LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR
RS. H. L. MANAMBAI ABDULKADIR
NOMOR ://RSMA/X/2018
TENTANG
PEDOMANPELAYANANICU/ICCU
BABI
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pada tahun 1958, dr. Peter Safar, seorang anesthesiologist, membuka ICU
pertama dengan anggota staf terdiri dari dokter di Baltimore City Hospital Amerika.
Di Indonesia sejarah ICU dimulai tahun 1971 dibeberapa kota besar, yaitu RSCM
(Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) Jakarta oleh Prof. Moch Kelan dan Prof.
Muhardi Muhiman, di RS Dr. Soetomo Surabaya oleh Prof. Karijadi Wirjoatmodjo, di
RS. Hasan sadikin Bandung oleh Prof. Himerndra Wargahadibrata dan dr. Zuhradi,
di RS. Kariadi Semarang oleh Prof. Hadipto, yang selanjutnya menyebar dibanyak
kota dan umum dimototri oleh para dokter anestesi.
Intensive Care Unit (ICU) adalh suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(Instalasi dibawah Kepala Bidang Pelayanan) dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang ditujukkan untuk obsercvasi, perawat dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cidera atau penyulit-penyulilt yang
mengancam nyawa atrau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia (ad
bonam/ ad malam).
ICU RS menyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan
khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilanstaf
medic, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-
keadaantersebut.Pada saat ini ICU RS tidak terbatas menangani pasien-pasien
dewasasaja tetapi juga pasien ICCU dan PICU, pasien pasca bedah atau ventilasi
mekanis namun telah menjadicabang ilmu sendiri yaitu intensive care medicine.
Ruang lingkup pelayanannya meliputidukungan fungsi organ-organ vital seperti
pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat,ginjal dan lain-lainnya, baik pada
pasien dewasa atau pasien anak.Mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus,
dan terbatasnya sarana, sertamahalnya peralatan, maka unit ICU RS perlu
dikonsentrasikan.
B. Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan kritis yang berkualitas, profesional, dan sesuai dengan
standar.
C. Tujuan Khusus
Tersedianya acuan bagi intensive care dalam melaksanakan pelayanan pada
pasien kritis.
D. Ruang Lingkup
Pelaksanaan pelayanan kedokteran intensive care adalah berbasis rumah
sakit, diperuntukkan dan ditentukan oleh kebutuhan pasien yang sakit kritis. Tujuan
dari pelayanan intensive care adalah memberikan pelayanan medic tertitrasi dan
berkelanjutan serta mencegah fragmentasi pengelolaan. Pasien sakit kritis meliputi:
1. Pasien-pasien yang secara fisiologis tidak stabil dan memerlukan dokter,
perawat, profesi lain yang terkait yang terkoordinasi dan berkelanjutan, serta
memerlukan perhatian yang teliti, agar dapat dilakukan pengawasan yang ketat
& terus menerus serta terapi titrasi.
2. Pasien-pasien yang dalam bahaya mengalami dekompensasi fisiologis
sehingga memerlukan pemantauan ketat & terus menerus serta dilakukan
intervensi segera untuk mencegah timbulnya penyulit yang merugikan.
Pasien sakit kritis membutuhkan pemantauan dan tunjangan hidup khusus
yang harus dilakukan oleh suatu tim, termasuk diantaranya dokter yang mempunyai
dasar pengetahuan, keterampilan teknis, komitmen waktu, dan secara fisik selalu
berada ditempat untuk melakukan perawatan titrasi dan berkelanjutan. Perawatan
ini harus berkelanjutan dan bersifat proaktif, yang menjamin pasien dikelola dengan
cara yang aman, manusiawi, dan efektif dengan menggunakan sumber daya yang
ada, sedemikian rupa sehingga memberikan kualitas pelayanan yang tinggi dan
hasil yang optimal.
E. BatasanOperasional
Pelayanan ICU,ICCU, PICU, NICU harus dilakukan oleh intensivist yang terlatih
secaraformal dan mampu memberikan pelayanan tersebut, dan yang terbebas dari
tugas-tugaslain yang membebani, seperti kamar operasi, praktek atau tugas-tugas
kantor.Intensivist yang harus bekerja harus berpartisipasi dalam suatu system yang
menjaminkelangsungan pelayananan intensive care 24 jam, hubungan pelayanan
icu yangterorganisir dengan bagian-bagian pelayanan lain di rumah sakit harus ada
dalamorganisasi rumah sakit.
