1. dr. Permadi
2. Eva Susanti, Amd.Kep
3. Wawan Setiawan, Amd Kep
4. Ns.Bandi Yansah, S.Kep
PENASIHAT
1. dr.Trifena Janti, MARS
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, buku panduan ini dapat
diterbitkan. Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini merupakan pedoman dalam
meningkatkan dan mengembangkan pelayanan dan sumber daya ICU (Intensive Care Unit).
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga buku Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini dapat disusun. Kami menyadari
pula bahwa masih banyak keterbatasan dan kendala serta permasalahan yang perlu diantisipasi
dalam upaya mengimplementasikan Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini. Kami
mengharapkan saran perbaikan, sumbangan pemikiran, masukan, dan kritikan untuk lebih
menyempurnakan panduan ini.
Akhir kata kami mengharapkan mudah-mudahan panduan ini dapat bermanfaat dan
diimplementasikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Penyusun
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kita
dapat menyelesaikan penyusunan buku Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif RS
Harapan Keluarga.
Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Intensif ini diharapkan menjadi acuan bagi semua
pihak yang terkait dalam melaksanakan kegiatan pelayanan di RS Harapan Keluarga, dengan
harapan bisa memberikan pelayanan yang bermutu sehingga keselamatan pasien dan keluarga
bisa terjaga.
Semoga pedoman ini menjadi tuntunan bagi seluruh stakeholder di RS Harapan
Keluarga dan kepada semua pihak yang membantu tersusunnya buku panduan ini kami
ucapkan terimakasih.
Disusun Oleh :
(dr Permadi )
Ditetapkan Oleh :
Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, maka diperlukan
adanya buku Pedoman Kerja Panitia Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit Harapan Keluarga;
b. Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Harapan Keluarga dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya suatu Kebijakan Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan Rumah
Sakit, sebagaimana landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di rumah sakit.
c. Bahwa sesuai butir a dan b tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur
Rumah Sakit Harapan Keluarga.
Mengingat :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 Tentang
Perijinan Rumah Sakit;
5. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi
No.503/II/Dinkes/RS/2014 Tentang Pemberian Ijin Operasional Rumah
Sakit Harapan Keluarga;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA
TENTANG PANDUAN SKRINING RUMAH SAKIT
HARAPAN KELUARGA.
Kedua : Panduan Skrining Rumah Sakit Harapan Keluarga dimaksud dalam Diktum
Kesatu sebagaimana terlampir dalam Lampiran Peraturan ini.
Ketiga : Panduan Skrining Rumah Sakit Harapan Keluarga sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kedua agar digunakan sebagai acuan dalam memberikan pelayanan di
Rumah Sakit Harapan Keluarga.
Keempat : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Cikarang
Pada tanggal: 22 Januari 2019
DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN KELUARGA,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive Care Unit adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri, dengan staf
yang khusus dan perlengkapan khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien – pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit- penyulit yang mengancam jiwa
atau potensial mengancam jiwa dengan prognonis dubia.
Jenis pelayanan yang diberikan di ruang intensif berbeda dengan pelayanan di ruang
rawat biasa, karena tingkat ketergantungan pasien terhadap perawat di ruang intensif sangat
tinggi, banyaknya penggunaan alat medis yang bervariasi, sehingga diperlukan sumber daya
manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, daya analisa dan tanggung jawab yang
tinggi serta mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan intensif bagi pasien, sesuai dengan
tugas dan fungsi pemberi jasa pelayanan maka dirasakan perlu untuk menyusun buku Pedoman
Pelayanan Intensive Care Unit RS Harapan Keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit.
B. Tujuan Pedoman
Pelayanan ICU primer mampu memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien
sakit gawat, tunjangan kardio respirasi jangka pendek, dan mempunyai peran penting
dalam pemantauan dan pencegahan penyulit pada pasien medik dan bedah yang berisiko.
Dilakukan ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa
jam.
1). Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruangan
perawatan lain.
2). Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan
3). Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi atau dokter spesialis lain, konsultan
intensive care sebagai kepala.
4). Ada dokter jaga 24 jam (dua puluh empat) jam dengan kemampuan melakukan
resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut)
5). Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat
6). Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih
7). Mampu dengan cepat melayanai pemeriksaan laboratorium tertentu
Pelayanan ICU sekunder memberikan standar pelayanan ICU umum yang tinggi, yang
mendukung peran rumah sakit yang lain yang telah digariskan, misalnya kedokteran
umum, bedah, pengelolaan trauma, bedah saraf, bedah vaskuler dan lain – lainnya. ICU
hendaknya mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis lebih lama, melakukan
dukungan / bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks.
1). Ruangan tersendiri; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang
perawat lain.
2). Memiliki ketentuan / kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan
Pelayanan ICU tersier merupakan rujukan ICU tertinggi untuk ICU, memberikan
pelayanan yang tertinggi termasuk dukungan / bantuan hidup multi sistim yang kompleks
dalam jangka waktu yang tak terbatas. ICU ini melalukan ventilasi mekanis pelayanan
dukungan / bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler invasive dalam
jangka waktu yang terbatas dan mempunyai dukungan pelayanan penunjang medik.
Semua pasien yang masuk ke unit harus dirujuk untuk dikelola oleh spesialis intensive
care.
a. Pasien yang sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat
b. Pasien yang memburuk sehingga perlu pindah ICU
D. Batasan Operasional
Adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan
kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga
kesehatan terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus
• Pasien – pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait, terkoordinasi dan berkelanjutan, serta
memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang
ketat dan terus menerus serta terapi titrasi.
Pasien ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif seperti: dukungan / ventilasi, infus obat – obat vasoaktif kontinyu,
dan lain – lainnya.
Pasien ini merupakan pasien sakit kritis dan tidak stabil dimana status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya,
baik masing – masing atau kombinasinya sangat mengurangi kemungkinan
kesembuhan dan /atau mendapat manfaat dari terapi di ICU. Terapi pada
pasien prioritas ini hanya untuk mengatasi penyakit akutnya saja, dan usaha
terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
kardiopulmoner.
Pasien prioritas 1 (satu) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi
intensif telah tidak ada lagi, atau bila terapi secara intensif telah gagal atau
tidak bermanfaat sehingga prognosis jangka pendek jelek.
Pasien prioritas 3 (tiga) dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi
intensif telah tidak ada lagi. Namun mungkin pasien demikian dikeluarkan
1. Penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan kompetensi pelayanan
Rumah Sakit Harapan Keluarga.
2. Untuk pasien yang memerlukan perawatan insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di
rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
3. Setiap tindakan kedokteran yang akan dilakukan harus dilakukan informed consent dan
mendapat persetujuan pasien / keluarga..
4. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU dapat melakukan
tindakan kedokteran yang diperlukan dan informasi dapat diberikan pada kesempatan
pertama.
5. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan
menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter dapat membuat keputusan
untuk tidak melakukan resusitasi.
6. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mengikuti pedoman penentuan
kematian batang otak dan penghentian peralatan life – supporting.
7. Tindakan kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis, tetapi dengan tetap
memperhatikan keselamatan pasien, tindakan – tindakan tertentu dapat didelegasikan
kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
8. Kriteria Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) di ICU adalah seorang dokter
spesialis terkait
9. Seorang dokter spesialis anestesi mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara
lain :
• Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanis.
• Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
• Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring, termasuk :
- Kateter arteri
11. Seluruh fasilitas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medis menjadi
tanggung jawab Kepala Ruangan termasuk pemeliharaan dan perbaikan berkoordinasi
dengan bagian teknisi.
12. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien.
13. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari Dokter
penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) atau dokter konsulen lain setelah berkoordinasi
dengan dokter penanggung jawab ICU.
