Anda di halaman 1dari 42

TIM PENYUSUN

1. dr. Permadi
2. Eva Susanti, Amd.Kep
3. Wawan Setiawan, Amd Kep
4. Ns.Bandi Yansah, S.Kep

PENASIHAT
1. dr.Trifena Janti, MARS

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 1


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, buku panduan ini dapat
diterbitkan. Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini merupakan pedoman dalam
meningkatkan dan mengembangkan pelayanan dan sumber daya ICU (Intensive Care Unit).
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga buku Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini dapat disusun. Kami menyadari
pula bahwa masih banyak keterbatasan dan kendala serta permasalahan yang perlu diantisipasi
dalam upaya mengimplementasikan Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini. Kami
mengharapkan saran perbaikan, sumbangan pemikiran, masukan, dan kritikan untuk lebih
menyempurnakan panduan ini.
Akhir kata kami mengharapkan mudah-mudahan panduan ini dapat bermanfaat dan
diimplementasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

Cikarang, 22 Januari 2019

Penyusun

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 2


KATA SAMBUTAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kita
dapat menyelesaikan penyusunan buku Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif RS
Harapan Keluarga.
Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini diharapkan menjadi acuan bagi semua
pihak yang terkait dalam melaksanakan kegiatan pelayanan di RS Harapan Keluarga, dengan
harapan bisa memberikan pelayanan yang bermutu sehingga keselamatan pasien dan keluarga
bisa terjaga.
Semoga pedoman ini menjadi tuntunan bagi seluruh stakeholder di RS Harapan
Keluarga dan kepada semua pihak yang membantu tersusunnya buku panduan ini kami
ucapkan terimakasih.

Cikarang, 22 Januari 2019


Direktur Rumah Sakit Harapan Keluarga,

dr.Trifena Janti, MARS

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 3


PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
NOMOR: 042/PER/DIR/RSHK/I/2019
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF

Disusun Oleh :
(dr Permadi )

Ditetapkan Oleh :

(dr. Trifena Janti, MARS)

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 4


PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
NOMOR: 042/PER/DIR/RSHK/I/2019
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF RS HARAPAN
KELUARGA
DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA

Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, maka diperlukan
adanya buku Pedoman Kerja Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Harapan Keluarga;
b. Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Harapan Keluarga dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya suatu Kebijakan Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan Rumah
Sakit, sebagaimana landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di rumah sakit.
c. Bahwa sesuai butir a dan b tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur
Rumah Sakit Harapan Keluarga.
Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 Tentang
Perijinan Rumah Sakit;
5. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
No.503/II/Dinkes/RS/2014 Tentang Pemberian Ijin Operasional Rumah
Sakit Harapan Keluarga;

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 5


6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.03.01/I/190/2011 Tentang
Penetapan Kelas Rumah Sakit Harapan Keluarga
7 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : HK.03.01/I/190/2011 Tentang Penetapan
Kelas Rumah Sakit Harapan Keluarga;
8. Keputusan Direktur PT Harapan International Nomor
005/SK-DU/PT-HI/I/2019 tentang Pengangkatan Direktur Rumah
Sakit Harapan Keluarga

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
TENTANG PANDUAN SKRINING RUMAH SAKIT
HARAPAN KELUARGA.

Kedua : Panduan Skrining Rumah Sakit Harapan Keluarga dimaksud dalam Diktum
Kesatu sebagaimana terlampir dalam Lampiran Peraturan ini.

Ketiga : Panduan Skrining Rumah Sakit Harapan Keluarga sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kedua agar digunakan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan di
Rumah Sakit Harapan Keluarga.

Keempat : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Cikarang
Pada tanggal: 22 Januari 2019
DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA,

dr.Trifena Janti, MARS

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 6


LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RS
HARAPAN KELUARGA
NOMOR : 042/PER/DIR/RSHK/I/2019
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI RAWAT
INTENSIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intensive Care Unit adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf
yang khusus dan perlengkapan khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien – pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit- penyulit yang mengancam jiwa
atau potensial mengancam jiwa dengan prognonis dubia.

Jenis pelayanan yang diberikan di ruang intensif berbeda dengan pelayanan di ruang
rawat biasa, karena tingkat ketergantungan pasien terhadap perawat di ruang intensif sangat
tinggi, banyaknya penggunaan alat medis yang bervariasi, sehingga diperlukan sumber daya
manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang
tinggi serta mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan intensif bagi pasien, sesuai dengan
tugas dan fungsi pemberi jasa pelayanan maka dirasakan perlu untuk menyusun buku Pedoman
Pelayanan Intensive Care Unit RS Harapan Keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit.

