Anda di halaman 1dari 17

BAB I

STANDAR KETENAGAAN

A. INTENSIVIST
Seorang intensivist ICU RSISA adalah seorang dokter yang memenuhi standar
kompetensi sebagai berikut :
1. Terdidik dan bersertifikat sebagai seorang spesialis intensive care medicine
(KIC, Konsultan Intensive Care) melalui program pelatihan dan pendidikan
yang diakui oleh perhimpunan profesi yang terkait.
2. Menunjang kualitas pelayanan di icu dan menggunakan sumber daya icu
secara efisien
3. Mendarma baktikan lebih dari 50% waktu profesinya dalam pelayanan icu.
4. Bersedia berpartisipasi dalam suatu unit yang memberikan pelayanan 24
jam/hari, 7 hari/minggu.
5. Mampu melakukan prosedur critical care, antara lain :
a. Mempertahankan jalan napas termasuk intubasi tracheal, tracheostomy
perkutan, dan ventilasi mekanis.
b. Fungsi arteri untuk mengambil sampel arteri.
c. Memasang kateter intravaskuler untuk monitoring invasive maupun terapi
invasive (misalnya ; Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT)) dan
peralatan
monitoring, termasuk
 Kateter arteri
 Kateter vena perifer
 Kateter vena sentral (CVP)
 Kateter arteri pulmonalis
d. Pemasangan kabel pacu jantung transvenous temporer.
e. Melakukan diagnostic non-invasif fungsi kardiovaskuler dengan
echokardiografi.
f. Resusitasi kardiopulmoner.
MELAKSANAKAN DUA PERAN UTAMA :
1. Pengelolaan pasien Mampu berperan sebagai pemimpin tim dalam
memberikan pelayanan di ICU, menggabungkan dan melakukan titrasi
layanan pada pasien berpenyakit kompleks atau cidera termasuk gagal organ
multi-sistem, intensivist memberi pelayanan sendiri atau dapat berkolaborasi
dengan dokter pasien sebelumnya. Mampu mengelola pasien dalam kondisi
yang biasa terdapat pada pasien sakit kritis seperti :
a. Hemodinamik tidak stabil
b. Gangguan atau gagal napas, dengan atau tanpa memerlukan tunjangan
ventilator mekanis.
c. Gangguan neurologis akut termasuk mengatasi hipertensi intracranial.
d. Gangguan atau gagal ginjal akut.
e. Gangguan endokrin dan / atau metabolic akut yang mengancam nyawa.
f. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat.
g. Gangguan koagulasi.
h. Infeksi serius.
i. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi
2. .Manajemen unit
Intensivist berpartisipasi aktif dalam aktivitas-aktivitas manajemen unit yang
diperlukan untuk memberi pelayanan-pelayanan ICU DAN PERINATOLOGI
yang efisien, tepat waktu dan konsisten pada pasien. Aktivitas-aktivitas
tersebut meliputi antara lain :
a. Triage, alokasi tempat tidur dan rencana pengeluaran pasien.
b. Supervisi terhadap pelaksanaan kebijakan-kebijakan unit.
c. Partisipasi pada kegiatan-kegiatan perbaikan kualitas yang
berkelanjutan termasuk supervise koleksi data.
d. Berinteraksi seperlunya dengan bagian-bagian lain untuk menjamin
kelanjutan jalannya ICU DAN PERINATOLOGI. Untuk keperluan ini,
intensivist harus berada di ICU DAN PERINATOLOGI atau rumah sakit
dan bebas dari tugas-tugas lainnya.
MEMPERTAHANKAN PENDIDIKAN YANG BERKELANJUTAN DI CRITICAL
CARE MEDICINE :
1. Selalu mengikuti perkembangan mutakhir dengan membaca literature
kedokteran.
2. Berpartisipasi dalam program-program pendidikan kedokteran berke-lanjutan
3. Menguasai standar-standar untuk unit critical care dan standard of care di
critical care.
B. TIM MEDIS DAN PERAWAT
1. Konsultan memiliki spesialis yang dapat menanggulangi setiap saat bila
diperlukan
2. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan ALS/ACL
3. Memiliki perawat yang terlatih atau berpengalaman kerja di ICU dan
PERINATOLOGI dengan ratio perawat : pasien adalah 1 : 2 pada setiap
dibutuhkan
4. Kepala perawat ICU DAN PERINATOLOGI setara S1 dan harus memiliki
kemampuan managerial dan memiliki sertifikat perawat ICU

