PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive care unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah,
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa namun masih
bias diharapkan sembuh. ICU menyediakan kemampuan dan sarana-sarana khusus
untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan
tersebut.
Di Indonesia sejarah ICU dimulai tahun 1971 dibeberapa kota besar, yaitu di
RSCM Jakarta oleh Prof. Moch. Kelan dan Prof. Muhardi, di RS Dr. Soetomo
Surabaya oleh Prof. Karijadi Wirioatmodjo, di RS Dr. Karijadi Semarang oleh Prof.
Haditopo, yang selanjutnya menyebar di banyak kota dan umumnya dimotori oleh
para anesthesiologist.
Pada saat ini ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau
ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care
medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi tunjangan fangsi organ-organ vital
seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, renal dan lain-lainnya.
B. Batasan Operasional
ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf yang
khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa namun masih bias diharapkan
sembuh. ICU menyediakan kemampuan dan sarana-sarana khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf
lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
1. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care medicine (KIC,
Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diakui.
2
2. Menunjang kualitas pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya ICU secara
efisien
3. Mendarma baktikan lebih dan 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU
4. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari,
7 hari/seminggu
5. Mampu melakukan prosedur critical care biasa antara lain :
a. Mempertahankan jalan napas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanis
b. Pungsi arten untuk mengambil sampel arteri
c. Memasang kateter intravaskuler dan peralatan monitoring, termasuk:
1) Kateter arteri
2) Kateter vena perifer
3) Kateter vena sentral
4) Kateter arteri pulmonaris
d. Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
e. Resusitasi kardiopulmoner
f. Pipa thoracostcmy
Catatan : mungkin diharapkan punya kemampuan melakukan bronchoscopy
therapeutik, dialisis peritoneal, continuous arterio-venous hemofiltration, dan
pemasangan alat intra-aortic ballon counterpulsasion.
b. Manajemen unit
Intensivist berpartisipasi akuf dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit
yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan ICU yang efisien, tepat
waktu dan konsisten pada pasien. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara
lain :
4
Catatan: diharapkan partisipasinya sebagai anggota, atau konsultan pada
komite etik rumah sakit
Derajat (level) ICU yang tersedia hendaknya menunjang peranan dari rumah
sakit yang telah digariskan. Peranan ICU berbeda-beda tergantung dari staff, fasilitas
dan pelayanan penunjang begitu juga pada jumlah dan macam dari pasien yang
dirawat. Sebuah ICU hendaknya memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:
a. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruangan
perawatan lain. Saat ini ICU RSUD Siti Aisyah berada berdekatan dengan ruang
perawatan interna (Ruang An Nahl), PONEK, serta rontgen.
5
b. Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
c. Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala.
d. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru
(A,B,C)
e. Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat.
f. Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
Saat ini ICU RSUD Siti Aisyah memiliki 60 % tenaga yang terlatih ICU
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu (Hb, hematokrit,
elektrolit, gula darah dan trombosit), rontgen, kemudahan diagnostik dan
fisioterapi.
2. Pelayanan ICU sekunder
Pelayanan ICU sekunder harus mampu memberikan standard ICU umum yang
tinggi, yang mendukung peran rumah sakit yang lain yang telah digariskan, misalnya
kedokteran umum, bedah, pengelolaan trauma, bedah saraf, bedah vaskuler dan lain-
lainnya. ICU hendaknya mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis lebih lama
melakukan tunjangan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks. Kekhususan yang harus
dimiliki:
a. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruangan perawatan lain.
b. Memiliki kebijaksanaan atau kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
c. Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila diperlukan.
d. Memiliki seorang kepala ICU, seorang dokter konsultan intensive care, atau bila
tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab secara
keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan RJP (A, B, C, D, ).
e. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien : perawat sama
dengan 1:1 untuk pasien dengan ventilator, renal replacement therapy dan 2:1
untuk kasus-kasus iainnya.
f. Memiliki perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi intensif atau minimal
berpengalaman kerja 3 tahun di ICU.
g. Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas
tertentu melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup.
6
h. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan diagnostik dan
fisioterapi selama 24 jam.
i. Memiliki ruangan isolasi atau mampu melakukan prosedur isolasi.
7
D. Landasan Hukum
SK direktur rumah sakit nomor 43 tahun tahun 2006 tentang pembukaan unit
pelayanan intensive care unit Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah.
