Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA

RUANG ICU (INTENSIVE CARE UNIT)

OLEH :

NAMA : IKA FRANSISKA NATALIA

NIM : P1908093

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA

2020
Laporan Pendahuluan Ruang ICU (Intensive Care Unit)

1. Pengertian
ICU (Internsive Care Unit) merupakan suatu tempat atau unit tersendiri di dalam
Rumah Sakit yg mempunyai staf khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi
pasien gawat lantaran penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain.
Perawatan intensif yaitu pelayanan keperawatan yg disaat ini amat sangat perlu untuk
di kembangkan di Indonesia yg bertujuan memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit
berat yg potensial reversibel, memberikan asuhan kepada pasien yg memerlukan observasi
ketat dengan atau tanpa pengobatan yg tidak bisa diberikan diruang perawatan umum
memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ
umumnya paru, mengurangi kesakitan & kematian yg dapat dihindari pada pasien-pasien
dengan penyakit kritis.

2. Staf Khusus
Adalah dokter & perawat yg terlatih, berpengalaman dalam Intensive Care
(Perawatan & terapi Intensif) & yg bisa memberikan pelayanan 24 jam.

3. Peralatan Khusus ICU


Adalah alat–alat pemantauan, alat untuk menopang fungsi vital, alat untuk prosedur
diagnostic & alat Emergency yang lain. Alat-alat yang biasa digunakan di ruang ICU yaitu
ventilator, defibrillator, tabung oksigen, regulator oksigen, kateter, monitor, nebulizer,
suction, NGT, EKG, tensimeter electric & manual, Infus pump, Syring pump,O2.

1. Tujuan Pengelolaan di ICU


a. Melakukan tindakan buat mencegah terjadinya kematian atau cacat
b. Mencegah terjadinya penyulit
c. Menerima rujukan dari level yg lebih rendah dan melakukan rujukan ke level yg lebih
tinggi

2. Macam – macam ICU


Menurut fungsi ICU dibagi menjadi beberapa unsur yakni :
a. ICU Khusus
Dimana dirawat pasien payah & akut dari satu jenis penyakit
Contoh :
1) ICCU (Intensive Coronary Care Unit)
Adalah ruangan pasien yang dirawat dengan gangguan pembuluh darah Coroner.
2) Respiratory Unit
Pasien dirawat yg mengalami gangguan pernafasan
3) Renal Unit
Ruangan dimana digunakan pada pasien yang dirawat dengan masalah gagal ginjal.
b. ICU Umum
Ruangan yang digunakan untuk merawat pasien yang sakit payah akut di semua bagian
RS menurut usia ICU anak dan neonatus dipisahkan dengan ICU dewasa.

3. Klasifikasi Pelayanan ICU


a. ICU Primer
1) Mampu memberikan pengelolaan resusitasi segera, tunjangan,kardio respirasi
jangka pendek
2) Memantau & mencegah penyulit pasien & bedah yg berisiko
3) Ventilasi mekanik & pemantauan kardiovaskuler sederhana selama beberapa jam
4) Ruangan dekat dengan kamar bedah
5) Kebijakan / criteria pasien masuk, keluar & rujukan
6) Kepala : dokter spesialis anestesi
7) Dokter jaga 24 jam, mampu RJP
8) Konsultan mampu dihubungi & dipanggil setiap saat
9) Jumlah perawat cukup & sebagian besar terlatih
10) Pemeriksaan Laborat : Hb, Hct, Elektrolit,GD, Trombosit
11) Kemudahan Rontgen & Fisioterapi