Biadang kerja pelayanan intensive care meliputi : (1) pengelolaan pasien; (2)
administrasi; (3) pendidikan; (4) penelitian. Kebutuhan dari masing-masing bidang
akanbergantung dari tingkat pelayanan tiap unit.
1. Pengelolaan pasien langsung
Pengelolaan pasien langsung dilakukan secara primer oleh intensivist dengan
melaksanakan pendekatan pengelolaan total pada pasien sakit kritis, menjadi
ketua tim dari berbagai pendapat konsultan atau dokter yang ikut merawat
pasien. Cara kerja demikian mencegah pengelolaan yang terkotak-kotak dan
menghasilkan pendekatan yang terkoordinasi pada pasien serta keluarganya.
2. Administasi unit
Pelayanan ICU,ICCU, PICU, NICU dimaksud untuk memastikan suatu
lingkungan yang menjamin pelayanan yang aman, tepat waktu, dan efektif.
Untuk tercapainya tugas ini diperlukan partisipasi dari intensivist pada aktifitas
manajemen.
Di ICCU RS. H.L. Manambai Abdulkadir, pelayanan ICU diberikan oleh intensivist
yang terlatih secaraformal dan mampu memberikan pelayanan tersebut, namun
juga melakukan tugas-tugas dikamar operasi.
F. LandasanHukum
1. UU nomer 23 tahun 1992, tentang kesehatan.
2. UU nomer 32 tahun1996 tentang tenaga kesehatan.
3. Peraturan menteri kesehatan RI nomer 1575/ menkes/ PER/2005 tentang
struktur organisasi dan tata kerja departemen kesehatan.
4. Keputusan menteri kesehatan RI nomer 1333/ menkes/SK/XII/1999 tentang
penyelenggaraan rumah sakit.
5. Keputusan menteri kesehatan RI nomer 131/ menkes/ SK/II/ 2004 tentang
sistem kesehatan nasional.
6. Keputusan menteri kesehatan RI nomer 1203/ menkes/ SK/XII/2008 tetang
penyelenggaraan pelayanan ICU.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomer 1778 tahun 2010.
BABII
STANDARKETENAGAAN
A. KualifikasiSumberDaya Manusia
Kualifikasi tenaga kesehatan yang bekerja di ICU harus mempunyai
pengetahuan yang memadai, mempunyai keterampilan yang sesuai dan
mempunyai komitmen terhadap waktu.
1. Dokter Intensivis
Seorang dokter intensivis adalah seorang dokter yang memenuhi standar
kompetensi berikut :
a. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis anastesiologi melalui
program pelatihan dan pendidikan yang diakui oleh perhimpunan profesi
yang terkait.
b. Menunjang kualitas pelayanan ICU dan menggunakan sumber daya ICU
secara efesien
c. Mengabdikan diri lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU
d. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan
24jam/hari, 7 hari/minggu
e. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain:
1) Sampel darah arteri
2) Memasang dan mempertahankan jalan napas termasuk intubasi
trakeal, trakeostomi perkutan dan ventilasi mekanis
3) Mengambil kateter intravaskuler untuk monitoring invasive maupun
terapi invasif misalnya; peralatan monitoring, termasuk Kateter vena
central (CVP)
4) Resusitasi jantung paru
5) Pipa torakostomi
f. Melaksanakan dua peran utama :
1) Pengelolaan pasien
Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam memberikan pelayanan
di ICU, menggabungkan dan melakukan titrasi pelayanan pada pasien
penyakit kompleks atau cedera termasuk gagal organ multi-sistem.
Dalam mengelola pasien, dokter intensivis dapat mengelola sendiri atau
berkolaborasi dengan dokter lain. Seorang dokter intensivis mampu
mengelola pasien sakit kritis dalam kondisi seperti:
a) Hemodinamik tidak stabil.
b) Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan
tunjangan ventilasi mekanis.
c) Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi
intractranial.
d) Gangguan atau gagal ginjal akut.
e) Gangguan endokrin dan / atau metabolic akut yang mengancam
nyawa.
f) Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi.
2) Manajemen Unit
Dokter intensivis berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas
manajemen unit yang diperlukan untuk memberi pelayanan ICU yang
efisien, tepat waktu dan konsisten. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi
antara lain :
a) Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien
b) Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit
c) Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang
berkelanjutan termasuk supervisi koleksi data
d) Berinteraksi seperlunya dengan bagian – bagian lain untuk
menjamin kelancaran pelayanan ICU
e) Mempertahankan pendidikan berkelanjutan tentang critical care
medicine :
1) Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca
literature kedokteran
2) Berpartisipasi dalam program-program pendidikan dokter
berkelanjutan
3) Menguasai standar-standar untuk unit critical care. Ada dan
bersedia untuk berpartisipasi pada perbaikan kualitas
interdisipliner.
