Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN KANKER SERVIKS

A. Pengertian

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada

puncak vagina. Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan


merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk

mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks

berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
kedalam rahim (Sarjadi, 2001).

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat
menyimpulkan bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal

yang terdapat pada organ reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

B. ETIOLOGI
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah

secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan
terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau

ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti,

tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya


kanker serviks yaitu :

1. HPV ( Human Papiloma Virus )


HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang

ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah


HPV tipe 16, 18.

a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus


papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi kasinoma

pada kondilom akuminata.


c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker

dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV


ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.

d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )


2. Merokok

Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada

serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi


kokarsinogen infeksi virus.

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
4. Berganti - ganti pasangan seksual.

5. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama


pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah

dengan wanita yang menderita kanker serviks.


6. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah

keguguran.
7. Pemakaian Pil KB.

Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima
tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko

relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat
sesuai dengan lamanya pemakaian.

8. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.


9. Golongan ekonomi lemah.

Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara


rutin dan pendidikan yang rendah. ( Dr imam Rasjidi, 2010 ).
C. PATOFISIOLOGI

Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga


menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang

mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel


karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah

keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu


kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang

menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang


berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena

mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan


gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya

anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga


timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi

diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa
terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan

masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek
dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan

timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi
akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau

kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan
muncul.

Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias

dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status


kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu
dihubungkan dengan kematian. (Price, syivia Anderson, 2005)

D. MANIFESTASI KLINIK

1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.

2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).


3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.

4. Perdarahan spontan saat defekasi.


5. Perdarahan diantara haid.

6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.


7. Anemia akibat pendarahan berulang.

8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan operasi sedangkan stadium


lanjut hanya dengan pengobatan dan penyinaran. Tolak ukur keberhasilan

pengobatan yang biasa digunakan adalah angka harapan hidup 5 tahun.


Harapan hidup 5 tahun sangat tergantung dari stadium atau derajatnya

beberapa peneliti menyebutkan bahwa angka harapan hidup untuk kanker


leher rahim akan menurun dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita

kanker leher rahim ini juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi.


Penggolongan obat sitostatika antara lain :

a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel
pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.

b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana


proliferasi termasuk obat fase spesifik.

c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel
lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan

Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum pengobatan terapi radiasi


eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan

untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih kulit yang baik dengan
menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan deodorant. Pertahankan

kedekuatan kulit dalam perawatan post pengobatan antara lain hindari


infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi, monitor intake cairan, beri tahu efek

radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah pengobatan, dan melakukan perawatan


kulit dan mulut. Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan

dalam perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas,


sedangkan dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan

untuk enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter
sesuai indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada

keluarga tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi


perawatannya yaitu monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi

semi fowler, berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml
dan memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain

menghindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis, emboli pulmonal


dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan. (Bambang sarwiji, 2011)

F. STADIUM KARSINOMA SERVIKS

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri : Tingkat kriteria


Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat

bukti invasi.
Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses

terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.


Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak

terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.


Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik

menunjukkan invasi serviks uteri.


Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga mengenai

vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal


pada salah satu sisi atau kedua sisi.

Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrate tumor.

Tahap IIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai
pada dinding panggul.

Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas
kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe

yang teraba tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV


menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.

Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang ke
parametrium tidak dipersoalkan.

Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan
daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul

(frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi
sudah ada gangguan faal ginjal.

Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara

histologik ) atau telah terjadi metastasis keluar paanggul atau


ketempat - tempat yang jauh.

Tahap Iva : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektrum dan atau kandung kemih.

Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.


G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat

bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi


90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks

yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya
dapat didiagnosis secara histologik.

2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu

alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop bertenaga rendah


dengan sumber cahaya didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau

pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang mengalami


eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan vascular

serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan metabolik


yang terjadi di jaringan serviks.

3. Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat

seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya
terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka

contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat
dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan

formalin 10%.
4. Konisasi

Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian


rupa sehingga yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis

servikalis sebagai sumbu kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi


selalu dilanjutkan dengan kuretase. Batas jaringan yang dikeluarkan
ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena suatu hal

pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller.


Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium

yodida 10g, air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif (
daerah yang tidak berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik

dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut :


a. Proses dicurigai berada di endoserviks.

b. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.


c. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.

d. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik.


ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN FOKUS

Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual salah satu faktor yang
menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur 18 tahun.

1. Perilaku seks berganti - ganti pasangan


Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker

serviks dapat ditularkan dengan mudah.


2. Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap
smear secara rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.

3. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan

kurangnya pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker


seviks.

4. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, peran
diri, emosional.

5. Perineum; keputihan, bau, kebersihan


Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari kanker leher rahim yang

mulai mengalami metastase.


6. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )

Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan
abnormalita pada organ - organ daerah panggul.

7. Perasaan berat daerah perut bagian bawah


Sel - sel kanker yang mendesak mengakibatkan gangguan pada syaraf -

syaraf disekitar panggul dan perut, sehingga menimbulkan perasaan berat


pada daerah tersebut.
8. Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan cepat saji dapat
memicu sel kanker untuk tumbuh dengan cepat, pada orang – orang dengan

gemar berganti - ganti pasangan dengan mengesampingkan efek negatifnya


kemungkinan besar dapat timbul gejala - gejala tersebut sehingga mengarah

pada terjadinya kanker leher rahim.


9. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi perdarahan diantara siklus
haid adalah salah satu tanda gejala kanker leher rahim.

10. Riwayat Keluarga


Seorang ibu yang mempunyai riwayat ca serviks.

B. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian
sel.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama nyeri


hilang atau berkurang.

Kriteria :
a. Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0 - 3.

b. Ekspresi wajah rileks.


c. Tanda - tanda vital dalam batas normal.

Intervensi :
a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, frekuensi, durasi, intensitas, dan skala nyeri.

b. Berikan tindakan kenyamanan dasar: relaksasi, distraksi, imajinasi,


message.

c. Awasi dan pantau TTV.


d. Berikan posisi yang nyaman.
e. Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional :

a. Mengetahui tingkat nyeri pasien dan menentukan tindakan yang akan


dilakukan selanjutnya.

b. Mengurangi rasa nyeri.


c. Mengetahui tanda kegawatan.

d. Memberikan rasa nyaman dan membantu mengurangi nyeri.


e. Mengontrol nyeri maksimum.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

muntah karena proses eksternal Radiologi .


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi dipertahankan

untuk memenuhi kebutuhan tubuh.


Kriteria hasil :

a. Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas.


b. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.

c. Berat badan klein normal.


d. Hasil hemoglobin dalam batas normal.

Intervensi :
a. Kaji status nutrisi pasien

b. Ukur berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.


c. Dorong Pasien untuk makan - makanan tinggi kalori, kaya protein dan

tetap sesuai diit ( Rendah Garam ).


d. Pantau masukan makanan setiap hari.

e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.


Rasional :

a. Untuk mengetahui status nutrisi


b. Memantau peningkatan BB.
c. Kebutuhan jaringan metabolik adequat oleh nutrisi.

d. Identifikasi defisiensi nutrisi agar nutrisi terpenuhi


3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam (

darah, keputihan ).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pasien tidak terjadi

penyebaran infeksi dan dapat menjaga diri dari infeksi .


Kriteria hasil :

a. Tidak ada tanda - tanda infeksi pada area sekitar serviks


b. Tanda - tanda vital dalam batas normal.

c. Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien, pasien


keluarga, pasien ke pasien lain dan klien ke pengunjung.

d. Tidak timbul tanda - tanda infeksi karena lingkungan yang buruk


e. Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.

Intervensi :
a. Kaji adanya infeksi disekitar area serviks.

b. Tekankan pada pentingnya personal hygiene.


c. Pantau tanda - tanda vital terutama suhu.

d. Berikan perawatan dengan prinsip aseptik dan antisepik.


e. Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi.

f. Koloborasi pemeberian antibiotik.


Rasional :

a. Mengurangi terjadinya infeksi.


b. Agar tidak terjadi penyebaran infeksi.

c. Mencegah terjadinya infeksi.


d. Membantu mempercepat penyembuhan.

e. Mencegah terjadinya infeksi.

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur


pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan

hilang atau berkurang.


