Anda di halaman 1dari 66

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RUANG INTENSIF

DI RSD MADANI KOTA PEKANBARU

RUMAH SAKIT DAERAH MADANI


KOTA PEKANBARU
2021
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI KOTA
PEKANBARU
NOMOR : 445/RSDM-YAN/ /2021

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT INTENSIF
RUMAH SAKIT DAERAH MADANI KOTA PEKANBARU,
DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MADANI KOTA PEKANBARU,

Menimbang : a. bahwa pelayanan intalasi rawat intensif


merupakan salah satu bentuk pelayanan
profesional, sebagai bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan
secara keseluruhan di Rumah Sakit;
b. bahwa pelayanan intalasi rawat intensif sebagai
salah satu faktor penentu dari mutu dan citra
Rumah Sakit, karena itu kualitas pelayanan
asuhan keperawatan perlu dipertahankan serta
ditingkatkan secara optimal;
c. bahwa untuk mencapai kualitas pelayanan
instalasi rawat intensif sesuai dengan standar
maka perlu dikelola secara profesional;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan Keputusan Direktur tentang
Pedoman Pelayanan Keperawatan.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 129/MENKES/PER/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 834/MENKES/SK/VII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High
Care Unit (HCU) di Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di
Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
56/MENKES/PER/2014 tentang perijinan dan klasifikasi
Rumah Sakit;
8. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 30 Tahun
2019 tentang klasifikasi dan Perijinan Rumah
Sakti;
9. Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 229
Tahun 2020 tentang Pembentukan, Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta
Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Rumah
Sakit Daerah Madani Kota Pekanbaru;
10. Keputusan Direktur Jenderal Upaya Kesehatan
No HK.02.04/1966/11, tentang Petunjuk Tehnis
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit
Di Rumah Sakit;
11. Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor Kpts.
821.4/BKPSDM-MP/1682 tentang Pengangkatan Pegawai
Negeri Sipil dalam Jabatan Direktur Rumah Sakit Daerah
Madani Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH


MADANI TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI RUANG INTENSIF RUMAH SAKIT
DAERAH MADANI
Pertama : Menetapkan Pedoman Pelayanan Instalasi Ruang
Intensif Rumah Sakit Madani Kota Pekanbaru seperti
terlampir pada surat keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya,
dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam keputusan Direktur ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, Mei 2022


DIREKTUR RSD MADANI
KOTA PEKANBARU

dr. ARNALDO EKA PUTRA, SpPD


NIP. 197610192006041009

Lampiran : Keputusan Direktur RSD


Madani Pekanbaru
Nomor :
Tanggal :

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RUANG INTENSIF


DI RUMAH SAKIT DAERAH MADANI KOTA PEKANBARU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu pelayanan di rumah sakit adalah Pelayanan Intensif. Saat ini
pelayanan intensif tidak terbatas hanya untuk menangani pasien pasca-bedah
saja tetapi juga meliputi berbagai jenis pasien dewasa, anak, yang mengalami
lebih dari satu disfungsi/ gagal organ. Kelompok pasien ini dapat berasal dari
Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi, Ruang Rawat, ataupun kamar intensif dari
Rumah Sakit lain.
Pelayanan intensif adalah suatu bagian dari rumah sakit dengan staf yang
khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam
nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang
diharapkan masih reversible. Ruang pelayanan intensif menyediakan
kemampuan dan sarana, prasarana serta perlatan khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan
staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
Ruang lingkup pelayanan intensif meliputi pemberian dukungan fungsi
organ - organ vital seperti pernapasan, kardiovaskular, susunan syaraf pusat,
renal dan lain-lainnya. Pada saat ini, Rawat Intensif terdiri dari pelayanan ICU,
ICCU, NICU, dan PICU. Meskipun pada umumnya ICU, ICCU, NICU dan PICU
hanya memiliki sedikit tempat tidur, tetapi sumber daya manusia (dokter,
perawat, dan petugas terlatih lainnya) yang dibutuhkan harus sangat spesifik.
Mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus dan terbatasnya sarana
serta mahalnya peralatan yang diperlukan diruang pelayanan intensif rumah
sakit, maka perlu disusun Pedoman Pelayanan Intensif di rumah sakit yang
diharapkan bisa sebagai panduan semua pihak yang terlibat didalamnya.
Saat ini di Indonesia rumah sakit tipe C sebagai penyedia pelayanan
kesehatan serta rujukan harus mempunyai ruang intensif yang memberikan
pelayanan yang profesional, berkualitas dengan mengedepankan keselamatan
pasien. Pada instansi perawatan intensive atau ruang intensif, perawatan pasien
dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga professional yang terdiri dari
multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim multi disiplin
yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien. Untuk itu
diperlukan dukungan sarana, prasarana, serta peralatan demi meningkatkan
pelayanan di ruang intensif. Oleh sebab itu disusunlah petunjuk teknis
penyelenggaraan pelayanan intensif yang akan menjadi acuan dalam membantu
meningkatkan pelayanan yang bermutu, berkualitas, serta selalu
mengedapankan keselamatan pasien (patient).

B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan intensif rumah sakit ini dimaksudkan untuk memberikan
panduan dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
penyelenggaraan pelayanan intensif.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang dirawat di
ruang intensif.
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumberdaya
manusia.
b. Meningkatkan sarana prasarana serta peralatan diruang intensif.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan intensif
terutama bagi pasien kritis stabil yang hanya membutuhkan pelayanan
pengawasan saja.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. ICU
Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ICU adalah sebagai berikut :
a. Diagnosa dan penatalaksanaan spesifik penyakit akut yang mengancam
nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai
beberapa hari.
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus
melakukan penatalaksanaan spesifik problema dasar.
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap
komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit.
d. Memberi bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain.

2. NICU
a. Diagnosa dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit pada
neonatus yang mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian
dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
b. Pemantauan fungsi tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi
yang ditimbulkan oleh penyakit yang terjadi pada neonatus.
c. Support terapi oksigen sampai alat bantu nafas mekanik (Bubble Nasal
CPAP atau Ventilator mekanik)
d. Pasien yang dirawat bayi usia 0-28 hari dengan BB lahir amat/sangat
rendah (kurang dari 1200 gr), atau bayi dengan umur kehamilan kurang
dari 34 minggu yang belum mendapatkan obat kematangan paru.
e. Observasi bayi dengan kelainan kongenital yang membutuhkan tindakan
operatif, misalnya bayi dengan obstruksi saluran penceraan, hernia
diafragmatika, omfalokel, gastroschizis, penyakit jantung bawaan,
perforasi usus, atresia ani, dll.
f. Observasi bayi pasca operasi besar yang membutuhkan support
ventilator mekanik. Bayi yang membutuhkan intervensi invasif, misalnya
pemberian surfaktan, transfuse tukar, pemasangan akses umbilical,
pemasangan akses vena besar dan akses arteri.
g. Memberikan bantuan psikologis pada orang tua pasien dan keluarga.

3. PICU
a. Diagnosa dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit pada anak
yang mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam
beberapa menit sampai beberapa hari.
b. Pemantauan fungsi tumbuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi
yang ditimbulkan oleh penyakit yang terjadi pada anak.
c. Support terapi oksigen sampai alat bantu nafas mekanik
d. Pasien yang dirawat adalah usia 30 hari sampai 18 tahun.
e. Memberikan bantuan psikologis pada orang tua pasien dan keluarga.
4. HCU
a. Diagnosa dan penatalaksanaan diberikan kepada pasien dengan kondisi
kritis stabil yang membutuhkan pelayanan.
b. Pemantauan secara ketat tanpa penggunaan alat bantu (ventilator)

D. Batasan Operasional
1. Instalasi Rawat Intensif
Instalasi rawat intensif adalah instalasi yang dikelola untuk merawat pasien
secara intensif pada pasien sakit berat dan kritis baik disebabkan penyakit
maupun cedera, atau potensial mengancam nyawa dengan prognosial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia, dengan melibatkan tenaga
kesehatan terlatih, serta didukung kemampuan, saran dan prasarana serta
peralatan khusus. Instalansi rawat intensif di RSD Madani terdiri dari ICU,
NICU, PICU dan HCU
2. Pasien Sakit Kritis
Pasien sakit kritis adalah pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan
memerlukan dokter, perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi
dan berkelanjutan, serta memerlukan perhatikan yang teliti agar dapat
dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus serta terapi titrasi.
Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami decompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus serta dilakukan
intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.

E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasein Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor 129/MENKES/PER/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah
Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Rl Nomor 834/MENKES/SK/VII/2010 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah
Sakit.
7. Keputusan Direktur Jenderal Upaya Kesehatan Nomor HK.02.04/1966/11,
tentang Petunjuk Tehnis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit Di
Rumah Sakit.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Kepala Instalasi
a. Pendidikan : Dokter Spesialis anestesi
b. Persyaratan Kompetensi
1) Mengikuti program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh
perhimpunan profesi yang terkait.
2) Menunjang kualitas pelayanan ruang intensif dan menggunakan sumber
daya ruang intensif secara efesien.
3) Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24
jam/hari, 7 hari/minggu.
4) Mampu melakukan prosedur kritikal:
a) Sampel darah arteri.
b) Memasang /mempertahankan jalannapas termasuk intubasi tracheal,
tracheostomy perkutan, dan ventilasi mekanis.
c) Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasif maupun
terapi invasif (misalnya; Continuous Renal Replacement Therapy
(CRRT) dan peralatan monitoring, termasuk:
- Kateter arteri.

- Kateter vena perifer.

- Kateter vena sentral (CVP).