C. TENAGA NON MEDIS


1. Tenaga administrasi di ICU DAN PERINATOLOGI harus memiliki
kemampuan mengoperasikan computer yang berhubungan dengan masalah
administrasi
2. Tenaga Pekarya
3. Tenaga Kebersihan
D. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Ka. Instalasi ICU : 1 orang
2. Dokter konsultan Intensive care : 1 orang
3. Penanggung Jawab Tim : 3 orang
4. Perawat Pelaksana : 4 orang
BAB II
STANDART FASILITA

A. SARAN
1) Lokasi ICU RS Hapsah dekat dengan kamar bedah dan kamar pulih,
berdekatan atau mempunyai akses yang mudah ke Unit Gawat Darurat.
Tetapi ruang Perinatologi terletak di lantai
2) Disain ICU DAN PERINATOLOGI RS Hapsah telah didesain dengan baik dan
pengaturan yang adekuat. Bangunan ICU
a. Terisolasi
b. Mempunyai standar tertentu terhadap :
 Bahaya api
 Ventilasi
 AC
 Pipa air
 Komunikasi
 Bakteriologis
 Kabel monitor O2 sentral
c. Lantai mudah dibersihkan, keras dan rata
1) Area pasien
- unit terbuka 12 – 16 m2 / tempat tidur
- unit tertutup 16 – 20 m2 / tempat tidur
- jarak antara tempat tidur : 1 m
- unit terbuka memiliki 1 tempat cuci tangan Harus ada sejumlah
Pencahayaan cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu
TLdaylight 10 watt/m2. Jendela dan akses tempat tidur menjamin
kenyamananpasien dan personil. Desain dari unit juga memperhatikan
privasi pasien.
2) Area kerja meliputi
- Ruang yang cukup untuk staf dan dapat menjaga kontak visual perawat
dengan pasien.
- Ruang yang cukup untuk memonitor pasien, peralatan resusitasi dan
penyimpanan obat dan alat (termasuk lemari pendingin).
- Ruang yang cukup untuk mesin X-ray mobile dan mempunyai negative
skop.
- Ruang untuk telpon dan system komunikasi lain, koleksi data, juga tempat
untuk penyimpanan alat tulis dan terdapat ruang yang cukup resepsionis
dan petugas administrasi
3) Lingkungan
Mempunyai pendingin ruangan / AC yang dapat mengontrol suhu dan
kelembaban sesuai dengan luas ruangan. Suhu 22o – 25o kelembaban
50% – 70%.
4) Ruang isolasi tidak ada ruang isolasi di icu.
5) Ruang penyimpanan peralatan dan barang bersihUntuk menyimpan
monitor, ventilator, pompa infuse dan syringe, peralatan dialysis, alat-alat
sekali pakai, cairan, penggantung infuse, troli, penghangat darah, alat
hisap, linen, dan tempat penyimpanan barang dan alat bersih.
6) Ruang tempat pembuangan alat / bahan kotorRuang untuk
membersihkan alat-alat, pemeriksaan urine, pengosongan dan
pembersihan pispot dan botol urine. Telah disediakan ruangan khusus
yang terpisah dengan ruang perawatan.
7) Ruang perawat
terletak satu ruangan denga pasien
8) Ruang staf dan dokter
tidak ad ruang khusus
9) Ruang tunggu keluarga pasien
Telah tersedia di samping ICU rumah sakit dilengkapi dengan penyekat
untuk memindahkan.
10)Laboratorium
Harus dipertimbangkan pada unit yang tidak mengandalkan pelayanan
terpusat.
Peralatan
Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat
Peralatan yang dimiliki ICU RS Hapsah adalah
- Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas
- Defibrillator dan alat pacu jantung sejumlah 1 unit
- Alat pengatur suhu pasien
- Pompa infuse dan pompa syringe
- Peralatan portable untuk transportasi (x- ray)
- Tempat tidur khusus dengan / tanpa remote control
- Lampu untuk tindakan
Standart peralatan di PICU PERINATOLOGI
a. Kid resusitasi
b. Meja resusitasi
c. Pompa asi
d. Oximetri
e. Neonatal monitoring
f. Radian warmer
g. Incobator
h. Syring pump
i. Infus pump
j. Set vena sectie, LP
k. Sumber oksigen ( o2 nasal, head box, CPAP, ventilator)
l. Rontgen portabel
m. Pelayanan alat BGA
BAB II
KRITERIA PASIEN MASUK DAN KELUAR
RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

A. PENGERTIAN

Ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu unit yang merupakan bagian dari
unit pelayanan di RS Hapsah Ruang lingkup pelayannya meliputi hal-hal sebagai
berikut:
1. Diagnosis penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit
sampai beberapa hari;
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan
penatalaksanaan spesifik problema dasar;
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik;
4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat
tergantung pada alat/mesin dan orang lain.

