PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intensive care unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah,
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa namun masih
bias diharapkan sembuh. ICU menyediakan kemampuan dan sarana-sarana khusus
untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan ketrampilan staf medik,
perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan
tersebut.
1
Pada tahun 1958, Dr. Peter Safar, seorang anesthesiologist, membuka ICU yang
pertama dengan anggota staf yang terdiri dari dokter di Baltimore City Hospital
Amerika.
Di Indonesia sejarah ICU dimulai tahun 1971 dibeberapa kota besar, yaitu di
RSCM Jakarta oleh Prof. Moch. Kelan dan Prof. Muhardi, di RS Dr. Soetomo
Surabaya oleh Prof. Karijadi Wirioatmodjo, di RS Dr. Karijadi Semarang oleh Prof.
Haditopo, yang selanjutnya menyebar di banyak kota dan umumnya dimotori oleh
para anesthesiologist.
Pada saat ini ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau
ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care
medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi tunjangan fangsi organ-organ vital
seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, renal dan lain-lainnya.
B. Batasan Operasional
ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf yang
khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa namun masih bias diharapkan
sembuh. ICU menyediakan kemampuan dan sarana-sarana khusus untuk menunjang
fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf
lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
1. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care medicine (KIC,
Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan pendidikan yang diakui.
2
2. Menunjang kualitas pelayanan di ICU dan menggunakan sumber daya ICU secara
efisien
3. Mendarma baktikan lebih dan 50% waktu profesinya dalam pelayanan ICU
4. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24 jam/hari,
7 hari/seminggu
5. Mampu melakukan prosedur critical care biasa antara lain :
a. Mempertahankan jalan napas termasuk intubasi tracheal dan ventilasi mekanis
b. Pungsi arten untuk mengambil sampel arteri
c. Memasang kateter intravaskuler dan peralatan monitoring, termasuk:
1) Kateter arteri
2) Kateter vena perifer
3) Kateter vena sentral
4) Kateter arteri pulmonaris
d. Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer
e. Resusitasi kardiopulmoner
f. Pipa thoracostcmy
Catatan : mungkin diharapkan punya kemampuan melakukan bronchoscopy
therapeutik, dialisis peritoneal, continuous arterio-venous hemofiltration, dan
pemasangan alat intra-aortic ballon counterpulsasion.
b. Manajemen unit
Intensivist berpartisipasi akuf dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit
yang diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan ICU yang efisien, tepat
waktu dan konsisten pada pasien. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi antara
lain :
4
Catatan: diharapkan partisipasinya sebagai anggota, atau konsultan pada
komite etik rumah sakit
Derajat (level) ICU yang tersedia hendaknya menunjang peranan dari rumah
sakit yang telah digariskan. Peranan ICU berbeda-beda tergantung dari staff, fasilitas
dan pelayanan penunjang begitu juga pada jumlah dan macam dari pasien yang
dirawat. Sebuah ICU hendaknya memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:
5
a. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruangan
perawatan lain. Saat ini ICU RSUD Siti Aisyah berada berdekatan dengan ruang
perawatan interna (Ruang An Nahl), PONEK, serta rontgen.
b. Memiliki kebijaksanaan/kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
c. Memiliki seorang dokter spesialis anestesiologi sebagai kepala.
d. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru
(A,B,C)
e. Konsulen yang membantu harus selalu dapat dihubungi dan dipanggil setiap saat.
f. Memiliki jumlah perawat yang cukup dan sebagian besar terlatih.
Saat ini ICU RSUD Siti Aisyah memiliki 60 % tenaga yang terlatih ICU
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu (Hb, hematokrit,
elektrolit, gula darah dan trombosit), rontgen, kemudahan diagnostik dan
fisioterapi.
a. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan
ruangan perawatan lain.
b. Memiliki kebijaksanaan atau kriteria penderita yang masuk, keluar serta rujukan.
c. Memiliki konsultan yang dapat dihubungi dan datang setiap saat bila diperlukan.
d. Memiliki seorang kepala ICU, seorang dokter konsultan intensive care, atau bila
tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab secara
keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan RJP (A, B, C, D, ).
e. Mampu menyediakan tenaga perawat dengan perbandingan pasien : perawat sama
dengan 1:1 untuk pasien dengan ventilator, renal replacement therapy dan 2:1
untuk kasus-kasus iainnya.