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
- ICU
- ACLS
- ICU Dasar
C. Pengaturan jaga
a. Pengaturan jadwal dinas perawat ICU dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala
Ruang (Ka Ru) dan disetujui oleh As Men Pelayanan Keperawatan
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana ICU
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga
mencukupi dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui)
d. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan
cuti
f. Apabila ada tenaga perawat yang tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka Ka Ru ICU akan mencari perawat pengganti yang
pada hari itu libur atau perawat yang tinggal di asrama. Apabila perawat pengganti tidak
didapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan.
D. Pelatihan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, keterampilan dan pengetahuan perawat yang bekerja
di ruang intensif maka diperlukan pelatihan – pelatihan yang mendukung profesialisme agar
senantiasa dapat memberikan pelayanan yang bermutu seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan kedokteran dan keperawatan.
h. Pelayanan prima :
- Komunikasi
STANDAR FASILITAS
A. DENAH
Area kerja
Lingkungan Air conditioned
Suhu 23 – 25o C
Ruang isolasi Tidak ada
Tempat penyimpanan peralatan dan barang Ada
bersih
Ruang perawat Ada
Ruang tempat buang kotoran Ada
Ruang tunggu keluarga pasien Ada
Peralatan
Ventilator 1
Resusitator manual
1
Intubasi set 3
Nebulizer
1
Setiap peralatan yang ada baik medis dan non medis harus dilakukan pemeliharaan,
perbaikan dan kalibrasi agar peralatan dapat tetap terpelihara dan dapat digunakan sesuai
dengan fungsinya.
• Tujuan :
a. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuan
b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang
diinginkan
c. Agar peralatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan
• Prosedur
a. Untuk perbaikan peralatan yang rusak ruang intensif mengisi buku permintaan
perbaikan rangkap 3 (putih, merah dan kuning) dan diantar kebagian tehnisi
beserta alat yang rusak
c. Perawat ruang intensif diinformasikan oleh bagian admission terkait dengan masuk
/ keluarnya pasien dari ruang intensif
d. Perawat ruangan menghubungi perawat ruang intensif terkait kondisi pasien yang
akan dirawat di ruang intensif
a. Ruang intensif mendapat informasi dari bagian admission terkait dengan pasien
yang akan dirawat di ruang intensif
b. Perawat ruangan menghubungi perawat ruang intensif terkait dengan kondisi pasien
yang akan dirawat di ruang intensif
C. Monitoring pasien
a. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif dilakukan monitoring tanda – tanda
vital selama 24 jam
IV. Extubasi
V Balans cairan
a. Setiap pasien yang dirawat di ruang intensif dilakukan balans cairan sesuai
dengan lembar flow sheet pasien
b. DPJP menulis pada rekam medis pasien terkait kondisi kematian batang otak
pasien
I. Inkubator
II.Syringe pump
III.Infusion pump
IV.Suction
V. Defibrilator
F. Konsultasi
H. Pengiriman pasien
I. Rekam medis
a. Rekam medis pasien yang meninggal / pulang / pindah ke rumah sakit lain
dilengkapi oleh DPJP
b. Setelah dilengkapi di kirim ke bagian rekam medis disertai buku expedisi maximal
2 x 24 jam
a. Kegiatan pelayanan yang diberikan pada pasien ditulis pada flow sheet yang sudah
tersedia
b. Informasi pasien yang tertulis di dalam flow sheet, dirangkum oleh penanggung
jawab shift
b. Laporan yang sudah dibuat diserahkan pada As Men Yan Keperawatan untuk
diserahkan pada manager pelayanan
c. Pelaporan kegiatan pelayanan dibuat setiap bulan, semester ( 6 bulan ), dan setiap
tahun
d. Informasi yang memerlukan tindak lanjut dengan bagian lain ditindak lanjuti sesuai
dengan prosedur yang berlaku
LOGISTIK
• Pengertian
Prosedur penyediaan alat kesehatan dan obat adalah suatu prosedur penyediaan alat
kesehatan dan obat – obatan stok emergency yang digunakan oleh pasien di ruang
intensif dan sebagai penggantinya dibebankan kepada pasien melalui resep yang
dibuat oleh dokter atau melalui lembar FPO (Formulir Penggunaan Obat) yang ditulis
oleh perawat.