B.DistribusiKetenagaan
C.PengaturanJaga
PelayananICU/ICCUdilakukanselama24jam yangterbagi dalam3shift,yaitu:
Shiftpagi :Jam07.30-14.00
Shiftsiang :Jam13.30-20.00
Shiftmalam :Jam19.30-08.00
BABIII
STANDARFASILITAS
A. FASILITAS
1. Sarana Fisik
RuangandiInstalasiradiologi terdiri dari :
a. 1 Ruang perawatan terdiri dari 5 bed
b. 2 RuangCardio 3x3 m2
c. 1 RuangIsolasi 3x3 m2
d. 1 RuangAlat
e. 1 Ruang BMHP dan B3
f. 1 Ruang administrasi
g. 1RuangPerawat
h. 1 Pantry
i. 1 Kamar mandi dan WC untuk perawat
j. Ruang Dokter yang dilengkapi denganWC.
k. Ruang keperluan mobile
l. Gudang Belakang
m. Ruang tiang infuse
n. Ruang oksigen dan cuci alat
2. PeralatanMedis
Peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu
kelancaran pelayanan. Uraian peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Berikut ini adalah ketentuan umum mengenai peralatan:
a. Jumlah dan macam peralatan berfariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi
ICU dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar
yang berlaku.
b. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.
c. Peralatan dasar meliputi;
1) Ventilasi mekanik
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan napas.
3) Alat hisap
4) Peralatan akses vaskuler
5) Peralatan monitor invasife dan non invasife
6) Defibrilator dan alat pacu jantung
7) Alat pengatur suhu pasien
8) Peralatan drain thorak
9) Pompa infuse dan pompa syringpump
10)Peralatan portable untuk transportasi
11)Tempat tidur khusus
12)Lampu tindakan
13)Kontinous renal replacecement therapy
d. Peralatan lain (seperti peralatan haemodialisa, dll) untuk prosedur diagnostik
dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada indikasi
dan untuk mendukung fungsi ICU
e. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia
untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi
apabila terjadi malfungsi.
A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Pasien Rawat Inap
Pasien yang rawat inap di ICU/ICCU RS. H.L. Manambai Abdulkadir
merupakan pasien yang masuk melalui IGD, Rawat Inap lain Atau dari Poli.
Pasien dari bangsal/rawat inap/IGD. Poli diantar perawat datang ke Ruang
ICU dengan membawa kelengkapan surat persetujuan masuk ICU, Form KIE
yang menyatakan mengerti dan setuju terkait perawatan, pembiayaan selama
di ICU (Khususnya bagi pasien umum dan asuransi), Hasil pemeriksaan
penunjang (Hasil Lab., Hasil RO, Hasil USG, dll.), terpasang alat penunjang
sesuai Indikasi (Kateter, NGT, Infuse). Semua pasien yang akan masuk
ICU/ICCU sebelumnya sudah dilaporkan ke dokter penanggung jawab ICU atau
Dokter penanggung jawab ICCU.
2. Pasien Dari Luar (Rujukan)
Pasien dari luar akan melakukan konfirmasi ke Hot Line Rumah sakit yang
berada di IGD, untuk menanyakan ketersediaan bed yang kosong di ICU serta
kesediaan dokter penanggung jawab ICU sesuai dengan Indikasi masuk ICU.
Jika ruangan siap dan Dokter penanggung jawab ICU sudah memberikan
konfirmasi siap menerima pasie, pasien kemudian boleh ditranspor ke ICU
melalui IGD.
3. Pasien Pulang Paksa
a. BPJS
Pasien Boleh pulang paksa dengan ketentuan, jika pasien masuk ke fasilitas
kesehatan di RS. H.L. Manamabai Abdulkadir dengan diagnosa yang sama
pada bulan yang sama saat pulang paksa, maka pasien akan diberlakukan
umum atau dengan kata lain, BPJS tidak berlaku.
b. Non.BPJS
1) Pasien Umum, boleh meminta pulang paksa dengan menandatangani
surat keterangan pulang paksa, dimana segala sesuatu yang terjadi (baik
yang mengancam nyawa atau menimbulkan kecacatan) setelah
ditandatanganinya surat permintaan pyulang paska tidak menjadi
tanggung jawab rumah sakit.