B. PEMBERIAN INFORMASI KEPADA PASIEN / KELUARGA

Sebelum pasien dimasukan ke ICU, pasien dan/atau keluargannya harus


mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan
mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di ICU, serta tindakan
kedokteran yang mungkin akan dilakukan selama pasien dirawat di ICU.
Penjelasan tersebut diberikan oleh DPJP atai asisten DPJP yang bertugas. Atas
penjelasan tersebut pasien dan/atau keluarganya dapat menerima atau menolak
untuk dirawat di ICU. Persetujuan atau penolakan dinyatakan dengan
menandatangani formulir informed consent.

C. KRITERIA PASIEN MASUK BERDASARKAN DIAGNOSIS


1. Sistem Cardiovaskuler
a. Infark Miokard Akut dengan komplikasi
b. Syok Kardiogenik
c. Aritmia kompleks yang membutuhkan monitoring ketat dan intervensi
d. Gagal jantung kongestif dengan gagal napas dan/atau membutuhkan
support hemodinamik
e. Hipertensi emergensi
f. Angina tidak stabil, terutama dengan disritmia, hemodinamik tidak stabil,
atau nyeri dada menetap
g. S/P cardiac arrest
h. Tamponade jantung atau konstriksi dengan hemodinamik tidak stabil
i. Diseksi aneurisma aorta
j. Blokade jantung komplit
2. Sistem Pernapasan
a. Emboli paru dengan hemodinamik tidak stabil
b. Pasien dalam perawatan Intermediate Care Unit yang mengalami
perburukan fungsi pernapasan
c. Membutuhkan perawat/ perawatan pernapasan yang tidak tersedia di unit
perawatan yang lebih rendah tingkatnya misalnya Intermediate Care Unit
d. Hemoptisis masif
e. Gagal napas dengan ancaman intubasi
3. Penyakit Neurologis
a. Stroke akut dengan penurunan kesadaran
b. Koma : metabolik, toksik, atau anoksia
c. Perdarahan intracranial dengan potensi herniasi
d. Perdarahan subarachnoid akut
e. Meningitis dengan penurunan kesadaran atau gangguan pernapasan
f. Penyakit sistem saraf pusat atau neuromuskuler dengan penurunan
fungsi neurologis atau pernapasan (misalnya: Myastenia Gravis,
Syndroma Guillaine-Barre)
g. Status epilektikus
h. Mati batang otak atau berpotensi mati batang otak yang direncanakan
untuk dirawat secara agresif untuk keperluan donor organ
i. Vasospasme
j. Cedera Kepala Berat
4. Overdosis obat atau keracunan obat
a. Keracunan obat dengan hemodinamik tidak stabil
b. Keracunan obat dengan penurunan kesadaran signifikan dengan
ketidakmampuan proteksi jalan napas
c. Kejang setelah keracunan obat
5. Penyakit Gastrointestinal
a. Perdarahan gastrointestinal yang mengancam nyawa termasuk hipotensi,
angina, perdarahan yang masih berlangsung, atau dengan penyakit
komorbid
b. Gagal hati fulminan
c. Pankreatitis berat
d. Perforasi esphagus dengan atau tanpa mediastinitis
6. Endokrin
a. Ketoasidosis diabetikum dengan komplikasi hemodinamik tidak stabil,
penurunan kesadaran, pernapasan tidak adekuat atau asidosis berat
b. Badai tiroid atau koma miksedema dengan hemodinamik tidak stabil
c. Kondisi hiperosmolar dengan koma dan/atau hemodinamik tidak stabil
d. Penyakit endokrin lain seperti krisis adrenal dengan hemodinamik tidak
stabil
e. Hiperkalesemia berat dengan penurunan kesadaran, membutuhkan
monitoring hemodinamik
f. Hipo atau hipernatremia dengan kejang, penurunan kesadaran
g. Hipo atau hipermagnesemia dengan hemodinamik terganggu atau
disritmia
h. Hipo atau hiperkalemia dengan disritmia atau kelemahan otot
i. Hipofosfatemia dengan kelemahan otot
7. Bedah
a. Pasien pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik/
bantuan ventilator atau perawatan yang ekstensif
8. Lain-lain
a. Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil
b. Monitoring ketat hemodinamik
c. Trauma faktor lingkungan (petir, tenggelam, hipo / hipertermia)
d. Terapi baru / dalam percobaan dengan potensi terjadi komplikasi
e. Kondisi klinis lain yang memerlukan perawatan setingkat ICU

D. KRITERIA PASIEN MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF


1. Tanda vital
a. Nadi < 40 atau > 150 kali/menit
b. Tekanan darah sistolik arteri < 80 mmHg atau 20 mmHg dibawah tekanan
darah pasien sehari-hari
c. Mean arterial preassure< 60 mmHg
d. Tekanan darah diastolik ateri > 120 mmHg
e. Frekuensi napas >35 kali/menit
2. Nilai Laboratorium
a. Natrium serum < 110 mEq/L atau > 170 mEq/L
b. Kalium serum < 2.0 mEq/L atau > 7.0 mEq/L
c. PaO2 < 50 mmHg
d. pH < 7.1 atau 7.7
e. Glukosa serum > 800 mg/dl
f. Kalsium serum > 15 mg/dl
g. Kadar toksik obat atau bahan kimia lain dengan gangguan hemodinamik
dan neurologis
3. Radiografi/Ultrasonografi/Tomografi
a. Perdarahan vaskuler otak, konfusio atau perdarahan subarachnoid
dengan penurunan kesadaran atau tanda defisit neurologis fokal
b. Ruptur organ dalam, kandung kemih, hepar, varises esophagus atau
uterus dengan hemodinamik tidak stabil
c. Diseksi aneurisma aorta
4. Elektrokadiogram
a. Infark miokard dengan aritmia kompleks, hemodinamik tidak stabil atau
gagal jantung kongestif
b. Ventrikel takikardi menetap atau fibrilasi
c. Blokade jantung komplit dengan hemodinamik tidak stabil
5. Pemeriksaan Fisik (onset akut)
a. Pupil anisokor pada pasien tidak sadar
b. Luka bakar >10 % BSA
c. Anuria
d. Obstruksi jalan napas
e. Koma
f. Kejang berlanjut
g. Sianosis
h. Tamponade jantung
(Sumber: Guidline for ICU admission, Discharge and Triage. Society Of
Critical Care Medicine, 1999)

E. KRITERIA PRIORITAS PASIEN MASUK


Jika pasien yang memenuhi kriteria masuk jumlahnya cukup banyak sedangkan
kapasitas ruang ICU terbatas, maka harus ditentukan prioritas pasien masuk
berdasrakan beratnya penyakit dan prognosis. Penilaian objektif hendaknya
digunakan untuk menentukan prioritas masuk ICU. Pasien yang memerlukan
terapi intensif (prioritas 1) didahulukan dibandingkan dengan pasien yang
memerlukan pemantauan intensif (prioritas 3).
Kriteria pasien masuk ruang ICU adalah sebagai berikut:
1. Pasien Prioritas 1 (satu)
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif dan tertitsasi,
seperti: dukunganbantuan ventilasi dan alat bantu kontinyu, obat anti aritmia
kontinyu pengobatan kontinyu tertitrasi, misalnya pasca bedah kardiotorasik,
pasien sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang
mengancam nyawa.
Terapi pada pasien prioritas 1 (satu) umumnya tidak mempunyai batas
2. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan yang canggih di Icu, sebab
sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh
pasien seperti ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung-
paru, gagal ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan
major. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi
mediknya senantiasa berubah.
3. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidakstabil stabil status
kesehatan sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit akutnya,
secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat
terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain
pasien dengan keganasan metastatik disertai penyakit infeksi, pericardial
tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit
paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada
pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja, dan
usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi
jantung paru.
4. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala Instalasi
Ruang Intensif, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa
dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien –pasien golongan demikian
sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasilitas ICU yang
terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3 (satu, dua,
tiga). Pasien yang tergolong demikian antara lain:
1.) Pasien yang membutuhkan kriteria masuk tapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak
menyingkirkan psien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”.
Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan
canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan
survivalnya.
2.) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3.) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien
seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hnya
untuk kepentingan donor organ.

F. KRITERIA PASIEN KELUAR


Pasien yang sudah stabil dan tidak membutuhkan pemantauan yang ketat dapat
dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh DPJP ruang ICU
dan tim yang merawat pasien.
1. Kriteria Umum
a. Bila kondisi psikologis pasien stabil dan kebutuhan monitor dan
perawatan ICU sudah tidak diperlukan lagi
b. Bila kondisi fisiologis pasien memburuk dan tidak ada lagi rencana
intervensi aktif, layak untuk keluar dari ICU dan mendapatkan tingkat
perawatan lebih rendah.
2. Tanda vital
a. Nadi > 60 atau < 100 kali/menit
b. Mean arterial pressure > 65 mmHg
c. Tekanan darah diastolik < 110 mmHg
d. Frekuensi napas 8-30 kali/menit
e. Diuresis > 0,5 ml/kgBB/jam
f. Spo2 > 93 % dengan nasal canul
g. Pasien sadar / tidak sadar sudah terpasang Tracheostomi tube
3. Nilai Laboratorium
a. Natrium serum 125-150 mEq/L
b. Kalium Serum 3-5,5 mEq/L
c. Paow > 60 mmHg
d. pH 7,3-7,5
e. Glukosa serum 80-180 mg/dl
f. Kalsium serum 2,5- mmol/L
g. Laktat plasma perbaikan (kurang dari 2)
BAB IV
KRITERIA MASUK DAN KELUAR
RUANG NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (PERINATOLOGI)