B. Tujuan Pedoman

Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan dan sumber daya ICU

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 7


C. Ruang Lingkup

a. Pelayanan ICU Primer

Pelayanan ICU primer mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien
sakit gawat, tunjangan kardio respirasi jangka pendek, dan mempunyai peran penting
dalam pemantauan dan pencegahan penyulit pada pasien medik dan bedah yang berisiko.
Dilakukan ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa
jam.

Kekhususan yang harus dimiliki :

1). Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruangan
perawatan lain.
2). Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan
3). Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter spesialis lain, konsultan
intensive care sebagai kepala.
4). Ada dokter jaga 24 jam (dua puluh empat) jam dengan kemampuan melakukan
resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut)
5). Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat
6). Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih
7). Mampu dengan cepat melayanai pemeriksaan laboratorium tertentu

b. Pelayanan ICU Sekunder

Pelayanan ICU sekunder memberikan standar pelayanan ICU umum yang tinggi, yang
mendukung peran rumah sakit yang lain yang telah digariskan, misalnya kedokteran
umum, bedah, pengelolaan trauma, bedah saraf, bedah vaskuler dan lain – lainnya. ICU
hendaknya mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis lebih lama, melakukan
dukungan / bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks.

Kekhususan yang harus dimiliki :

1). Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang
perawat lain.
2). Memiliki ketentuan / kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 8


3). Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saaat bila diperlukan
4). Memiliki seorang kepala ICU, yaitu seorang dokter konsultan intensive care, atau
bila tidak tersedia dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab secara
keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan resusitasi jantung
paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut)
5). Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien perawat sama
dengan 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator, renal replacement therapy dan 2 : 1
untuk kasus – kasus lainnya
6). Memiliki lebih dari 50 % perawat bersertifikat terlatih perawatan/ terapi intensif
atau minimal berpengalaman kerja 3 (tiga) tahun di ICU sekunder
7). Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas
tertentu melakukan pemantauan invasive dan usaha – usaha penunjang hidup
8). Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, radiologi, kemudahan diagnostik dan
fisioterapi selama 24 jam (dua puluh empat) jam
9). Memiliki ruangan isolasi atau mampu melakukan prosedur isolasi

c. Pelayanan ICU Tersier

Pelayanan ICU tersier merupakan rujukan ICU tertinggi untuk ICU, memberikan
pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan / bantuan hidup multi sistim yang kompleks
dalam jangka waktu yang tak terbatas. ICU ini melalukan ventilasi mekanis pelayanan
dukungan / bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler invasive dalam
jangka waktu yang terbatas dan mempunyai dukungan pelayanan penunjang medik.
Semua pasien yang masuk ke unit harus dirujuk untuk dikelola oleh spesialis intensive
care.

Kekhususan yang harus dimiliki :

1). Memiliki ruangan khusus tersendiri didalam rumah sakit


2). Memiliki kriteria pasien masuk, keluar dan rujukan
3) Dikelola oleh seorang spesialis intensive care / dokter konsultan intensive care yang
bertanggung jawab secara keseluruhan. Dan dokter jaga yang minimal mampu
resusitasi jantung paru ( bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut )
4) Memiliki lebih dari 75 % perawat bersertifikat ICU dan minimal berpengalaman
kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 9


5) Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan intensif baik invasif
maupun non invasif
6) Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk
kemudahan diagnostik selama 24 jam
7) Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medik dan perawat agar
dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien
8) Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam
medik, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian

Ruang lingkup pelayanan intensif meliputi :

• Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit – penyakit akut yang mengancam


nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa manit sampai beberapa
hari
• Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
pelaksanaan spesifik pemenuhan kebutuhan dasar
• Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh :
a. Penyakit
b. Kondisi pasien menjadi buruk karena pengobatan / therapi (iatrogenik)
• Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang bergantung pada fungsi alat /
mesin dan orang lain

d. Layanan HCU (High Care Unit)

• Indikasi masuk HCU :

a. Miokard infark dengan hemodinamik stabil


b. Gangguan irama jantung dengan hemodinamik stabil
c. Gangguan irama jantung yang memerlukan pacu jantung sementara / menetap
dengan hemodinamik stabil
d. Gangguan pernafasan yang memerlukan fisioterapi yang intensif dan agresif

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 10


e. Cedera kepala sedang sampai berat / stroke yang stabil dan memerlukan tirah baring
serta memerlukan pemeliharaan jalan nafas secara khusus, seperti hisap lendir
berkala
f. Cedera sumsum tulang belakang bagian leher yang stabil
g. Perdarahan saluran cerna bagian atas tanpa hipotensi ortostatik dan respon dengan
pemberian cairan
h. Pasca bedah besar dengan hemodinamik stabil tapi masih memerlukan resusitasi
cairan
i. Pre-eklampsi pada kehamilan atau kehamilan atau pasca persalinan Indikasi keluar
HCU

a. Pasien yang sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat
b. Pasien yang memburuk sehingga perlu pindah ICU

D. Batasan Operasional

1). ICU ( Intensive Care Unit )

Adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan
kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga
kesehatan terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus

2). Pasien sakit kritis

• Pasien – pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait, terkoordinasi dan berkelanjutan, serta
memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang
ketat dan terus menerus serta terapi titrasi.