2) Pasien asuransi lainnya (BNI Life, Amanwana insurance, dll).
Disesuaikan dengan kebijakan asuransi. Rumah sakit akan
mengkoordinasikan prosedur melalui bagian Asuransi Rumah Sakit.
B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
I. Pemeriksaan Radiolologi konvensional tanpa kontras merupakan pemeriksaan
yang menggunakan sinar X untuk melihat bagian tubuh tanpa menggunakan
media kontras, antara lain:
1. Pemeriksaan Cranium (kepala)
2. Pemeriksaan Sinus Paranasal
3. Pemeriksaan Mandibula
4. Pemeriksaan Mastoid
5. Pemeriksaan Temporo Mandibular Joint
6. Pemeriksaan Os Mandibula
7. Pemeriksaan Columna Vertebrae(Tulang Belakang)
8. PemeriksaanThorax
9. Pemeriksaan Abdomen
10.Pemeriksaan Pelvis
11.Pemeriksaan Extremitas Atas (Humeri, Cubiti, Antebrachi, Wrist, Manus)
12.Pemeriksaan Extremitas Bawah (Femur, Genu, Cruris, Ankle, Pedis)
Idealnya pemeriksaannya dilakukan di ruang ICU. Namun saat ini di ICU/ICCU
belum tersedia X-Ray mobile. Sehingga sangat menyulitkan untuk pasien-pasien
yang tidak transportable, seperti pasien-pasien yang menggunakan Ventilasi
mekanik.
C. PEMERIKSAAN USG & Echo Cardiogram
1. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG di RS H.L. Manambai Abdulkadir dilakukan di Instalasi
Radiologi dengan waktu pelaksanaan pada jam 14.30–17.30 WITA (sampai
pemeriksaan selesai). Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter spesialis radiologi
didampingi petugas radiologi yang bertugas jaga USG, adapun pemeriksaan
USG yang bisa dilakukan adalah USG Abdomen Atas/Bawah dan USG urologi,
dikarenakan probe USG yang tersedia hanya dapat menunjang pemeriksaan
tersebut. Sedangkan USG kandungan dilakukan di poli dan kamar bersalin,
USG kardio dilakukan di poli.
2. Pemeriksaan Echo Cardiogram
D. ASESMEN PASIEN
1. ASESMEN AWAL
Asessmen awal dilakukan dengan menggunakan lembar Observasi khusus
ICU/ICCU yang sudah meliputi pengkajian nyeri, status fungsional, status
alergi.
2. ASESMEN LANJUTAN
dilakukan dilembar CPPT oleh masing-masing PPA.
3. ASESMEN ULANG
Dilakukan minimal 1 kali selama shift oleh perawat. Dan 1 kali sehari oleh
Dokter dilembar observasi pasien.
BAB V
LOGISTIK
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi : assesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. System tersebut
diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
2. Manajemen resiko
Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi dan memprioritaskan resiko untuk mengurangi resiko cedera dan
kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan rumah sakit
sendiri.
Upaya mengurangi resiko tersebut diantaranya adalah dengan :
1) Prosedur identifikasi pasien, komunikasi dan prosedur keselamatan lain
2) Penyediaan pemakaian APD.
3) Pengkajian 6 benar pemberian obat ( Benar nama pasien, benar nama obat,
benar dosis, benar cara pemberian, benar waktu, benar dokumen )
4) Pengkajian resiko jatuh secara berkala.
5) Pelatihan teknik kesalamatan pasien
6) Pelaksanaan tindakan keperawatan maupun medis sesuai SOP untuk
mengurangi resiko kejadian infeksi.
3. Infection Control
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat
di rumah sakit, infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat
di rumah sakit.Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial
serta menekan angka infeksi ke tingkat serendah – rendahnya perlu adanya
upaya pengendalian infeksi nosokomial.Pengendalian infeksi nosokomial bukan
hanya tanggung jawab pmimpinan rumah sakit atau dokter / perawat saja tetapi
tanggung jawab bersama dan melibatkan semua unsure / profesi yang ada di
rumah sakit.
ICU/ICCU menerapkan kebijakan dan prosedur pencegahan dan
pengendalian infeksi sesuai dengan kebijakan rumah sakit, berpedoman pada
SOP dan dengan selalu berkoordinasi dengan Komite pencegahan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit H. L. Manambai Abdulkadir.