OLEH :
NIM : P1908093
2020
Laporan Pendahuluan Ruang ICU (Intensive Care Unit)
1. Pengertian
ICU (Internsive Care Unit) merupakan suatu tempat atau unit tersendiri di dalam
Rumah Sakit yg mempunyai staf khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi
pasien gawat lantaran penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain.
Perawatan intensif yaitu pelayanan keperawatan yg disaat ini amat sangat perlu untuk
di kembangkan di Indonesia yg bertujuan memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit
berat yg potensial reversibel, memberikan asuhan kepada pasien yg memerlukan observasi
ketat dengan atau tanpa pengobatan yg tidak bisa diberikan diruang perawatan umum
memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ
umumnya paru, mengurangi kesakitan & kematian yg dapat dihindari pada pasien-pasien
dengan penyakit kritis.
2. Staf Khusus
Adalah dokter & perawat yg terlatih, berpengalaman dalam Intensive Care
(Perawatan & terapi Intensif) & yg bisa memberikan pelayanan 24 jam.
b. ICU Sekunder
1) Memberikan pelayanan ICU umum yg bisa mendukung kedokteran umum, bedah,
trauma, bedah syaraf, vaskuler dan sebagainya.
2) Tunjangan ventilasi mekanik lebih lama.
3) Ruangan khusus dekat kamar bedah
4) Kebijakan & kriteria pasien masuk, keluar & rujukan
5) Kepala intensivis, apabila tidak ada SpAn.
6) Dokter jaga 24 jam mampu RJP ( A,B,C,D,E,F )
7) Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator,RT & 2 : 1 untuk
pasien lainnya.
8) 50% perawat bersertifikat ICU & pengalaman kerja minimal 3 tahun di ICU
9) Dapat melakukan pemantauan invasife
10) Lab, Ro, fisioterapi selama 24 jam
c. ICU Tersier
1) Memberikan pelayanan ICU tertinggi termasuk juga dukungan hidup multi system
( ventilasi mekanik , kardiovaskuler, renal ) dalam jangka waktu tidak terbatas
2) Area kusus
3) Kebijakan/ indikasi masuk, ke luar & rujukan
4) Kepala : intensivis
5) Dokter jaga 24 jam, dapat RJP (A,B,C D,E,F )
6) Ratio pasien : perawat = 1 : 1 untuk pasien dengan ventilator, RT & 2 : 1 untuk
pasien lainnya.
7) 75% perawat bersertifikat ICU atau minimal pengalaman kerja di ICU 3 tahun
8) Dapat melakukan pemantauan / terapi non invasive maupun invasive.
9) Laborat, Ro, Fisioterapi selama 24 jam
10) Memiliki pendidikan medik & perawat
11) Mempunyai prosedur pelaporan resmi & pengkajian mempunyai staf administrasi,
rekam medik & tenaga lain.
5. Ketenagaan
a. Tenaga medis
b. Tenaga perawat yg terlatih
c. Tenaga Laboratorium
d. Tenaga non perawat : pembantu perawat , cleaning servis
e. Teknisi
6. Sarana dan Prasarana yg mesti ada di ICU
a. Lokasi : satu komplek dengan kamar bedah dan Recovery Room
b. RS dengan jumlah pasien lebih 100 orang sedangkan buat R.ICU antara 1-2 % dari
jumlah pasien secara keseluruhan.
c. Bangunan : terisolasi di lengkapi dengan : pasienmonitor, sarana komunikasi, ventilator,
AC, pipaair, exhousefan buat mengeluarkan udara, lantai mudah dibersihkan, keras &
rata, tempat cuci tangan yg dapat di buka dengan siku & tangan, v pengering setelah cuci
tangan
d. R.Dokter dan R. Perawat
e. R.Tempat buang kotoran
f. R. tempat penyimpanan barang dan obat
g. R. tunggu keluarga pasien
h. R. pencucian alat Dapur
i. Pengering setelah cuci tangan R.Dokter dan R. Perawat
j. R.Tempat buang kotoran
k. R. tempat penyimpanan barang dan obat
l. Sumber air Sumber listrik cadangan/ generator, emergency lamp Sumber O2 sentral
Suction sentral Almari alat tenun dan obat, instrument & sarana KesehatanAlmari
pendingin (lemari es)Laborat kecil
m. Fasilitas alat penunjang : Ventilator, Nabulaizer, Jacksion Reese, Monitor ECG,
tensimeter mobile, Resusitato, Defibrilator, Termometer electric & manual,Infus pump,
Syring pump,O2 transport, CVP, Standart infuse, Trolly Emergency,Papan
resusitasi,Matras anti decubitus, ICU kid, Alat SPO2, Suction continous pump dll.
b. Prioritas 2
Pementauan atau observasi intensif secara ekslusif atas keadaan-keadaan yang dapat
menimbulkan ancaman gangguan pada sistem organ vital
Misal :
1) Observasi intensif pasca bedah operasi : post trepanasi, post open heart, post
laparatomy dengan komplikasi,dll.
2) Observasi intensif pasca henti jantung dalam keadaan stabil
3) Observasi pada pasca bedah dengan penyakit jantung.
c. Prioritas 3
Pasien dalam keadaan sakit kritis dan tidak stabil yang mempunyai harapan kecil untuk
penyembuhan (prognosa jelek). Pasien kelompok ini mugkin memerlukan terapi intensif
untuk mengatasi penyakit akutnya, tetapi tidak dilakukan tindakan invasife Intubasi atau
Resusitasi Kardio Pulmoner
NB : Px. prioritas 1 harus didahulukan dari pada prioritas 2 dan 3
Macam-macam Ventilator.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
a. Volume Cycled Ventilator.
Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan
volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan
volume tidal yang konsisten.
b. Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti
bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik
tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada
type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga
berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator
tipe ini tidak dianjurkan.
c. Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau
waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan
kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2
Mode-Mode Ventilator.
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan ventilator tidak
selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita
setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini
diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan
apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada
frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya
pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi
fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat
dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini
adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV
(Intermitten Positive Pressure Ventilation).
b. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten
Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas
pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang
di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa
terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir
mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron
dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas
spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
c. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih
bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode
ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk
memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan
perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari
pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya
peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm
volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan
harus dipasang dalam kondisi siap.
Kriteria Penyapihan
Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan bila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
b. Volume tidal 4-5 ml/kg BB
c. Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
d. Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.
DAFTAR PUSTAKA
Sitorus, R.Y. 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan
Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC
Kemenkes. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit. Diakses pada 18
September 2013 melalui www.kemenkes.go.id.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Jakarta:
Depkes
Doengoes, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting patient care, 3rd
edition, FA. Davis
Dossey, B. M. 2002. Critical Care Nursing: body-mind-spirit. (3rd ed.). Philadelphia: J. B. Lippincott
Company.