• Pasien – pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis


sehingga memerlukan pamantauan ketat dan

terus menerus serta dilakukan intervensi untuk mencegah timbulnya penyulit


yang merugikan.

3). Kriteria pasien masuk ICU

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 11


• Pasien prioritas 1 (satu)

Pasien ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif seperti: dukungan / ventilasi, infus obat – obat vasoaktif kontinyu,
dan lain – lainnya.

• Pasien prioritas 2 (dua)

Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat


beresiko untuk mendapatkan terapi intensif segera, seperti pemantauan
intensif menggunakan pulmonary arterial catheter

• Pasien prioritas 3 (tiga)

Pasien ini merupakan pasien sakit kritis dan tidak stabil dimana status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya,
baik masing – masing atau kombinasinya sangat mengurangi kemungkinan
kesembuhan dan /atau mendapat manfaat dari terapi di ICU. Terapi pada
pasien prioritas ini hanya untuk mengatasi penyakit akutnya saja, dan usaha
terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
kardiopulmoner.

4). Kriteria pasien keluar ICU

• Pasien prioritas 1 (satu)

Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi
intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi secara intensif telah gagal atau
tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek jelek.

• Pasien prioritas 2 (dua)

Pasien prioritas 2 (dua) dikeluarkan dari ICU bila hasil pemantauan


menunjukkan bahwa perawatan intensif tidak dibutuhkan dan pemantauan
intensif selanjutnya tidak diperlukan lagi

• Pasien prioritas 3 (tiga)

Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi
intensif telah tidak ada lagi. Namun mungkin pasien demikian dikeluarkan

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 12


lebih dini bila kemungkinan sembuh atau manfaat terapi intensif kontinyu
kecil.

A. Kebijakan Pelayanan Instalasi Rawat Intensif

1. Penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan kompetensi pelayanan
Rumah Sakit Harapan Keluarga.

2. Untuk pasien yang memerlukan perawatan insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di
rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

3. Setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan harus dilakukan informed consent dan
mendapat persetujuan pasien / keluarga..

4. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU dapat melakukan
tindakan kedokteran yang diperlukan dan informasi dapat diberikan pada kesempatan
pertama.

5. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan
menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat membuat keputusan
untuk tidak melakukan resusitasi.

6. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mengikuti pedoman penentuan
kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.

7. Tindakan kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan tetap
memperhatikan keselamatan pasien, tindakan – tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatan yang terlatih.

8. Kriteria Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di ICU adalah seorang dokter
spesialis terkait

9. Seorang dokter spesialis anestesi mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara
lain :
• Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanis.
• Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
• Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter arteri

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 13


- Kateter vena perifer
- Kateter vena central (CVP)
• Resusitasi kardiopulmoner
10. Setiap penggunaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung jawab pasien.

11. Seluruh fasilitas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medis menjadi
tanggung jawab Kepala Ruangan termasuk pemeliharaan dan perbaikan berkoordinasi
dengan bagian teknisi.

12. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien.

13. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari Dokter
penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau dokter konsulen lain setelah berkoordinasi
dengan dokter penanggung jawab ICU.

14. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :


❖ Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter spesialis terkait.
❖ DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah dokter
spesialis yang bersangkutan sesuai data klinis pasien di ICU.
❖ Bila dokter spesialis memerlukan rawat bersama dengan dokter spesialis lain, maka
sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis sesuai indikasi penyakit pasien di ICU.
❖ Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus jelas apakah
akan rawat bersama atau dirujuk. Bila rawat bersama, maka DPJP utamanya ialah
dokter spesialis yang merawat dari awal di perawatan sebelumnya.
❖ DPJP utama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang di bantu
sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas. Kewenangan tersebut
harus dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan saran dari DPJP atau
dokter spesialis lain yang terkait dengan perawatan pasien.
❖ Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan oleh DPJP
utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan langsung ke DPJP utama
atau di tulis dalam Rekam Medis Pasien.
❖ Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain yang
menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan ulang siapa DPJP
utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat dalam Rekam Medis Pasien.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 14


❖ Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut dilaporkan
kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin.
❖ Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang terkait dengan
mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan untuk dilakukan audit medis
oleh Sub Komite Mutu Profesi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 15