8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
9
Saat ini perawat ICU RSUD Siti Aisyah 60% telah mendapatkan pelatihan ICU, 26 %
mengikuti pelatihan PPGD, 20 % mengikuti pelatiahan BTACLS.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar fasilitas
Tempat tidur khusus Saat ini fasilitas yang tersedia di Ruang ICU Rumah Sakit
Umum Daerah Siti Aisyah sebagai berikut :
a. Alat pengukur tekanan darah
b. Pulse oxymetri
c. E K G
d. Alat pengukur tekanan vena sentral
e. Alat pengukur suhu
f. Alat penghisap (suction) sentral
g. Alat ventilasi manual dan alat penunjangnya
h. Ventilator
i. Oksigen sentral
j. Lampu untuk melakukan tindakan
k. Defebrilator
l. Peralatan drain toraks
m. Emergency trolley yang berisi alat dan obat untuk keadaan emergency :
Airway, laringoskop, ambu bag, O 2, adrenalin, dll
n. Pompa infus dan pompa syringe
o. Monitor tekanan darah sentral
p. EEG
q. Hemodialisis atau CRRT
B. Pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi peralatan
1. Peralatan
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran, dan fungsi
ICU nya dan sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar
yang berlaku.
b. Terdapat prosedur pengecekan berkala untuk keamanan alat
c. Peralatan dasar meliputi:
- Ventilator
- Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
- Alat hisap
11
- Peralatan monitor invasif dan non invasive
- Defibrilator dan alat pacu jantung
- Alat pengatur suhu pasien
- Peralatan drain thorax
- Pompa infus dan pompa syringe
- Peralatan portable untuk transportasi
- Tempat tidur khusus
- Lampu untuk tindakan
- CRRT
Peralatan lain seperti peralatan hemodialisa untuk prosedur diagnostik
dan atau terapi khusus hendaknya tersedia dan ruangan hemodialisa
letaknya berdekatan dengan ruang ICU
12
g. Elektrokardiograf
Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus.
h. Pulse oximeter
Harus tersedia untuk setiap pasien di ICU
i. Emboli udara
Apabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmapheresis, atau
alat perfusi, harus ada pemantauan untuk emboli udara.
j. Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur
variable fisiologis lain seperti tekanan intra arterial dan tekanan arteri
pulmonalis, curah jantung, tekanan inspirasi dan aliran jalan nafas,
tekanan intrakranial, suhu, transmisi neuromuskular, kadar CO2
ekspirasi.
Pemeliharan alat dilakukan secara berkesinambungan
beekerjasama dengan IPSRS rumah sakit umum daerah Siti Aisyah
dan dilakukan kalibarasi dan juga rencana peremajaan alat minimal
setiap 1 tahun sekali.
13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Merupakan suatu tugas dari dokter yang merawat pasien untuk meminta
dimasukkan ke ICU bila ada indikasi dan segera memindah ke unit yang lebih rendah bila
telah memungkinkan. Adalah tanggung jawab kepala ICU agar pasien sesuai dengan
indikasi masuk ICU. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia,
kepala ICU menentukan pasien yang mana yang akan diberi prioritas. Prosedur untuk
melaksanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU. Harus tersedia
mekanisme untuk mengkaji ulang secara retrospektif kasus-kasus dimana dokter yang
merawat tidak setuju dengan keputusan kepala ICU.
a. Kriteria masuk
1) Pasien-pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif seperti tunjangan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, dan lain-
lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiothoraksik, atau
14
pasien septic shock. Mungkin ada baiknya beberapa institusi membuat kriteria
spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan
darah tertentu. Pasien prioritas 1 umumnya tidak mempunyai batas ditinjau dari
macam terapi yang diterimanya.
2) Pasien-pasien prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Pasien-pasien ini
beresiko memerlukan terapi intensif segera, dan karena itu mendapat manfaat
pemantauan intensif menggunakan metoda-metoda seperti pulmonary arterial
catheter. Contoh dari pasien-pasien iai antara lain pasien dengan penyakit dasar
jantung, paru, atau renal yang mengalami penyakit akut dan berat atau yang telah
mengalami pembedahan major. Pasien prioritas 2 umumnya tidak mempunyai batas
ditinjau dari macam terapi yang diterimanya.