- Kateter arteri pulmonalis.

d) Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer.


e) Melakukan diagnostik non-invasif fungsi kardiovaskuler
dengan echokardiografi .
f) Resusitasi jantung paru.
g) Pipa thoracostomy
5) Kemampuan ATLS/ACLS/FCCS
6) Mampu mengelola pasien dengan kegawatan.
2. Tenaga Medis
a. Pendidikan : Dokter Spesialis sesuai bidang pelayanan
b. Persyaratan Kompetensi
1) Mengikuti program pelatihan yang diakui oleh perhimpunan profesi yang
terkait.
2) Menunjang kualitas pelayanan di ruang pelayanan intensif dan
menggunakan sumber daya secara efisien.
3) Mendarmabaktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan
ruang intensif.
4) Mempertahankan pendidikan yang berkelanjutan tentang critical care
medicine:
a) Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literatur
kedokteran.
b) berpartisipasi dalam program-program pendidikan kedokteran
berkelanjutan.
c) Menguasai standar-standar untuk unit critical care dan standard of
care di critical care

c. Pengalaman Kerja : Menjadi staf Tim dokter pada pelayanan intensif


d. Syarat lain :
1) Berdedikasi tinggi
2) Dapat bekerja sama dengan bagian lain
3) Cepat dan tanggap
4) Bertanggung jawab
5) Usia 25-60 tahun
6) Sehat jasmani dan rohani

3. Kepala Ruang
a. Pendidikan : SI Keperawatan + Ners dan menduduki jenjang karir PK III kritis
b. Pelatihan :
1) Manajemen Kepala Ruang
2) Pelatihan CI
3) Pelatihan dasar: BHD, K3RS, PPI, Komunikasi Efektif, PMKP.
4) Pelatihan fungsional perawatan Intensif
c. Pengalaman Kerja dan jenjang karir : Menjadi Pelaksana perawatan intensive
minimal 3 tahun
d. Syarat lain :
1) Memiliki kemampuan dalam kepemimpinan
2) Berdedikasi tinggi
3) Dapat bekerja sama dengan bagian lain
4) Cepat dan tanggap
5) Bertanggung jawab
6) Usia 25-56 tahun
7) Sehat jasmani dan rohani
3. Ketua Tim
a. Pendidikan : SI Keperawatan (diutamakan), minimal D3
b. Pelatihan :
1) Pelatihan CI
2) Pelatihan dasar: BHD, K3RS, PPI, Komunikasi efektif, PMKP.
3) Pelatihan fungsional perawatan Intensif
4) Pelatihan dasar kardiovaskuler
c. Pengalaman Kerja : Menjadi perawat Pelaksana intensif minimal 3 tahun
d. Syarat lain :
1) Memiliki kemampuan dalam kepemimpinan
2) Berdedikasi tinggi
3) Dapat bekerja sama dengan bagian lain
4) Cepat dan tanggap
5) Bertanggung jawab
6) Usia 25-56 tahun
7) Sehat jasmani dan rohani
4. Perawat pelaksana
a. Pendidikan : Minimal DIII Keperawatan.
b. Pelatihan dasar: BHD, K3RS, PPI, Komunikasi efektif, PMKP.
c. Pengalaman Kerja : Menjadi perawat pelaksana intensif minimal 2 tahun
d. Syarat lain :
1) Berdedikasi tinggi
2) Dapat bekerja sama dengan pelaksana perawat lain
3) Cepat dan tanggap
4) Bertanggung jawab
5) Sehat jasmani dan rohani
5. Tenaga administasi
a. Pendidikan : Minimal SMA
b. Pelatihan :
1) Pelatihan dasar: BHD, K3RS, PPI, Komunikasi efektif, PMKP.
2) Pelatihan komputer
3) Pelatihan terkait dengan bidangnya (rekam medik, laboratorium, farmasi
dll)
c. Syarat lain :
1) Berdedikasi tinggi
2) Dapat bekerja sama dengan tim lain
3) Cepat dan tanggap
4) Bertanggung jawab
5) Sehat jasmani dan rohani
POLA KETENAGAAN RSD MADANI PEKANBARU TAHUN 2021

No Unit Kerja Jenis Tenaga Pendidikan Keadaan Kebutuhan Kekurangan Pelatihan

1 Instalasi Pelatihan PMKP, PPI, K3RS, BHD, Manajemen


ICU/ICCU Ka. Instalasi Dr.Sp. Anastesi 1 1 0 Bangsal

Manajemen kepala ruangan, pelatihan


Kepala Ruangan Minimal S1 ICU/enestesi, pelatihan clinical instruktur, Pelatihan
1 1 0
Keperawatan PMKP, PPI, K3RS, BHD, Manajemen Bangsal

Pelatihan PMKP, PPI, K3RS, BHD, Manajemen


Minimal profesi
Dokter Jaga 1 1 0 Bangsal
Dokter

Perawat D-III 0 17 17 Pelatihan ICU, Keperawatan Kritis,


Keperawatan Pelatihan PMKP, PPI, K3RS, BHD, Manajemen
Bangsal
Pelatihan ICU,
S-1 Keperawatan Kritis,Pelatihan PMKP, PPI, K3RS,
19 26 7
Keperawatan BHD, Manajemen Bangsal

Pelatihan PMKP, PPI, K3RS, BHD,


Manajemen Bangsal, Pelatihan Kamar Bedah
Administrasi Minimal SLTA 0 1 1
Dasar
B. Distribusi Ketenagaan
1. Standar Kebutuhan Tenaga :
Cara perhitungan tenaga keperawatan di Ruang Intensif didasarkan pada
klasifikasi pasien yang dirawat, mengacu pada buku Standard Tenaga
Keperawatan di Rumah Sakit (Depkes RI 2002).
2. Cara perhitungan berdasarkan :
a. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus(10-12 jam/hr)
b. Rata-rata pasien per hari
c. Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
d. Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
e. Jam kerja efektif setiap perawat/bidan (7 jam/hari)
Jumlah Tenaga yang tersedia :

Rata-rata jml pasien / hari X jml jam prwtn/hari


Jam efektif/hari

14X12 =24
7
Loss day (hari libur, cuti, hari besar) dengan rumus :
Loss day : Jml hr mg dlm 1 th + Cuti +Hr besar
Jml hari kerja efektif dalam 1 tahun
(52+12+14) = 0,27
286

3. Pertimbangan Non Nursing Job


Yaitu jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan, diperkirakan 25 %
25% X 24 = 6
4. Pertimbangan Cuti Hamil 2 Orang/ Tahun
Jadi Kebutuhan Tenaga ruang ICU adalah tenaga perawat tersedia + Loss
day + non nursing job + pertimbangan cuti hamil/tahun =: 24 + 0.27+6 + 2
=32,27 dibulatkan menjadi 33 Perawat + 1 Kepala ruang: 34 perawat.
Tanaga perawat yang ada 30 Kekurangan 2 perawat.
Klasifikasi tenaga di Ruang intensif berdasarkan tingkat Pendidikan
NO JENIS TENAGA PENDIDIKAN JUMLAH
1 PERAWAT S1 Kep + Ners 6
2 PERAWAT S1 Kep 6
3 PERAWAT DIII Kep 17
4 ADMINISTRASI DIII 1
JUMLAH 32

1. Pengaturan Jaga
a ICU
JUMLAH PERBANDINGAN
NO SHIFT KETERANGAN
PERAWAT PERAWAT: PASIEN
 1 Orang Kepala
Ruangan
 1 Orang Ka.TIM
 1 Orang PJ logistik
 1 Orang PJ Shiff
1 Pagi 7 1:2
Minimal 1 org
bersertifikat ICU
 2 Perawat pelaksana
 1 Orang Pembantu
ruangan
 1 Orang PJ Shiff
 2 Orang Pelaksana
2 Sore 3 1:2
Minimal 1 orang
bersertifikat ICU
 1 Orang Pj Shiff
 2 Orang Pelaksana
3 Malam 3 1:2
Minimal 1 orang
bersertifikat ICU
4 Libur 1
Penggan
5 ti Libur/ 1
cuti
b NICU
JUMLAH PERBANDINGAN
NO SHIFT KETERANGAN
PERAWAT PERAWAT: PASIEN
 1 Orang Kepala
Ruangan
 1 Orang Ka.TIM
 1 Orang PJ logistik
 1 Orang PJ Shiff
1 Pagi 7 1:2
Minimal 1 org
bersertifikat NICU
 2 Perawat pelaksana
 1 Orang Pembantu
ruangan
 1 Orang PJ Shiff
 2 Orang Pelaksana
2 Sore 3 1:2
Minimal 1 orang
bersertifikat NICU
 1 Orang Pj Shiff
 2 Orang Pelaksana
3 Malam 3 1:2
Minimal 1 orang
bersertifikat NICU
4 Libur 1
Pengga
nti
5 1
Libur/
cuti

c PICU
JUMLAH PERBANDINGAN
NO SHIFT KETERANGAN
PERAWAT PERAWAT: PASIEN
1 Pagi 7 1:2  1 Orang Kepala
Ruangan
 1 Orang Ka.TIM
 1 Orang PJ logistik
 1 Orang PJ Shiff
Minimal 1 org
bersertifikat PICU
 2 Perawat pelaksana
 1 Orang Pembantu
ruangan
 1 Orang PJ Shiff
 2 Orang Pelaksana
2 Sore 3 1:2
Minimal 1 orang
bersertifikat PICU
 1 Orang Pj Shiff
 2 Orang Pelaksana
3 Malam 3 1:2
Minimal 1 orang
bersertifikat PICU
4 Libur 1
Penggan
5 ti Libur/ 1
cuti

d HCU
JUMLAH PERBANDINGAN
NO SHIFT KETERANGAN
PERAWAT PERAWAT: PASIEN
 1 Orang Kepala
Ruangan
 1 Orang Ka.TIM
 1 Orang PJ logistik
 1 Orang PJ Shiff
1 Pagi 7 1:2
Minimal 1 org
bersertifikat HCU
 2 Perawat pelaksana
 1 Orang Pembantu
ruangan
2 Sore 3 1:2  1 Orang PJ Shiff
 2 Orang Pelaksana
Minimal 1 orang
bersertifikat HCU
 1 Orang Pj Shiff
 2 Orang Pelaksana
3 Malam 3 1:2
Minimal 1 orang
bersertifikat HCU
4 Libur 1
Penggan
5 ti Libur/ 1
cuti