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi

1 Kepala Intensive Care Unit Dokter spesialis anestesi Anestesi

2 As Men Yan Perawatan D3 Keperawatan / setara -Manajemen bangsal

- ICU

3 Kepala Ruang ICU D3 Keperawatan -Perawatan ICU

- ACLS

- ICU Dasar

4 Dokter ICU Dokter umum ACLS

5 Perawat pelaksana ICU D3 Keperawatan ICU/ BCLS

6 TPK Perawatan dasar

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 16


B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan di ruang intensif yaitu :

a. Untuk Dinas Pagi (07.00 – 14.00 WIB) :

Petugas yang ada berjumlah 3 (empat) orang dengan kategori :

❖ 1 (satu) orang KaRu

1 (satu) orang pelaksana

1 (satu) orang TPK

b. Untuk Dinas Sore (14.00 – 21.00 WIB) :

Petugas yang ada berjumlah 2 (dua) orang dengan kategori :

❖ 1 (satu) orang PJ Shift

1 (dua) orang pelaksana

c. Untuk Dinas Malam (21.00- 07.00 WIB) :

Petugas yang ada berjumlah 2 (tiga) orang dengan kategori :

❖ 2 (dua) orang pelaksana

C. Pengaturan jaga

a. Pengaturan jadwal dinas perawat ICU dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala
Ruang (Ka Ru) dan disetujui oleh As Men Pelayanan Keperawatan

b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana ICU

c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga
mencukupi dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui)

d. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan
cuti

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 17


e. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu Ka Ru ICU : paling lambat 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum
dinas sore dan dinas malam. Sebelum memberitahu Ka Ru ICU, diharapkan perawat
yang bersangkutan sudah mencari pengganti. Apabila perawat yang bersangkutan tidak
mendapatkan perawat pengganti, maka Ka Ru ICU akan mencari tenaga perawat
pengganti yaitu perawat yang pada hari itu libur atau perawat yang tinggal di asrama.

f. Apabila ada tenaga perawat yang tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka Ka Ru ICU akan mencari perawat pengganti yang
pada hari itu libur atau perawat yang tinggal di asrama. Apabila perawat pengganti tidak
didapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.

D. Pelatihan

Untuk meningkatkan mutu pelayanan, keterampilan dan pengetahuan perawat yang bekerja
di ruang intensif maka diperlukan pelatihan – pelatihan yang mendukung profesialisme agar
senantiasa dapat memberikan pelayanan yang bermutu seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan kedokteran dan keperawatan.

Pelatihan yang diperlukan yaitu :

a. Pengenalan tanda kegawat daruratan yang mengancam nyawa :

- Penatalaksanaan pada pasien syok

- Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler

- Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan respirasi

- Penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan cerebrovaskuler

b. Perawatan gawat darurat :

- Basic Life Support (BLS)

c. Pemasangan intervensi intravaskuler :

- Penyegaran SPO Persiapan pemasangan CVC dan infus

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 18


d. Pelayanan perawatan intensif sesuai dengan kebutuhan pasien :

- Asuhan keperawatan pasien dengan stroke haemorragic

- Asuhan keperawatan pasien dengan MCI akut

- Asuhan pasien dengan PPOK

e.Program pengendalian infeksi :

❖ Penyegaran SPO mencuci tangan

❖ Penyegaran SPO tindakan invasive

f. Program keselamatan dan kesehatan kerja :

❖ Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

g. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman :

❖ Penyegaran SPO penggunaan alat medik; ventilator, monitor, EKG, defibrilator,


syringe pump, infus pump

h. Pelayanan prima :

- Komunikasi

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 19


BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 20


B. STANDAR FASILITAS DAN SARANA
Jenis Jumlah Keterangan
Disain
Area pasien

Outlet oksigen 1 / tempat tidur


Vakum 1 / tempat tidur
Suction 1 / tempat tidur

Area kerja
Lingkungan Air conditioned
Suhu 23 – 25o C
Ruang isolasi Tidak ada
Tempat penyimpanan peralatan dan barang Ada
bersih
Ruang perawat Ada
Ruang tempat buang kotoran Ada
Ruang tunggu keluarga pasien Ada

Peralatan
Ventilator 1
Resusitator manual
1
Intubasi set 3
Nebulizer
1

Monitor-monitor non invasif 5


❖ Tekanan darah
❖ EKG
❖ Saturasi oksigen
❖ Respirasi Rate

Peralatan drain thorax 1


Defibrilator 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 21


EKG 1
Syringe pump 3
Infus pump 3
Tempat tidur multi fungsi 3
Trolley emergency 1
Trolley ganti balut 1
Blood warmer 0
Matras dekubitus 0
Blood fridge 0
Alat pengukur vena sentral 0

C. Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi peralatan

Setiap peralatan yang ada baik medis dan non medis harus dilakukan pemeliharaan,
perbaikan dan kalibrasi agar peralatan dapat tetap terpelihara dan dapat digunakan sesuai
dengan fungsinya.

• Tujuan :

a. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuan

b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang
diinginkan

c. Agar peralatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan

d. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan medis yang


diperlukan

• Prosedur

a. Untuk perbaikan peralatan yang rusak ruang intensif mengisi buku permintaan
perbaikan rangkap 3 (putih, merah dan kuning) dan diantar kebagian tehnisi
beserta alat yang rusak

b. Setelah alat diperbaiki ditehnisi, alat dikembalikan keruang intensif

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 22


c. Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh tehnisi internal, maka alat diperbaiki oleh
tehnisi luar (melalui bagian pembelian)

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 23


BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Kriteria masuk dan keluar ICU

a. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menginformasikan kepada penanggung


jawab pasien terkait dengan kondisi pasien untuk masuk / keluar dari ruang intensif

b. Penanggung jawab pasien dianjurkan untuk kebagian admission

c. Perawat ruang intensif diinformasikan oleh bagian admission terkait dengan masuk
/ keluarnya pasien dari ruang intensif

d. Perawat ruangan menghubungi perawat ruang intensif terkait kondisi pasien yang
akan dirawat di ruang intensif

B. Persiapan penerimaan pasien

a. Ruang intensif mendapat informasi dari bagian admission terkait dengan pasien
yang akan dirawat di ruang intensif

b. Perawat ruangan menghubungi perawat ruang intensif terkait dengan kondisi pasien
yang akan dirawat di ruang intensif

c. Perawat ruang intensif menyiapkan fasilitas yang diperlukan dan menghubungi


dokter jaga ICU untuk rencana tindakan medis

C. Monitoring pasien

a. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif dilakukan monitoring tanda – tanda
vital selama 24 jam

b. Bila ada gambaran monitoring yang menggambarkan kelainan, perawat ruang


intensif menginformasikan kepada DPJP/dokter jaga ruangan

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 24


D. Prosedur Medis

I. Pemasangan CVC (Central Vena Catether)

a. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menginformasikan indikasi


pemasangan CVC kepada penanggung jawab pasien

b. Penanggung jawab pasien menandatangani inform consent pemasangan CVC

c. Perawat ruang intensif menyiapkan peralatan pemasangan CVC

II. Pemasangan Stomach Tube

a. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menginformasikan indikasi


pemasangan stomach tube kepada penanggung jawab pasien

b. Penanggung jawab pasien menandatangani inform consent pemasangan


stomach tube

c. Perawat ruang intensif menyiapkan peralatan pemasangan stomach tube

III. Pemasangan Endo Tracheal Tube (Intubasi)

a. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menginformasikan indikasi


pemasangan ETT kepada penanggung jawab pasien

a. Penanggung jawab pasien menandatangani inform consent pemasangan ETT

b. Perawat ruang intensif menyiapkan peralatan pemasangan ETT

IV. Extubasi

a. Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) menginformasikan indikasi


pemasangan ETT kepada penanggung jawab pasien

b. Perawat ruang intensif menyiapkan peralatan pemasangan ETT

V Balans cairan

a. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif dilakukan balans cairan sesuai
dengan lembar flow sheet pasien

b. Balans cairan dipantau setiap jam sesuai dengan instruksi DPJP

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 25


c. Kondisi pasien yang terkait dengan balans cairan dilaporkan kepada DPJP
(sesuai dengan keadaaan umum pasien)

d. Instruksi yang terkait dengan balans cairan diinformasikan sewaktu serah


terima dengan shift berikutnya

VI. Rehabilitasi medis

a. DPJP menginstruksikan untuk dilakukan rehabilitasi medis dan ditulis pada


rekam medis pasien

b. Penanggung jawab pasien diinformasikan oleh DPJP terkait dengan tindakan


rehabilitasi medis

c. Penanggung jawab pasien menandatangani inform consent rehabilitasi medis

d. Perawat ruang intensif menghubungi bagian rehabilitasi medis untuk


konfirmasi terkait dengan rehabilitasi medis pasien

VII. Penilaian kematian batang otak

a. DPJP menginformasikan kepada penanggung jawab pasien tentang kondisi


kematian batang otak

b. DPJP menulis pada rekam medis pasien terkait kondisi kematian batang otak
pasien

c. Perawat ruang intensif menindak lanjuti instruksi DPJP

VIII. Indikasi penggunaan dan penghentian ventilator mekanik

a. DPJP menginformasikan kepada penanggung jawab pasien terkait indikasi


penggunaan dan penghentian ventilator mekanik dan menuliskan di rekam medis
pasien

b.Penanggung jawab pasien menandatangani inform consent penggunaan /


penghentian ventilator mekanik

c.Perawat ruang intensif menindak lanjuti instruksi DPJP

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 26


E. Penggunaan alat medis

I. Inkubator

a. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang indikasi penggunaan


inkubatoroleh PPJP (Perawat Penanggung Jawab Pasien)