6
f. Memiliki perawat bersertifikat terlatih perawatan/terapi intensif atau minimal
berpengalaman kerja 3 tahun di ICU.
g. Mampu memberikan tunjangan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas
tertentu melakukan pemantauan invasif dan usaha-usaha penunjang hidup.
h. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan diagnostik dan
fisioterapi selama 24 jam.
i. Memiliki ruangan isolasi atau mampu melakukan prosedur isolasi.
7
i. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu dalam mendidik tenaga medik dan
paramedik agar dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien.
j. Memiliki prosedur untuk pelaporan resmi dan pengkajian.
k. Memiliki staf tambahan yang lain, misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam
medis, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian.
D. Landasan Hukum
SK direktur rumah sakit nomor 43 tahun tahun 2006 tentang pembukaan unit
pelayanan intensive care unit Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah.
8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi ketenagaan
Ketenagaan terutama perawat di bagi berdasarkan metode tim, dimana
didalam setiap tim terdapat seorang ketua tim yang telah memenuhi persyaratan
minimal yaitu telah bekerja secara terus menerus minimal 3 (tiga) tahun di ruang ICU,
bersertifikat pelatihan ICU, berpendidikan minimal DIII Keperawatan atau S1
Keperawatan.
C. Pengaturan jaga
Standar ideal untuk perbandingan antara perawat dan pasien adalah 1 : 1, saat
ini kapasitas tempat tidur ICU Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah adalah 4
tempat tidur, sedangkan jumlah tenaga perawat yang ada adalah 16 orang, sehingga
dalam setiap jaga/tim beranggotakan 4 orang, hal ini menunjukkan perbandingan yang
ideal, setiap tim terbagi dalam 3 shift yaitu pagi, sore dan malam.
D. Pelatihan
Sebagai pra syarat untuk dapat menjadi perawat ICU antara lain :
a. Pengenalan tanda kegawat-daruratan yang mengancam nyawa
b. Perawatan gawat darurat pendahuluan termasuk RJP dasar
c. Pemasangan intervensi intravaskuler
d. Melakukan pelayanan perawatan intensif sesuai kebutuhan pasien
e. Program pengendalian infeksi
9
f. Program keselamatan dan kesehatan kerja.
g. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman.
h. Pelayanan prima.
Saat ini perawat ICU RSUD Siti Aisyah 60% telah mendapatkan pelatihan ICU, 26 %
mengikuti pelatihan PPGD, 20 % mengikuti pelatiahan BTACLS.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar fasilitas
Tempat tidur khusus Saat ini fasilitas yang tersedia di Ruang ICU Rumah Sakit
Umum Daerah Siti Aisyah sebagai berikut :
a. Alat pengukur tekanan darah
b. Pulse oxymetri
c. E K G
d. Alat pengukur tekanan vena sentral
e. Alat pengukur suhu
f. Alat penghisap (suction) sentral
g. Alat ventilasi manual dan alat penunjangnya
h. Ventilator
i. Oksigen sentral
j. Lampu untuk melakukan tindakan
k. Defebrilator
l. Peralatan drain toraks
m. Emergency trolley yang berisi alat dan obat untuk keadaan emergency :
Airway, laringoskop, ambu bag, O 2, adrenalin, dll
n. Pompa infus dan pompa syringe
o. Monitor tekanan darah sentral
p. EEG
q. Hemodialisis atau CRRT
12
f. Suhu alat pelembab (humidifier)
Ada tanda bahaya bila terjaadi peningkatan suhu udara inspirasi.
g. Elektrokardiograf
Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus.
h. Pulse oximeter
Harus tersedia untuk setiap pasien di ICU
i. Emboli udara
Apabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmapheresis, atau
alat perfusi, harus ada pemantauan untuk emboli udara.
j. Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur
variable fisiologis lain seperti tekanan intra arterial dan tekanan arteri
pulmonalis, curah jantung, tekanan inspirasi dan aliran jalan nafas,
tekanan intrakranial, suhu, transmisi neuromuskular, kadar CO2
ekspirasi.