2. Jam Kerja
Jam kerja pegawai dalam satu minggu minimal 37,5 jam, terdistribusi
sebagai berikut:
a Sift pagi 7 jam : dari jam 07.30-14.30 WIB
b Sift sore 7 jam : dari jam 14.30-20.30 WIB
c Sift malam 11 jam : dari jam 20.30-07.30 WIB
3. Mekanisme pengaturan jadwal dinas:
Pengaturan jaga terdiri shif dan non shif. Perawat non sift : masuknya pagi
dan libur pada hari minggu dan hari libur nasional, sedangkan perawat sift:
masuknya secara bergantian pagi, siang dan malam (dinas pagi 2 hari, dinas
sore 2 hari, dinas malam 2 hari dan libur 2 hari, selanjutnya kembali ke jaga
pagi, dst.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Desain
Pelayanan ruang intensif yang memadai ditentukan berdasarkan disain yang baik
dan pengaturan ruang yang adekuat. Disain berdasarkan klasifikasi pelayanan
ruang intensif dapat dilihat pada tabel.
Ketentuan bangunan ruang intensif adalah sebagai berikut :
1. Terisolasi
2. Mempunyai standar tertentu terhadap :
a. Bahaya api
b. Ventilasi
c. AC
d. Pipa air
e. Komunikasi
f. Bakteriologis
g. Kabel monitor
3. Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata.
Ruangan ruang intensif dibagi menjadi beberapa area yang terdiri dari :
a. Area pasien :
1) Unit terbuka 12 – 16 m2 / tempat tidur.
2) Unit tertutup 16 – 20 m2 / tempat tidur.
3) Jarak antara tempat tidur : 2 m.
4) Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap tempat tidur.
5) Unit tertutup 1 ruangan 1 tempat tidur cuci tangan.
6) Harus ada sejumlah outlet yang cukup sesuai dengan level ruang
intensif. Ruang intensif tersier paling sedikit 3 outlet (udara-
tekan,Oksigen, Suction) dan minimal 12 stop kontak untuk tiap tempat
tidur.
7) Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu
TL day light 10 watt/m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin
kenyamanan pasien dan personil. Desain dari unit juga memperhatikan
privasi pasien.
b. Area kerja meliputi :
1) Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat
dengan pasien.
2) Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan
penyimpanan obat dan alat (termasuk lemari pendingin).
3) Ruang yang cukup untuk mesin X-Ray mobile dan dilengkapi dengan
viewer.
4) Ruang untuk telepon dan sistem komunikasi lain, komputer dan koleksi
data, juga tempat untuk penyimpanan alat tulis dan terdapat ruang yang
cukup resepsionis dan petugas administrasi.
c. Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan/AC yang dapat mengontrol suhu dan
kelembaban sesuai dengan luas ruangan. Suhu 22 - 23°C kelembaban
40-60%.
d. Ruang Isolasi
Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian sendiri.
e. Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Untuk menyimpan monitor, ventilasi mekanik, pompa infus dan pompa
syringe, peralatan dialisis, alat-alat sekali pakai, cairan, penggantung
infus, troly, penghangat darah, alat isap, linen dan tempat penyimpanan
barang dan alat bersih.
f. Ruang Tempat Pembuangan Alat / Bahan Kotor
Ruang untik membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan
dan pembersihan pispot dan botol urin. Desain unit menjamin tidak ada
kontaminasi.
g. Ruang Perawat
Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang
bertugas dan pimpinannya.
h. Ruang Staf Dokter
Tempat kegiatan organisasi dan administrasi termasuk kantor Kepala
bagian dan staf dan kepustakaan.
i. Ruang tunggu keluarga pasien.
j. Laboratorium
Harus dipertimbangankan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan
terpusat.
Denah ruang intensif

B. Standar Fasilitas
1. Standar Fasilitas Peralatan
Peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu
kelancaran pelayanan. Berikut ini adalah ketentuan umum mengenai peralatan
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan
fungsi ICU dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar yang
berlaku.
b. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat
c. Peralatan dasar meliputi :
1) Ventilasi mekanik
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas.
3) Alat hisap
4) Peralatan akses vaskuler.
5) Peralatan monitor invasive dan non-invasif.
6) Defibrilator dan alat pacu jantung.
7) Alat pengaturan suhu pasien.
8) Peralatan drain thorax.
9) Pompa infus dan pompa syringe.
10) Peralatan portable untuk transportasi.
11) Tempat tidur khusus.
12) Lampu untuk tindakan.
13) Continuous Renal Replacement Therapy.
d. Peralatan lain (seperti peralatan haemodialisa dan lain-lain) untuk
prosedur diagnostic dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila
secara klinis ada indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.
e. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu
tersedia bila secara klinis ada indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.

Peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU


DISAIN ICU PRIMER ICU SKUNDER ICU TERSIER
Area pasien : 1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci
Unit terbuka 12-16 tangan tiap 2 tangan tiap 2 tangan tiap 2
m² tempat tidur tempat tidur tempat tidur
Unit tertutup 16-20 1 tempat cuci 1 tempat cuci 1 tempat cuci
m² tangan tiap 1 tangan tiap 1 tangan tiap 1
tempat tidur tempat tidur tempat tidur
Outlet oksigen 1 2 3 / tempat tidur
Vakum - 1 3 / tempat tidur
Stop kontak 2 / tempat tidur 2 / tempat tidur 3 / tempat tidur
Area kerja :
Lingkungan Air Conditioned Air Conditioned Air Conditioned
Suhu 23-25 °C 23-25 °C 23-25 °C
Humiditas 50 - 70 % 50 – 70 % 50 – 70 %
Ruang isolasi - + +
Ruang
penyimpanan
- + +
peralatan dan
barang bersih
Ruang tempat
- + +
buang kotoran
Ruang perawat + + +
Ruang staf dokter - + +
Ruang tunggu
- + +
keluarga pasien
Laboratorium Terpusat 24 jam 24 jam

1. Standar Fasilitas Peralatan Ruang Intensif

No Jenis Kelengkapan Standar Jumlah Yg Dimiliki


1 Ventilasi mekanik Sederhana 5
2 Alat hisap Ada 4
Alat ventilasi manual dan
3 alat Ada 4
penunjang jalan napas
4 Peralatan monitor
a. Invasive
b. Monitor tekanan darah invasive Tidak ada Tidak ada
c. Tekanan vena sentral Ada Tidak ada
d. Tekanan baji arteri pulmonalis Tidak ada Tidak ada
e. Non invasive
1) Tekanan darah Ada 4
2) EKG dan laju jantung Ada 1
3) Saturasi oksigen Ada 4
4) Kapnograf Tidak ada -
5 Suhu Ada -
6 Echokardiografi Tidak ada -
7 Defibrilator dan alat pacu jantung Ada 1
8 Alat pengatur suhu pasien Ada 1
9 Peralatan drain thoraks Ada 1
10 Pompa infus dan pompa syringe Ada 5/15
11 Bronchoscopy Tidak ada Tidak ada
Peralatan portable untuk
12 Ada 1
transportasi
13 Tempat tidur khusus Ada 5
14 Lampu untuk tindakan Ada -
15 Hemodialisa Ada 2
16 CRRT Ada -
17 Oksigen sentral Ada 4
Emergency trolly (Airway,
18 laringoscop, BVM, O2, Ada 1
adrenalin , dll)

2. Standar Alat Keperawatan di Ruang Intensif dengan Kapasitas 5 pasien


RATIO PASIEN :
No NAMA BARANG Yang Dimiliki
ALAT
1 Tensi meter 1/ruangan 1/ruangan
2 Stetoskop 1/ruangan 3

Timbangan berat badan/tinggi


3 1 / ruangan -
badan

4 Tabung oksigen + flowmeter 2 / ruangan -


5 Suction 2 / ruangan Lebih dari 2
6 Vena Sectie set 2 / ruangan -
7 Gunting verband 2 / ruangan 3
8 Korentang dan tempat 2 / ruangan -
9 Bak instrument besar 2 / ruangan Tidak ada
10 Bak instrument sedang 2 / ruangan Tidak ada
11 Bak instrument kecil 2 / ruangan Tidak ada
12 Bengkok 2 / ruangan Tidak ada
13 Pispot 1 : 1/2 2
14 Intensifinal 1 : 1/2 1/pasien
15 Set angkat jahitan 1 : 1/2 Tidak ada
16 Set debridement 5/Ruangan Tidak ada
17 Termometer digital 1/Ruangan Tidak ada
18 Standar infuse 1:1 Tidak ada
19 Masker O2 2 / Ruangan 1/pasien
20 Nasal kateter 2 / Ruangan 1/pasien
21 Reflek hamer 1 / Ruangan 1 / Ruangan
22 Ambubag 1 / Ruangan 1 / Ruangan

3. Standar Linen Bidang Keperawatan di ruang Intensif


No Nama Barang Ratio Yang dimiliki
1 Baju Pasien 1:5 1:3
2 Sprei besar 1:5 1:3
3 Manset dewasa 1:¼ 1/ ruangan
4 Selimut wool 1:1 Tidak ada
5 Selimut biasa 1:5 1:3
6 Sprei kecil 1 : 6-8 1:3
7 Sarung bantal 1:6 1:3
8 Sarung kasur 1:1 Tidak ada
9 Sarung O2 1 : 1/3 Tidak ada
10 Handuk 1:3 1 x pakai
11 Skoret 1:½ Tidak ada
12 Duk Lobang 1 : 1/3 Tidak ada

4. Standar Alat Rumah Tangga Bidang Keperawatan dengan Kapasitas 5


pasien

No Nama barang Ratio Yang dimiliki


1 Kursi roda 2-3/ruangan 1/ruangan
2 Lemari obat Emergency 1/ruangan 1/ruangan
3 Emergency Lamp 1/ruangan Tidak ada
4 Meja pasien 1:1 1:1
5 Tempat tidur 1:1 1:1
6 Tempat sampah pasien 1:1 1:1
Tempat sampah besar
7 4/ ruangan 1:1
tertutup
8 Waskom mandi 8-12 / ruangan Tidak ada
9 Dorongan O2 1/ruangan Tidak ada
10 Lampu senter 1-2/ruangan Tidak ada
11 Baki 5/ ruangan Tidak ada
12 Timbangan BB/TB 1/ruangan Tidak ada

5. Standar Alat Pencatatan dan Pelaporan di Ruang Intensif dengan Kapasitas


5 pasien.
NO Nama Barang Ratio Yang dimiliki
1 Formulir pengkajin awal 1:1
2 Formulir 1:5
3 Formulir perkembangan 1 : 10
4 Formulir observasi 1 : 10
5 Formulir resume 1:1
6 Formulir catatan pengobatan 1 : 10
7 Formulir Medik lengkap 1:1
8 Formulir Laboratorium 1:3
9 Formulir Rontgen 1:1
10 Formulir permintaan darah 1:1
11 Formulir keterangan 5 lembar / bulan
12 Resep 10 buku / bulan
13 Formulir konsul 1:5
14 Formulir permintaan alkes 1:1
15 Formulir permintaan obat/farmasi 1:1
16 Buku Ekspedisi 10/ruangan
17 Buku Register pasien 4/ruangan/tahun
18 Buku folio 4/ruangan/tahun
19 White Board 1/ruangan
20 Perforaton 1/ruangan
21 Staples 1/ruangan
22 Pensil 5/ruangan
23 Spidol White Board 6/ruangan