b. Perawat ruang intensif menindaklanjuti tindakan penggunaan inkubator

II.Syringe pump

a. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang indikasi penggunaan syringe


pump oleh PPJP (Perawat Penanggung Jawab Pasien)

b. Perawat ruang intensif menindak lanjuti tindakan penggunaan syringe pump

III.Infusion pump

a. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang indikasi penggunaan infusion


pump oleh PPJP (Perawat Penanggung Jawab Pasien)

b. Perawat ruang intensif menindaklanjuti tindakan penggunaan infusion pump

IV.Suction

a. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang indikasi penggunaan suction


oleh PPJP (Perawat Penanggung Jawab Pasien)

b. Perawat ruang intensif menindaklanjuti tindakan penggunaan suction

V. Defibrilator

a. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang indikasi penggunaan


defibrilator oleh DPJP

b. Perawat ruang intensif menindaklanjuti tindakan penggunaan defibrilator

F. Konsultasi

a. DPJP menginformasikan pada penanggung jawab pasien terkait dengan


konsultasi ke dokter spesialis lain

b. DPJP menuliskan pada rekam medis pasien pada lembar konsultasi

c. Penanggung jawab pasien menandatangani inform consent

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 27


d. Perawat ruang intensif menghubungi dokter spesialis yang dikonsulkan

e. Penanggung jawab pasien diinformasikan tentang hasil konsultasi oleh dokter


konsultan

G. Indikasi dan prosedur pemeriksaan laboratorium dan radiologi

a. DPJP menginformasikan indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi


kepada penanggung jawab pasien

b. Penanggung jawab pasien menandatangani formulir inform consent


pemeriksaan radiologi dan radiologi

c. Perawat ruang intensif menginformasikan tentang pemeriksaan laboratorium


dan radiologi kepada bagian terkait

d. Perawat ruang intensif melengkapi formulir pemeriksaan laboratorium dan


radilogi dan menyerahkan kepada petugas administrasi untuk penginputan
data

e. Pasien ditindak lanjuti sesuai dengan jenis pemeriksaan

H. Pengiriman pasien

I. Pengiriman ke rawat inap

a. Penanggung jawab pasien dianjurkan ke bagian admission untuk penempatan


kamar pasien

b. Bagian admission menginformasikan ke ruang intensif untuk penempatan kamar


pasien

c. Perawat ruang intensif menginformasikan perpindahan pasien ke ruang rawat


inap

d. Perawat ruang intensif menyiapkan dokumen rekam medis pasien

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 28


II. Pengiriman ke kamar bedah

a. Perawat ruang intensif menginformasikan rencana operasi kepada perawat di


kamar bedah

b. Perawat ruang intensif menyiapkan pasien untuk tindakan operasi

c. Perawat ruang intensif mengantar pasien ke kamar operasi

III. Pengiriman rujukan

a. DPJP menginformasikan kepada penanggung jawab pasien terkait pemeriksaan


yang akan dilakukan atau dirujuk ke rumah sakit lain

b. Perawat ruang intensif menginformasikan jenis pemeriksaan yang akan dirujuk


kepada petugas administrasi

c. Penanggung jawab pasien mengisi formulir inform consent

d. Perawat ruang intensif menghubungi IGD untuk informasi penggunaan mobil


ambulan

IV. Pengiriman ke kamar jenazah

a. Keluarga pasien dianjurkan untuk menyelesaikan administrasi

b. Perawat ruang intensif menyiapkan surat keterangan kematian

c. Perawat ruang intensif menghubungi bagian keamanan untuk membuka kamar


jenazah

d. Jenazah diantar kekamar jenazah oleh perawat ruang intensif

I. Rekam medis

a. Rekam medis pasien yang meninggal / pulang / pindah ke rumah sakit lain
dilengkapi oleh DPJP

b. Setelah dilengkapi di kirim ke bagian rekam medis disertai buku expedisi maximal
2 x 24 jam

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 29


J. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan

a. Kegiatan pelayanan yang diberikan pada pasien ditulis pada flow sheet yang sudah
tersedia

b. Informasi pasien yang tertulis di dalam flow sheet, dirangkum oleh penanggung
jawab shift

c. Setiap shift jaga melakukan pelaporan dan serah terima pasien

K. Evaluasi hasil perawatan

a. Kegiatan pelayanan pada bulan terkait dirangkum dan didokumentasikan pada


laporan bulanan ruang intensif setiap tanggal 5 bulan berjalan

b. Laporan yang sudah dibuat diserahkan pada As Men Yan Keperawatan untuk
diserahkan pada manager pelayanan

c. Pelaporan kegiatan pelayanan dibuat setiap bulan, semester ( 6 bulan ), dan setiap
tahun

d. Informasi yang memerlukan tindak lanjut dengan bagian lain ditindak lanjuti sesuai
dengan prosedur yang berlaku

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 30


BAB V

LOGISTIK

A. Prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat

• Pengertian

Prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat adalah suatu prosedur penyediaan alat
kesehatan dan obat – obatan stok emergency yang digunakan oleh pasien di ruang
intensif dan sebagai penggantinya dibebankan kepada pasien melalui resep yang
dibuat oleh dokter atau melalui lembar FPO (Formulir Penggunaan Obat) yang ditulis
oleh perawat.