b. ICU Sekunder
1) Memberikan pelayanan ICU umum yg bisa mendukung kedokteran umum, bedah,
trauma, bedah syaraf, vaskuler dan sebagainya.
2) Tunjangan ventilasi mekanik lebih lama.
3) Ruangan khusus dekat kamar bedah
4) Kebijakan & kriteria pasien masuk, keluar & rujukan
5) Kepala intensivis, apabila tidak ada SpAn.
6) Dokter jaga 24 jam mampu RJP ( A,B,C,D,E,F )
7) Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator,RT & 2 : 1 untuk
pasien lainnya.
8) 50% perawat bersertifikat ICU & pengalaman kerja minimal 3 tahun di ICU
9) Dapat melakukan pemantauan invasife
10) Lab, Ro, fisioterapi selama 24 jam
c. ICU Tersier
1) Memberikan pelayanan ICU tertinggi termasuk juga dukungan hidup multi system
( ventilasi mekanik , kardiovaskuler, renal ) dalam jangka waktu tidak terbatas
2) Area kusus
3) Kebijakan/ indikasi masuk, ke luar & rujukan
4) Kepala : intensivis
5) Dokter jaga 24 jam, dapat RJP (A,B,C D,E,F )
6) Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator, RT & 2 : 1 untuk
pasien lainnya.
7) 75% perawat bersertifikat ICU atau minimal pengalaman kerja di ICU 3 tahun
8) Dapat melakukan pemantauan / terapi non invasive maupun invasive.
9) Laborat, Ro, Fisioterapi selama 24 jam
10) Memiliki pendidikan medik & perawat
11) Mempunyai prosedur pelaporan resmi & pengkajian mempunyai staf administrasi,
rekam medik & tenaga lain.

4. Syarat – syarat Ruang ICU


a. Letaknya di sentral RS & dekat dengan kamar bedah serta kamar pulih sadar ( Recovery
Room)
b. Suhu ruangan diusahakan 22-25 C, nyaman , energi tidak banyak ke luar.
c. Tempat tertutup dan tidak terkontaminasi dari luar
d. Merupakan ruangan aseptic dan ruangan antiseptic dengan dibatasi kaca- kaca.
e. Kapasitas lokasi tidur di lengkapi alat-alat khusus
f. Ruang tidur mesti yg beroda & akan diubah dengan segala posisi.
g. Petugas ataupun pengunjung memakai pakaian khusus apabila memasuki lokasi isolasi.
h. Tempat dokter dan perawat mesti sedemikian rupa sehingga mudah untuk mengobservasi
pasien

5. Ketenagaan
a. Tenaga medis
b. Tenaga perawat yg terlatih
c. Tenaga Laboratorium
d. Tenaga non perawat : pembantu perawat , cleaning servis
e. Teknisi
6. Sarana dan Prasarana yg mesti ada di ICU
a. Lokasi : satu komplek dengan kamar bedah dan Recovery Room
b. RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan buat R.ICU antara 1-2 % dari
jumlah pasien secara keseluruhan.
c. Bangunan : terisolasi di lengkapi dengan : pasienmonitor, sarana komunikasi, ventilator,
AC, pipaair, exhousefan buat mengeluarkan udara, lantai mudah dibersihkan, keras &
rata, tempat cuci tangan yg dapat di buka dengan siku & tangan, v pengering setelah cuci
tangan
d. R.Dokter dan R. Perawat
e. R.Tempat buang kotoran
f. R. tempat penyimpanan barang dan obat
g. R. tunggu keluarga pasien
h. R. pencucian alat Dapur
i. Pengering setelah cuci tangan R.Dokter dan R. Perawat
j. R.Tempat buang kotoran
k. R. tempat penyimpanan barang dan obat
l. Sumber air Sumber listrik cadangan/ generator, emergency lamp Sumber O2 sentral
Suction sentral Almari alat tenun dan obat, instrument & sarana KesehatanAlmari
pendingin (lemari es)Laborat kecil
m. Fasilitas alat penunjang : Ventilator, Nabulaizer, Jacksion Reese, Monitor ECG,
tensimeter mobile, Resusitato, Defibrilator, Termometer electric & manual,Infus pump,
Syring pump,O2 transport, CVP, Standart infuse, Trolly Emergency,Papan
resusitasi,Matras anti decubitus, ICU kid, Alat SPO2, Suction continous pump dll.

