Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

Oleh :

Desi Rofiqo Khoirotun Nisa

2130282063

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

A. Pengertian ICU
Intensive Care Unit (ICU) adalah bagian mandiri (instalasi dibawah
direktur pelayanan), dengan staf dan perlengkapan yang khusus ditujukan
untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit, cedera yang mengancam nyawa atau potensial mengancam
nyawa dengan prognosis dubia (tidak tentu) yang diharapkan masih
reversible (Kep.Menkes RI).
An intensive Care Unit (ICU) is a specially staffed and aquipped
hospital ward dedicated to management of patients wit lefe-threatening
illnesses, injuries or complication” ( Teoh, Intensive care Manual, 1997).

B. Sejarah dan Filosofi ICU


1. Tahun 1860,
Florence Nightingale mengusulkan anestesi sampai ke masa pasca
bedah.
2. Tahun 1942,
Mayo Clinic membuat suatu ruangan khusus yang disebut Unit
Pulih Sadar dimana pasien-pasien pasca bedah dikumpulkan dan
diawasi sampai sadar dan stabil fungsi- fungsi vitalnya, serta
bebas dari pengaruh sisa obat anestesi.
3. Tahun 1950, Evolusi ICU
Wabah Poliomyelitis di Scandinavia, Bjørn Ibsen, melakukan
intubasi dan bantuan napas.
4. Tahun 1952
Engstrom membuat ventilasi mekanik bertekanan positif yang
ternyata sangat efektif untuk memberi pernapasan jangka panjang.

Sejak saat itulah ICU dengan perawatan pernapasan mulai terbentuk dan
berkembang pada dukungan fungsi organ yang lainya.
C. Klasifikasi Pelayanan ICU
Dalam menyelenggarakan pelayanan, pelayanan ICU di rumah
sakit dibagi dalam 3 (tiga) klasifikasi pelayanan yaitu::

1. Pelayanan ICU primer


2. Pelayanan ICU sekunder
3. Pelayanan ICU tersier.

D. Syarat Ruangan ICU


Jumlah Bed ICU di Rumah Sakit idealnya adalah 1-4 % dari
kapasitas bed Rumah Sakit. Jumlah ini tergantung pada peran dan tipe
ICU. Lokasi ICU sebaiknya di wilayah penanggulangan gawat darurat
(Critical Care Area), jadi ICU harus berdekatan dengan Unit Gawat
Darurat, kamar bedah, dan akses ke laboratorium dan radiologi.
Transportasi dari semua aspek tersebut harus lancar, baik untuk alat
maupun untuk tempat tidur.
Syarat Ruangan ICU yaitu diantaranya:
1. Ruangan
Setiap pasien membutuhkan wilayah tempat tidur seluas 18,5 m2.
untuk kamar isolasi perlu ruangan yang lebih luas. Perbandingan
ruang terbuka dengan kamar isolasi tergantung pada jenis rumah
sakit.
2. Fasilitas Bed
Untuk ICU level III, setiap bed dilengkapi dengan 3 colokan
oksigen, 2 udara tekan, 4 penghisap dan 16 sumber listrik dengan
lampu penerangan. Peralatan tersebut dapat menempel di dinding
atau menggantung di plafon.
3. Monitor dan Emergency Troli
Monitor dan emergency troli harus mendapat tempat yang cukup. Di
pusat siaga, sebaiknya ditempatkan sentral monitor, obat-obatan
yang diperlukan, catatan medik, telepon dan komputer.
4. Tempat Cuci Tangan
Tempat cuci tangan harus cukup memudahkan dokter dan perawat
untuk mencapainya setiap sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
pasien (bla memungkinkan 1 tempat tidur mempunyai 1 wastafel)
5. Gudang dan Tempat Penunjang
Gudang meliputi 25 – 30 % dari luas ruangan pasien dan pusat siaga
petugas. Barang bersih dan kotor harus terpisah.

