MEMUTUSKAN
Ditetapkandi : Tangerang
Pada tanggal : Agustus 2022
Direktur Utama
AFRIZAL HASAN
Lampiran
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah
atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu
intensive care medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi dukungan
fungsi organ-organ vital seperti pernafasan, kardiosirkulasi, susunan saraf
pusat, ginjal dan lain-lainnya, baik pada pasien dewasa atau pasien anak.
B. Tujuan
1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU di RSUP Dr. Sitanala
Tangerang.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU di RSUP
Dr. Sitanala Tangerang.
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU di RSUP Dr. Sitanala
Tangerang
D. Batasan Operasional
1. Falsafah
a. Etika kedokteran
Berdasarkan falsafah dasar “saya akan senantiasa mengutamakan
Kesehatan pasien, tidak merugikan pasien dan berorientasi untuk
dapat secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien.
b. Indikasi yang benar
Pasien yang dirawat di ICU adalah:
1) Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim
intensive care
2) Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh
secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan
pengawasan yang konstan dan terapi titrasi.
3) Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan
Tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi
fisiologis.
c. Kerjasama multidisipliner dalam masalah medik komplek
Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin tenaga
Kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan
kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama di
dalam tim yang dipimpin oleh seorang dokter intensivis sebagai ketua
tim
d. Kebutuhan pelayanan Kesehatan pasien
Kebutuhan pasien ICU adalah Tindakan resusitasi yang meliputi
dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan
nafas), Breathing (fungsi pernafasan), Circulation (fungsi sirkulasi),
Brain (fungsi otak) dan fungsin organ lain, dilanjutkan dengan diagnose
dan terapi definitive.
e. Peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim
Dengan mengingat keadaan pasien seperti yang tersebut dalam butir b
dan d
diatas maka sistem kerja tim multidisiplin adalah sebagai berikut:
1) Sebelum masuk ICU, dokter yang merawat pasien melakukan
evaluasi pasien sesuai bidangnya dan memberi pandangan atau
usulan terapi
2) Kepala ICU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil
kesimpulan, memberi instruksi terapi dan Tindakan secara tertulis
dengan mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya
3) Kepala ICU berkonsultasi pada konsultan lain mempertimbangkan
usulan-usulan anggota tim.
f. Asas prioritas
Setiap dokter dapat memasukkan pasien ke ICU sesuai dengan
indikasi masuk ICU yang benar. Karena keterbatasan jumlah tempat
tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk.
g. Sistem manajemen peningkatan mutu terpadu
Demi tercapainya koordinasi dan peningkatan mutu di ICU, diperlukan
tim kendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu,
dengan tugas utamanya memberi masukan dan bekerja sama dengan
staf structural ICU untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan ICU.
h. Kemitraan profesi
Kegiatan pelayanan pasien di ICU di samping multi disiplin juga antar
profesi, yaitu profesi medik, profesi perawat dan profesi lain. Agar
dicapai hasil yang optimal maka perlu peningkatan mutu SDM secara
berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua profesi.
i. Efektivitas, keselamatan dan ekonomis
Unit pelayanan ICU mempunyai ciri biaya tinggi, teknologi tinggi,
multidisiplin dan multi profesi berdasarkan asas efektivitas,
keselamatan dan ekonomis
j. Kontinuitas pelayanan
Untuk efektivitas, keselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU, maka
perlu dikembangkan unit pelayanan tingkat tinggi (High Care Unit =
HCU). Fungsi utama HCU adalah menjadi unit perawatan-antara dari
bangsal rawat dan ICU. Di HCU, tidak diperlukan peralatan canggih
seperti ICU tetapi diperlukan kewaspadaan dan pemantauan yang
lebih tinggi.
d) Elektrokardiogram
Dilihat dari parameter objektif, pasien yang layak untuk
masuk ICU adalah pasien dengan gambaran
elektrokardiogram sebagai berikut :
Infark miokard dengan aritmia kompleks, hemodinamik
tidak stabil atau gagal jantung kongestif
Ventrikel takikardi menetap atau fibrilasi
Blokade jantung komplit dengan hemodinamik tidak stabil
e) Pemeriksaan fisik (onset akut)
Dilihat dari parameter objektif, pasien yang layak untuk
masuk ICU adalah pasien dengan hasil pemeriksaan fisik
sebagai berikut :
Pupil anisokor pada pasien tidak sadar
Luka bakar >10% BSA
Anuria
Obstruksi jalan napas
Koma
Kejang berlanjut
Sianosis
Tamponade jantung
b. Kriteria keluar
Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan
medis oleh kepala ICU dan tim yang merawat pasien, antara lain:
1) Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil,
sehingga tidak memerlukan terapi atau pemantauan yang
intensif lebih lanjut.
2) Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan
intensif tidak bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti
bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien tidak menggunakan
alat bantu mekanis khusus (seperti ventilasi mekanis). Contoh
golongan pasien demikian, antara lain pasien yang menderita
penyakit stadium akhir (misalnya ARDS stadium akhir).
Sebelum dikeluarkan dari ICU sebaiknya keluarga pasien
diberikan penjelasan alasan pasien dikeluarkan dari ICU.
a) Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di
ICU (keluar paksa).
b) Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja,
sedangkan ada pasien lain yang lebih gawat yang
memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif. Pasien
seperti ini hendaknya diusahakan pindah ke ruang yang
khusus untuk pemantauan secara intensif yaitu HCU.
3) End of Life Care (Perawatan Terminal Kehidupan)
Disediakan ruangan khusus bagi pasien diakhir kehidupannya
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 834/MENKES/SK/VII/2010 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High Care Unit (HCU) Di Rumah
Sakit
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU)
Di Rumah Sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Tabel 1.
Strata/Klasifikasi Pelayanan
No Jenis Tenaga
Primer Sekunder Tersier
1 Kepala ICU -Dokter spesialis -Dokter intensivis Dokter intensivis
anestesiologi -Dokter spesialis
-dokter spesialis lain anestesiologi (jika
yang terlatih ICU (jika belum ada dokter
belum ada dokter intensivis
spesialis
anestesiologi
2 Tim medis -Dokter spesialis -Dokter spesialis -Dokter spesialis
sebagai konsultan (yang dapat (yang dapat
(yang dapat memberikan memberikan
dihubungi setiap pelayanan setiap pelayanan setiap
diperlukan) diperlukan) diperlukan)
-dokter jaga 24 jam -dokter jaga 24 jam -dokter jaga 24 jam
dengan kemampuan dengan dengan
resusitasi jantung kemampuan kemampuan
paru yang ALS/ACLS, dan ALS/ACLS, dan
bersertifikat bantuan FCCS FCCS
hidup dasar dan
bantuan hidup lanjut
3 Perawat Perawat terlatih yang Minimal 50% dari Minimal 75% dari
bersertifikat bantuan jumlah seluruh jumlah seluruh
hidup dasar dan perawat di ICU perawat di ICU
bantuan hidup lanjut merupakan perawat merupakan
terlatih dan perawat terlatih
bersetifikat ICU dan bersertifikat
ICU
4 Tenaga non -Tenaga administrasi Tenaga administrasi Tenaga
kesehatan di ICU harus di ICU harus administrasi di ICU
mempunyai mempunyai harus mempunyai
kemampuan kemampuan kemampuan
mengoperasikan mengoperasikan mengoperasikan
computer yang computer yang computer yang
berhubungan dengan berhubungan berhubungan
masalah adminitrasi dengan masalah dengan masalah
-Tenaga pekarya adminitrasi adminitrasi
-Tenaga kebersihan -Tenaga pekarya -Tenaga pekarya
-Tenaga kebersihan -Tenaga
kebersihan
-Tenaga rekam
medik
Tenaga untuk
kepentingan ilmiah
dan penelitian
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar
kompetensi sebagai berikut:
1. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care
medicine (KIC, Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan
Pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi terkait.
2. Menunjang kualitas pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya
secara efisien.
3. Mendarmabaktikan lebih dari 50% wa ktu profesinya dalam pelayanan ICU
4. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24
jam/hari, 7 hari/seminggu
5. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain:
a. Sampel darah arteri
b. Memasang mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal,
tracheostomy perkutan, dan ventilasi mekanis.
c. Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasive maupun
terapi invasive (misalnya: Continuous Renal Replacement Therapy
(CRRT)) dan peralatan monitoring, termasuk:
1) Kateter arteri
2) Kateter vena perifer
3) Kateter vena sentral (CVP)
4) Kateter arteri pulmonalis
d. Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
e. Melakukan diagnostic non-invasif fungsi kardiovaskuler dengan
echokardiografi
f. Resusitasi jantung paru
g. Pipa thoracostomy
6. Melaksanakan dua peran utama
a. Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan
di ICU, menggabungkan dan melakukan titrasi layanan pada pasien
berpenyakit komplek atau cedera termasuk gagal organ multi-sistem.
