Anda di halaman 1dari 6

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA


Nomor : Skep-447E/RSBY/XI/2017

Tentang

KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF CARE UNIT (ICU)


RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA,

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Umum Bhakti Yudha, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
Intensif Care Unit yang bermutu tinggi ;
2. Bahwa agar pelayanan Intensif Care Unit di Rumah Sakit Umum
Bhakti Yudha dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Intensif Care Unit di Rumah Sakit
Umum Bhakti Yudha;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud point 1
dan 2, maka perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 29 Tahun 2004,


Tentang Praktik Kedokteran.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 36 Tahun 2009,
Tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009,
Tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
269/Menkes/SK/PER/III/2008, Rekam Medis.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1438/Menkes/Per/IX/2010, Tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 12 tahun
2012 tentang akreditasi Rumah Sakit..

1
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI


YUDHA TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INTENSIF
CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA.

Kedua : Kebijakan pelayanan Intensif Care Unit Rumah Sakit Umum Bhakti
Yudha sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan kebijakan pelayanan


Instensif Care Unit (ICU) RSU. Bhakti Yudha dilaksanakan oleh
Manajer Medis RSU. Bhakti Yudha.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan didalam Surat Keputusan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : D E P O K
Pada tanggal : 25 Nopember 2017
RSU. BHAKTI YUDHA
DIREKTUR,

Drg. SJAHRUL AMRI, MHA

2
Lampiran :
Surat Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha
Nomor : Skep-447E/RSBY/XI/2017
Tanggal : 25 November 2017

KEBIJAKAN PELAYANAN INSTENSIF CARE UNIT


RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA

1. Pelayanan Intensive RSU. Bhakti Yudha adalah pelayanan ICU ( Intensive


Care Unit ).
2. Pelayanan instalasi Intensive Care Unit buka 24 jam.
3. Pasien masuk perawatan ICU berdasarkan instruksi dokter, sesuai kriteria
pasien masuk ICU RSU. Bhakti Yudha.
4. Pelayanan ICU disediakan dan diberikan kepada pasien yang dalam keadaan
sakit berat dan perlu dirawat intensif, memerlukan pantauan ketat dan terus
menerus serta tindakan segera.
5. Pelayanan ICU di RSU. Bhakti Yudha adalah pelayanan yang mampu
memberikan pengelolaan resusitatif segera untuk pasien gawat, dukungan
kardio respirasi jangka pendek dan mempunyai peran penting dalam
pemantauan dan pencegahan penyulit pada pasien yang beresiko, mampu
memberikan ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskuler sederhana.
6. Pelayanan ICU ( Intensive Care Unit ) di RSU. Bhakti Yudha diberikan pada
pasien sesuai indikasi dan berdasarkan skala prioritas.
7. Skala prioritas masuk ICU diatur dalam Pedoman Pelayanan ICU RSU.
Bhakti Yudha.
8. Kepala instalasi pelayanan ICU memutuskan masuk dan keluarnya pasien
ICU berdasarkan kriteria dan berkoordinasi dengan DPJP.
9. Indikasi masuk ICU :
a. Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus
secara terus menerus ( contoh : gagal napas berat, syok septik ).

b. Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif atau non


invasive sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi

3
( contoh : pasca bedah besar dan luas, pasien dengan penyakit jantung,
ginjal atau lainnya ).
c. Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi
komplikasi akut, contoh : pasien dengan tumor ganas mestastasis
dengan komplikasi,sumbatan jalan nafas.
10. Indikasi keluar ICU ditetapkan sesuai kriteria pasien keluar ICU.
 Pasien dengan bermacam – macam diagnosis seperti, PPOM,
jantung terminal, karsinoma yang menyebar.
11. Pasien yang tidak perlu dimasukkan ke ICU :
a. Pasien mati batang otak ( dipastikan secara klinis dan laboratorium )
b. Pasien menolak terapi bantuan hidup.
c. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi
(contoh : karsinoma stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat
dengan keadaan vegetatif ).
12. Kepala ICU adalah seorang dokter spesialis anestesi purnawaktu yang
mendapatkan SK penempatan & penugasan dari Direktur.
13. Fungsi dan kewewenangan Kepala ICU sebagai koordinator pengelolaan
pasien di Ruang ICU
a. Fungsi :
Melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberikan
instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan
usulan anggota tim.
b. Kewenangan / peran:
 Berperan sebagai pimpinan tim dan memberikan pelayanan di ICU,
menggabungkan dan titrasi layanan pada pasien berpenyakit
kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi sistem.

 Memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi dengan dokter


pasien sebelumnya.
 Mengelola pasien dalam kondisi yang biasa terdapat pada pasien
sakit kritis seperti :
1. Hemodinamik tidak stabil
2. Gangguan atau gagal nafas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis.
3. Gangguan neurologis akut mengatasi hipertensi crinical
4. Gangguan atau gagal ginjal akut

4
5. Gangguan endokrin dan / metabolic akut yang mengancam
nyawa
6. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat.
7. Gangguan koagulasi
8. Infeksi serius
9. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
14. Kepala Ruangan Intensive Care adalah seorang perawat yang mempunyai
sertifikat ICU / PPGD/ BCLS / BTLS / Pelatihan sejenis lainnya dan bekerja
purnawaktu, mempunyai SK penempatan & penugasan dari Direktur RSU.
Bhakti Yudha.
15. Perawat ICU terlatih PPGD/ BCLS / BTLS / Pelatihan sejenis lainnya.
16. Seluruh Peralatan Medis di ICU harus selalu dalam kondisi siap dan layak
pakai serta terpelihara dan terkalibrasi secara rutin sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
17. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, dokter jaga ICU
atau dokter spesialis anestesi dapat melakukan tindakan kedokteran yang
diperlukan.

18. Apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi
diketahui tidak menyembuhkan atau tidak memperbaiki kualitas hidup
pasien, dokter dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi
dan keluarga diberikan penjelasan kemudian menandatangani lembar
Informed Consent.
19. Dalam menghadapi tahap terminal, dokter ICU harus mengikuti pedoman
penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatan life– supporting.
20. Tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh tenaga medis tetapi
dengan pertimbangan yang memperhatikan keselamatan pasien tindakan–
tindakan tertentu dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan lainnya
(perawat/bidan) yang terlatih, penata anestesi.
21. Pasien dari Ruang ICU yang sudah memenuhi kriteria keluar ICU, dapat
dipindahkan ke ruang ke ruang perawatan biasa.
22. Setiap penggunaan peralatan medis di ICU diinformasikan kepada
penanggung jawab / keluarga pasien.

5
23. Seluruh fasilitas pelayanan yang ada di ICU baik medis maupun non medis
menjadi tanggung jawab Supervisor Ruangan termasuk pemeliharaan dan
perbaikan berkoordinasi dengan bagian teknisi.
24. Indikasi pemeriksaan laboraturium dan radiologi berdasarkan permintaan
dari DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) atau dokter konsulen lain
berkoordinasi dengan dokter penanggung jawab ICU.

Ditetapkan di : D E P O K
Pada tanggal : 25 Nopember 2017
RSU. BHAKTI YUDHA
DIREKTUR,

Drg. SJAHRUL AMRI, MHA

Anda mungkin juga menyukai