E. Sarana dan Prasarana


1. Sarana
Agar pengelolaan pasien bisa berhasil diperlukan sarana yang
memadai. Sarana peralatan dan kemampuan yang seyogyanya
dimiliki oleh ICU antara lain :
a. Mampu resusitasi jantung paru otak.
b. Mampu mengelola jalan nafas & ventilasi
c. Sarana terapi oksigen
d. Pacu jantung temporer
e. Monitor yang kontinyu
f. Laboratorium yang cepat & komprehensif
g. Pelayanan nutrisi
h. Intervensi dengan pompa infus
i. Alat portabel untuk transportasi
2. Prasarana
Untuk mencapai sistem pelayanan yang demikian maka SDM
yang berkecimpung dalam pelayanan di ICU perlu mendapat
pendidikan khusus (tambahan), karena mengelola pasien sakit kritis
di ICU tidak sama dengan mengelola pasien sakit tidak kritis di
bangsal perawatan biasa. Disamping alasan tersebut diatas,
pendidikan tambahan diperlukan agar “bahasa” yang digunakan
dalam mengelola pasien di ICU (yang secara tim) sama dan tujuan
yang sama pula.
F. Tenaga Pengelola ICU
Ketenagaan di ICU terdiri dari:
1. Kepala ICU
2. Tim medis
3. Perawat

4. Tenaga non kesehatan

G. Fungsi ICU
Semua jenis ICU tersebut mempunyai tujuan yang sama, yaitu
mengelola pasien yang sakit kritis sampai yang terancam jiwanya. ICU di
Indonesia umumnya berbentuk ICU umum, dengan pemisahan untuk CCU
(Jantung), Unit dialisis dan neonatal ICU. Alasan utama untuk hal ini
adalah segi ekonomis dan operasional dengan menghindari duplikasi
peralatan dan pelayanan dibandingkan pemisahan antara ICU Medik dan
Bedah. Dari segi fungsinya, ICU dapat dibagi menjadi :
1. ICU Medik
2. ICU trauma/bedah
3. ICU umum
4. ICU pediatrik
5. ICU neonatus
6. ICU respiratorik

H. Klasifikasi Tenaga ICU

ICU PRIMER ICU SEKUNDER ICU TERSIER


• Dokter spesialis • Dokter intesivis atau • Dokter intesivis kepala
anestesiologi sebagai spesialis anestesiologi ICU.
kepala ICU. sebagai kepala ICU. • Perbandingan Pasien
• Ada dokter jaga 24jam • Perbandingan Pasien perawat 1:1 untuk
dengan kemampuan perawat 1:1 untuk pasien ventilator dan
RJP pasien ventilator dan 2:1 untuk kasus-
• Konsulen yang dapat 2:1 untuk kasus-kasus kasus lainnya.
dihubungi dan lainnya. • Memiliki lebih dari 75%
dipanggil setiap saat. • Memiliki lebih dari 50% perawat bersertifikat
• Memiliki jumlah perawat bersertifikat terlatih ICU atau
perawat yang cukup terlatih ICU atau minimal minimal berpengalaman
dan sebagian besar berpengalaman kerja 3 kerja 3 (tiga) tahun di
terlatih (tiga) tahun di ICU ICU
(BLS/BTCLS/PPGD) • Seperti persyaratan ICU • Mampu melakukan
• Memiliki kriteria pasien PRIMER pemantauan invasif.
masuk, keluar & • Ada konsultan intensiv • Memiliki prosedur
rujukan. care pelaporan dan
• Mampu dengan cepat • Mampu merawat dengan pengkajian.
melayani pemeriksaan alat bantu nafas (ABN) • Memiliki staf tambahan
laboratrium tertentu • Memiliki ruang isolasi lain (tenaga
(Hb, Ht, elektrolit, gula dan mampu melakukan administratif untuk
darah & trombosit), prosedur isolasi kepentingan ilmiah /
sinar-X, fisioterapi. • Laboratorium dan penelitian
penunjang bekerja 24 jam

I. Prosedur Pelayanan ICU


Ruang lingkup pelayanan yg diberikan di ICU :
1. Diagnosis dan penantalaksanaan spesifik
2. Memberikan bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh
3. Pemantauan fungsi vital tubuh
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan bantuan emosional