7. Indikasi Masuk ICU


a. Prioritas 1
Penyakit atau gangguan akut pada organ vital yg memerlukan terapi intensif & agresif.
1) Gangguan atau gagal nafas akut
2) Gangguan atau gagal sirkulasi
3) Gangguan atau gagal susunan syaraf
4) Gangguan atau gagal ginjal

b. Prioritas 2
Pementauan atau observasi intensif secara ekslusif atas keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital
Misal :
1) Observasi intensif pasca bedah operasi : post    trepanasi, post open heart, post
laparatomy dengan komplikasi,dll.
2) Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil
3) Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung.

c. Prioritas 3   
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil untuk
penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini mugkin memerlukan terapi intensif
untuk mengatasi penyakit akutnya, tetapi tidak dilakukan tindakan invasife Intubasi atau
Resusitasi Kardio Pulmoner
NB : Px. prioritas 1 harus didahulukan dari pada prioritas 2 dan 3

8. Indikasi Keluar ICU


a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil.
b. Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien.
c. Dan pada saat itu pasien tidak menggunakan ventilator.Pasien mengalami mati batang
otak.
d. Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir)
e. Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pl.paksa)
f. Pasien/keluarga memerlukan terapi yang lebih gawat mau masuk ICU dan tempat penuh.

9. Prioritas pasien keluar dari ICU


a. Prioritas I dipindah apabila pasien tidak membutuhkan perawatan intensif lagi, terapi
mengalami kegagalan, prognosa jangka pendek buruk sedikit kemungkinan bila
perawatan intensif dilanjutkan misalnya : pasien yang mengalami tiga atau lebih gagal
sistem organ yang tidak berespon terhadap pengelolaan agresif.
b. Prioritas II pasien dipindah apabila hasil pemantuan intensif menunjukkan bahwa
perawatanintensif tidak dibuthkan dan pemantauan intensif selanjutnya tidak diperlukan
lagi
c. Prioritas III tidak ada lagi kebutuhan untuk terapi intensive jika diketahui kemungkinan
untuk pulih kembali sangat kecil dan keuntungan terapi hanya sedikit manfaatnya misal :
pasien dengan penyakit lanjut penyakit paru kronis, liver terminal, metastase carsinoma

10. Tugas Perawat ICU


a. Identifikasi masalah
b. Observasi 24 jam
1) Kardio vaskuler : peredaran darah, nadi, EKG, perfusi periver, CVP
2) Respirasi : menghitung pernafasan , setting ventilator, menginterprestasikan hasil
BGA, keluhan dan pemeriksaan fisik dan foto thorax.
3) Ginjal : jumlah urine tiap jam, jumlah urine selama 24 jam
4) Pencernaan : pemeriksaan fisik, cairan lambung, intake oral, muntah , diare
5) Tanda infeksi : peningkatan suhu tubuh/penurunan (hipotermi), pemeriksaan
kultuur, berapa lama antibiotic diberikan
6) Mencatat hasil lab yang abnormal.
7) Posisi ETT dikontrol setiap saat dan pengawasan secara kontinyu seluruh proses
perawatan
8) Menghitung intake / output (balance cairan)

11. Selain hal itu peran perawat juga :


a. Caring Role
b. Therapeutic Role

12. Dalam penanganan pasien gawat diperlukan 3 kesiapan :


a. Siap Mental
b. Siap pengetahuan dan ketrampilan
c. Siap alat dan obat
13. Urutan prioritas penanganan kegawatan didasarkan pada 6B yaitu :
a. B-1 Breath  – Sistem pernafasan
b. B-2 Bleed   – Sistem peredaran darah
c. B-3 Brain    – Sistem syaraf pusat
d. B-4 Blader  – Sistem urogenital
e. B-5 Bowel  -Sistem pencernaan
f. B-6 Bone    – Sistem tulang dan persendian

14. Ruang Lingkup Keperawatan Intensive


a. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit akut yang mengancam nyawa dan dapat
menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari
b. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekalipun melakukan
pelaksanaan spesifik pemenuhan kebutuhan dasar
c. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang
ditimbulkan oleh :
1) Penyakit
2) Kondisi pasien yang memburuk karena pengobatan atau terapi
3) Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang tergantung pada fungsi alat /
mesin dan orang lain

15. Standar minimum pelayanan ICU :


a. Resusitasi jantung paru.
b. Pengelolaan jalan nafas
c. Terapi oksigen
d. Pemantauan EKG, pulse Oksimetri kontinu
e. Pemberian nutrisi enteral dan parental
f. Pemeriksaan Laboratorium dengan cepat
g. Pelaksanaan terapi tertitrasi
h. Memberi tunjangan fungsi Vital selama transportasi
i. Melakukan fisioterapi.
Ventrilator Mekanik
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh
proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.