• Tujuan

a. Agar alat – alat kesehatan dan obat – obatan emergency stok yang ada di ruang
intensif tetap terjaga dalam segi kualitas dan kuantitas

b. Memudahkan didalam penggunaan dan pengawasannya

• Prosedur permintaan alat kesehatan dan obat emergency

a. Jenis obat emergency stok dan alat kesehatan yang akan diminta dituliskan pada
buku permintaan/pemakaian barang farmasi ( rangkap 2 ) berwarna putih dan hijau

b. Buku yang sudah diisi dengan lengkap diserahkan kegagian logistik farmasi

c. Bila alat kesehatan dan obat – obat emergency yang diminta sudah tersedia akan
diserah terimakan keruang intensif, lembaran berwarna putih untuk bagian logistik
farmasi dan lembaran berwarna hijau untuk arsip ruang intensif

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 31


• Prosedur penggantian alat kesehatan dan obat emergency yang sudah
digunakan

a. Alat kesehatan yang sudah digunakan oleh pasien dituliskan pada FPO
(Formulir Permintaan Obat) rangkap 3 berwarna putih, biru dan merah

b. Obat – obat emergency yang sudah digunakan dituliskan pada buku obat dan
dibuatkan resep oleh dokter

c. FPO (Formulir Permintaan Obat) dan resep yang telah diisi dengan lengkap
oleh perawat diinput oleh petugas administrasi dan diserahkan kebagian
farmasi dengan menggunakan buku expedisi

d. Bila alat kesehatan dan obat emergency yang sudah disiapkan oleh bagian
logistik farmasi, diserahkan ke ruang intensif dengan menggunakan buku
expedisi

• Prosedur penyediaan floor stok

• Pengertian

Floor stok adalah alat kesehatan / bahan penunjang keperawatan medis/non medis
habis pakai yang digunakan untuk melakukan pelayanan keperawatan di ruang
intensif dan tidak dibebankan kepada pasien

• Prosedur

a. Jenis floor stok yang akan diminta dituliskan pada buku


permintaan/pemakaian barang farmasi (rangkap 2) berwarna putih dan hijau

b. Buku yang sudah diisi dengan lengkap diserahkan kebagian logistik farmasi

c. Bila floor stok yang diminta sudah tersedia akan diserah terimakan keruang
intensif, lembaran berwarna putih untuk bagian logistik farmasi dan lembaran
berwarna hijau untuk arsip ruang intensif

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 32


B. Perencanaan peralatan / peremajaan

• Pengertian

Perencanaan peralatan / peremajaan adalah suatu proses perencanaan / pengadaan


peralatan keperawatan baik medis atau non medis yang belum / sudah dimiliki
oleh unit kerja

• Tujuan

a. Memenuhi kebutuhan peralatan keperawatan medis atau non medis di unit


kerja

b. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsinya

c. Memenuhi standar pelayanan agar tetap dapat terjaga

• Prosedur

a. Kepala ruang intensif care membuat usulan untuk perencanaan peralatan


yang baru /peremajaan yang ditujukan kepada As Men Yan Keperawatan

b. Peralatan yang direncanakan untuk diminta harus disertai dengan spesifikasi


yang lengkap

c. As Men Yan Keperawatan membuat surat permintaan pengadaan peralatan


disertai dengan spesifikasi yang lengkap dan ditujukan kepada direktur
pelayanan dengan persetujuan manejer pelayanan

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 33


BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang
dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan
kasus baru baru 25% terjadi di negara – negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / HIV terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat malalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08 % pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut WHO adalah 2,10 %. Kedua penyakit ini sering
tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi dikenal melalui ” Kewaspadaan Umum ” atau ” Universal Precaution” yaitu
dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi ” Petugas
Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
dirinya dari resiko tertular agar dapat bekerja maksimal.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 34


Tujuan

a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko


tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip ” Universal Precaution ”.