Pemeliharan alat dilakukan secara berkesinambungan
beekerjasama dengan IPSRS rumah sakit umum daerah Siti Aisyah
dan dilakukan kalibarasi dan juga rencana peremajaan alat minimal
setiap 1 tahun sekali.
13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Merupakan suatu tugas dari dokter yang merawat pasien untuk meminta
dimasukkan ke ICU bila ada indikasi dan segera memindah ke unit yang lebih rendah bila
telah memungkinkan. Adalah tanggung jawab kepala ICU agar pasien sesuai dengan
indikasi masuk ICU. Bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia,
kepala ICU menentukan pasien yang mana yang akan diberi prioritas. Prosedur untuk
melaksanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara rinci untuk tiap ICU. Harus tersedia
mekanisme untuk mengkaji ulang secara retrospektif kasus-kasus dimana dokter yang
merawat tidak setuju dengan keputusan kepala ICU.
a. Kriteria masuk
1) Pasien-pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi
intensif seperti tunjangan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinyu, dan lain-
14
lainnya. Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah kardiothoraksik, atau
pasien septic shock. Mungkin ada baiknya beberapa institusi membuat kriteria
spesifik untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia, hipotensi dibawah tekanan
darah tertentu. Pasien prioritas 1 umumnya tidak mempunyai batas ditinjau dari
macam terapi yang diterimanya.
2) Pasien-pasien prioritas 2
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih dari ICU. Pasien-pasien ini
beresiko memerlukan terapi intensif segera, dan karena itu mendapat manfaat
pemantauan intensif menggunakan metoda-metoda seperti pulmonary arterial
catheter. Contoh dari pasien-pasien iai antara lain pasien dengan penyakit dasar
jantung, paru, atau renal yang mengalami penyakit akut dan berat atau yang telah
mengalami pembedahan major. Pasien prioritas 2 umumnya tidak mempunyai batas
ditinjau dari macam terapi yang diterimanya.
3) Pasien-pasien prioritas 3
Pasien-pasien ini sakit kritis, dan tidak stabil dimana status kesehatannya
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya, baik masing-masing
atau kombinasinya, sangat mengurangi kemungkinan kesembuhan dan/atau mendapat
manfaat dari terapi di ICU. Contoh-contoh pasien ini antara lain pasien dengan
keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, atau sumbatan
jalan napas; atau pasien menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai
komplikasi penyakit akut berat. Pasien-pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi
intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai
melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.
4) Pengecualian
Jenis-jenis pasien berikut umumnya tidak sesuai untuk masuk ICU, dan hanya akan
dipertimbangkan pada keadaan-keadaan luar biasa, atas persetujuan kepala ICU. Lagi
pula pasien-pasien tersebut bila perlu harus dikeluarkan dari ICU agar fasilitas yang
terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2, dan 3
15
Pasien yang telah dipastikan mengalami brain death. Pasien-pasien seperti itu
dapat dimasukkan ke ICU bila mereka potensial donor organ, tetapi hanya untuk
tujuan menunjang fungsi-fungsi organ sementara menunggu donasi organ.
Pasien-pasien yang kompeten tetapi menolak terapi tunjangan hidup yang agresif
dan hanya demi, “perawatan yang nyaman” saja. Ini tidak menyingkirkan pasien
dengan perintah “DNR”. Sesungguhnya, pasien-pasien ini mungkin mendapat
manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan
kemungkinan survival-nya.
