Anda di halaman 1dari 7

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

NOMOR : /PT.RSBT/SK-1300/17.UM

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT


RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

MENIMBANG : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit Medika Stannia, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit yang
bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Intensif Care Unit di Rumah
Rumah Sakit Medika Stannia dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah
Sakit Medika Stannia sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit di
Rumah Sakit Medika Stannia;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b ,perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Medika Stannia.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269
/Menkes/Per/III/2008 tentang Intensif Care Unit
3. Keputusan Direktur PT.RSBT Ketua Badan Pengurus
Yayasan Sejahtera Progress Nomor ………. Tahun
2007 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Royal
Progress.
4. Keputusan Ketua Badan Pengurus Yayasan
Sejahtera Progress Nomor 021/YSP/10/ 2007 tentang
Penunjukan Direktur Rumah Sakit Royal Progress.
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

KESATU : Keputusan direktur rumah sakit medika stannia tentang


kebijakan pelayanan intensif care unit rumah sakit medika
stannia;

KEDUA : Kebijakan pelayanan Intensif Care Unit Rumah Sakit Medika


Stannia sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan
ini;

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


Intensif Care Unit Rumah Sakit Medika Stannia
dilaksanakan oleh Manajer Pelayanan Rumah Sakit Medika
Stannia;

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan


apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya

DITETAPKAN DI : SUNGAILIAT
PADA TANGGAL : JULI 2017
DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA
Direktur,

dr. H. Khairul Saleh, Sp. PD

Tembusan :
1. Kabid. Pelayanan Medis
2. Kabid. Keperawatan
3. Komite Medis
4. Arsip
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA
NOMOR : / PT.RSBT/ SK-1300/ 17.UM, TANGGAL : JULI 2017
PERIHAL : KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT


RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

Kebijakan Umum
1. Pelayanan ICU harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
2. Peralatan ICU harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
3. Semua petugas ICU wajib memiliki kompetensi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
4. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur opersinal yang berlaku, etika profesi, etikket, dan menghormati hak
pasien.
5. Pelayanan ICU dilaksanakan dalam 24 jam.
6. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
7. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
8. Setiap bulan wajib membuat laporan.

Kebijakan Khusus
1. Ruang intensif care penerimaan rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai
dengan standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan
perawatan insentif yang lebih tinggi tingkatannya dapat di rujuk ke rumah
sakit lain sesuai dengan kondisi pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran (medis) yang akan dilakukan harus ada informed
consent.
3. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU
atau dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang
diperlukan dan informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.
4. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resuitasi diketahui
tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien, dokter
dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi.
5. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mrngikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life –
supporting.
6. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan –
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan non medis
yang terlatih.
7. Kriteria dokter ICU adalah telah mengikuti pelatihan / pendidikan perawatan
ICU dan telah mendapat sertifikat Intensive care Medicine ( KIC, Konsultan
Intensive Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diikuti oleh
perhimpunan profesi yang terkait.
8. Mampu melakukan prosedur Critical Care biasa, antara lain :
 Mempertahankan jalan nafas termasuk intubasi tracheal dan
ventilasi mekanis.
 Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
 Memasang kateter intravascular dan peralatan monitoring,
termasuk :
- Kateter arteri
- Kateter vena perifer
- Kateter vena central ( CVP )
- Kateter arteri pulmonalis
 Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
 Resuitasi kardiopulmoner
 Pipa thoracostomy
9. Kepala unit intensif sebagai koordinator pengelolaan pasien dengan
wewenang sebagai berikut :
a. Melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan
mempertimbangkan usulan anggota tim.
b. Mampu berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di
ICU, menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit
kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi sistem.
c. Memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan DPJP
pasien sebelumnya.
d. Mampu mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada
pasien sakit kritis seperti :
1) Haemodinamik tidak stabil
2) Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis.
3) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi cranial
4) Gangguan atau gagal ginjal akut
5) Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam nyawa
6) Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat
7) Gangguan koagulasi
8) Infeksi serius
9) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
10. Tata cara dan indikasi masuk / keluar ICU dari dalam rumah sakit dan luar
rumah sakit :
 Tata cara pasien masuk / keluar ICU
Penanggung jawab pasien melakukan register / pendaftaran di
bagian admission.
 Indikasi pasien masuk ICU
Pasien saat kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilasi, infus obat-obat vaso aktif kontinyu
dan lain-lainnya
 Indikasi pasien keluar ICU :
Bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak ada lagi atau
bila terapi intensif telah gagal atau tidak bermanfaat sehingga
prognosis jangka pendek jelek
11. Setiap pengguanaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggung
jawab pasien
12. Seluruh fasililtas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medis
menjadi tanggung jawab Ka Ru termasuk pemeliharaan dan perbaikan
berkoordinasi dengan bagian teknisi.
13. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
14. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan
dari DPJP (Dokter penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain
berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab ICU
15. Setiap permintaan laboratorium dan radiologi dituliskan pada formulir yang
sudah ditentukan lalu di input oleh petugas administrasi untuk selanjutnya di
informasikan pada bagian terkait
16. Prosedur konsul antar spesialis / konsulen :
 Pada dasarnya DPJP pasien yang dirawat di ICU adalah dokter
spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 Bila ada lebih dari satu DPJP, maka DPJP utama adalah dokter
spesialis yang bertugas di ICU
 DPJP pasien yang di rujuk langsung ke ICU oleh dokter jaga IGD ialah
dokter spesialis anestesi yang bertugas di ICU
 Bila dokter spesialis anestesi memerlukan rawat bersama dengan
dokter spesialis lain, maka sebagai DPJP utama adalah dokter spesialis
anestesi yang bertugas di ICU
 Pasien yang dirujuk oleh dokter spesialis untuk di rawat di ICU harus
jelas apakah akan rawat bersama atau di rujuk. Bila rawat bersama,
maka DPJP utamanya ialah dokter spesialis anestesi yang bertugas di
ICU
 DPJ Putama berwenang dalam melaksanakan praktek kedokteran yang
di bantu sepenuhnya oleh seluruh perawat dan staf ICU yang bertugas.
Kewenangan tersebut harus dengan tetap memperhatikan dan
mempertimbangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang
terkait dengan parawatan pasien
 Bila ada keberatan DPJP lain atas pelayanan medis yang diberikan
oleh DPJP utama, maka masukan / keberatan harus dikomunikasikan
langsung ke DPJP utama atau di tulis dalam Intensif Care Unit pasien
 Bila tidak dicapai kesepakatan antara DPJP utama dengan DPJP lain
yang menangani pasien sejak awal perawatan, maka dapat ditetapkan
ulang siapa DPJP utama pasien tersebut. Hal tersebut harus dicatat
dalam Intensif Care Unit
 Bila terjadi masalah dalam penepatan DPJP utama, maka hal tersebut
dilaporkan kepada Manajer Pelayanan sesegera mungkin
 Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, setiap hal yang
terkait dengan mutu pelayanan dan kepentingan pasien akan di ajukan
untuk dilakukan audit medis oleh Sub Komite Audit pasien

DITETAPKAN DI : SUNGAILIAT
PADA TANGGAL : JULI 2017
DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA
Direktur,

dr. H. Khairul Saleh, Sp. PD

Anda mungkin juga menyukai