Pelaksanaan program keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana (K 3)

A. Keselamatan kerja

a. Pemeriksaan kesehatan

b. Pemberian imunisasi / profilaksis anti virus ( hepatitis B )

c. Pengadaan sarana kewaspadaan standar

d. Pencegahan penularan petugas kesehatan

e. Penatalaksanaan penularan / paparan luka tusuk jarum

Strategi pencegahan resiko infeksi / kecelakaan kerja

• Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

• Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis tindakan

• Baca etiket obat sebelum digunakan

• Tidak menyarungkan kembali jarum yang telah dipakai

• Buang jarum pada kontainer yang tahan tusuk dan tahan bocor

• Jangan tinggalkan jarum sembarangan

• Buang jarum bekas pakai pada kontainer yang telah disediakan

• Jangan memberikan jarum bekas pakai kepada orang untuk dibuang

• Buang sampah sesuai tempatnya

• Jaga kebersihan lingkungan

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 35


• Jaga lantai tetap kering dan licin

Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh

• Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit

• Pada kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit

• Pada mulut : Segera kumur – kumur selama 1 menit

• Lapor ke Komite Dalin atau panitia K3 RS

Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana

Kebakaran dan kewaspadaan bencana yang mungkin bisa terjadi di ruang intensif adalah :

a. Kebakaran

b. Kebocoran gas / ledakan

c. Gempa bumi

Tujuan :

a. Menyiapkan ruang intensif bila terjadi kebakaran dan kewaspadaan bencana

b. Setiap petugas yang ada di ruang intensif dapat bertindak dengan cepat dan tepat
bila terjadi kebakaran dan kewaspadaan bencana

c. Menjamin keselamatan pasien yang sedang dirawat di ruang intensif

Program kebakaran dan kewaspadaan bencana

❖ Diadakan pelatihan internal rumah sakit tentang :

a. Penanggulangan kebakaran

b. Evakuasi pasien ( dengan ventilator dan pasien tidak sadar )

c. Pelatihan dilakukan setiap tahun

d. Pengadaan Alat Pelindung Diri

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 36


BAB VII

KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan

HIV / AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal.Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui


tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data
PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan


untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya
infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 37


II. Tujuan

a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat


melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai


resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan

a. Cuci tangan yang kurang benar.

b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.

c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.

d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.

f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah


kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.

c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai

d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 38


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

a. Ventilator Acquired Pneumonia (VAP) adalah pneumonia didapat bila lebih dari 48
jam setelah mengunakan ventilasi mekanis

KRITERIA DIAGNOSIS

▪ Pada dewasa dan anak > 12 bulan

Didapatkan 1 dari :

❖ Bunyi pernafasan menurun, ronki basah ditambah salah satu :

❖ Sputum purulen / perubahan sputum

❖ Isolasi kuman biakan darah ( + )

❖ Isolasi kuman patogen aspirasi trakea atau sikatan bronkus / biopsi


(+)

❖ Foto torak → infiltrat, konsolidasi, kavitasi, effusi pleura baru / progresif


ditambah salah satu :

❖ Sputum purulen atau perubahan sputum

❖ Isolasi kuman biakan darah ( + )

❖ Isolasi kuman patogen aspirasi trakea / sikatan bronkus / biopsi ( + )

❖ Antigen / isolasi / virus ( + ) dalam sekresi saluran nafas

❖ Titer IgM atau IgG spesifik meningkat

▪ Pada anak umur < 12 bulan

Didapatkan 2 dari :

Apnea, takipnea, bradikardia,wheezing (mengi) ronki basah, batuk ditambah 1


diantara :

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 39


❖ Produksi sputum / sekresi saluran nafas meningkat dan purulen

❖ Isolasi kuman biakan darah ( + )

❖ Isolasi kuman patogen aspirasi trakea / sikatan bronkus / biopsi ( + )

❖ Antigen / isolasi virus ( + ) dalam sekresi saluran napas

❖ Titer IgM atau IgG spesifik meningkat 4 x

Insiden VAP :

Jumlah kasus VAP / bulan x 100 %

Jumlah hari pemasangan ventilator seluruh pasien

yang terpasang ventilator mekanik setelah 2 x 24 jam

b. Angka keterlambatan konsultasi > dari 10 menit

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 40


BAB IX

PENUTUP

Buku Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit Rumah Sakit Harapan Keluarga ini
mempunyai peranan yang penting sebagai pedoman bagi pemberi jasa pelayanan keperawatan
yang bertugas di ruang intensif, sehingga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat
terus ditingkatkan.

Penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit ini adalah suatu langkah
awal suatu proses yang panjang, sehinga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai
pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 41


DAFTAR PUSTAKA

1. Standar Pelayanan Keperawatan Di ICU Direktorat Keperawatan Dan Keteknisian


Medik, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI 2006.

2. Standar Umum Pelayanan Anestesiologi Dan Reanimasi Di Rumah Sakit, Departemen


Kesehatan RI, 1999.

3. Standar Pelayanan ICU, Departemen Kesehatan, 2008

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif 42

Anda mungkin juga menyukai