3) Pasien-pasien prioritas 3
Pasien-pasien ini sakit kritis, dan tidak stabil dimana status kesehatannya
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-masing
atau kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan/atau mendapat
manfaat dari terapi di ICU. Contoh-contoh pasien ini antara lain pasien dengan
keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, atau sumbatan
jalan napas; atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai
komplikasi penyakit akut berat. Pasien-pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi
intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai
melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.
4) Pengecualian
Jenis-jenis pasien berikut umumnya tidak sesuai untuk masuk ICU, dan hanya akan
dipertimbangkan pada keadaan-keadaan luar biasa, atas persetujuan kepala ICU. Lagi
pula pasien-pasien tersebut bila perlu harus dikeluarkan dari ICU agar fasilitas yang
terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2, dan 3
15
Pasien yang telah dipastikan mengalami brain death. Pasien-pasien seperti itu
dapat dimasukkan ke ICU bila mereka potensial donor organ, tetapi hanya untuk
tujuan menunjang fungsi-fungsi organ sementara menunggu donasi organ.
Pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif
dan hanya demi, “perawatan yang nyaman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien
dengan perintah “DNR”. Sesungguhnya, pasien-pasien ini mungkin mendapat
manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan
kemungkinan survival-nya.
Pasien dalam keadaan vegetative permanen
Pasien yang secara fisiologis stabil yang secara statistik resikonya rendah untuk
memerlukan terapi ICU. Contoh-contoh pasien kelompok ini antara lain, pasien
pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien diabetic ketoacidosis tanpa komplikasi,
keracunan obat tetapi sadar, concussion, atau payah jantung kongestif ringan.
Pasien-pasien semacam ini lebih disukai dimasukkan ke suatu unit intermediet
untuk terapi definitif dan/atau observasi.
b. Kriteria keluar
1) Pasien-pasien prioritas 1
Hendaknya dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan
kemungkinan kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil. Contoh-
contoh hal terakhir adalah pasien dengan tiga atau lebih gagal sistim organ yang tidak
berespons terhadap pengelolaan agresif.
2) Pasien-pasien prioritas 2
3) Pasien-pasien prioritas 3
Hendaknya dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil. Contoh-contoh dari
hal terakhir antara lain adalah pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis,
16
penyakit jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-
lainnya yang telah tidak berespons terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya, yang
prognosis jangka pendeknya secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi yang
potensial untuk memperbaiki prognosisnya.
ICU
HCU
Rawat jalan
17
2. Perawat ruangan bersangkutan menghubungi perawat ruang ICU untuk
memastikan ketersediaan tempat tidur
3. Setelah ruangan siap pasien dapat dikirim ke ruang ICU
4. Perawat ruang ICU menerima pasien dan menempatkan pada bed yang
telah disiapkan
5. Perawat ICU melakukan operan dengan perawat yang membawa pasien
menyangkut riwayat penyakit pasien, terapi yang didapatkan, dan rencana
pasien selanjutnya
6. Pasien kemudian dicatat pada buku register
7. Perawat ruang ICU kemudian melaporkan kondisi pasien baik secara
langsung ataupun via telephone ke dokter anastesi sebagai DPJP.
D. Monitoring pasien
1. Praktek critical care medicine
18
dengan menggunakan sumber daya yang ada sedemikian rupa sehingga
memberikan kualitas pelayanan yang tinggi dan hasil yang optimal.
4. Administrasi unit
19
kebijakan dan prosedur-prosedur di unit, perencanaan budget dan
pengembangan, aktivitas-aktivitas didalam unit dan membuat hubungan
dengan bagian-bagian lain di rumah sakit, antara lain administrasi, perawatan,
nutrisi, respiratory care dan lain-lainnya.