Dalam rangka mengelola pasien, dokter intensivis dapat mengelola
sendiri atau berkolaborasi dengan dokter lain.
Seorang dokter intensivis mampu mengelola pasien sakit kritis dalam
kondisi seperti:
1) Hemodinamik tidak stabil
2) Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis
3) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi
intracranial
4) Gangguan atau gagal ginjal akut
5) Gangguan endokrin dan/atau metabolic akut yang mengancam
nyawa
6) Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7) Gangguan koagulasi
8) Infeksi serius yang mengancam nyawa
9) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutisi
b. Manajemen unit
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas
manajemen unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan
ICU yang efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut
meliputi antara lain:
1) Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
2) Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
3) Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang
berkelanjutan termasuk supervise koleksi data
4) Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin
kelancaran pelayanan di ICU
Untuk keperluan ini, dokter intensivis secara fisik harus berada di ICU
atau rumah sakit dan bebas dari tugas-tugas lainnya.
7. Mempertahankan Pendidikan yang berkelanjutan tentan critical care
medicine:
a. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literatur
kedokteran.
b. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan kedokteran
berkelanjutan
c. Menguasai standar-standar untuk unit critical care dan standart of care
di critical care.
8. Ada dan bersedia untuk berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan
kualitas interdisipliner
B. Distribusi Ketenagaan
1. Dokter spesialis anestesiologi
2. Dokter spesialis dapat dihubungi setiap diperlukan
3. Dokter jaga 24 jam bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan hidup
lanjut
4. Perawat
Kebutuhan perawat pada ICU ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur
dan ketersediaan ventilasi mekanik. Perbandingan perawat : pasien yang
menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:1, sedangkan perbandingan
perawat : pasien yang tidak menggunakan ventilasi mekanik adalah 1:2.
Perawat ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat bantuan hidup
dasar, bantuan hidup lanjut dan atau bersertifikat ICU
C. Pengaturan Jaga
Sift pagi jam 07.30-14.30
Sift sore jam 14.30-21.30
Sift malam jam 21.30-07.30
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
1. Lokasi
Lokasi dianjurkan satu komplek dengan kamar bedah dan kamar pulih,
berdekatan atau mempunyai akses yang mudah ke Unit Gawat Darurat,
laboratorium dan radiologi.
2. Desain
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan desain yang baik
dan pengaturan ruang yang adekuat.
Ketentuan bangunan ICU adalah sebagai berikut:
a. Terisolasi
b. Mempuyai standar tertentu terhadap:
1) Bahaya api
2) Ventilasi
3) AC
4) Exhaust fan
5) Pipa air
6) Komunikasi
7) Bakteriologis
8) Kabel monitor
c. Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata
Ruangan ICU dibagi beberapa area yang terdiri dari:
a. Area pasien
1) Unit terbuka 12 – 16 m² / tempat tidur
2) Unit terbuka 16 – 16 m² / tempat tidur
3) Jarak antara tempat tidur : 2 m
4) Unit terbuka mempunyai 1 tempat cuci tangan setiap 2 tempat tidur.
5) Unit tertutup mempunyai 1 tempat cuci tangan 1 tempat tidur
6) Harus ada outlet yang cukup sesuai dengan level ICU. ICU tersier
paling sedikit 3 outlet udra-tekan, dan 3 pompa isap dan minimal 16
stop kontak untuk tiap tempat tidur
7) Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan
lampu TL day light 10watt/m². Jendela dan akses tempat tidur
menjamin kenyamanan pasien dan personil. Desain dari unit juga
memperhatikan privasi pasien
b. Area kerja meliputi
1) Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual
perawat dengan pasien
2) Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi
dan penyimpanan obat dan alat (termasuk lemari pendingin)
3) Ruang yang cukup untuk mesin X-ray mobile dan dilengkapi
dengan viewer
4) Ruang untuk telepon dan sistem komukasi lain, computer dan
koleksi data, juga tempat untuk penyimpanan alat tulis dan terdapat
ruang yang cukup resepsionis dan petugas administrasi.
c. Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan/AC yang dapat mengontrol suhu dan
kelembaban sesuai dengan luas ruangan. Suhu 22 – 25°C
kelembaban 50 – 70%
d. Ruang Isolasi
Dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tempat ganti pakaian
sendiri
e. Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersih
Untuk menyimpan monitor, ventilasi mekanik, pompa infus dan pompa
syringe, peralatan dialysis, alat-alat sekali pakai, cairan, penggantung
infus, troli, penghangat darah, alat hisap, linen dan tempat
penyimpanan barang dan alat bersih
f. Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotor
Ruang untuk membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine,
pengosongan dan pembersihan pispot dan botol urine. Desain
menjamin tidak ada kontaminasi
g. Ruang perawat
Terdapat ruang terpisah yang dapat digunakan oleh perawat yang
bertugas dan pimpinannya
h. Ruang staf dokter
Tempat kegiatan organisasi dan administrasi termasuk kantor kepala
bagian dan staf, dan kepustakaan
i. Ruang tunggu keluarga pasien
j. Laboratorium
Harus dipertimbangkan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan
terpusat
Tabel 2. Disain berdasarkan klasifikasi ICU
DISAIN ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier
Area Pasien: 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan
Unit terbuka 12-16m² tiap 2 tempat tidur tiap 2 tempat tidur tiap 2 tempat tidur
Unit tertutup 16- 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci tangan
20m2 tiap 1 tempat tidur tiap tiap
1 tempat tidur 1 tempat tidur
Outlet oksigen 1 2 3 / tempat tidur
Vakum - 1 3 / tempat tidur
Stop kontak 2 / tempat tidur 2 / tempat tidur 16 / tempat tidur
Area kerja :
lingkungan Air Conditioned Air Conditioned Air Conditioned
Suhu 23-25 C 23-25 C 23-25 C
Humaditas 50 – 70 % 50 – 70 % 50 – 70 %
Ruang isolasi - + +
Ruang penyimpanan - + +
Peralatan dan
barang bersih
Ruang tempat buang - + +
kotoran
Ruang perawat + + +
Ruang staf dokter - + +
Ruang tunggu - + +
keluarga pasien
Laboratorium Terpusat 24 jam 24 jam
B. Standar Peralatan
Peralatana yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu
kelancaran pelayanan. Uraian peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan
ICU dapat dilihat pada
table 3.
Ketentuan umum mengenai peralatan sebagai berikut:
1. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan
fungsi ICU dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan
dengan standar yang berlaku
2. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.
3. Peralatan dasar meliputi:
a. Ventilasi mekanik
b. Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
c. Alat hisap
d. Peralatan akses vaskuler
e. Peralatan monitor invasive dan non-invansif
f. Defibrillator dan alat pacu jantung
g. Alat pengukur suhu pasien
h. Peralatan drain thorax
i. Pompa infus dan pompa syringe
j. Peralatan portable untuk transportasi
k. Tempat tidur khusus
l. Lampu untuk tindakan
m. Continuous Renal Replacement Therapy
4. Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk prosedur
diagnostic dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara klinis
ada indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.
5. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan perawat perlu tersedia
untuk penggunaan ala-alat termasuk Langkah-langkah untuk mengatasi
apabila terjadi malfungsi.
Tabel 3. Peralatan berdasarkan kalsifikasi pelayanan ICU
Peralatan ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier
A. Alur Pelayanan
Pasien yang memerlukan pelayanan ICU dapat berasal dari :
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari HCU
3. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti kamar
bersalin,ruang endoskopi,ruang hemodialisa
4. Pasien dari ruang rawat inap
B. Informed Consent
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang
efektif antara dokter dengan pasien dan bertemunya pikiran tentang apa yang
akan dan apa yang tidak akan dilakukan tehadap pasien. Definisi
operasionalnya adalah suatu pernyataan sepihak dari orang yang
berhak( yaitu pasien,keluarga atau walinya) yang isinya berupa ijin atau
persetujuan kepada dokter untuk melakukan tindakan medik sesudah orang
yang berhak tersebut diberi informasi. Sebelum masuk ke ICU,pasien dan
keluarganya harus mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU, serta
berbagai macam tindakan kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama
pasien dirawat di ICU dan yang penting juga adalah penjelasan tentang
prognosa penyakit yang diderita pasien.Penjelasan tersebut diberikan oleh
Kepala ICU atau dokter jaga yang bertugas. Setelah mendapatkan penjelasan
tersebut, pasien dan atau keluarganya bisa menerima atau tidak
menerima.Pernyataan pasien dan atau keluarganya (baik bisa menerima atau
tidak bisa menerima) harus dinyatakan dalam formulir yang ditandatangani
(informed consent).
C. Aturan Kerjasama Multidisipliner
Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin dari beberapa
disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusina sesuai dengan
bidang keahliannya dan bekerjasama dalam tim yang dipimpin oleh seorang
dokter intensivis/dokter spesialis anestesiologi sebagai Penanggung jawab
ICU.