J. Kemampuan Minimal Pelayanan ICU


1. Resusitasi jantung paru
2. Pengelolaan jalan napas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaaan
ventilator
3. Terapi oksigen
4. Pemantauan EKG terus menerus
5. Pemasangan alat pacu jantung dalam keadaan gawat
6. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral
7. Pemeriksaaan laboratorium khusus dengan cepat dan menyeluruh
8. Pemakaian Srynge/infuse pump untuk terapi secara titrasi
9. Kemampuan melakukan tekhnik khusus sesuai dengan keadaan pasien
10. Memberikan bantuan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama
transportasi pasien gawat
K. Indikasi Pasien ICU
Prosedur medis menentukan criteria masuk dan keluar ICU
seharusnya disusun bersama antar disiplin terkait oleh semacam tim
tersendiri dari dokter, perawat dan tenaga administrasi rumah sakit.
Persyaratan masuk dan keluar ICU hendaknya juga didasarkan
pada manfaat terapi di ICU dan harapan kesembuhannya.

L. Klasifikasi Pasien yang Membutuhkan Perawatan Intensif


Departemen Kesehatan Inggris (2000) dalam Comprehensive Critical Care
yang dikutip oleh

Jevon & Ewens (2009) mengklasifikasikan pasien tersebut antara lain:

Tingkat Nol Tingkat Pertama Tingkat Kedua Tingkat Ketiga

Kebutuhan Pasien beresiko Pasien yang Pasien dengan


pasien memburuk membutuhkan kegagalan multi
dapat kondisinya atau monitoring dan organ dengan
terpenuhi yang baru intervensi yang lebih bantuan kompleks
dengan dipindahkan dari kompleks seperti termasuk bantuan
perawatan tingkat perawatan halnya pasien pernapasan
dalam level diatasnya dengan kegagalan
ruang yang salah satu sistem
perawatan kebutuhannya organ atau lebih atau
normal di dapat dipenuhi di pascaoperasi.
Rumah ruang perawatan
Sakit yang akut dengan
menangani bantuan perawat
kondisi kritis
akut

Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Indonesia


Nomor: HK.02.04/I/1966/11
1. Golongan Pasien prioritas satu
Golongan ini merupakan pasien kritis yang tidak stabil memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi (shok septik)
2. Golongan Pasien prioritas dua
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan peralatan canggih di
ICU, sebab sangat beresiko jika tidak mendapatkan terapi intensif
segera. (penyakit jantung, paru ginjal akut)
3. Golongan Pasien prioritas tiga
Pasien golongan ini adalah pasien kritis yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, Kemungkinan sembuhnya kecil (keganasasan
metastatik dengan komplikasi)

M. Pasien yang Tidak Perlu Masuk ICU


1. Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium)
kecuali keberadaannya diperlukan sebagai donor organ
2. Pasien menolak terapi bantuan hidup
3. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi
(contoh: karsinoma stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat
dengan keadaan vegetatif).

N. Indikasi Keluar ICU


1. Keadaan membaik atau terapi telah gagal dan prognosis dalam waktu
dekat akan memburuk serta manfaaat terapi intensif sangat kecil
(persetujuan dokter yang mengirim)
2. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan
tindakan atau terapi intensif lebih lama
3. Terapi tidak memberikan manfaat & tidak perlu diteruskan lagi pada :

• Pasien usia lanjut dengan gagal ≥3 organ yg tidak merespon


thd terapi intensif selama 72 jam

• Pasien mati otak atau koma (bukan karena trauma) yang


menimbulkan keadaan

• vegetatif dan sangat kecil kemungkinan untuk pulih

• Pasien dengan komplikasi seperti PPOM, jantung terminal,


karsinoma yang menyebar (Atas persetujuan dokter yang
mengirim)
DAFTAR PUSTAKA

Ernesater, A. et all (2009). Telenurses Experience of Working with Computerized


Decision Support : Supporting, Inhibiting, and Quality Improving. Journal of
Advance Nursing, 65, 1074-1083.
Feied, C.F. et all (2004). Impact of Informatic and New Technologies on
emergency Care Environment. Topics in Emergency Medicine, 26, 119-127.
Goran, S.F. (2010). A Second Set Of Eyes : An Introduction to Tele-ICU. Critical
Care Nurse, 30, 46-55.
Jones, C.R. et all (2008). Networking Learning a Relational Approach Weak and
Strong Ties. Journal of Computer Assisted Learning, 24, 90-102

Anda mungkin juga menyukai