesai dibuat.
Rekening yang baik harus harus dapat menampilkan semua tagihan dari semua
pelayanan dan bahan yang dipakai secara terperinci. Selain itu harus dapat pula
menunjukkan lamanya pasien dirawat.
B. Cara Pembayaran Jasa Pelayanan Rumah Sakit
Pembayaran jasa pelayanan rumah sakit biasanya dilakukan dengan cara:
a. Penderita yang membayar sendiri (out of pocket)
b. Penderita yang ditanggung oleh asuransi
Pola pembiayaan yang ditanggung oleh asuransi terbagi lagi menjadi 3, yaitu:
- Penderita yang ditanggung oleh asuransi kesehatan pemerintah
- Penderita yang ditanggung oleh asuransi kesehatan swasta
- Penderita yang ditanggung oleh perusahaan tempat dia bekerja
13
Pada pasien dengan metode pembayaran out of pocket, harus ada mekanisme yang
jelas untuk memastikan bahwa pasien pasti akan membayar, agar tidak terjadi
kehilangan pendapatan. Untuk pembayaran dengan asuransi dan jaminan perusahaan
harus dipelajari terlebih dahulu cara pembayaran, lama menunggu tempo pembayaran
dan juga analisa laporan keuangan prusahaan. Hal ini mencegah terjadinya bad dept,
dan sebagai bahan pertimbangan dalam negoisasi penetapan tarif.
Peran bagian admisi rawat inap dalam mengurangi permasalahan yang timbul dari
pembayaran jasa pelayanan rumah sakit:
1. Tahap Pra Penerimaan (Pre-admission)
Tujuannya adalah untuk mengetahui sedini mungkin calon pasien yang tidak
mampu membayar (free service account), cara pembayaran yang akan digunakan
oleh pasien, penanggung jawab atas rekening calon pasien dan memberikan saran
kepada calon pasien dalam merencanakan pembayaran dikemudian hari.
Prosedur ini dimulai saat RS menerima info dari dokter bahwa pasien perlu
dirawat. Biasanya untuk pasien yang tidak memerlukan pertolongan gawat darurat,
maka dokter akan membuat rencana dengan pihak RS kapan pasien dapat masuk
untuk dirawat. Jika RS mempunyai waktu sedikitnya 3 hari sebelum pasien
dirawat, seluruh info baik medis maupun keuanagan harus sudah diketahui. Hal ini
dapat dicapai dengan menggunakan formulir pra penerimaan (pre admission form).
2. Penerimaan (Admission)
Tahap ini dapat merupakan tahap ke dua bagi pasien yang telah melalui tahap pra-
penerimaan. Tetapi dapat juga menjadi tahap atau kontak pertama bagi pasien
gawat atau tidak gawat yang tidak tercakup oleh tahap pra-penerimaan. Tujuan
utamanya adalah untuk mendapatkan data keuangan pasien selengkap-lengkapnya
dan setepat-tepatnya dalam waktu yang singkat.
Proses klinis admisi pasien merupakan proses yang diawali dari anemnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang sampai ditegakkan
diagnosis serta rencana pengelolaan awal. Dari semua data klinis tersebut akhirnya dapat
14
diputuskan bahwa apakah pasien secara objektif menurut keadaan kliniknya memerlukan
perawatan rawat inap ataupun tidak.
Anamnesis merupakan proses awal dari pemeriksaan pasien. Tujuan utama anamnesis
adalah untuk mengumpulkan semua data dasar yang berkaitan dengan penyakit pasien dan
adaptasi pasien terhadap penyakitnya.
Adapun format data dasar dalam anamnesis, meliputi:
a. Sumber informasi
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat pekerjaan dan lingkungan
f. Informasi Biografis
g. Riwayat Keluarga
h. Riwayat Psikososial
7. Pelayanan berkesinambungan
Pasien mendapat perlakuan dan terlibat alngsung dalam pelayanan klinik dari mulai
akses, entri, pengkajian, kesinambungan pelayanan, pulang-rujuk dan tindak lanjut
secara berkesinambungan.
8. Transfer pasien internal dalam RS
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk ditransfer.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan
keamanan pasien saat menjalani transfer. Transfer pasien dimulai dengan
melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi pasien, menentukan SDM
yang akan mendampingi pasien, menyiapkan peralatan yang disertakan saat
transfer dan monitoring pasien selama transfer. Transfer pasien hanya boleh
dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan yang kompeten serta petugas
profesional lainnya yang terlatih. Transfer pasien di dalam RS meliputi transfer
pasien dari UGD ke Instalasi Rawat Inap, Kamar Operasi, transfer pasien dari
Instalasi Rawat Inap ke Kamar Operasi, transfer pasien dari Kamar Operasi ke
15
Instalasi Rawat Inap, transfer pasien dari UGD atau instalasi rawat inap ke ruang
radiologi.
Selama transfer berlangsung, semua peralatan yang berhubungan dengan
pasien letaknya harus berada sejajar atau di bawah pasien, kecuali tidak
diperkuat melebihi alat pada tubuh pasien.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam Transfer Intra Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
1) Standar: pemantauan minimal, pelatihan, dan petugas yang
berpengalaman; diaplikasikan pada transfer intra dan antar rumah sakit
2) Sebelum transfer, lakukan analisis mengenai risiko dan keuntungannya
3) Sediakan kapasitas cadangan oksigen dan daya baterai yang cukup
untuk mengantisipasi kejadian emergensi
4) Peralatan listrik harus terpasang ke sumber daya (stop kontak) dan
oksigen sentral digunakan selama perawatan di unit tujuan
5) Petugas yang mentransfer pasien ke ruang pemeriksaan radiologi harus
paham akan bahaya potensial yang ada
6) Semua peralatan yang digunakan pada pasien tidak boleh melebihi level
pasien
16
RSGM Baiturrahmah memastikan pasien mendapat transportasi yang aman dalam
proses merujuk, memindahkan dan memulangkan pasien. Kendaraan untuk transportasi milik
rumah sakit, harus tunduk pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
kegiatan operasionalnya, kondisi dan perawatan kendaraan. Rumah sakit mengidentifikasi
kegiatan transportasi yang berisiko terkena infeksi dan menentukan strategi mengurangi
resiko infeksi. Persediaan obat, pembekalan medik yang harus tersedia dalam kendaraan
tergantung pasien yang dibawa. Jika rumah sakit membuat kontrak layanan transportasi,
rumah sakit harus dapat menjamin bahwa kontraktor harus memenuhi standar untuk mutu dan
keselamatan pasien dan kendaran.
BAB V
DOKUMENTASI
17