Peralatan Monitoring ( termasuk peralatan portable yang digunakan untuk


transportasi pasien)
a. Tanda bahaya kegagalan pasokan gas.
b. Tanda bahaya kegagalan pasokan oksigen.
Alat yang secara otomatis teraktifitasi untuk memonitor penurunan tekanan
pasokan oksigen, yang selalu terpasang di ventilasi mekanik.
c. Pemantauan konsentrasi oksigen.
Diperlukan untuk mengukur konsentrasi oksigen yang dikeluarkan oleh ventilasi
mekanik atau system pernafasan.
d. Tanda bahaya kegagalan ventilasi mekanik atau diskonsentrasi sistim
pernafasan.
Pada penggunaan ventilasi mekanik otomatis, harus ada alat yang dapat segera
mendeteksi kegagalan sistim pernafasan atau ventilasi mekanik secara terus
menerus.
e. Volume dan tekanan ventilasi mekanik.
Volume yang keluar dari ventilasi mekanik harus terpantau. Tekanan jalan nafas
dan tekanan sirkuit pernafasan harus terpantau terus menerus dan dapat
mendeteksi tekanan yang berlebihan.
f. Suhu alat kelembaban (humidifier)
Ada tanda bahaya bila terjadi peningkatan suhu udara inspirasi.
g. Elektrokardiograf
Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus.
h. Pulse oximeter
Harus tersedia untuk setiap pasien di ICU.
i. Emboli udara
Apabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmaferesis, atau alat perfusi,
harus ada pemantauan untuk emboli udara.
j. Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur variable fisiologis
lain seperti tekanan intra arterial dan tekanan arteri pulmonalis, curah jantung
tekanan inspirasi dan aliran jalan nafas, tekanan intracranial, suhu, transmisi
neuromuscular, kadar CO2 ekspirasi.

Kemampuan Pelayanan
Kamampuan Pelayanan
No
ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier
1 Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru Resusitasi jantung paru
2 Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan
nafas, termasuk nafas, termasuk nafas, termasuk
intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan
ventilasi mekanik. ventilasi mekanik. ventilasi mekanik.
3 Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen
4 Pemasangan kateter Pemasangan kateter Pemasangan kateter
vena sentral. vena sentral dan arteri. vena sentral, arteri,
Swan Ganz dan ICP
monitor.
5 Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan EKG,
puls-oksimetri dan puls-oksimetri dan puls-oksimetri dan
tekanan darah non tekanan darah non tekanan darah non
invsif. invsif dan invasif. invsif daninvasif, Swan
Ganz dan ICP serta
ECHO Monitor.
6 Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi
secara titrasi secara titrasi secara titrasi
7 Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi
enteral dan parenteral. enteral dan parenteral. enteral dan parenteral.
8 Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
laboratorium khusus laboratorium khusus laboratorium khusus
dengan cepat dan dengan cepat dan dengan cepat dan
menyeluruh. menyeluruh. menyeluruh.
9 Memberikan tunjangan Memberikan tunjangan Memberikan tunjangan
fungsi vital dengan alat- fungsi vital dengan alat- fungsi vital dengan
alat portabel selama alat portabel selama alat-alat portabel
transportasi pasien transportasi pasien selama transportasi
gawat. gawat. pasien gawat.
Melakukan fisioterpi Melakukan fisioterpi Melakukan fisioterpi
10
dada. dada. dada.
Melakukan prosedur Melakukan prosedur
11 -
isolasi. isolasi.
Melakukan hemodialisis Melakukan
12 - intermiten dan kontinyu. hemodialisis intermiten
dan kontinyu.

Pemeliharaan, Perbaikan Dan Kalibrasi Peralatan


1. Semua peralatan diatas dapat berfungsi dengan baik disertai adanya
program kalibrasi dan pemeliharaan masing-masing alat.
2. Penggunaan alat dicatat dalam buku pemakaian peralatan dan masing-
masing alat ada buku pemakaiannya sendiri.
3. SOP penggunaan Alat-alat sudah terpasang pada masing-masing alat
tersebut.
4. Pemeliharaan Peralatan diiakukan setiap selesai dipergunakan, dan
pemeliharaan rutin satu kali seminggu, kemudian dicatat dalam lembar
pemeliharaan alat. Masing-masing alat punya catatan pemeliharaan sendir.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Klasifikasi Pelayanan Intensive


Dalam menyelenggarakan pelayanan Intensive Care Unit di rumah sakit dibagi
dalam 3 (tiga) klasifikasi pelayanan yaitu:
1. Pelayanan ICU primer (Standar minimal).
Merupakan Intensive Care Unit yang mampu melakukan resusitasi dan
bantuan ventilasi < 24 jam serta pemantauan jantung. ICU ini berkedudukan
di rumah sakit tipe C.
2. Pelayanan ICU sekunder (Standar Menengah)
Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan ventilasi
bantu lebih lama dari ICU primer serta mampu melakukan bantuan hidup
lain, tetapi tidak terlalu kompleks. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe B.
3. Pelayanan ICU tersier.
Merupakan Intensive Care Unit (ICU) yang mampu melakukan semua aspek
rawat atau terapi intensif. ICU ini berkedudukan di rumah sakit tipe A.
Dalam penyelenggaraannya pelayanan intensif di rumah sakit termasuk
dalam klasifikasi pelayanan Primer (Standar Minimal).
Pelayanan Intensive terdiri dari :
a. ICU
b. NICU
c. PICU
d. HCU

B. Kriteria Masuk Dan Keluar Intensive.


1. Pelayanan Intensive adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien yang
dalam keadaan sakit berat dan perlu dirawat khusus, serta memerlukan
pantauan ketat dan terus menerus serta tindakan segera.
2. Indikasi pasien masuk Intensive Care Unit :
a. ICU :
ICU mampu menggabungkan teknologi tinggi dan keahlian khusus
dalam bidang kedokteran dan keperawatan gawat darurat. Pelayanan
ICU diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit
kritis. Tujuan dari pelayanan medik tertritasi dan berkelanjutan serta
mencegah fragmentasi pengelolaan. Pasien sakit kritis meliputi :
1) Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan
dokter, perawat, profesi lain yang terkait secara terkoordinasi dan
berkelanjutan, serta memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat
dilakukan pengawasan yang ketat dan terus menerus serta terapi
titrasi;
2) Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensisai
fisiologis sehingga memerlukan pemantauan ketat dan terus menerus
serta dilakukan intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit
yang merugikan.
Sebelum pasien dimasukkan ke ICU, pasien dan/atau keluarganya
harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU,
serta tindakan kedokteranyang mungkin akan dilakukan selama pasien
dirawat di ICU. Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala ICU atau
dokter yang bertugas. Atas penjelasan tersebut pasien dan/atau
keluarganya dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di
ICU. Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir Informed
consent.
Pada keadaan sarana dan prasarana ICU yang terbatas pada suatu
rumah sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila
kebutuhan atau permintaan akan pelayanan ICU lebih tinggi daripada
kemampuan pelayanan yang dapat diberikan.
Kepala ICU bertanggung ataskesesuaian indikasi perawatan pasien
di ICU. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia,
Kepala ICU menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik, pasien
mana yang akan dirawat di ICU. Prosedur untuk melaksanakan
kebijakan ini harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU.
1) Kriteria Pasien Masuk
a) Prioritas 1
 Pasien sakit kritis
 Pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif, seperti :
dukungan/bantuan ventilasidan alat bantu suportif organ/sistem
yang lain, infus obat-obat vasoaktif kontinyu obat anti aritmia
kontinyu, pengobatan kontinyu tertitrasi dan lain-lainnya.
 Contoh pasien kelompok ini : Pasca bedah kardiotorasik, pasien
sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
yang mengancam nyawa. Kriteria spesifik untuk masuk ICU :
derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan darah tertentu.
 Terapi umumnya tidak mempunyai batasan.
b) Prioritas 2
 Pasien yang memerlukan pelayanan pemantauan canggih di
ICU, sebab sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi
intensif segera, misalnya pemantauan pulmonary arterial
catheter.
 Terapi pada pasien ini tidak mempunyai batas, karena kondisi
mediknya senantiasa berubah.
 Contoh pasien ini : pasien yang menderita penyakit dasar
jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah
mengalami pembedahan majo.
c) Prioritas 3
 Pasien sangat kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya, secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan
sembuh dan/atau manfaat terapi di ICU pada golongan ini
hanya sangat kecil.
 Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengawasi
akutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai
melakukan intubasi atau resusitasi jantung paru.
 Contoh pasien ini : Pasien dengan keganasan metastatik
disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan
nafas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru terminal
disertai komplikasi penyakit akut berat.
d) Pengecualian
 Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala
Instalasi ICU dan DPJP pasien.
 Indikasi masuk pada beberapa golongan bisa dikecualikan
dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan demikian
sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ruang intensif yang
terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2
dan 3.
 Pasien yang tergolong demikian antara lain :
• Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan
yang aman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien-pasien
dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya
pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan
canggih yang tersedia di ICU untuk maningkatkan
kemungkinan survivalnya.
• Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
• Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak.
Pasien-pasien seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk
menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor
organ.
Diagnosis penyakit yang layak untuk dirawat :
1) Cardiac System
a) Acute myocard infarction with complications.
b) Cardiogenic shok
c) Complex arrhythmia
d) Acute congestive heart failure with respiratory failure
e) Hypertensi emergensi.
f) Unstable angina, dysrhytmia, hemo dinamik instability,
persistent chest pain.
g) Cardiac arrest.
h) Cardiac tamponade or constriction with hemodynamic instability
i) Dissecting aortic aneurysms
j) Complete heart block
2) Pulmonary System
a) Acute respiratory failure requiring ventilator support
b) Pulmonary emboli with hemodynamic instability
c) Patient inan intermediate care unit who are demonstrating
respiratory deterioration
d) Massive hemoptysis
e) Respiratory failure with imminent intubation
3) Neurologic Disorders
a) Acute stroke with altered mental status
b) Coma metabolic, toxic or antoxic
c) Intracranial hemorrhage with potential for herniation
d) Acute subarachnoid hemorrhage
e) Meningitis with altered mental satatus or respiratory compromise
f) Central nervous system or neuromuscular disorder with
deteriorating pulmonary function
g) Status epilepticus
h) Brain dead or potentially brain dead, managed while determining
organ donation status
i) Vasospasm
j) Severe head injury
4) Drug Ingestion and drug overdose
a) Hemodinamically unstable drug ingestion
b) Drug ingestion with significantlyaltered mental status with
inadequate airway protection
c) Seizures following drug ingestion
5) Gastrointestinal Disorder
a) Life threatening gastrointestinal bleeding
b) Fulminant hepatic failure
c) Severe pancreatitis
d) Esophageal perforation
6) Endocrine
a) Diabestic ketoacidosis complicated by hemodynamic instability,
altered mental status, respiratory insufficiency, or severe
acidosis
b) Thyroid storm. Mix oedem with hemodynamic instability
c) Coma hyperosmolar state
d) Hypo or hypernatremia with seizure
e) Hypo or hyperkalemia with dysrhytmia or muscular weakness
f) Hypo or hypermagnesemia with hemodynamic compromise or
dysrhytmias
g) Hypophosphatemia with muscular weakness
7) Surgical
Post operative patients requiring hemodynamic
monitoring/ventilator support or extensive nursing care
8) Miscellaneous
a) Septic shock with hemodynamic instability
b) Hemodinamic monitoring
c) Environment injuries
d) New/ experiment therapies with potensial complication