Pasien dalam keadaan vegetative permanen
Pasien yang secara fisiologis stabil yang secara statistik resikonya rendah untuk
memerlukan terapi ICU. Contoh-contoh pasien kelompok ini antara lain, pasien
pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien diabetic ketoacidosis tanpa komplikasi,
keracunan obat tetapi sadar, concussion, atau payah jantung kongestif ringan.
Pasien-pasien semacam ini lebih disukai dimasukkan ke suatu unit intermediet
untuk terapi definitif dan/atau observasi.
b. Kriteria keluar
1) Pasien-pasien prioritas 1
Hendaknya dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi, atau bila terapi telah gagal dan prognosis jangka pendek jelek dengan
kemungkinan kesembuhan atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil. Contoh-
contoh hal terakhir adalah pasien dengan tiga atau lebih gagal sistim organ yang tidak
berespons terhadap pengelolaan agresif.
2) Pasien-pasien prioritas 2
3) Pasien-pasien prioritas 3
Hendaknya dikeluarkan dari ICU bila kebutuhan untuk terapi intensif telah tidak
ada lagi, tetapi mereka mungkin dikeluarkan lebih dini bila kemungkinan
kesembuhannya atau manfaat dari terapi intensif kontinyu kecil. Contoh-contoh dari
16
hal terakhir antara lain adalah pasien dengan penyakit lanjut (penyakit paru kronis,
penyakit jantung atau liver terminal, karsinoma yang telah menyebar luas, dan lain-
lainnya yang telah tidak berespons terhadap terapi ICU untuk penyakit akutnya, yang
prognosis jangka pendeknya secara statistik rendah, dan yang tidak ada terapi yang
potensial untuk memperbaiki prognosisnya.
ICU
HCU
Rawat jalan
D. Monitoring pasien
1. Praktek critical care medicine
4. Administrasi unit
19
kebijakan dan prosedur-prosedur di unit, perencanaan budget dan
pengembangan, aktivitas-aktivitas didalam unit dan membuat hubungan
dengan bagian-bagian lain di rumah sakit, antara lain administrasi, perawatan,
nutrisi, respiratory care dan lain-lainnya.
5. Pendidikan
6. Penelitian
E. Prosedur Medic
ICU Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah dapat melaksanakan prosedur tindakan
medik sebagai berikut :
1. Pemasangan CVP
2. Pemasangan stomach tube
3. Intubasi dan perawatannya
4. Ekstubasi
5. Balance cairan
6. Rehabilitasi Medik
7. Penilaian kematian batang otak
20
F. Pengunaan Alat Medik
1. Ventilator
2. Syringe pump
3. Infusion pump
4. Suction
5. Defibrilator
G. Konsultasi
Konsultasi dilakukan apabila dalam perawatan pasien memerlukan
opini atau intervensi dari bidang keilmuan yang lain diluar intensivist di ruang
ICU, konsultasi dilaksanakan oleh dokter intensivist DPJP ke dokter spesialis
bersangkutan.
21
I. Pengiriman Pasien
1. Pengiriman ke rawat inap
Pasien yang telah dengan pemeriksaan medis telah dinyatakan stabil
atau dengan alasan tertentu sudah tidak lagi memerlukan perawatan di
ruang ICU dapat dipindahkan ke ruang perawatan yang lebih rendah, atas
persetujuan intensivist di ICU dan dokter yang lain yang ikut merawat.
Perawat ruang ICU akan berkoordinasi dengan perawat di ruangan yang
akan dituju sesuai dengan jenis kasus terkait dengan pengiriman pasien.