Indikasi Pemasangan Ventilator


a. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
b. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
c. Post Trepanasi dengan black out.
d. Respiratory Arrest.

Penyebab Gagal Napas


a. Penyebab sentral
Trauma kepala : Contusio cerebri.
Radang otak : Encepalitis.
Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak.
Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.
b. Penyebab perifer
Kelainan Neuromuskuler:
1) Guillian Bare symdrom
2) Tetanus
3) Trauma servikal.
4) Obat pelemas otot.
Kelainan jalan napas.
1) Obstruksi jalan napas.
2) Asma broncheal.
Kelainan di paru.
1) Edema paru
2) Atlektasis
3) ARDS
Kelainan tulang iga / thorak.
1) Fraktur costae
2) Pneumothorak
3) haemathorak.
Kelainan jantung.
1) Kegagalan jantung kiri.

Kriteria Pemasangan Ventilator


Seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
a. Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
b. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
c. PaCO2 lebih dari 60 mmHg
d. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
e. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

Macam-macam Ventilator.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
a. Volume Cycled Ventilator.
Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan
volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan
volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik
tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada
type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga
berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator
tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau
waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan
kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio I : E  (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2
Mode-Mode Ventilator.
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan ventilator tidak
selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita
setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini
diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan
apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan  ke pasien pada
frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya
pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi
fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat
dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini
adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV
(Intermitten Positive Pressure Ventilation).
b. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten
Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas
pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang
di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa
terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir
mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron
dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas
spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
c. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih
bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode
ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk
memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.

d. CPAP : Continous Positive Air Pressure.


Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang
sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot
pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan
perawat tentang adanya masalah. Alarm  tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari
pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya
peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan
harus dipasang dalam kondisi siap.

Pelembaban dan suhu.


Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme pertahanan
tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus digantikan dengan suatu
alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam
humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu
tubuh. Pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang
terlalu itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa
mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan
penghisapan.

Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik


Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontrkasi,
rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru,
sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan
memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan
menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga
thorax paling positif.

Efek Ventilasi mekanik


Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat,
venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon
simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan
hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat
tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output
juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila
volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40
CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko
terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:
Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal
dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari
otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.
Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat
bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
16. Pada paru
1. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
2. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
3. Infeksi paru
4. Keracunan oksigen
5. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
6. Aspirasi cairan lambung
7. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
8. Kerusakan jalan nafas bagian atas

17. Pada sistem kardiovaskuler


Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat
meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan
tinggi.

18. Pada sistem saraf pusat


1. Vasokonstriksi cerebral
2. Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari
hiperventilasi.
3. Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
a) Peningkatan tekanan intra kranial
b) Gangguan kesadaran
c) Gangguan tidur.

19. Pada sistem gastrointestinal


1. Distensi lambung, illeus
2. Perdarahan lambung.

Prosedur Pemberian Ventilator


Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk
memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai
berikut:
a. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
b. Volume Tidal:  4-5 ml/kg BB
c. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
d. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
e. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm,
ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis.
Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan
ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas).

Kriteria Penyapihan
Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan bila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
b. Volume tidal 4-5 ml/kg BB
c. Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
d. Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, R.Y. 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan
Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC

Kemenkes. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit. Diakses pada 18
September 2013 melalui www.kemenkes.go.id.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Jakarta:
Depkes

Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting patient care, 3rd
edition, FA. Davis

Dossey, B. M. 2002. Critical Care Nursing: body-mind-spirit. (3rd ed.). Philadelphia: J. B. Lippincott
Company.

Anda mungkin juga menyukai