5. Pendidikan
6. Penelitian
E. Prosedur Medic
ICU Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah dapat melaksanakan prosedur tindakan
medik sebagai berikut :
1. Pemasangan CVP
2. Pemasangan stomach tube
3. Intubasi dan perawatannya
4. Ekstubasi
5. Balance cairan
6. Rehabilitasi Medik
7. Penilaian kematian batang otak
F. Pengunaan Alat Medik
1. Ventilator
20
2. Syringe pump
3. Infusion pump
4. Suction
5. Defibrilator
G. Konsultasi
Konsultasi dilakukan apabila dalam perawatan pasien memerlukan
opini atau intervensi dari bidang keilmuan yang lain diluar intensivist di ruang
ICU, konsultasi dilaksanakan oleh dokter intensivist DPJP ke dokter spesialis
bersangkutan
H. Indikasi Dan Prosedur Pemeriksaan Laboratorium dan Radiologi
Untuk menunjang penegakan diagnosa dan pemantauan secara berkala
kondisi pasien memerlukan data penunjang baik berupa laboratorium dan
rontgen
Untuk pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium diambil
oleh perawat ICU dengan menyertakan form permintaan lab yang
diminta oleh dokter bersangkutan seijin dari dokter intensivist ICU
Untuk pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan di ICU dapat
dikerjakan dengan menggunakan rontgen portable, sedangkan untuk
pemeriksaan rontgen yang lebih canggih seperti CT scan yang tidak
mungkin dikerjakan di ICU pasien akan dikirim ke ruang radiologi
dengan membawa surat permintaan radiologi dari dokter bersangkutan
seijin dari intensivist di ICU
I. Pengiriman Pasien
1. Pengiriman ke rawat inap
Pasien yang telah dengan pemeriksaan medis telah dinyatakan stabil
atau dengan alasan tertentu sudah tidak lagi memerlukan perawatan di
ruang ICU dapat dipindahkan ke ruang perawatan yang lebih rendah, atas
persetujuan intensivist di ICU dan dokter yang lain yang ikut merawat.
Perawat ruang ICU akan berkoordinasi dengan perawat di ruangan yang
akan dituju sesuai dengan jenis kasus terkait dengan pengiriman pasien.
2. Pengiriman ke kamar operasi
21
Apabila pasien di ruang ICU memerlukan tindakan pembedahan,
perawat ruang ICU berkoodinasi dengan perawat kamar operasi tentang
jadwal dan persiapan pra operasi, perawat ICU melakukan persiapan pasien
sebelum dikirim ke kamar operasi, setelah pasien memenuhi persyaratan,
kemudian pasien dikirim ke kamar operasi
3. Pengiriman rujukan
Rujukan akan dilakukan ke rumah sakit yang pelayanan atau tipe nya
lebih tinggi, atas persetujuan dari intensivist dan dokter yang merawat, dan
apabila pasien dari ruang ICU memerlukan terapi segera ke ruang ICU yang
lebih tinggi perlu dilakukan komunikasi terkait ketesediaan tempat sarana
dan pra sarana
4. Pengiriman ke kamar jenazah
Apabila pasien di Ruang ICU meninggal, terlebih dahulu pasien
dilepaskan dari segala alat-alat yang terpasang kemudian dibersihkan, untuk
kemudian berkoordinasi dengan petugas ruang jenazah, selanjutnya petugas
ruang jenazah akan menjeput pasien ke ruang ICU
J. Rekam Medis
Pasien yang dirawat di ruang ICU dicatat di buku register dan
terintegrasi dengan SIM RS
K. Pencacatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan di ruang ICU dilakukan secara
berkesinambungan setiap bulan sekali secara manual dan kedepan telah
terintegrasi dengan SIM RS
L. Evaluasi Hasil Perawatan Pasien (Pelaporan Pada Pedoman Organisasi)
Evaluasi dari hasil perawatan dapat disampaikan pada saat laporan
pagi /morning report, dan apabila sekiranya kasus yang dihadapi memerlukan
pemahaman yang lebih mendalam oleh komite medik akan dipertajam dengan
melakukan audit kasus secara internal
22
BAB V
LOGISTIK
23
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
24
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
25
4. Untuk pencegahan pasien berisiko jatuh dilakukan anamnesa setiap hari,
minggu atau bulan sesuai dengan kondisi pasien, kemudian dilakukan
intervensi sesuia dengan skala resiko jatuh
26
BAB VIII
PENUTUP
Intensive care unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah,
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa namun masih
bisa diharapkan sembuh. ICU menyediakan kemampuan dan sarana-sarana khusus
untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan
tersebut
Untuk itu sangat penting bagi ruang ICU menetapkan klasifikasi ICU, indikasi
pasien yang dirawat dan indikasi pasien keluar ICU. Disamping itu alur pasien atau
sistem rujukan juga harus jelas dan diatur dalam SOP. Faktor lain yang harus
mendukung yaitu pengendalian mutu yang menyangkut Angka ketidak lengkapan
rekam medis, Angka kematian spesifik, Angka infeksi nosokomial (pneumonia,
infeksi saluran kemih, infeksi jarum infus), Indikator klinik dan insiden keselamatan
pasien
27