2. Pengiriman ke kamar operasi
Apabila pasien di ruang ICU memerlukan tindakan pembedahan,
perawat ruang ICU berkoodinasi dengan perawat kamar operasi tentang
jadwal dan persiapan pra operasi, perawat ICU melakukan persiapan pasien
sebelum dikirim ke kamar operasi, setelah pasien memenuhi persyaratan,
kemudian pasien dikirim ke kamar operasi
3. Pengiriman rujukan
Rujukan akan dilakukan ke rumah sakit yang pelayanan atau tipe nya
lebih tinggi, atas persetujuan dari intensivist dan dokter yang merawat, dan
apabila pasien dari ruang ICU memerlukan terapi segera ke ruang ICU yang
lebih tinggi perlu dilakukan komunikasi terkait ketesediaan tempat sarana
dan pra sarana
4. Pengiriman ke kamar jenazah
Apabila pasien di Ruang ICU meninggal, terlebih dahulu pasien
dilepaskan dari segala alat-alat yang terpasang kemudian dibersihkan, untuk
kemudian berkoordinasi dengan petugas ruang jenazah, selanjutnya petugas
ruang jenazah akan menjeput pasien ke ruang ICU.
J. Rekam Medis
Pasien yang dirawat di ruang ICU dicatat di buku register dan
terintegrasi dengan SIM RS.
22
K. Pencacatan dan pelaporan kegiatan pelayanan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan di ruang ICU dilakukan secara
berkesinambungan setiap bulan sekali secara manual dan kedepan telah
terintegrasi dengan SIM RS
23
BAB V
LOGISTIK
24
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
25
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
26
4. Untuk pencegahan pasien berisiko jatuh dilakukan anamnesa setiap hari, minggu
atau bulan sesuai dengan kondisi pasien, kemudian dilakukan intervensi sesuia
dengan skala resiko jatuh
27
BAB VIII
PENUTUP
Intensive care unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan
staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan
dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa namun masih bisa diharapkan sembuh. ICU
menyediakan kemampuan dan sarana-sarana khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital
dengan menggunakan ketrampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman
dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
Untuk itu sangat penting bagi ruang ICU menetapkan klasifikasi ICU, indikasi pasien
yang dirawat dan indikasi pasien keluar ICU. Disamping itu alur pasien atau sistem rujukan
juga harus jelas dan diatur dalam SOP. Faktor lain yang harus mendukung yaitu
pengendalian mutu yang menyangkut Angka ketidak lengkapan rekam medis, Angka
kematian spesifik, Angka infeksi nosokomial (pneumonia, infeksi saluran kemih, infeksi
jarum infus), Indikator klinik dan insiden keselamatan pasien
LUBUKLINGGAU, 2016
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SITI AISYAH
28
PEDOMAN ICU
29
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SITI AISYAH
KOTA LUBUKLINGGAU
Jln. Lapter Silampari Kel. Air Kuti Kec. Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau
30
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
31
K. Pencacatan dan pelaporan kegiatan pelayanan ................................................ 23
L. Evaluasi Hasil Perawatan Pasien (Pelaporan Pada Pedoman Organisasi) ....... 23
BAB V LOGISITIK
32
PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU
Jln. Lapter Silampari Kel. Air Kuti Kec. Lubuklinggau Timur I Kota Lubuklinggau
KEPUTUSAN DIREKTUR
Tentang
PANDUAN ICU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit maka
diperlukan penyelenggaraan pelayanan dengan berfokus pada pasien ;
33
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota Lubuklinggau tentang
penundaan pelayanan Di Rumah sakit Umum Daerah Siti Aisyah;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 /Menkes /Per/ VIII/ 2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
6. Peraturan.........
34
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Menetapkan tatalaksana di ruang ICU ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang
mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa namun masih bisa diharapkan
sembuh harus diidentifkasi dan mendapatkan perawatan dengan benar saat
masuk ICU.
KEDUA : Memberlakukan Panduan ICU di Rumah Sakit Umum Daerah Siti Aisyah Kota
Lubuklinggau untuk dapat dipergunakan oleh semua petugas terkait dalam upaya
untuk meningkatkan mutu pelayanan.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan akan diadakan perbaikan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.
Ditetapkan di : Lubuklinggau
Kota Lubuklinggau,
35