A. PENGERTIAN

Neonatal Intensive Care Unit (PERINATOLOGI) adalah fasilitas atau unit yang
terpisah, yang dirancang untuk penangan pasien neonatus yang mengalami
gangguan medis, bedah dan trauma, atau kondisi yang mengancam nyawa
lainnya, yang memerlukan perawatan intensif, observasi yang bersifat
komprehensif dan perawatan khusus.
Pasien neonatus adalah pasien yang berumur 0-28 hari

B. KRITERIA MASUK BERDASAKAN DIAGNOSIS


1. Sistem Kardiovaskuler
a. Syok kardiogenik
b. Gagal jantung dengan gagal napas dan/atau membutuhkan bantuan
hemodinamik
2. Sistem Pernapasan
a. Gagal napas dan/atau gangguan napas berat yang membutuhkan
bantuan ventilator
b. Bayi dalam perawatan level 2 (bayi resiko tinggi) yang mengalami
perburukan fungsi pernapasan
c. Membutuhkan perawatan pernapasan yang tidak tersedia di unit
perawatan yang lebih rendah (level 1 dan level 2)
3. Sistem Neurologis
a. Koma: metabolik, toksik atau anoksia
b. Perdarahan intrakranial
c. Kejang refrakter
d. Kern ikterus
4. Bedah
a. Bayi pasca operasi yang membutuhkan monitoring hemodinamik/
bantuan ventilator atau perawatan pasca operasi ekstensif
5. Lain-lain
a. Syok sepsis dengan hemodinamik tidak stabil
b. Kondisi klinis yang memerlukan perawatan setingkat PERINATOLOGI

C. KRITERIA MASUK BERDASARKAN PARAMETER OBJEKTIF


1. Tanda vital
a. Nadi < 80 atau > 180 kali/menit
b. Tekanan darah sitolik arteri < 50 mmHg atau 20 mmHg dibawah tekanan
darah normal bayi menurut masa gestasi
c. Frekuensi napas < 30 atau > 90 kali/menit
2. Nilai laboratorium
a. PaO2 < 50 mmHg
b. pH < 7,2 atau > 7,6
3. Pemeriksaan radiografi
a. Perdarahan intrakranial dengan penurunan kesadaran atau tanda defisit
neurologis
b. Hernia diafragma

D. KRITERIA KELUAR
1. Kriteria Umum
a. Bila kondisi bayi stabil dan kebutuhan akan monitor serta perawatan
PERINATOLOGI sudah tidak diperlukan lagi
b. Bila kondisi fisiologis bayi memburuk dan tidak ada lagi rencana
intervensi aktif
2. Tanda Vital
a. Nadi > 80 atau < 180 kali/menit
b. Frekuensi napas 40-60 kali/menit
c. Diuresis > 0,5 mL/kgBB/jam
d. SpO2 > 93 % dengan nasal kanul
3. Nilai Laboratorium
a. PaO2 >60 mmHg
b. pH 7,3 – 7,5
BAB VII
PENUTUP

Panduan ini merupakan acuan dalam penyelenggaraan pelayanan ruang rawat


intensif di RS Hapsah Dengan adanya panduan ini diharapkan penggunaan
ruang rawat intensif di RS Hapsah dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
- tekanan sirkuit pernafasan harus terpantau terus-menerus dan dapat
mendeteksi tekanan yang berlebihan.
- Suhu alat pelembab (humidifier) Ada tanda bahaya bila terjadi
peningkatan suhu udara inspirasi
- Elektrokardiograf
Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus.
- Pulse oximeterHarus tersedia untuk setiap pasien di ICU.
- Emboli udara
- Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur variable
fisio lain seperti tekanan intra arterial dan tekanan arteri pulmonalis, curah
jantung, tekanan inspirasi dan aliran jalan nafas, tekanan intracranial,
suhu, transmisi neuromuscular, kadar CO2 ekspirasi.
PANDUAN
ICU DAN PERINATOLOGI

RUMAH SAKIT HAPSAH


JL. URIP SUMOHARJO NO. 10
2016

Anda mungkin juga menyukai