2) Kriteria Pasien Keluar


a) Prioritas 1
Pasien prioritas 1 dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi
intensif telah tidak ada lagi atau bila terapi telah gagal dan
prognosis jangka pendek jelek dengan kemungkinan kesembuhan
atau manfaatbdari terapi intensif kontinyu kecil. Contoh-contoh hal
terakhir adalah pasien dengan tiga atau lebih gagal sistim organ
yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif. Dapat dilihat
dari beberapa parameter : Pasien dewasa skor NEWS ˂ 7,
Hemodinamik stabil tanpa obat-obatan dan hasil pemeriksaan
diagnostik normal/mendekati normal.
b) Prioritas 2
Pasien prioritas 2 dikeluarkan bila secara perkiraan dan
penghitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaat
atau tidak memberikan hasil yang berarti bagi pasien (apalagi
pasien tidak menggunakan Ventilasi Mekanik), contoh :
 Pasien menderita penyakit stadium akhir (ARDS stadium akhir)
 Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut dirawat
lebih lanjut di ICU (keluar paksa) yang terlebih dahulu sudah
diberi penjelasan dan dasar “inform consent”.
c) Pasien hanya memerlukan observasi intensif saja, sedangkan ada
pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan
observasi lebih intensif (sebaiknya dipindahkan diruang khusus
untuk pemantauan secara intensif yaitu stroke center).

b. NICU
Kriteria pasien masuk NICU
1) Bayi berumur 0 – 30 hari
2) Prematur yang mengalami gangguan nafas (RDS, pneumonia,
asfiksia)
3) Aterm / post date, MAS
4) HIE (Hipoxic Ischemi Encephalopathy)
5) Tetanus neonatorum
6) Post operasi yang perlu back up ventilator

Kriteria pasien keluar NICU


1) Sudah tidak memerlukan ventilator
2) Vital sign stabil
3) Tidak ada kegawatan lain (kejang, perdarahan)
c. PICU
Kriteria pasien masuk PICU
1) Anak usia 31 hari samapai 16 tahun
2) Penyakit-penyakit pada anak yang mengancam nyawa dan dapat
menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
3) Penyakit pada anak yang memerlukan pemantauan fungsi tubuh dan
penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan.

Kriteria pasien keluar dari PICU :


1) Sudah tidak memerlukan pemantauan secara intensif.
2) Vital sign stabil
3) Tidak ada kegawatan lain

d. HCU
Ada 3 (tiga) jenis type HCU, yaitu :
1) Separate/conventional/freestanding HCU adalah HCU yang berdiri
sendiri (independent), terpisah dari ICU.
2) Integrated HCU adalah HCU yang menjadi satu dengan ICU.
3) Pararel HCU adalah HCU yang terletak berdekatan (bersebelahan)
dengan ICU.
Pelayanan HCU meliputi pemantauan pasien secara ketat,
menganalisa hasil pemantauan dan melakukan tindakan medik dan
asuhan keperawatan yang diperlukan. Ruang lingkup pemantauan yang
harus dilakukan antara lain :
1) Tingkat kesadaran
2) Fungsi pernafasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4
(empat) jam atau disesuaikan dengan keadaan fisik.
3) Oksigenasi dengan meggunakan oksimeter secara terus – menerus.
4) Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 (delapan) jam
atau disuaikan dengan keadaan pasien.
Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang dilakukan adalah :
1) Bantuan hidup dasar/Basic Life Support (BHD/ BLS) dan bantuan
hidup lanjut Advance Life Support (BHD/ALS)
a) Jalan Nafas ( Airway ): membebaskan jalan nafas, bila perlu
menggunakan alat bantu jalan nafas, seperti pipa oropharingeal
atau pipa nasopharyngeal. Dokter jaga juga harus mampu
melakukan intubasi endotrakeal bila diindikasikan dean segera
memindahkan/merujuk pasien.
b) Pernafasan/ ventilasi
c) Sirkulasi : resusitasi cairan, tindakan defibrilasi, tindakan kompresi
jantung luar
2) Terapi oksigen
3) Penggunaan obat – obatan untuk pemeliharaan/ stabilisasi (obat
inotropik,obat anti nyeri obat aritmia jantung, obat – obatan yang
bersifat vasoaktif, dan lain – lain.
4) Nutrisi enteral dan nutrisi parenteral campuran
5) Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien
6) Evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan.

Kriteria masuk dan keluar HCU


Penentuan indikasi pasien yang masuk ke HCU dan keluar dari HCU
serta pasien yang tidak dianjurkan untuk dirawat di HCU ditentukan
berdasarkan kriteria, sebagai berikut :
Indikasi masuk HCU
1) Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai resiko tinggi
untuk terjadinya komplikasi.
2) Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan tanda vital
pasien yang menggunakan obat-obatan inotropik, vasokonstriktor
dengan dosis rendah sampai sedang.
3) Berdasarkan penilaian MEWS (Modified Early Warning Score) pada
pasien dewasa dan PEWS (Pediatric Early Warning Score) pada usia,
dimana pasien yang memiliki skor orange yang membutuhkan
pengawasan setiap 2 jam atau lebih cepat merupakan indikasi masuk
HCU, namun persetujuan pasien masuk tetap dikonsulkan terlebih
dahulu ke DPJP HCU.
Modified Early Warning Score

Keterangan :
0-2 : skor normal (hijau), penilaian setiap 8 jam.
3 : skor rendah (kuning), penilaian setiap 4 jam
4: skor menengah (orange), penilaian setiap 2 jam
≥ 5 : skor tinggi (merah), penilaian setiap 1 jam atau lebih cepat menit

Pediatric Early Warning System


0 1 2 3

Kea  Beribtera  Samnolen  Iritable  Letargi,


daan ksi  Dapat gelisah
umu seperti ditenangka  Penurunan
m biasa n respons
terhadap
rangsang
nyeri
Sistem  Tidak  Tampak  Tampak  Sianotik dan
Kardio sianosis pucat sianotik motlet
vaskul ATAU ATAU ATAU ATAU
ar  CTR  CTR 2dtk  CRT > 2 detik  CRT > 5
˂2dtk  Takikardi detik
>20x diatas ATAU
parameer RR  Takikardi >
sesuai usia 30x diatas
per menit. paremeter
RR sesuai
usia.
Sistem  Tidak ada  Takipnea >  Takipnea >  Takipnea ≥
respirs retraksi 10x diatas 20x diatas 5x dibawah
i  Respirasi paramete parameter parameter
dalam RR sesuai RR sesuai RR sesuai
paramete usia usia usia dengan
r normal. ATAU ATAU retraksi
 Mengguna  Ada retraksi ATAU
kan otot  Menggunaka  Merintih
alat bantu n FiO2 lebih ATAU
napas. dari 40%  Menggunaka
ATAU (setara n FiO2 lebih
 Mengguna dengan 6 dari 50%
kan FiO2 > Lpm simple (setara
30% mask) dengan 8
(Setara Lpm simple
dengan 3 mask)
Lpm Nasal
kanul)

Usia Nadi saat istirahat Napas saat istirahat


Neonatus 0 – 1 bulan 100 - 180 40 – 60
Bayi 1 – 12 bulan 100 – 180 35 – 40
Balita 1,3-6 bulan 70 – 110 25 – 30
Pra-sekolah 4 – 6 tahun 70 – 110 21 – 23
Sekolah 7–12 tahun 70 – 110 19 – 21
Remaja 13-19 tahun 55 - 90 16 - 18

SKOR 0 - 2 SKOR 3 SKOR 4 SKOR ˃5

- Pasien masih - Monitoring - Monitoring tiap - Monitoring


dalam tiap 1 – 2 jam 1 jam atau lebih tiap 30 menit
keadaan stabil depat atau lebih
cepat

Indikasi keluar HCU


1) Pasien yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat
2) Pasien dengan hemodinamik yang sudah stabil berdasarkan
usianya
3) Pasien yang cenderung memburuk dan / atau memerlukan
pemantauan dan alat bantu invasif sehingga perlu pindah ke HCU

C. Informed Consent

1. Sebelum pasien dimasukkan ke ruang intensif, pasien dan atau keluarganya

harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar pertimbangan

alasan pasien harus mendapatkan perawatan di ruang intensif, serta

berbagai macam tindakan kedokteran yang mungkin diiakukan selama

pasien dirawat di ruang intensif serta prognosis penyakit yang diderita pasien

2. Penjelasan tersebut diberikan oleh Kepala Instalasi atau dokter yang

bertugas pada saat itu

3. Setelah mendapatkan penjelasan, pasien dan atau keluarganya bisa

menerima atau tidak bisa menerima.

4. Pernyataan pasien dan atau ketuarganya tersebut harus dinyatakan dalam

formulir yang ditanda tangani.

E. Alur Pelayanan.

Pasien yang memerlukan pelayanan intensif dapat berasal dari:

1. Pasien dari IGD.

Pasien dapat langsung dibawa oleh keluarganya atau dikirim oleh dokter

spesialis / dokter umum. Pasien akan diperiksa atau dinilai di IGD, bila

segera memerlukan tindakan dan perawatan ICU (Life Saving) langsung

konsul ke ICU, dokter ICU akan melihat penanganan segera sambil

menunggu konsultasi dari IGD ke dokter DPJP yang bersangkutan

2. Pasien dari ruang rawat inap RS


Dengan sistem konsultasi oleh dokter spesialis yang menangani pasien

tersebut atau oleh dokter jaga ruangan atas nama spesialis yang

bersangkutan.

3. Pasien dari kamar bedah

Sudah dibicarakan sebelumnya oleh ahli bedah dan disetujui oleh konsultan

anestesi / ICU atau usul konsulen anestesi / ICU.

4. Pasien rujukan SR lain

a. Dari dokter spesialis melalui IGD, konsultasi ke ICU, ACC masuk ICU

b. Dari dokter spesialis dapat langsung konsultasi ke ICU tetapi masuk tetap

melalui IGD-ICU.

Bagan Alur Pelayanan Intensif di Rumah Sakit

PASIEN GAWAT

TIDAK YA

POLIKLINIK IGD

KAMAR INSTALASI RUANG


OPERASI RAWAT INTENSIF RAWAT INAP

F. Prosedur
1. Pelayanan dan Pengelolaan intensif dilaksanakan mengacu pada Kebijakan
dan prosedur tertulis.
2. Prosedur pengelolaan dan pelayanan intensif secara rinci diatur dalam tiap-
tiap SPO.
SPO di Intensive Care Unit meliputi:
a. SPO Pemasangan CVP.
b. SPO Pemasangan stomach tube.
c. SPO Intubasi dan perawatannya.
d. SPO Ekstubasi.
e. SPO Balance cairan.
f. SPO Penggunaan alat medis, antara lain:
1) Patien Monitor.
2) Syringe pump.
3) Infus pump.
4) Suction.
3. Secara berkala dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan dan
pelayanan di pelayanan Intensive
4. Prosedur Penyediaan Alat Kesehatan Dan Obat-obatan
a. Tersedianya obat-obat emergency yang memadai untuk menunjang life
saving, seperti Sulfas Atropin, Adrenalin, Anti Aritmia, lidokain, dopamine
dan lain-lain .
Obat-obat tersebut diletakkan di tempat yang mudah terjangkau untuk
memudahkan dalam penggunaan saat tindakan emergency ke pasien.
b. Tersedianya alkes, cairan infus dan alat-alat yang menunjang untuk
kebutuhan emergency yang diletakkan di tempat yang mudah terjangkau,
seperti : Nasopharing, Oropharing, Laringoscop, Endotrakeal Tube, alat
ventilasi manual, masker oksigen, infus RL, NaCl 0,9 %, Koloid 6 %, dan
juga spuit dari ukuran 1 cc hingga 50 cc beserta water injeksi.
c. Daftar obat-obatan emergency dan alat-alat kesehatan sebagaimana
tercantum dalam daftar.
5. Perencanaan Peralatan/ Peremajaan.
a. Program Perencanaan peralatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan rumah sakit, apabila ada hal-hal yang insidentil dan
mendesak bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
b. Peremajaan peralatan diiakukan bekerjasama dengan Logistik,
Keuangan dan Pihak terkait dari peralatan tersebut

G. Penanggulangan Kegawatan
1. Jenjang terapi henti jantung (Algoritma).
a. Bantuan Hidup Dasar yang harus diberikan adalah Airway, Breathing,
Circulation tanpa alat dan dengan alat selalu harus segera diberikan pada
pasien yang henti nafas dengan atau tanpa henti jantung.
b. Diagnosis henti nafas diiakukan dengan cara :
1) Look, Listen dan Feel
2) Meraba nadi carotis dan femoralis pada pasien dewasa.
3) Meraba nadi brachialis pada pasien bayi.
c. Denyut nadi negative berarti henti jantung telah terjadi.
d. Algoritma penanganan henti jantung (terlampir).

ALGORITMA HENTI JANTUNG

CPR

Pijat jantung 100 x pm


Nafas 10 x pm
Sinkronisasi 30 : 2 BLS
(satu atau dua penolong)

Segera ECG
Siap DC-shock

Asytole / PEA
VF / VT (non-VF / VT)

DC shock CPR terus


A SINGLE SHOCK 2 menit

shockable

Cardiac arrest = carotis (-)


Check ECG !
 VF / VT pulseless = ada gelombang khas
- Shockable rhythm, harus segera DC-shock
 Asystole = ECG flat, taka da gelombang
- Shockable rhythm, harus segera DC-shock
 PEA = EMD = ada gelombang mirip ECG normal
- UN-shokable

SHOCKABLE RHYTHMS

Ventriculer Fibrilasi
VF

Fine VF
Jika ada keraguan apakah iramanya asistol
atau VT halus JANGAN coba defibrilatoin,
kompresi dada terus menerus dan ventilator

Fine Venticuler Fibrilation

Asystol

Coarse Ventriculer Fibrilation


Ventriculer Tachicardia
(VT – Pulseless
UN-SHOCKABLE -RHYTHME

VT/ VF Tanpa Denyut Carotis (PULSESES).


 Harus segera mendapatkan defibrilasi.
 Jika tidak ada defibrillator BHD harus segera dimulai.
 Jika henti jantung sempat disaksikan dimonitor maka lakukan resusitasi
awal dengan PRECORDIAL THUMP.
Bukan VF/ VT.
Prognosis sangat jelek, kecuali penyebab segera dapat segera dikoreksi.
Asistole.
 Penting sekali dipastikan kabel elektroda tidak terlepas.
 BHD harus segera dimulai selama 3 menit, pastikan jalan nafas terbuka.
 Lakukan intubasi dan berikan ventilasi dengan oksigen 100%.
 Pertahankan akses intravena untuk jalus obat-obat resusitasi agar
segera beredar dalam sirkulasi sistemik.

MANAGEMENT ASYSTOLE/ PEA/ EMD

EMD/ PEA.
 ECG masih menunjukkan irama yang seolah-olah diikuti adanya
sirkulasi darah (curah jantung memadai) tetapi denyut nadi carotis tidak
ada/ henti jantung.
 Pertolongan mungkin bisa berhasil jika penyebab henti jantungnya
dapat dikoreksi.
 Lakukan BHD sambil mencari faktor 4 H (Hypoxia, Hypovolemia,
Hyperkalemia/ Hypokalemia, Hypotermia) dan 4 T (Tension
Pneumothorax, Tamponade Jantung, Thromboemboli, Toksik/ Over
Dosis Obat).
2. Obat-obatan untuk Resusitasi Jantung Paru.
a. Epinephrin (Adrenalin).
1) Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA), bradikardi,
reaksi atau syok anfilaktik, hipotensi.
2) Dosis 1 mg iv bolus dapat diutang setiap 3-5 menit, dapat diberikan
intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra vena.
Untuk reaksi reaksi atau syok anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc
dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi bradikardi atau
hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1
mg = 1 ; 1000) dilarutkan dalam 500 cc NaCI 0,9 %, dosis dewasa 1
mg/mnt dititrasi sampai menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis
dapat mencapai 2-10 mg/mnt.
3) Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor ft adrenergic dan
meningkatkan aliran darah ke otak dan jantung.
b. Lidokain (lignocaine, xylocaine)
1) Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain
VF, VT, Ventrikel Ekstra Sistoi yang multipel, multifokal, konsekutif/
salvo dan R on T
2) Dosis 1-1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 - 5 menit
sampai dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis
drip 2-4 mg/menit sampai 24 j dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 2-2,5 kali dosis IV.
3) Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan
irama idioventrikuler.
c. Sulfas Atropin.
1) Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan
memperbaiki sistim konduksi AtrioVentrikuler.
2) Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A)
selain AV blok derajat fl tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian
atropine pada bradikardi dengan iskemi atau infark miokard),
keracunan organopospat (atropinisasi).
3) Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe
2/ derajat III.
4) Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total
0,03-0,04 mg/kg BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5
menit maksimal 3 mg. dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal
dengan dosis 2-2,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi 10 cc.
d. Natrium bikarbonat (Nabic)
1) Diberikan untuk dugaan hiperkatemia (kelas I), setelah sirkulasi
spontan yang timbul pada henti jantung lama (kelas II B), asidosis
metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis antidepresi
trisiklik.
2) Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
3) Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
e. Kalsium gluconat/ Kalsium klorida.
1) Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi
membran sel otot jantung terhadap depolarisasi. Juga digunakan
untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat darah
donor yang disimpan lama.
2) Diberikan secara pelahan-lahan (V selama 10-20 menit atau dengan
menggunakan drip
3) Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk
Kalsium klorida. Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk
diberikan 1 ampul Kalsium gluconat
3. Obat - obat pada periode peri arrest
a. Dopamin.
1) Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktiiitas
miokard, curah jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat
2) Dosis 2-10 ug/kgBB/menit dalam syringe pump.
b. Digoxin.
1) Indikasi Fibrilasi Atrium dengan respon ventrikel cepat
2) Kegagaian ventrikel kICU
3) DosisAwal : 0,5 mg dilarutkan dalam 10 cc D5 % IV diberikan selama
10 menit
4) Lanjut : 0,25 mg oral (1/ 2 kali) sampai tercapai dosis total 0,75-1mg/
24jam
c. Verapamil.
1) Indikasi SVT dan Angina Pectoris.
2) Dosis awal diberikan 5-10 mg IV dalam 2 menit dapat diulang 5 mg
lagi setelah 5 menit.
3) Verapamil IV hanya diberikan pada SVT yang sudah pasti karena
efek inotropik negatifnya cukup besar.
4) Efek anti aritmia berlangsung sekitar 6 jam.

d. Dobutamin.
1) Efek inotropik positif pada infark miokard, bedah jantung,
kardiomiopati, syok septik dan syok kardiogenik (IONI hal 173, 2008).
2) Dobutamin bekerja dengan memperkuat daya kontraksi jantung akibat
stimulasi 01 adrenoreseptor di jantung. Dobutamin juga berdaya
vasodilatasi karena stimulasi D2 reseptor (Tan Hoan Tjay hal 599,
2007).
4. Obat - obat emergency lainnya
a. Magnesium Sulfat
1) Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada
ventrikel takikardi, keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi
preeklamsia
2) Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose
5% diberikan selama 5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
b. Morfin
1) Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah
cardiac arrest.
2) Dosis 2-5 mg dapat diulang 5-30 menit
c. Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi
dan untuk mengurangi edema cerebri
d. Furosemide
1) Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak
2) Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang beiiebih adalah
hipotensi, dehidrasi dan hypokalemia
3) Dosis 20 - 40 mg intra vena
e. Diazepam
1) Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, ekfamsia, gaduh gelisah
dan tetanus
2) Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan
3) Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15
menit.
f. Norepineprin
1) Syok kardiogenik berat dan secara hemodinamik : hipotensi signifikan
(TDS < 70 mmHg) dengan resistensi perifer keseluruhan rendah
2) Diberikanhanya melalui jalur IV
3) Campurkan 4 mg atau 8 mg noradrenalin ke dalam 250 ml D5%, atau
campur dengan 50 cc D5 % dengan menggunakan syringe pump
4) Dibutuhkan dosis yang lebih besar untuk meningkatkan perfusi yang
adekuat pada kasus drug-induced hypotension
5) Meningkatkan oxygen demand miocard, TD dan HR
6) Bisa menginduksi aritimia. Hati-hati penggunaan pada pasien iskemia
akut; monitor cardiac output
7) Ekstravasasi obat menimbulkan nekrosis jaringan, jika terjadi :
campur phentolamin 5-10 mg ke dalam 10-15 ml NS, infiltrasikan ke
area ekstravasasi
g. Cairan Resusitasi
1) Kristaloid
2) Keloid

H. Monitoring Pasien
Monitoring pasien di ruang Intensive dilakukan oleh perawat dan selanjutnya
dikomunikasikan dengan dokter yang merawat.
Langkah–langkah pelaksanaan monitoring adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah.
2. Observasi 24 jam.
a. Kardio vaskuler :peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP
b. Respirasi :menghitung pernafasan, setting ventilator,
menginterprestasikan hasil BGA, keluhan,
pemeriksaan fisik dan foto thorax.
c. Ginjal :jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam.
d. Pencernaan :pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral,
muntah, diare.
e. Tanda infeksi :peningkatan suhu tubuh/ penurunan (hipotermi),
pemeriksaan kultur, berapa lama antibiotik diberikan.
f. Nutrisi klien :enteral, parenteral
g. Mencatat hasil lab yang abnormal.
h. Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh
proses perawatan
i. Menghitung intake output (balance cairan).

I. Indikasi Dan Prosedur Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi


1. Pemeriksaan laboratorium ruang intensif terpusat di laboratorium dan bisa
dilakukan 24 jam on site.
a. Bila ada pemeriksaan laborat, maka petugas ruang intensif memberitau
ke petugas Laborat tentang pemeriksaan yang diminta.
b. Petugas ruang intensif membuatkan surat permintaan pemeriksaan
laborat pada lembar pemeriksaan laborat, sesuai dengan permintaan
dokter.
c. Petugas laborat datang ke ruang intensif untuk melakukan pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan laborat sesuai dengan surat
permintaan tersebut.
d. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas ruang intensif
mengambil ke laborat
e. Pemeriksaan laboratorium sito bisa diminta sewaktu-waktu
2. Pemeriksaan Radiologi terpusat di radiologi dan bisa dilakukan 24 jam on
site.
a. Bila ada pemeriksaan radiologi maka petugas ruang intensif
memberitaukan ke petugas radiologi tentang pemeriksaan radiologi yang
diminta.
b. Petugas ruang intensif mengantarkan pasien ke ruang radiologi untuk
diiakukan pemeriksaan
c. Bila hasil pemeriksaan sudah ada, maka petugas ruang intensif
mengambil hasinyal ke radiologi mengantar hasilnya ke ruang intensif
d. Pemeriksaan radiologi sito dapat diminta sewaktu-waktu 24 jam

J. Sistem Rujukan
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas/ wewenang dan tanggung jawab secara timbal balik, baik horizontal
maupun vertical, terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau
permasalahan kesehatan karena keterbatasan dalam memberikan pelayanan
yang dibutuhkan oleh pasien.
Sistem rujukan terdiri dari :
1. Rujukan Eksternal.
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiridari :
a. Rujukan vertikal.
Contoh : Rujukan dari ruang intensif rumah sakit ke RSUD Arifin Achmad
b. Rujukan horizontal.
Rujukan dari ruang intensif Rumah Sakit ke Rumah Sakit yang memiliki
kemampuan lebih tinggi dalam suatu tingkatan yang sama.
2. Rujukan Internal
Rujukan didalam fasilitas pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan ke
tenaga kesehatan lainnya (dokter ke dokter, residen ke spesialis, rujukan
triage).
Ruang lingkup rujukan, terdiri dari:
a. Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit.
Rujukan yang dilakukan berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan
berupa pengiriman pasien/ kasus, spesimen dan pengetahuan tentang
penyakit.
b. Rujukan permasalahan kesehatan.
Rujukan yang dilakukan berkaitan dengan upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan berupa fasilitas, teknologi dan operasional.
c. Rumah sakit mempunyai kewajiban untuk merujuk pasien yang
memerlukan pelayanan diluar kemampuan pelayanan rumah sakit.
d. Rumah sakit penerima rujukan harus mampu menjamin bahwa pasien
yang dirujuk tersebut akan mendapatkan penanganan segera.
e. Rujukan balik kefasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk harus
dilakukan segera setelah alasan rujukan ke rumah sakit sudah tertangani.
Oleh karena itu rujukan merupakan proses timbal balik yang meliputi kerja
sama, koordinasi dan transfer informasi diantara fasilitas pelayanan
kesehatan.
f. Tujuan rujukan
Tujuan dilakukan rujukan adalah :
1) Membutuhkan pendapat dari ahli lain (Second Opinion).
2) Memerlukan pemeriksaan yang tidak tersedia difasilitas tersebut.
3) Memerlukan intervensi medis diluar kemampuan fasilitas kesehatan
tersebut.
4) Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya.
5) Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan.
K. Pengiriman Pasien.
1. Pengiriman ke rawat inap
a. Pasien pindah dari ruang intensif dengan kriteria :
1) Pindah atas persetujuan dokter.
2) Pindah atas permintaan sendiri.
b. Pemindahan pasien dari ruang intensif:
1) Petugas (perawat) memastikan pasien telah ada kepastian pindah
ruangan.
2) Petugas (perawat) memberikan informasi pada keluarga pasien, dan
meminta keluarga pasien untuk memilih kamar yang diinginkan di unit
pendaftaran.
3) Petugas pendaftaran meminta persetujuan kepada keluarga pasien
dan selanjutnya memesankan kamar sesuai dengan yang diinginkan
oleh keluarga pasien tersebut.
4) Perawat ruang intensif mempersiapkan pemindahan pasien ke ruang
rawat inap, antara lain : membuat/ mengisi formulir transfer antar
ruangan, obat-obatan, status pasien, dan hasil pemeriksaan
penunjang.
5) Perawat Ruang Rawat Inap (sesuai dengan kamar yang diminta oleh
keluarga pasien) menjemput pasien di Intensive Care Unit.
6) Perawat ruang intensif melakukan serah terima/ transfer dengan
perawat Ruang Rawat Inap
7) Jika kondisi memungkinkan Perawat ruang intensif membantu dalam
pemindahan pasien tersebut ke ruang rawat inap.
2. Pengiriman ke kamar operasi.
Pengiriman pasien yang akan diiakukan operasi, pengiriman ke kamar
operasi sesuai dengan SPO persiapan pasien perioperasi.
3. Pengiriman pasien untuk pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan penunjang medis (CT Scan, EEG, MRI) dan tindakan medis
(Haemodialisa) dilaksanakan diluar rumah sakit.
b. Pelaksanaan pengiriman pasien sesuai dengan SPO pemeriksaan
penunjang dan tindakan medis diluar rumah sakit.
4. Pengiriman Pasien dalam kerjasama dengan pelayanan rujukan.
a. Ruang intensif melakukan rujukan ke rumah sakit yang mempunyai tingkat
pelayanan yang lebih tinggi kemampuannya.
b. Pasien rujuk/ pindah rumah sakit berdasarkan :
1) Saran dokter yang merawat dengan pertimbangan akan
mendapatkan terapi lebih lanjut dan alat yang lebih tinggi tingkat
kemampuannya.
2) Permintaan dari keluarga pasien .
c. Ruang intensif rumah sakit menerima rujukan dari rumah sakit lain atau
klinik yang tingkat pelayanannya lebih rendah.
d. Kriteria pasien rujukan yang masuk ruang intensif sesuai dengan
kebijakan pasien masuk ruang intensif.

L. Pencatatan Dan Pelaporan


1. Catatan di ruang intensif di verifikasi dan ditanda tangani oleh dokter yang
melakukan pelayanan dan dokter tersebut harus bertanggung jawab
terhadap semua yang telah dikerjakan.
2. Pencatatan menggunakan status khusus ruang intensif yang meliputi
diagnosis lengkap yang menyebabkan dirawat di ruang intensif, data tanda
vital, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal, dan
sebagainya) secara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan,
catatan pemberian obat, serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien.
3. Pencatatan nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan oleh
perawat ruang intensif minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai dengan
kondisi pasien.
4. Pemantauan dan pelaporan secara umum dan khusus setiap pagi dan sore
hari oleh dokter jaga atau perawat ruang intensif kepada DPJP
5. Dalam keadaan emergency laporan bisa dilaksanakan sewaktu- waktu
sesuai dengan kondisi pasien dengan menggunkan Metode SBAR
6. Hal–hal yang perlu dilaporkan adalah pemantauan umum yang meliputi :
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Balance cairan dilakukan tiap 3 - 6 jam.
d. Evaluasi.
e. Pemeriksaan laboratorium antara lain :
1) Analisa gas darah, gula darah, darah rutin,
2) Ureum, creatinin, keton darah, keton urine, CKMB, SGOT, SGPT
sesuai indikasi
3) Pemeriksaan lain bila dibutuhkan
7. Urutan pelaporan kondisi pasien didasarkan pada 6B yaitu :
a. Sistem pernafasan.
b. Sistem peredaran darah.
c. Sistem syaraf pusat.
d. Sistem urogenital.
e. Sistem pencernaan.
f. Sistem tulang dan persendian.
8. Pelaporan secara umum setiap pagi oleh dokter jaga atau perawat ruang
intensif kepada kepala ruang intensif, jika di perlukan.
9. Pelaporan umum meliputi:
a. Jumlah dan kondisi pasien yang di rawat di ruang intensif.
b. Rencana pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan
10. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan intensif ditulis dalam Buku
Register Pasien, buku laporan harian tiap shift dan sensus harian.

M. REKAM MEDIS
1. Cara Pengisian RM ruang intensif berdasarkan pengisian ruang intensif.
2. Berkas RM ruang intensif dimasukkan dalam berkas rawat inap kemudian
disimpan di rekam medis paling lambat 2x24 jam setelah pasien tersebut
pulang atau di rujuk ke RS yang lebih tinggi tingkat kemampuannya, atau
pasien tersebut pulang atas permintaan sendiri, atau pindah rumah sakit lain.
3. Bila pasien keluar dari ruang intensif tetapi masih dirawat di ruang rawat lain
dalam rumah sakit, maka berkas RM ruang intensif disertakan dalam status
rawat inap pasien tersebut.

BAB VI
LOGISTIK

Untuk menunjang keberhasilan pelayanan yang bermutu diperlukan


pengelolaan permintaan, penyimpanan dan pemakaian barang maupun bahan
habis pakai yang benar.
A. Tujuan
1. Mendapatkan barang dalam jumlah cukup dan berkualitas
2. Mencapai daya guna yang optimal
3. Memberikan kepuasan dan rasa nyaman bagi pasien
4. Mencegah terjadinya infeksi nosookomial
5. Memberikan kemudahan bagi perawat

B. Jenis peralatan keperawatan


1. Peralatan tekstil pasien
2. Peralatan kedokteran dan kesehatan dasar
3. Barang-barang farmasi rutin
4. Barang kelontong
5. Barang cetakan
6. Barang kantor non rutin
7. Alat tulis kantor
8. Alat rumah tangga

C. Ruang lingkup
1. Perencanaan logistik
a. Tujuannya agar barang yang diterima sesuai dengan standar kebutuhan
ruangan rawat inap baik kualitas maupun kuantitasnya
b. Perencanaan barang di ruang rawat adalah Kepala Ruang Rawat.
c. Cara:
1) Rencana kebutuhan berdasarkan jenis, prioritas, standart, jumlah,
kualitas
2) Permintaan ditulis pada formulir yang tersedia
3) Waktu: barang rutin direncanakan tiap semester dan barang non rutin
direncanakan setiap akhir tahun anggara.

D. Pengadaan Barang
Pengadaan barang dilaksanakan oleh Panitia yang ditunjuk dengan Surat

E. Pendistribusian
1. Dilaksanakan oleh gudang farmasi dan atau gudang umum/ laundry.
2. Pelaksanaan pendistribusian dilakukan setelah barang ada.
3. Alur pendistribusian :
a. Barang datang diterima oleh:
1) Gudang farmasi: berupa alat kesehatan
2) Gudang umum: alat rumah tangga/ kantor
3) Instalasi Laoundry: alat tenun/ linen
b. Setelah barang diterima oleh ketiga tempat tersebut maka barang
didistribusikan ke seluruh rawat inap.
c. Prosedur permintaan dari kepala ruang ke Instalasi masing- masing
diketahui bidang keperawatan, penunjang medic dan pelayanan medic.
d. Barang didistribusikan ke ruang rawat kemudian dicatat dalam buku
inventaris ruangan, selanjutnya dapat digunakan untuk pelayanan sesuai
kebutuhan.
4. Untuk barang- barang non rutin/ tertentu.
Pengalokasian barang dibuat bersama yaitu oleh Pengurus Barang (asset) /
Bidang Perencanaan bersama Bidang Perawatan

F. Logistik keperawatan
1. Barang yang telah diterima disimpan dan dicatat dengan baik menurut
kelompok dan jenisnya.
2. Barang ditempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkan pengecekan
setiap waktu dan pengeluaran jika dibutuhkan.
3. Peralatan yang dibutuhkan sehari-hari tiap pagi disiapkan
4. Selesai pemakaian, alat dibersihkan kemudian di simpan sesuai tempatnya.
5. Setiap operan dinas alat dioperkan kepada petugas berikutnya.
6. Alat –alat secara periodik sesuai jadwal IPSRS dilakukan perawatan/ service/
perbaikan. Alat yang rusak dan tidak bisa dipakai dikembalikan ke bagian
aset rumah sakit.

G. Penghapusan
1. Adalah kegiatan pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai
peraturan perundang-undanganku yang berlaku, peralatan yang rusak berat
dan tidak dapat diperbaiki/ tidak layak pakai yang telah dinyatakan oleh
IPSRS, barang hilang akibat kecalakaan, bencana alam, tercecer atau tidak
ditemukan, dilaporkan oleh kepala ruang kepada aset dengan bukti form
pengembalian barang.
2. Pencatatan inventaris ruangan dikurangi sesuai barang yang dikembalikan
dan secara kontinu lapor kebagian aset baik menerima maupun
mengembalikan barang.
H. Pengawasan/ pengendalian
Pengawasan peralatan dilaksanakan oleh petugas inventaris ruanganatas nama
kepala ruang.
1. Pencatatan dan pelaporan.
Setiap barang yang diterima oleh ruang rawat dicatat oleh petugas inventaris
ruangan dan dimasukkan ke buku inventaris.
2. Pengambilan barang
Barang dari gudang diambil oleh petugas rumah tangga mencatat barang
yang masuk di buku inventaris induk dan KIR , serta mencatat dan menulis
barang yang rusak / hilang. Pada setiap pagi, siang, sore, malam dan hari
libur barang- barang yang digunakan secara rutin diruang rawat inap
dioperkan dari penanggung jawab pagi ke jaga sore dan seterusnya.
3. Setiap akhir tahun dilaksanakan inventaris peralatan dari bidang
keperawatan
4. Laporan barang rusak.
a. Kepala ruang melaporkan barang yang rusak kepada kepala instalasi,
kepala instalasi mengirim barang untuk perbaikan ke aset.
b. Barang yang masih bisa diperbaiki, diusulkan oleh pengurus barang untuk
diperbaiki dan barang yang sudah rusak berat dilaporkan kepada kuasa
barang untuk dilelang atau dimusnahkan.
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
1. Sesmen resiko.
2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien.
3. Pelaporan dan analisis insiden.
4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya.
5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.
2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).

C. Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

D. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)


1. Adverse event:
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien.dapat diakibatkan oleh kesalahan medis/ bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah
2. KTD yang tidak dapat dicegah ( Unpreventable Adverse Event) :
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir.

E. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


1. Near Miss:
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang
dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi:
a) Karena “keberuntungan".
b) Karena" pencegahan".
c) Karena" peringanan".
2. Kesalahan Medis (Medical Errors) :
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

F. Kejadian Sentinel (Sentinel Event).


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti: operasi pada bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata "sentinel" terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(seperti, amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap
kejadian ini mengungkap adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

G. Tatalaksana.
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien.
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD.
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga.
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir "Pelaporan Insiden
Keselamatan.
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar
dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
"Universal Precaution".

C. Tindakan Yang Beresiko Terpajan.


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja.


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok
yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengendalian mutu harus berlandaskan falsafah dan strategi usaha bersama


untuk memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi oleh tim dan berbagai
disiplin ilmu.
B. Kita harus menganggap masalah sebagai peluang kemajuan, Maka sikap :
1. Peka
2. Menyambut baik
3. Menanggapi
4. Mendelegasikan
5. Menunjang (analisa pareto)
C. Prinsip Kendali Mutu keperawatan
1. Mengutamakan kualitas/ mutu
2. Setiap karyawan mengarahkan perhatian terhadap pelanggan/ pasien
3. Dilakukan bersama oleh seluruh tim pelayanan
4. Koordinasi dilakukan dengan baik
5. Ekonomis tidak terlalu banyak biaya
6. Fokus terhadap faktor kinerja yang kritikal misalnya asuhan yang
diberikan
7. Menganut sistem prioritas
8. Melakukan pekerjaan sejak awal dengan benar
9. Pengendalian dengan data, menganalisa data oleh pembuat keputusan
10. Menggerakan terus menerus siklus PDCA
11. Melakukan pengendalian kualitas dalam proses kerja
12. Menerakan proses keperawatan dan hasil kerja tertulis jelas
13. Dalam menghadapi persoalan, kurangi akibat dan tanggulangi
penyebabnya
14. Jangan menyalahkan orang lain
15. Hargailah karyawan secara manusiawi
D. Jenis kegiatan pengendalian mutu
1. Internal keperawatan
a. Pemantauan laporan kejadian perawatan:Pasien jatuh, salah
obat,tingginya angka infeksi nosokomial.
b. Gugus kendali mutu keperawatan
c. Presentasi kasus(rutin dan khusus)
d. Audit nursing
e. Membentuk tim budaya kerja untuk membangun budaya kerja
organisasi
2. Eksternal keperawatan
a. Kotak saran
b. Angket pasien pulang
c. Masukan antar profess/ direksi
d. Media cetak /elektronik
3. Evaluasi terhadap :
a. Indikator mutu klinis keperawatan
b. Indek kepuasan pasien
c. Audit keperawatan mengacu pada SAK,SPO,CP
d. HAi’s
BAB XI
PENUTUP

Pedoman pelayanan ruang intensif di rumah sakit daerah Madani ini


diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh petugas pemberi pelayanan yang
menyelenggarakan pelayanan pada pasien di instalasi ruang intensif. Berdasarkan
klasifikasi sumber daya, sarana, prasarana dan peralatan pelayanan ruang intensif
di rumah sakit daerah Madani dapat dikategorikan sebagai ruang intensif primer.
Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan akan terus mengembangkan
pelayanan sesuai dengan ketentuan pedoman standar ruang intensif sesuai dengan
situasi dan kondisi yang kondusif bagi setiap program pengembangan layanan ruang
intensif di rumah sakit daerah Madani.
Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan di ruang intensif
perlu adanya penjabaran dari pedoman pelayanan dengan penyusunan prosedur
tetap di unit layanan ruang intensif sehingga hambatan dalam menjalankan
pelaksanaan pelayanan bisa diminimalkan

Pekanbaru,
DIREKTUR RSD MADANI
KOTA PEKANBARU

dr. ARNALDO EKA PUTRA, SpPD


NIP. 197610192006041009

Anda mungkin juga menyukai