Tim intensive care tersebut minimal terdiri dari:
1. Intensivis/dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang berkompeten
dalam ilmu kedokteran intensive care dengan level ICU
2. Perawat intensive care
3. Dokter ahli mikrobiologi klinik
4. Ahli farmasi klinik
5. Dietesion, Ahli Nutrisi Klinik/Ahli Gizi Klinik
6. Fisioterapis
7. Tenaga lain sesuai klasifikasi ICU
D. Sistem Rujukan
Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas/wewenang dan tanggung jawab secara timbal balik baik horisontal
maupun vertikal terhadap kasus penyakit atau masalah penyakit atau
permasalahan kesehatan karena adanya keterbatasan dalam memberikan
pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien.
Terdapat 2 jenis rujukan :
1. Rujukan Eksternal:
Rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan:
a. Rujukan Vertikal:
Rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan tingkatan berbeda
b. Rujukan Horisontal:
Rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memiliki
kemampuan lebih tinggi dalam tingkatan yang sama.
2. Rujukan Internal :
Rujukan di dalam fasilitas kesehatan dari tenaga kesehatan ke tenaga
kesehatan. Ruang lingkup rujukan, terdiri dari :
a. Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit
b. Rujukan masalah permasalahan Kesehatan
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
B. Keamanan Pasien
Untuk menjamin keamanan pasien selama menjalani pengobatan di Rumah
Sakit Umum Pusat dr. Sitanala perlu dilengkapi dengan adanya
perlengkapan keamanan bagi pasien, antara lain:
1. Pegangan sepanjang tangga dan dinding
Perlunya pegangan sepanjang tangga dan dinding dimaksudkan agar
pasien, termasuk keluarga dan karyawan dapat berpegangan saat menaiki
atau menuruni tangga, dan bagi pasien yang dalam kondisi lemah, apabila
tidak menggunakan kursi roda, dapat berjalan dengan berpegangan pada
dinding.
2. Toilet dilengkapi pegangan dan bel
Pegangan di toilet pasien untuk membantu pasien yang kondisinya lemah
agar tidak terjatuh saat berada dalam toilet. Bel di toilet ditujukan untuk
memudah-kan pasien meminta pertolongan apabila terjadi sesuatu hal
yang tidak diinginkan saat berada dalam toilet.
3. Pintu dapat dibuka dari luar
Pintu toilet di ruang perawatan hendaknya dapat dibuka dari luar agar
apabila terjadi sesuatu kondisi darurat misalnya pasien terjatuh di depan
pintu, petugas dapat segera memberikan pertolongan tanpa terhalang oleh
tubuh pasien.
4. Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya
Penahan pada tepi tempat tidur pasien dengan jarak terali lebih kecil dari
kepala anak +/- 10 cm, agar pasien tidak mudah terjatuh dari tempat tidur
dan mencegah terjadinya kecelakaan pada anak-anak.
5. Sumber listrik mempunyai penutup/pengaman
Untuk mencegah/mengurangi bahaya yang mungkin timbul dari sumber
listrik terutama diruangan rawat inap.
6. Sumber air panas mempunyai kendali otomatis
Untuk mencegah terjadinya luka bakaroleh air panas, seluruh sumber air
panas perlu memiliki kendali otomatis.
7. Pemasokan oksigen yang cukup pada tempat-tempat penting
Ketersediaan oksigen di semua ruang perawatan, IGD, ICU dan Bedah
harus selalu terjamin. Untuk itu harus dilakukan pengecekan dan
pemeliharaan rutin terhadap perlengkapan ini.
8. Tersedia emergency suction
Disetiap ruang perawatan harus tersedia emergency suction yang selalu
siap pakai dan dapat dipergunakan setiap saat.
9. Kamar dilengkapi dengan bel yang mudah dijangkau dan lampu darurat
Setiap kamar perawatan dilengkapi dengan bel yang letaknya mudah
dijangkau serta lampu darurat yang otomatis menyala ketika dibutuhkan.
10. Penandaan/label pada pasien (gelang)dan penandaan gambar dan warna
pada tempat tidur pasien dengan kondisi tertentu
Pedoman Intensive Care Unit (ICU) disusun dalam rangka memberikan acuan
bagi tenaga kesehatan yang bekerja di unit pelayanan ICU Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Sitanala agar dapat menyelenggarakan pelayanan ICU yang bermutu,
aman, efektif dan efisien dengan mengutamakan keselamatan pasien. Apabila di
kemudian hari diperlukan adanya perubahan, maka Pedoman Pelayanan ICU ini
akan disempurnakan.