Kriterial hasil :

a. Pasien mengatakan perasaan cemasnya hilang atau berkurang.


b. Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.

c. Pasien tampak rileks, tampak senang karena mendapat perhatian.


d. Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan mengklarifikasi rasa

takut.
e. Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan pengobatan

dan klien mendapat dukungan dari terdekat.


Intervensi :

a. orong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.


b. Beri lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk

mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.


c. Pertahankan bentuk sering bicara dengan pasien, bicara dengan

menyentuh klien.
d. Bantu pasien atau orang terdekat dalam mengenali dan mengklarifikasi

rasa takut.Beri informasi akurat, konsisten mengenai prognosis,


pengobatan serta dukungan orang terdekat.

Rasional :
a. Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.

b. Membantu mengurangi kecemasan.


c. Meningkatkan kepercayaan klien.

d. Meningkatkan kemampuan kontrol cemas.


e. Mengurangi kecemasan.

5. Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan efek dari

prosedur pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
kerusakan intergritas kulit.

Kriteria hasil :
a. Pasien atau keluarga dapat mempertahankan keberhasilan pengobatan

tanpa mengiritasi kulit.


b. Pasien dan keluarga dapat mencegah terjadi infeksi atau trauma kulit.

c. Pasien keluarga beserta TIM medis dapat meminimalkan trauma pada


area terapi radiasi.

d. Pasien, keluarga beserta tim medis dapat menghindari dan mencegah


cedera dermal karena kulit sangat sensitif selama pengobatan dan

setelahnya.
Intervensi :

a. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.


b. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang

kering dari pada menggaruk.


c. Tinjau protokol perawatan kulit untuk pasien yang mendapat terapi

radiasi.
d. Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar pada, biarkan

pasien menghindari penggunaan bra bila ini memberi tekanan.


Rasional :

a. Mempertahankan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.


b. Membantu menghindari trauma kulit.

c. Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi.


d. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.

6. Resiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelehan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi cedera atau


injuri.

Kriteria hasil :
a. Pasien dapat meningkatkan keamanan ambulasi.
b. Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika akan melakukan

aktifitas.
c. Pasien mampu meningkatkan posisi fungsional pada ektremitas.

Intervensi :
a. Intruksikan dan bantu dalam mobilitas secara tepat.

b. Anjurkan untuk berpegangan tangan atau minta bantuan pada keluarga


dalam melakukan suatu kegiatan.

c. Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan alat bantuan.


Rasional :

a. Membantu mengurangi kelelahan.


b. Membantu pasien untuk melakukan kegiatan.

c. Membantu mempercepat penyembuhan.

7. Gangguan pola seksual berhubungan dengan metaplasia penyakit.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien mampu

mempertahankan aktifitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila


mungkin.

Kriteria hasil :
a. Pasien mampu memahami tentang arti seksualitas, seksualitas dapat

diungkapkan dengan bentuk perhatian yang diberikan seseorang.


Intervensi :

a. Kaji masalah- masalah perkembangan daya hidup.


b. Catat pemikiran pasien/ orang- orang yang berpengaruh bagi pasien

mengenai seksualitas
c. Evaluasi faktor- faktor budaya dan religius/ nilai dan konflik- konflik yang

muncul berikan suasana yang terbuka dalam diskusi mengenai masalah


seksualitas.

d. Tingkatkan keleluasaan diri bagi pasien dan orang- orang yang penting
bagi pasien.
Rasional :

a. Faktor- faktor seperti menoupose dan proses penuan remaja dan dewasa
awal yang perlu masukan dalam pertimbangan mengenai seksualitas

dalam penyakit yang perawatan yang lama.


b. Untuk memberikan pandangan bahwa keterbatasan kondisi/ lingkungan

akan berpengaruh pada kemampuan seksual tetapi mereka takut untuk


menanyakan secara lansung.

c. untuk mempengaruhi persepsi pasien terhadap masalah seksual yang


muncul.

d. Apabila masalah- masalah diidentifikasikan dan di diskusikan maka


pemecahan masalah dapat ditemukan

e. Perhatikan penerimaan akan kebutuhan keintiman dan tingkatkan makna


terhadap pola interaksi yang telah dibina

Anda mungkin juga menyukai