• Tujuan
a. Agar alat – alat kesehatan dan obat – obatan emergency stok yang ada di ruang
intensif tetap terjaga dalam segi kualitas dan kuantitas
a. Jenis obat emergency stok dan alat kesehatan yang akan diminta dituliskan pada
buku permintaan/pemakaian barang farmasi ( rangkap 2 ) berwarna putih dan hijau
b. Buku yang sudah diisi dengan lengkap diserahkan kegagian logistik farmasi
c. Bila alat kesehatan dan obat – obat emergency yang diminta sudah tersedia akan
diserah terimakan keruang intensif, lembaran berwarna putih untuk bagian logistik
farmasi dan lembaran berwarna hijau untuk arsip ruang intensif
a. Alat kesehatan yang sudah digunakan oleh pasien dituliskan pada FPO
(Formulir Permintaan Obat) rangkap 3 berwarna putih, biru dan merah
b. Obat – obat emergency yang sudah digunakan dituliskan pada buku obat dan
dibuatkan resep oleh dokter
c. FPO (Formulir Permintaan Obat) dan resep yang telah diisi dengan lengkap
oleh perawat diinput oleh petugas administrasi dan diserahkan kebagian
farmasi dengan menggunakan buku expedisi
d. Bila alat kesehatan dan obat emergency yang sudah disiapkan oleh bagian
logistik farmasi, diserahkan ke ruang intensif dengan menggunakan buku
expedisi
• Pengertian
Floor stok adalah alat kesehatan / bahan penunjang keperawatan medis/non medis
habis pakai yang digunakan untuk melakukan pelayanan keperawatan di ruang
intensif dan tidak dibebankan kepada pasien
• Prosedur
b. Buku yang sudah diisi dengan lengkap diserahkan kebagian logistik farmasi
c. Bila floor stok yang diminta sudah tersedia akan diserah terimakan keruang
intensif, lembaran berwarna putih untuk bagian logistik farmasi dan lembaran
berwarna hijau untuk arsip ruang intensif
• Pengertian
• Tujuan
• Prosedur
KESELAMATAN PASIEN
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang
dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan
kasus baru baru 25% terjadi di negara – negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / HIV terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat malalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka
kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08 % pada tahun 1998 dan angka
kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut WHO adalah 2,10 %. Kedua penyakit ini sering
tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan
dirinya dari resiko tertular agar dapat bekerja maksimal.
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
A. Keselamatan kerja
a. Pemeriksaan kesehatan
• Buang jarum pada kontainer yang tahan tusuk dan tahan bocor
Kebakaran dan kewaspadaan bencana yang mungkin bisa terjadi di ruang intensif adalah :
a. Kebakaran
c. Gempa bumi
Tujuan :
b. Setiap petugas yang ada di ruang intensif dapat bertindak dengan cepat dan tepat
bila terjadi kebakaran dan kewaspadaan bencana
a. Penanggulangan kebakaran
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal.Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum
dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
PENGENDALIAN MUTU
a. Ventilator Acquired Pneumonia (VAP) adalah pneumonia didapat bila lebih dari 48
jam setelah mengunakan ventilasi mekanis
KRITERIA DIAGNOSIS
Didapatkan 1 dari :
Didapatkan 2 dari :
Insiden VAP :
PENUTUP
Buku Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit Rumah Sakit Harapan Keluarga ini
mempunyai peranan yang penting sebagai pedoman bagi pemberi jasa pelayanan keperawatan
yang bertugas di ruang intensif, sehingga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat
terus ditingkatkan.
Penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit ini adalah suatu langkah
awal suatu proses yang panjang, sehinga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai
pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan.